Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab 3 ini menjelaskan rangkaian metode yang dipakai dalam penelitian.
Ada beberapa hal yang dijelaskan yaitu: 1) jenis penelitian, 2) lokasi dan waktu
penelitian, 3) partisipan, 4) pengumpulan data,5) definisi operasional, 6) metode
analisa data, 7) tingkat keabsahan data (trusthworthines of data), dan 8)
pertimbangan etik.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
Action Research (AR), tujuannya untuk mengembangkan Protokol Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara. Penelitian ini melibatkan partisipasi aktif dari partisipan untuk
merancangkegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
Action research bertujuan agar peneliti dapat mengumpulkan informasi
dan pengetahuan tentang situasi tertentu serta untuk membantu memperbaiki
situasi yang didapatkan dilapangan (Polit & Beck, 2012). Taylor et al (2005)
menjelaskan bahwa Action Research (AR) dapat digunakan dalam keperawatan
untuk menilai berbagai macam situasi lewat tema-tema yang berbeda yang
muncul. Lebih lanjut Taylor et al (2005) menjelaskan bahwa Action Research dan
proses reflektif yang dilakukan dalam diskusi merupakan metode kombinasi yang
baik karena adanya kepentingan bersama dalam menilai suatu pengalaman yang

bertujuan untuk peningkatan wawasan dan perubahan praktik personal dan
professional.
59
Universitas Sumatera Utara

60

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data penelitian inidilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara. Penelitian inidilaksanakan sejak bulan April
sampai Agustus 2016. Pengambilan data dan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
siklus action research yang terdiri dari beberapa tahapan yang harus dijalani.
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah terdiri dari 18 orang perawat yang
bekerja di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Proses pemilihan partisipan
menggunakan teknik purposive sampling. Partisipan adalah perawat yang terlibat
langsung dalam pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Responden untuk penyebaran kuesioner dilakukan dengan teknik total
samplingpada seluruh perawat yang ada di Ruang Rawat Inap RS Universitas

Sumatera Utara yang berjumlah 63 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menjelaskan tentang: 1) teknik pengumpulan
data,2) alat pengumpulan data.
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode Focus Group
Discussion (FGD), self report dan observasi partisipan.
(1)

Focus Group Discussion (FGD)
Focus

Group

Discussion

(FGD)

dilaksanakan


untuk

pengembanganProtokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK). FGDdilakukan 2 kali
yaitu pada tahap awal dan tahap akhir proses penelitian yaitu pada

Universitas Sumatera Utara

61

tahapreconnaissance dan tahap reflection. Pelaksanaan FGD dilaksanakan selama
lebih kurang 60 menit. Peneliti berperan sebagai moderator dan memberi arahan
terhadap diskusi dengan memberikan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
FGD tahap reconnaissance bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang ada di
RS dan untuk menggali pemahaman peserta tentang Diskusi Refleksi Kasus
(DRK). FGD tahap reflection bertujuan untuk mengevaluasi faktor pendukung
dan faktor penghambat pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang
dilaksanakan.
(2) Self Report
Pelaksanaan self report dilakukan dengan cara mengisi kuesioner
pengetahuan perawat tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dan kuesioner

tentang kepuasan perawat. Penyebaran kuesioner pengetahuan perawat terkait
Diskusi

Refleksi

Kasus

tahapreconnaissancedan

(DRK)

tahap

dilakukan

refleksi(reflection).

2

kali,


yaitu

Penyebaran

pada

kuesioner

kepuasan perawat dilakukan setelah kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
dilakukan. Responden yang terlibat dalam penyebaran kuesioner ini adalah
perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara.
(3) Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh penulis dengan menilai kegiatan yang
dilakukan oleh perawat terkait pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
Menurut Polit & Beck (2012) observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.

Universitas Sumatera Utara


62

3.4.2 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa: panduan pertanyaan
FGD (Focus Group Discussion), self report dan format observasi.
Panduan pertanyaan pada FGD (Focus Group Discussion) dibagi menjadi
2 macam yaitu panduan FGD tahap reconnaissance dan panduan FGD tahap
reflection.Pada kegiatan FGD ini, penulis menggunakan alat perekam sebagai alat
bantu untuk merekam kegiatan baik secara formal maupun informal. Data yang
sudah direkam, didokumentasikan dalam bentuk transkrip yang selanjutnya
ditentukan tema yang sesuai.
Kuesioner yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu kuesioner tentang
pengetahuan perawat terkait Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dan kuesioner
kepuasan perawat. Pengembangan kuesioner dilakukan melalui kajian literatur
dan dilakukan uji validitas pada 3 orang ahli manajemen keperawatan yang ada di
Kota Medan. Menurut Polit & Beck (2012) kuesioner dikonsultasikan kepada 3
orang ahli untuk memeriksa validitas isi dan memberikan saran perbaikan untuk
mendapat validitas yang tinggi.
Kuesioner pengetahuan perawat tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

terdiri dari 15 item pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban. Kuesioner dibuat sendiri
oleh penulis dengan melihat konsep dari Depkes (2005) tentang Diskusi Refleksi
Kasus (DRK). Partisipan yang menjawab dengan benar diberikan skor 1 dan yang
menjawab salah diberikan skor 0 (Format kuesioner terlampir pada lampiran 1).
Nilai content validity index (cvi) untuk kuesioner pengetahuan perawat tentang
DRK adalah 0,95.Kuesioner pengetahuan perawat tentang DRK ini juga telah
dilakukan uji reliabilitas dengan cara menyebarkan kuesioner pada 30 orang

Universitas Sumatera Utara

63

perawat yang ada di Ruang Rawat Inap Instalasi Cardiac Center(Pusat Jantung
Terpadu/PJT) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan didapatkan
hasil nilai crobach alpha>0,8 untuk setiap item pertanyaan.Penyebaran kuesioner
dilakukan 2 kali yaitu pada tahap reconnaissance dan reflection.
Kuesioner kepuasan perawat terdiri dari 15 item pertanyaan dengan pilihan
jawaban Sangat Puas (SP), Puas (P), Tidak Puas (TP), dan Sangat Tidak Puas
(STP). Kuesioner dibuat sendiri oleh penulis dengan melihat konsep dari Diskusi
Refleksi Kasus (DRK). Kuesioner ini menggunakan skala likert yaitu 1 (Sangat

Tidak Puas), 2 (Tidak Puas), 3 (Puas) dan 4 (Sangat Puas). Kuesioner ini telah
dilakukan uji validitas pad 3 orang ahli Manajemen Keperawatan di Kota Medan.
Nilai content validity index (cvi) untuk kuesioner kepuasan perawat tentang DRK
adalah 0,97. Kuesioner ini juga telah dilakukan uji reliabilitas dengan cara
menyebarkan kuesioner pada 30 orang perawat yang ada di Ruang Rawat Inap
Instalasi Cardiac Center(Pusat Jantung Terpadu/PJT) Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan dan didapatkan hasil nilai crobach alpha>0,8 untuk
setiap item pertanyaan. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tahap reflection.
Format observasi digunakan untuk menilai kegiatan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) di Rumah Sakit Universitas. Format observasi dilakukan untuk
menilai kegiatan DRK yang dilakukan oleh perawat. Format observasi
disesuaikan dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) yang telah disusun disepakati yaitu terdiri dari format observasi untuk
menilai persiapan pelaksanaan DRK, pelaksanaan DRK dan evaluasi pelaksanaan
DRK.

Universitas Sumatera Utara

64


3.4.3 Tahapan Penelitian AR
Langkah-langkah prosedur action research dalam pengembangan Protokol
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ada 4 tahap yaitu : reconnaissance phase (studi
pendahuluan), tahap planning, tahap action, dan tahap reflection.
3.4.3.1 Reconnaisance phase (Tahap persiapan)
Reconnaissance merupakan preliminary study atau studi pendahuluan
yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan berdasarkan data
yang terkumpul dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain : study literature,focus group
discussion dan self reportterkait pengetahuan perawat tentang DRK.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini yaitu : 1) mempelajari
informasi tentang teknik dan metodologi penelitian, artikel penelitian terbaru dan
berhubungan dengan topik penelitian, dan mempelajari tentang permasalahan
yang ada di rumah sakit terkait kegiatan pembelajaran/diskusi kasus yang
dilakukan, 2) menetapkan setting penelitian, 3) peneliti mengukur pengetahuan
perawat tentang DRK dengan kuesioner yang telah disusun, 4) mendiskusikan
masalah dan rencana penelitian kepada pihak manajemen RS, 5) Melakukan FGD
dengan partisipan yang telah ditentukan, 6) menyampaikan rangkaian kegiatan
dan tujuan penelitian serta meminta partisipan untuk berpartisipasi selama
kegiatan penelitian berlangsung, partisipan diberikan kebebasan dalam mengambil

keputusan selama kegiatan penelitian. Untuk rencana kegiatan pada tahap
reconnaissance dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 3.1 Tahap reconnaissance Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Minggu I April s/d Minggu IV Mei
2016
1. Melakukan
prolonged
engagement
2. Menyampaikan tujuan untuk
melaksanakan penelitian di RS
Universitas Sumatera Utara
3. Menyampaikan
rangkaian
kegiatan yang akan dilakukan.

4. Menyampaikan batas waktu
penelitian
5. Mencari kelengkapan informasi
tentang setting/tempat penelitian
6. Mempelajari
tentang
permasalahan yang ada terkait
kegiatan penelitian

Minggu I Juni 2016

1. Melakukan
FGD
dengan
partisipan dari pihak manajemen
RS dan perawat di RS
Universitas Sumatera Utara
2. Kegiatan FGD menggunakan
panduan
FGD
tahap
reconnaissance
yang
telah
disusun sebelumnya.
3. Kegiatan FGD direkam dengan
bantuan alat perekam
4. Hasil dari FGD dibuat dalam
bentuk transkrip dan dianalisis
untuk menentukan tema-tema.

Minggu IIJuni 2016

1. Melakukan
penyebaran
kuesioner pengetahuan perawat
tentang DRK
2. Melakukan analisa data dari
hasil penyebaran kuesioner

Universitas Sumatera Utara

66

3.1.1.1 Tahap Planning
Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan tindakan atau kegiatan
yang bersifat tentatif yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan (Kemmis, Mc
Taggart& Nixon, 2014). Kegiatan yang direncanakan pada tahap ini bersifat
fleksibel dan dapat berubah sesuai dengan kondisi partisipan.Kegiatan yang
dilakukan pada tahap planning adalah: 1) Peneliti mendiskusikan hasil
pengumpulan data awal pada tahap reconnaissance kepada pihak manajemen RS,
2) merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data awal kepada para perawat 3)
merencanakan pembentukan tim untuk mengembangkan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK), 4) merencanakan menyusun jadwal pelaksanaan DRK, 5) merencanakan
melaksanakan kegiatan DRK.
3.4.3.3. Tahap Acting dan Observing
Kegiatan yang akan dilakukan peneliti pada tahap ini adalah: 1)
melakukan pertemuan dengan pihak manajemen RS untuk mendiskusikan tentang
pengembangan DRK, 2) membentuk tim untuk pengembangkan DRK, 3)
mengadakan pertemuan dengan tim untuk pengembangan DRK, 4) mengadakan
pertemuan dengan tim untuk membahas SPO, alur, uraian tugas, struktur dan
modul DRK, 5) mengadakan kegiatan sosialisasi pengembangan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, 6)
mengidentifikasi kasus yang akan diangkat untuk pelaksanaan DRK, 7) menyusun
jadwal pelaksanaan DRK, 7) pelaksanaan DRK, 8) mengevaluasi kegiatan
penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

67

3.4.3.4 Tahap Reflecting
Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah: melakukan
FGDuntuk menggali pemahaman perawat tentang DRK dan pengumpulan self
report untuk mengukur pengetahuan perawat tentang DRK, serta kepuasan
perawat setelah pengembangan ProtokolDRK serta melakukan observasi terhadap
pelaksanaan DRK.
Pelaksanaan kegiatan dalam tahapaction research sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi pada saat setting penelitian, sehingga sangat memungkinkan
terjadinya perubahan beberapa kegiatan dari yang telah direncanakan sesuai
dengan kebutuhan partisipan.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang diteliti adalah pengembangan ProtokolDiskusi Refleksi
Kasus (DRK). Definisi operasional dari pengembangan Protokol Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) ini adalah pengembangan suatu metode pembelajaran dalam bentuk
kelompok diskusi untuk berbagi pengalaman klinik tentang kasus penyakit pasien,
masalah perawatan pasien, dan masalah dalam manajemen pelayanan.
3.6 Metode Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara : (1) kualitatif, dan (2)
Kuantitatif.
3.6.1 Analisa kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh berupa data yang direkam dari hasil Focus
Group Discussion (FGD) pada tahap reconnaissance dan tahap reflection.
Kemudian dari data tersebut dibuat transkrip. Transkrip tersebut selanjutnya
dianalisis menggunakancontent analysis.

Universitas Sumatera Utara

68

3.6.2 Analisa Kuantitatif
Analisa data kuantitatif dilakukan berdasarkan data pengetahuan perawat
tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Analisa data dilakukan untuk melihat
rata-rata (mean) apakah terdapat perbedaan terhadap pengetahuan perawat
sebelum dan sesudah dilaksanakan Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
3.7 Keabsahan Data(Trustworthiness)
Menurut Lincoln dan Guba (1994, dalam Polit &Beck, 2012) ada 5 kriteria
untuk dapat mengembangkan keabsahan data kualitatif yaitu: credibility,
dependability, confirmability,transferabilitydan authenticity.
Credibility mengacu pada kepercayaan data yang didapatkan dan
penafsiran terhadap data tersebut. Credibility melibatkan 2 aspek yaitu
mengusahakan penelitian agar mendapat kepercayaan yang tinggi dan mengambil
langkah untuk menunjukkan kredibilitas dalam laporan penelitian (Polit & Beck,
2012). Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan peneliti untuk menerapkan
credibility dalam suatu penelitian. Menurut Shenton (2004) ada 14 hal yang dapat
dilakukan dalam credibility: 1) mengadosi metode penelitian yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan, 2) membangun hubungan antara partisipan dan
peneliti, 3) teknik random sampling untuk memilih partisipan, 4) menggunakan
metode triangulasi, 5) menggunakan taktik untuk memastikan kejujuran dari
informasi partisipan, 6)pertanyaan berulang dalam pengumpulan data, 7) analisis
kasus negatif, 8) melakukan diskusi untuk mendapatkan arahan pembimbing, 9)
pengawasan dari sesama rekan penelitian, 10) menggunakan komentar reflektif,
11) deskripsi tentang latar belakang, kualifikasi dan pengalaman peneliti, 12)
member check, 13) thick description, dan 14) latihan penelitian sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

69

Credibility dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik prolonged
engagement dengan cara mengadakan pertemuan dengan para partisipan sebelum
mengumpulkan data, sehingga terjalin hubungan terbuka, akrab dan saling
percaya antara peneliti dan partisipan. Peneliti juga melakukan diskusi dengan
pembimbing setiap progress kegiatan penelitian.
Dependability mengacu pada stabilitas (reliability) data dari waktu ke
waktu dan kondisi. Pertanyaan dalam dependability yaitu: apakah jika ada
permintaan untuk penelitian diulang dengan partisipan yang sama dan dalam
konteks yang sama akan mendapatkan hasil yang sama. Credibility tidak dapat
tercapai tanpa adanya dependability, seperti validitas dalam penelitian kuantitatif
tidak dapat dicapai tanpa adanya reliability(Polit & Beck, 2012). Untuk
memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan secara detail setiap proses penelitian
kepada pembimbing untuk menilai proses dah hasil yang didapatkan. Peneliti
menggunakan teknik thick description dengan cara mengumpulkan data yang
terkait dengan penelitian baik dari jurnal-jurnal maupun hasil pengambilan data.
Transferability mengacu pada potensi untuk perhitungan, tingkat untuk
sejauh mana temuan dapat ditransfer atau berlaku dalam pengaturan atau
kelompok lain. Hal ini bergantung pada pengetahuan peneliti tentang konteks
pengirim dan konteks penerima. Peneliti menguraikan secara rinci tentang hasil
temuan yang didapat kemudian dibuat penjelasan tentang hasil wawancara dalam
bentuk naratif yang menceritakan rekaman wawancara serta hasil observasi
kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian menggunakan
literature yang sesuai dengan topik penelitian(Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara

70

Confirmabilitymengacu pada objektifitas, yaitu potensi untuk kesesuaian
antara dua atau lebih dimana terdapat persetujuan tentang relevansi dan arti
data.Kriteria ini berhubungan dengan penyusunan data sehingga data yang
disajikan mewakili informasi dari partisipan dan interpretasi dari data tidak
diciptakan oleh yang penanya. Agar kriteria ini dapat diterima, data temuan harus
merefleksikan keinginan partisipan dan

kondisi dari penelitian, bukan

penyimpangan, motivasi dan pandangan dari peneliti (Polit & Beck,
2012).Confirmability dilakukan dengan check expert hasil penelitian dengan
pembimbing.Confirmability berarti objektivitas tentang adanya kesamaan
terhadap akurasi data, relevansi dan makna.
Authenticity mengacu pada tingkatsejauh mana adil dan setia menunjukkan
kenyataan. Authenticity (keaslian) muncul dalam laporan ketika laporan tersebut
dapat menyampaikan perasaan partisipan. Sebuah teks mengandung keaslian jika
dapat mengundang pembaca

untuk menjelaskan berbagai pengalaman dan

mampu membuat pembaca mengembangkan kepekaan yang tinggi terhadap isu
yang digambarkan. Ketika teks mencapai keaslian, pembaca lebih mampu
memahami kehidupan yang digambarkan dengan mood, perasaan, pengalaman,
bahasa, dan konteks mereka hidup (Polit & Beck, 2012).
3.8 Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik (ethical clearance) telah diperoleh dari Komisi Etik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pertimbangan etik digunakan
penulis dengan cara memberikan kebebasan pada partisipan (autonomy), berbuat
baik (beneficience), tidak merugikan (non maleficence/do not harm) dan
kerahasiaan (confidentiality).

Universitas Sumatera Utara

71

Prinsip autonomy dilaksanakan dengan meminta persetujuan semua
partisipan untuk menandatangani informed consent sebelum mengikuti Focus
Group Discussion (FGD), pengisian self report dan juga segala kegiatan yang
dilakukan selama proses pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
diRuang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Padapenelitian ini
partisipan bersifat suka rela dan tidak ada paksaan. Informed consent diberikan
penulis diawal penelitian setelah penulis memberikan penjelasan tentang tujuan
dan prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Prinsip beneficience dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian,
dimana penelitian ini akan memberikan manfaat pada partisipan dan
meminimalkan hal-hal yang merugikan partisipan (non maleficence).Selanjutnya
prinsip

kerahasiaan

(confidentiality)

dilaksanakan

dengan

cara

penulis

merahasiakan identitas partisipan, penulis hanya memberikan kode pada setiap
instrumen yang akan diberikan pada partisipan.
Menurut Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan (2007) Pemerintah
telah mengatur tentang kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 tahun 1995 pada pasal 8 yaitu dalam
penelitian dan pengembangan kesehatan wajib memperhatikan kesehatan dan
keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat yang bersangkutan. Hal ini
menjelaskan bahwa pertimbangan etik dibutuhkan untuk legalitas suatu penelitian.

Universitas Sumatera Utara

72

Tabel 3.2 Rangkaian kegiatan Penelitian Action Research
Minggu I-II
Juni 2016
1. Melakukan
FGD (Focus
Group
Discussion)
untuk menggali
persepsi
perawat tentang
DRK
2. Melakukan
pengumpulan
data awal self
reporttentang
pengetahuan
perawat terkait
DRK

Minggu III Juni
2016
1. Mendiskusikan
hasil
pengumpulan
data tahap
reconnaissance
kepada pihak
manajemen RS
2. Sosialisasi
hasil
pengumpulan
data awal
kepada para
perawat.
3. Koordinasi
dengan pihak
manajemen RS
untuk
Pengembangan
DRK

Minggu III Juni
2016
1. Melakukan
pertemuan
dengan pihak
manajemen RS
untukmenyusun
proposal
Pengembangan
DRK
2. Membentuk tim
untuk
Pengembangkan
DRK
3. Mengadakan
pertemuan
dengan tim
untuk
pengembangan
DRK.

Minggu IVJuni
2016
1. Mengadakan
seminar
tentang
pengembangan
DRK
2.Merumuskan
Pengembangan
DRK
3.Mendiskusikan
hasil
perumusan
DRK dengan
pihak
manajemen RS

Minggu I-IV
Juli2016
1. Aplikasi/
penerapan
DRK
2. Mengevaluasi
kegiatan
penelitian yang
dilakukan
3. Menemukan
faktor
pendukung dan
faktor
penghambat
Pengembangan
DRK

Minggu I-II Agustus
2016
1.Melakukan FGD
(Focus Group
Discussion) untuk
menggali persepsi
perawat tentang DRK
2. Melakukan
pengumpulan data self
report untuk mengukur
pengetahuan perawat
tentang DRK setelah
penerapan
3.Melakukan
pengumpulan data self
report tentang kepuasan
perawat terhadap
pelaksanaan DRK.
4. Melakukan observasi
kegiatanDRK yang
dilakukan perawat

Universitas Sumatera Utara

REFLECTING
1. Menilai pengetahuan perawat terkait DRK
(penyebaran kuesioner)
2. Menilai kepuasan perawat terhadap kegiatan DRK
(Penyebaran kuesioner)
3. Melakukan FGD untuk menggali pengalaman
perawat selama mengikuti kegiatan DRK

ACTING & OBSERVING
1. Pembentukan tim DRK
2. Menyusun SPO DRK, alur DRK, struktur uraian
tugas DRK, dan modul DRK bersama tim.
3. Sosialisasi hasil perumusan SPO DRK, alur DRK,
struktur uraian tugas DRK, dan modul DRK
4. Menyusun kegiatan DRK di ruang rawat inap
(menentukan topik, jadwal, nama-nama fasilitator
dan penyaji)
5. Melaksanaan DRK dan observasi DRK
6. Mengobservasi hasil tindak lanjut kegiatan DRK

reflecting

reconnaissance

planning

Acting &
Observing

OUTPUT :
1. SPO DRK
2. Alur DRK
3. Struktur & Uraian
Tugas DRK
4. Modul DRK

RECONNAISSANCE :
1. FGD
2. Self report (Pengetahuan Perawat
tentang DRK)

PLANNING
1. Merencanakan pembentukan tim
pelaksana kegiatan DRK
2. Merencanakan penyusunan SPO
DRK, alur DRK, struktur uraian
tugas DRK, dan modul DRK
bersama tim.
3. Merencanakan sosialisasi dan
seminar DRK
4. Merencanakan kegiatan DRK di
Ruang Rawat Inap RS USU

OUTCOME
1. Pengetahuan Perawat tentang DRK
2. Kepuasan Perawat terkait kegiatan
DRK

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, sejak Bulan April sampai
dengan Agustus 2016 di Ruang Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara.
Kegiatan action research terdiri dari tahapplanning, action, observation serta
reflection. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang pengembangan Protokol
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang diklasifikasikan dalam pokok bahasan
sebagai berikut:
4. 1. Deskripsi lokasi penelitian
4. 2. Karakteristik demografi partisipan
4. 3. Proses Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang
Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara yang meliputi :
4. 3. 1. Tahap reconnaissance, meliputi :
4.3.1.1Setting tempat penelitian dan partisipan,
4.3.1.2 Persepsi perawat tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
4.3.1.3 Pengetahuan perawat tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
4. 3. 2. Proses action research: planning, action, observation serta reflection
4. 4. Output Action Research, yaitu :
1. Alur Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
2. SPO Diskusi Refleksi Kasus(DRK)
3. Struktur tim Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
74

Universitas Sumatera Utara

75

4. Uraian Tugas Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
5. Modul Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
4.5 Dampak Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

4.1

Deskripsi lokasi Penelitian
Rumah Sakit USU adalah entitas Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan/Dikti yang pengelolaannyadilaksanakan oleh Universitas Sumatera
Utara. Rumah Sakit USU merupakan salah satu dari 20 RS Perguruan Tinggi
Negeri dengan status yang sama yang dikembangkan di Indonesia oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti. Berlokasi di Jalan Dr Mansyur,
kawasan Kampus USU Medan, Rumah Sakit UniversitasSumatera Utara berdiri
tahun 2011 yang dimulai dari peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Rektor
USUsaat itu Prof dr Chairuddin P Lubis dan Gubernur Sumatera Utara saat itu
Haji Syamsul Arifin pada tahun2009.
Sejarah pendirian Rumah Sakit USU telah dimulai pada tahun 2003
dengan diajukannya usulan proyek pembangunan Pusat Penelitian dan Diagnostik
Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas yang kemudian direvisi menjadi usulan
Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) USU. Pada tahun 2004, usulan
Pembangunan RSP USU tersebut disetujui dan masuk dalam perencanaan
Bappenas. Pada tahun 2005 Islamic Development Bank (IDB) menawarkan loan
untuk membangun RSP USU. Setelah melalui proses negosiasi dengan
pemerintah, IDB menyetujui pemberian loan pembangunan RSP USU pada
tanggal 1 Februari 2006. Pembangunan RS USU dilaksanakan antara tahun 2009 2011 oleh PT. Waskita Karya yang ditetapkan sebagai pelaksana pembangunan

Universitas Sumatera Utara

76

tersebut. Rumah Sakit USU dibangun diatas lahan milik USU dengan sertifikat
hak pakai seluas 38.000 m2, berlokasi di pusat kota, Jl. Dr. T. Mansur,
berseberangan dengan Kampus Universitas Sumatera Utara. Bangunan Utama
berlantai 5 dengan luas total 52.200 m2, menempati sekitar 35% dari tapak lahan.
Pada tahun 2011 - 2013 berlangsung pengadaan alkes/non alkes RS USU.
Kemendikbud RI telah pula mengalokasi sejumlah tenaga berstatus PNS untuk
mengisi ketenagaan di RS USU. Hal ini bertujuan untuk memperluas jaringan
rumah sakit yang dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pendidikan dokter,
dokterspesialis dan tenaga kesehatan lainnya. Rumah Sakit USU diharapkan dapat
berperan sebagai rumah sakit pelayanan rujukan dan riset klinik di wilayah
Indonesia Barat, khususnya daerah Sumatera Utara. Rumah Sakit USU dirancang
untuk dapat mengakomodasi pelayanan rawat jalan disejumlah klinik spesialis/sub
spesialis, pelayanan rawat inap dengan kapasitas 400 tempat tidur, Instalasi gawat
darurat dengan pelayanan 24 jam, kamar bedah, ruang persalinan, perawatan
intensif, pelayanan hemodialisa dan rehabilitasi medik. Berbagai peralatan
radiodiagnostik/pencitraan, laboratorium klinik dan fasilitas/peralatan pelayanan
lainnya dilengkapi untuk penyelenggaraan fungsi rumah sakit.
Rumah Sakit USU juga mempersiapkan berbagai layanan komprehensif
dengan unggulan dibidang nefrologi, traumatologi dan luka bakar, serta infeksi
tropis. Seluruh kegiatan akan didukung tenaga spesialis dan subspesialis,
paramedik dan tenaga administrasi/teknisi/tenaga penunjang lainnya. Sejumlah
Departemen Klinis akan menyelenggarakan fungsi pendidikan, riset dan
pelayanan. Teknologi dan sistem informasi rumah sakit ditata secara maksimal
untuk mengakomodasi penyelenggaraan kegiatan administrasi, pendidikan, riset

Universitas Sumatera Utara

77

dan pelayanan tersebut. Seluruh pengembangan akan dilaksanakan secara
bertahap. RS USU memulai dengan kegiatan pelayanan UGD 24 jam, Klinik
Umum, Klinik KIA, Klinik Gigi, Layanan Klinik Spesialis Dasar (penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, obstetri & ginekologi), Klinik Spesialis lainnya (mata,
telinga hidung tenggorokan, syaraf, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
jantung dan pembuluh darah), layanan Farmasi, Rawat Inap dengan kapasitas 100
tempat tidur dan perawatan Intensif. Serta layanan diagnostik penunjang seperti
radiologi/pencitraan dan laboratorium klinik, layanan kamar bedah, ruang
persalinan, hemodialisa, dan rehabilitasi medik. RS USU juga telah menjadi
provider BPJS sehingga pelayanan BPJS dapat pula dilaksanakan di RS USU.
Pada tanggal 17 November 2014, Kemenkes RI telah menandatangani nota
kesepahaman antara RS USU dengan FK USU dan RSUP Haji Adam Malik
Medan disaksikan Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI dan Rektor USU.
Nota kesepahaman tersebut diharapkan para pihak sepakat menjalin kerja sama
untuk pengembangan dan pengelolaan RS USU dan RSUP Haji Adam Malik
sebagai bagian dari tatanan jejaring rumah sakit pendidikan. RS USU dan RSUP
HAM akan saling mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara
komperehensif sesuai standar pelayanan rumah sakit dan peraturan perundangundangan dan manajemen operasional rumah sakit dalam bentuk jejaring dan
pengampuan (sisterhospital).
Rumah Sakit USU memilih warna jingga sebagai warna dominan.
bermakna revitalisasi dengan harapanrumah sakit mampu memberikan semangat
dan kekuatan baru bagi para pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Warna jingga
juga mengekspresikan karakter: energetik, berani, percaya diri, antusias,

Universitas Sumatera Utara

78

kreatif,sukses, kehangatan, keramahan, keakraban, keceriaan, dan keterjangkauan.
Pada penyelenggaraan pelayanan, Rumah Sakit USU memilih motto : kualitas,
aman dan bersahabat (Quality, Safety and Friendly).Rumah Sakit USU menganut
dua nilai dasar; nilai pertama : Salus aegroti suprema lex, yakni : Kepulihan
pasien adalah hukum tertinggi (pelayanan berorientasi kepada pasien); nilai kedua
adalah Primum non nocere yakni : Pertama adalah tidak membahayakan (patient
safety). Kedua nilai tersebut ditampilkan dibagian depan dari bangunan utama
Rumah Sakit USU dengan harapan menjadi nilai yang dijiwai olehseluruh unsur
penyelenggara Rumah Sakit USU.
Visi Rumah Sakit USU adalah “Pusat Pengembangan Iptekdok 2025 di
wilayah Indonesia Barat.” Misi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yaitu; 1)

meningkatkan mutu dokter, dokter spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu
pelayanan kesehatan khususnya di Sumatera bagian Utara, 2) mengembangkan
iptekdok secara terpadu antara berbagai cabang ilmu kedokteran dan keehatan
maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang.Struktur organisasi Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
REKTOR
DEWAN PENGAWAS

DIREKTUR UTAMA

KOMITE AKADEMIK
Sub Komite Pendidikan
Sub Komite Pelatihan
Sub Komite Penelitian

KOMITE MEDIK
Sub Komite Kredensial
Sub Komite Etik &Disiplin
Sub Komite Penjaminan Mutu

DIREKTUR DIKLAT
PENELITIAN & KERJASAMA

KABAG
PENDIDIKAN &
PELATIHAN

KABAG
PENELITIAN &
KERJASAMA

Medik
Keperawatan
Kes Masyarakat
Farmasi
Non Medik

Medik
Keperawatan
Kes Masyarakat
Farmasi
Non Medik

KOMITE KEPERAWATAN
Sub Komite Kredensial
Sub Komite Etik &Disiplin
Sub Komite Penjaminan Mutu

DIREKTUR PELAYANAN MEDIK
& KEPERAWATAN

KABAG
PELAYANAN MEDIK

DIREKTUR SAPRAS MEDIK &
PELAYANAN PENUNJANG

KABAG
KEPERAWATAN

Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Intensif/HDU
Instalasi Bedah Pusat
Unit Rehabilitasi Medik
Unit Kamar Persalinan
Unit Hemodialisis
Unit Transfusi Darah
Unit Home Care
Unit Pemulasaran Jenazah
Unit Rekam Medik

SATUAN PEMERIKSA
INTERNAL RS USU

KABAG
SAPRAS MEDIK

Logistik
Pengadaan
Instalasi Radiologi-Pencitraan
Instalasi Laboratorium Klinik
Instalasi Farmasi-CSSD
Instalasi Gizi
Unit PSRS
Unit Sarana Medik
Unit IT-Komunikasi
Unit Linen-Laundry
Unit PAL

KABAG
PELAYANAN
PENUNJANG
Kebersihan
Keamanan
K3
Ambulans

BADAN PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN

DIREKTUR ADMINISTRASI UMUM
SDM & KEUANGAN

KABAG
ADMINISTRASI
UMUM
Tata Usaha
Hukum & Organisasi
Humas & Pemasaran

KABAG
SDM

Kepegawaian
Pengembangan
SDM

Unit Verifikasi
Asuransi Kesehatan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
(Sumber : Profil Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, 2016)

Universitas Sumatera Utara

KABAG
KEUANGAN

Anggaran
Keuangan
Akuntansi

80

4.2. Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian pengembangan Protokol Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara ini adalah para perawat yang bekerja di ruang rawat Inap Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Partisipan tersebut berjumlah 18 orang yang terdiri
dari 1 orang kepala ruang dan 2 ketua tim dari masing-masing ruangan rawat inap
yaitu Ruang Rawat Inap Kelas 1, Ruang Rawat Inap Kelas 2, Ruang Rawat Inap
Kelas 3, Ruang Rawat Inap Anak, Ruang Rawat Inap Maternitas, dan Ruang
Rawat Inap ICU, NICU, dan PICU. Berdasarkan data demografi partisipan
diketahui bahwa seluruh partisipan berjenis kelamin perempuan, sebanyak 77,8%
berusia 31-40 tahun, sebanyak 61,11% memiliki pendidikan terakhir Ners, dan
seluruhnya telah bekerja selama 1-10 tahun di RS Universitas Sumatera Utara.
Karakteristik demografi partisipan secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Partisipan (n= 18)
Karakteristik
Jenis Kelamin
Perempuan
Usia
20-30 tahun
31-40 tahun
Pendidikan
D3 Keperawatan
Ners
S2
Lama bekerja
1-10 tahun

Jumlah
(orang)

Persentase
(%)

18

100

4
14

22.2
77.8

6
11
1

33.3
61.11
5.56

18

100

Universitas Sumatera Utara

81

Untuk kuesioner pengetahuan perawat berjumlah 63 orang perawat yang
bekerja di Ruang Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan data
demografi responden diketahui bahwa mayoritas partisipan adalah 95,23%
berjenis kelamin perempuan, 60% berusia 20-30 tahun, 53,9% memiliki
pendidikan terakhir D3 Keperawatan, dan seluruhnya telah bekerja selama 1-10
tahun di RS Universitas Sumatera Utara. Karakteristik demografi Responden
secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Karakteristik Demografi Perawat Pelaksana (n= 63)
Karakteristik
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Usia
20-30 tahun
31-40 tahun
Pendidikan
D3 Keperawatan
Ners
S2
Lama bekerja
1-10 tahun

Jumlah
(orang)

Persentase
(%)

60
3

95.23
4.76

38
25

60
40

34
26
3

53.9
41.1
4.76

63

100

4.3. Proses Pengembangan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Proses

pengembangan

Protokol

Diskusi

Refleksi

Kasus

(DRK)

disesuaikan dengan tahapan penelitian action research. Tahap pertama
menjelaskan tentang tahap reconnaissance mulai dari pendekatan kepada lahan
penelitian sampai dengan mendapatkan masalah yang akan diteliti. Tahap kedua
menjelaskan

siklus

action

research

mulai

dari

tahap

planning,

acting,observingdan reflecting.

Universitas Sumatera Utara

82

4.3.1. Tahap reconnaissance
Tahap ini dilaksanakan peneliti selama 6 minggu mulai dari pengurusan
surat izin penelitian. Peneliti membaur dengan lahan penelitian untuk mencari
data awal dan masalah yang diteliti. Pendekatan dengan pihak manajemen
dilakukan agar dapat menggali informasi tentang masalah yang ada di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Tahap reconnaisance dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang: (1)
setting tempat penelitian dan partisipan, (2) persepsi perawat tentang Diskusi
Refleksi Kasus (DRK), (3) diskusi yang dilaksanakan di ruangan, dan (4)
pengetahuan perawat tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
4.3.1.1. Setting tempat penelitian dan partisipan
Ruang Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara terdiri dari Ruang
Kelas 1 (Ruang Cendana), Ruang Kelas 2 (Ruang Meranti), Ruang Kelas 3
(Ruang Mahoni), Ruang Anak (Ruang Jati), Ruang Maternitas (Ruang Akasia),
dan Ruang ICU, NICU,PICU. Ruang Rawat Kelas 1, 2 dan 3, Ruang Rawat Inap
Anak, dan Ruang Rawat Maternitas berada di lantai 2 Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara, sedangkan Ruang Rawat ICU digabungkan dengan Ruang Rawat
NICU dan PICU berada di lantai 3 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Secara umum denah Ruang Rawat Inap dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

84

“ belum pernah dilakukan diskusi kasus secara formal, Kalaupun
membahas kasus kalau ada insiden kasus-kasus di rawat inap,
kalau ada sebuah kasus yang memang kompleks yang sedang kami
tangani di ruangan biasa kami akan melakukan secara cepat di
tempat tapi tidak secara formal” (P1, L13-L16)

Namun, ada juga ruangan yang melakukan diskusi yang sudah
direncanakan sebelumnya, hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan yang bisa
dilihat pada pernyataan di bawah ini :
“ pernah satu kali waktu itu, berhubungan dengan adanya masalah
terkait SDM yaitu ketenagaan kita pernah buat skali yang
diinisiasi oleh komite keperawatan, Sebenarnya Pak S dalam hal
ini, berperan ganda sebagai Bidang keperawatan juga, untuk
backup pekerjaan bidang, Karena bidang keperawatan belum jelas
keberadaannya (secara de facto dan de jure). Komite keperawatan
telah membantu penyelesaian masalah ketenagaan pada saat itu.
Jadi kesimpulannya menurut saya itu adalah DRK yang pertama
kali kami lakukan, Kegiatan ini terdokumentasi tapi kecil saja,
belum bagus seperti berita acara yang harusnya dibuat, cuman
kita punya catatan tentang apa yang menjadi case, apa yang jadi
kesimpulan, dan kedepannya seperti apa, semuanya tercatat
walaupun belum begitu rapi” (P3, L29-L38)

Persepsi perawat tentang DRK. Partisipan mengungkapkan bahwa DRK
adalah kegiatan diskusi membahas kasus yang ditemukan di ruangan baik itu
kasus manajemen ataupun kasus penyakit pasien, hal ini senada dengan
pernyataan partisipan berikut ini :
“ Menurut pendapat saya, diskusi refleksi kasus itu merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendiskusikan tentang
masalah-masalah yang ditemukan di ruangan, baik tentang kasus
penyakit pasien atau tentang manajemen pelayanan atau juga
membahas masalah-masalah internal lainnya” (P1, L69-L72)

Partisipan lain juga menjelaskan bahwa DRK dapat melibatkan profesi
kesehatan lain, hal ini senada dengan pernyataan partisipan berikut ini :
“ Diskusi Refleksi kasus itu lebih mengarah pada proses diskusi
yang dilakukan baik dari perawat dengan perawat ataupun
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya. Misalnya perawat

Universitas Sumatera Utara

85

dengan dokter, dengan tim gizi, analis, farmasi, dll.Diskusi ini
mencakup tentang pasien, bagaimana penanganan pasien,
pemecahan masalah pada pasien, dan hal-hal yang menyangkut
perawatan pada pasien. Seperti itu menurut saya” ( P2, L75-L79)
Bentuk diskusi yang ingin diterapkan. Partisipan mengungkapkan bahwa
sebaiknya ruang rawat inap melakukan DRK secara teratur dan terjadwal setiap
minggu atau setiap bulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini :
“ pengennya memang diskusi yang terjadwal ya. Misalnya setiap
minggu atau sebulan berapa kali, jadi diskusi itu tidak cuman
membahas masalah di ruangan, tapi juga kegiatan belajar” (P1,
L112-L114)

Partisipan juga mengungkapkan pelaksanaan DRK yang ingin dilakukan
sesuai dengan Permenkes yang berlaku. Hal ini sesuai dengan pernyataan
partisipan berikut :
“ Pelaksanaan DRK ini kalau merujuk dalam PMK bagaimana
pelaksanaannya, ya disesuaikan saja, dan dalam SP2KP pun
dijelaskan juga kan kalau aktifitas ini memang dibutuhkan
perawat, misalnya dalam PMK atau kebijakan Permenkesnya
dibilang minimal dilakukan sekali dalam sebulan, berarti kan itu
minimal, jadi kalau kita sanggup melakukan lebih dari itu ya itu
lebih baik lagi, tidak ada masalah, toh itu juga kembali ke kita.
Kalau untuk siapa yng terlibat, ya tergantung tujuan kita, kalau
diPermenkes kan dibilang, kelompok perawat saja atau kelompok
bidan saja. Atau kalau memang dibutuhkan bisa interprofesional.
Tidak ada masalah itu. Topik-topik yang didiskusikan pun kan
nanti disesuaikan dengan apa yang ditemukan di lapangan” (P6,
L142-L150)

Manfaat DRK. Partisipan mengungkapkan bahwa kegiatan DRK dapat
memberi manfaat bagi para perawat. Manfaat dari kegiatan DRK yaitu dapat
membantu dapat penyelesaian masalah, sarana komunikasi, sebagai bentuk
aktualisasi diri perawat, dan untuk meningkatkan pengetahuan perawat.
“ Pasti banyak ya manfaat yang bisa didapat dari DRK, karena
DRK ini memang bagus dan banyak manfaatnya, misalnya saja
masalah yang ada akan terselesaikan, ada pencerahan dan titik

Universitas Sumatera Utara

86

temunya. Perawat dan tenaga kesehatan lain pun mau tak mau
akan bisa berkomunikasi dengan baik dan ini suatu media juga
bagi perawat untuk menunjukkan diri bahwa perawat layak disebut
perawat. Wahana diskusi yang ada menjadi motivasi perawat
untuk meningkatkan aktualisasi diri perawat.menurut saya sih
kayak gitu ya” (P1, L153-L158)

“ perawat jadi bisa lebih mengembangkan diri. Karena kita punya
media ni untuk berdiskusi, jadi salurkan lah pengetahuan untuk
dibagi bersama dan membantu sesama” (P5, L188-L190)

Faktor

Pendukung DRK.

Partisipan

mengungkapkan

faktor

yang

mendukung terlaksananya kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini adalah
adanyadukungan dari komite dan bidang Keperawatan, komitmen perawat untuk
menjalankan, adanya motivasi dari perawat, ada SPO dan alur yang jelas,
teknologi, dan waktu yang memadai. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan
berikut ini.
“ …faktor pendukung DRK, yaa.. mungkin dukungan adanya
komitmen bersama bisa jadi pendukung ya, jadi kalau sama-sama
bersedia melaksanakan, maka kegiatan ini akan berjalan, tapi
kalau motivasi melakukan masih sulit ya itu jadi masalah kita
bersama untuk menyelesaikannya, ya jadi itu lah yang harus
dilatih bersama..” (P4, L215-L218)

Faktor Penghambat.Partisipan mengungkapkan hambatan kegiatan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah masih kurangnya SDM keperawatan di
ruangan, waktu, ruangan diskusi belum tersedia, sarana diskusi belum lengkap,
Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini :
“ Hambatan yang bisa menghambat kegiatan DRK itu menurut
saya yang pertama waktu, yang kedua motivasi, dari tim perawat
sendiri motivasi untuk meningkatkan knowledge itu agak sulit,
dengan rutinitas yang ada, kalau saya sendiri agak sedikit terlena,
apalagi kalau kita tidak punya motivasi, agak susah untuk
melakukan DRK ini….” (P3, L243-L246)

Universitas Sumatera Utara

87

“ hambatan lainya ya seperti ruangan yang belum ada, sarana sarana lain yang belum lengkap…” ( P4, L256-L257)

4.3.1.4. Pengetahuan perawat tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan perawat tentang DRK yang
dibagikan sebelum pelaksanaan kegiatan DRK didapatkan hasil 90,5 % perawat
memiliki pengetahuan yang baik tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK),
sedangkan 9,5% perawat menunjukkan pengetahuan yang kurang dengan nilai
rata-rata 10,8.
Pada tahap reconnaissance yang sudah dilaksanakan, ditemukan beberapa
permasalahan yang ada di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara terkait dengan Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Secara garis besar ada
beberapa masalah yang muncul pada tahap reconnaissance yaitu :
1.

Belum ada SPO Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

2.

Belum ada alur pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

3.

Belum ada struktur organisasi dan uraian tugas pelaksanaan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK).

4.

Belum ada modul Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Dari permasalahan yang ditemukan maka disusunlah tahapan planning

untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan
dengan action, observation dan reflection.
4.3.2. Tahap planning, action dan observation, serta reflection
Pelaksanaan actionresearch pada penelitian ini dilaksanakan di Ruang
Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara melalui tahapan planning, actingdan

Universitas Sumatera Utara

88

observingserta reflecting. Setiap tahapan action research mencakup kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti.
4.3.2.1.Tahap Planning.
Setelah merumuskan masalah pada tahap reconnaisance maka pada tahap
planning disusunlah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap
penelitian

berikutnya.

Tahap

planning

dilaksanakan

bertujuan

untuk

mengembangkan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap RS
Universitas Sumatera Utara. Tahap ini direncanakan beberapa kegiatan untuk
mendukung tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Adapun beberapa kegiatan
itu adalah : 1) merencanakan diskusi dengan para Kepala Ruang Rawat Inap RS
USU, 2) merencanakan presentasi tentang kegiatan DRK dengan pihak
manajemen RS USU, 3) merencanakan pembentukan tim untuk kegiatan DRK, 4)
merencanakan bersama tim untuk membuat dan menyusun SPO, alur,
struktur,uraian tugas dan modul DRK, 5) merencanakan kegiatan seminar tentang
DRK dan sosialisasi SPO, alur, uraian tugas dan modul DRK.
Pada proses pengembangkan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang
Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara ini, strategi yang dipakai dalam tahap
planning ini adalah melakukan pendekatan kepada pihak manajerial RS agar
mendukung terlaksananya program kegiatan, serta pendekatan dengan setiap
kepala ruang rawat inap RS Universitas Sumatera Utara.
4.3.2.2 Tahap Acting& Observing
Pada tahap action ini kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan rencana
kegiatan yang telah disusun dalam planning, yaitu 1) melakukan pertemuan
dengan

pihak

manajerial

Rumah

Sakit

Universitas

Sumatera

Utara,

Universitas Sumatera Utara

89

2)Pembentukan tim perumusan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK), 3)
Perumusan SPO, alur, struktur dan uraian tugas serta modul DRK, 4) Kegiatan
seminar dan sosialisasi Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK), 5) Melakukan
identifikasi kasus/topik DRK, 6) Menyusun jadwal pelaksanaan DRK, 7)
Pelaksanaan DRK.
1.

Pertemuan dengan pihak manajerial Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara
Pada tanggal 13 Juni 2016 diadakan pertemuan dengan Direktur Diklat,

Penelitian dan Kerja Sama RS Universitas Sumatera Utara, Komite Keperawatan
(Ketua, Sekretaris, bagian Sub Komite Mutu, Sub Komite Kredensial dan Sub
Komite Etik) serta para Kepala Ruang Rawat Inap. Peneliti menyampaikan tujuan
dari penelitian yang akan dilakukan dan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan.
Pada pertemuan tersebut Direktur Diklat dan Kerja Sama RS Universitas
Sumatera Utara menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan penelitian yang
akan dilakukan dan menyampaikan harapannya agar penelitian ini dapat
bermanfaat bagi perawat yang ada di RS Universitas Sumatera Utara.
2.

Pembentukan timperumusan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Pada tanggal 14 Juni 2016dibentuklah tim untuk merumuskan Protokol

Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Tim yang dibentuk melibatkan Komite
Keperawatan. Tim ini dibentuk bertujuan untuk memudahkan koordinasi peneliti
dan pihak Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, sehingga pelaksanaan DRK
dapat berjalan sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk langkah awal, tim
merencanakan untuk menyusun SPO, alur, struktur dan uraian tugas DRK, serta
modul DRK.

Universitas Sumatera Utara

90

3.

Perumusan SPO, alur, struktur dan uraian tugas serta modul DRK
Pada tanggal 16 Juni 2016, peneliti dan tim mulai berdiskusi untuk

merumuskan SPO, alur, struktur DRK, uraian tugas dan modul DRK. Tim
melakukan penyusunan SPO DRK, alur, struktur DRK, uraian tugas dan modul
DRK untuk dapat digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) yang akan dilaksanakan nantinya di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara.Pada proses penyusunan ini, peneliti dan tim
merujuk pada panduan Permenkes Nomor 836/Menkes/SK-VI/2005 tentang
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang merupakan bagian dari
Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK). Peneliti dan tim juga menggunakan
Modul Pelatihan Peningkatan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK) yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan (2005) sebagai pedoman panduan untuk
penyusunan modul DRK.
4. Kegiatan seminar dan sosialisasi Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 10.00-12.00 WIB di Ruang Aula Lantai
4 RS Universitas Sumatera Utara dilaksanakan Kegiatan sosialisasi tentangSPO
DRK, alur, struktur DRK, uraian tugas dan modul DRK. Kegiatan ini dihadiri
oleh para perawat dari Ruang Rawat Inap RS USU, dan dari bagian Komite
Keperawatan. Peneliti mempresentasikan tentang konsep Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) dan kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang akan dilaksanakan.
Peneliti juga melakukan sosialisasi SPO DRK, alur, struktur DRK, uraian tugas
dan modul DRK yang telah disusun. Selanjutnya bagian Komite Keperawatan
(Sub-Mutu) menyampaikan tentangPermenkes Nomor 836/Menkes/SK-VI/2005
yang merupakan kebijakan dari pemerintah untuk pelaksanaan DRK yang akan

Universitas Sumatera Utara

91

dilakukan. Permenkes Nomor 836/Menkes/SK-VI/2005 ini merupakan penegasan
agar perawat melaksanakan DRK secara teratur dan terjadwal di ruangan masingmasing. Selanjutnya Peneliti dan tim melakukan diskusi dengan pihak manajemen
RS tentang progress kegiatan DRK yang telah berjalan, 2) melakukan diskusi
dengan tim tentang hasil seminar dan sosialisasi DRK yang telah dilakukan dan
merencanakan kegiatan berikutnya.
Pada tanggal 28 Juni 2016 peneliti dan tim mulai merencanakan beberapa
agenda kegiatan lanjutan yaitu merencanakan mengidentifikasi kasus/topik untuk
kegiatan DRK, merencanakan menyusun jadwal kegiatan DRK, merencanakan
pelaksanaan

DRK,

merencanakan

kegiatan

tindak

lanjut

hasil

DRK,

merencanakan observasi tindak lanjut hasil kegiatan DRK. Untuk selanjutnya
melakukan kegiatan yang telah direncanakan.
5.

Melakukan identifikasi kasus/topik DRK
Pada tanggal 11-13 Juli 2016, Peneliti dan timmelakukan identifikasi

kasus/topik DRK yang dilakukan dengan cara membuat daftar isu/masalah yang
ada di ruang rawat inap baik itu berhubungan dengan manajemen pelayanan
ataupun kasus penyakit. Peneliti dan tim juga meninjau bagian Rekam Medik RS
USU untuk mendapatkan gambaran tentang kasus/penyakit pada pasien yang
dirawat di Ruang Rawat Inap RS USU.
Kasus/penyakit yang terbanyak di Ruang Rawat Inap RS USU selama
bulan April-Juni 2016 adalah kasus pasien dengan DHF (Dengue Haemoragic
Fever) sebanyak 20%, Dispepsia (10%), ini menjadi pertimbangan untuk
menjadikan sebagai topik DRK yang akan diangkat. Setelah diidentifikasi, maka

Universitas Sumatera Utara

92

didapatkan beberapa masalah/isu yang dapat dijadikan topik untuk pelaksaanaan
DRK.
Kasus/topik yang didapatkan yaitu Ruang Kelas 1 (Ruang Cendana)
tentang NCP (Nursing Care Pathway) stroke pada pasien geriatrik, Ruang Kelas 2
(Ruang Meranti) tentang dokumentasi catatan perkembangan pasien, Ruang Kelas
3 (ruang Mahoni) tentang asuhan keperawatan pada pasien DHF, Ruang Anak
(Jati) tentang pemasangan infus pada anak dengan gangguan neurologi, Ruang
Maternitas (Ruang Akasia) tentang alur pasien dari IGD