Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa-Siswi SMK Dr. Sjahrir Medan terhadap Faktor Penyebab Kelainan Refraksi Chapter III VI

17

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
PENELITIAN

3.1.

Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka
kerangka teori penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Faktor eksternal

Faktor internal


Genetik

Aktivitas jarak dekat
- Jarak dan Posisi

- Durasi
- Penerangan

Kelainan Refraksi
(Ametropia)

Miopia

Hipermetropia

Astigmatisma

Bayangan sinar sejajar tidak
fokus pada retina

Penurunan tajam penglihatan

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian

Universitas Sumatera Utara


18

3.2.

Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka
kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

Pengetahuan siswa
Kelainan refraksi
Sikapsiswa
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

19

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1.

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan cross-sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa-siswiSMK Dr. Sjahrir Medan
terhadap faktor penyebab kelainan refraksi.
4.2.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Dr. Sjahrir Medan yang berlokasi

di Jalan Perbaungan Nomor 2H-J, Medan. Penelitian ini diawali dari menentukan
judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan April
- Desember 2016.Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016.
4.3.

Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan
XII SMK Dr. Sjahrir Medan.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi terjangkau
yang berada di lingkungan SMK Dr. Sjahrir Medan selama penelitian
berlangsung serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam
kriteria eksklusi.Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini
adalah:
1. Kriteria inklusi
a. Siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr. Sjahrir Medan tahun
ajaran 2016/2017.
b. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

Universitas Sumatera Utara

20

2. Kriteria eksklusi

a. Kuesioner yang diisi tidak lengkap
b. Kuesioner dijawab lebih dari satu jawaban.

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan
rumus:

=

α

Keterangan:
n

=

α



(


)

= Besar sampel penelitian

Zα = Simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat
kemaknaanα.Untuk α = 0,05, maka Zα bernilai 1,96.
p

= Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari.
Berdasarkan penelitian sebelumnya,6 maka nilai p = 27% = 0,27.

q

= 1 – p = 1 – 0,27 = 0,73.

d

= Kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi.


Berdasarkan rumus di atas didapatkan besar sampel:
n = (1,96)2 x 0,27 x 0,73

= 75,71 (76 sampel)

(0,1)2

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
consecutive sampling, sehingga didapatlah sampel penelitian.

4.4.

Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh

langsung dari sumber data.Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian
kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap
sampel penelitian.

Universitas Sumatera Utara


21

4.5.

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:21(1)
editing,dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan dari data-data yang
dikumpulkan, (2) coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan, (3) entry data, yaitu memasukkan data-data ke
dalam program atau software komputer, (4) cleaning, yaitu pengecekan kembali
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan penulisan
kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
Analisis statistik untuk data deskriptif dilakukan dalam bentuk persentase.

4.6.


Definisi Operasional

4.6.1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan

adalah

respondenmengenai

segala

sesuatu

yang

diketahui

oleh


kelainan refraksi dan faktor-faktor yang

menyebabkannya, yang diukur dengan menggunakan kuesioner.
b. Cara Ukur
Pengukuran pengetahuan pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 buah
pertanyaan dalam bentuk pilihan berganda.Jawaban responden yang
benar akan diberi nilai 2, jawaban yang salah akan diberi nilai 1, dan
apabila responden menjawab tidak tahu, akan diberi nilai 0.

Universitas Sumatera Utara

22

d. Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran yang diperoleh berupa total skor penilaian dari
kuesioner yang diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan
tingkatan sebagai berikut:24

1. Tingkat pengetahuan baik apabila responden dapat menjawab
benar>75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
2. Tingkat pengetahuan cukup apabila responden dapat menjawab
dengan benar 56% sampai 75% dari jumlah keseluruhan
pertanyaan yang diberikan.
3. Tingkat pengetahuan kurang apabila responden dapat menjawab
dengan benar ≤ 55% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang
diberikan.
e. Skala
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

4.6.2. Sikap
a. Definisi
Sikap adalah tanggapan atau respon responden terhadap suatu
fenomena sosial, mengenai setuju tidaknya seseorang terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kelainan refraksi dan faktor-faktor yang
menyebabkannya, yang diukur dengan menggunakan kuesioner.
b. Cara Ukur
Pengukuran sikap pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 buah
pertanyaan

dalam

bentuk

pilihan

berganda.Penilaian

sikap

menggunakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif.23

Universitas Sumatera Utara

23

Kemudian jawaban itu diberi skor:
1. Sangat setuju/selalu

5

2. Setuju/sering

4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang

3

4. Tidak setuju/hampir tidak pernah

2

5. Sangat tidak setuju/tidak pernah

1

d. Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran yang diperoleh berupa total skor penilaian dari
kuesioner diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan
sebagai berikut:
1. Mendukung apabila responden mendapat nilai ≥ 31.
2. Tidak mendukung apabila responden mendapat nilai < 31.
e. Skala
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

4.6.3. Kelainan Refraksi
a. Definisi
Kelainan refraksi adalah penurunan tajam penglihatan yang dialami
oleh responden,yang diukur dengan menggunakan kartu Snellen.
b. Cara Ukur
Pengukuran kelainan refraksi adalah dengan pemeriksaan visus dengan
menggunakan kartu Snellen.

Universitas Sumatera Utara

24

Cara menilai visus dari hasil membaca kartu Snellen:16
1. Meminta responden duduk dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen.
2. Meminta responden membaca atau menyebutkan huruf yang ada
pada kartu Snellen, pembacaan dimulai dari huruf yang terbesar
sampai terkecil.
3. Jika terdapat kesalahan dalam membaca, mintalah responden untuk
mengulanginya sebanyak tiga kali.
4. Jika masih terdapat kesalahan, berarti pada baris tersebut
ketajaman matanya sudah menurun. Hasil visus (ketajaman mata)
dibaca di baris terakhir siswa masih bisa menyebutkan seluruh
baris tersebut.
5. Di setiap baris huruf terdapat kode angka yang menunjukkan
berapa meter huruf sebesar itu masih dapat dibaca oleh orang
dengan penglihatan normal. Misalnya: hasil visus 6/9 artinya siswa
dapat menyebutkan huruf pada Snellen Chart pada jarak 6 meter,
sedangkan orang dengan penglihatan normal dapat menyebutkan
huruf tersebut pada jarak 9 meter.
6. Kemudian lakukan uji pinhole. Apabila terjadi perbaikan visus,
maka siswa menderita kelainan refraksi. 16
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah Snellen Chart.
d. Hasil Pengukuran
Hasil pemeriksaan yang diperoleh berupa:
1. Menderita kelainanan refraksi.
2. Tidak menderita kelainan refraksi.
e. Skala
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.

Universitas Sumatera Utara

25

Tabel 4.1. Tabel Definisi Operasional
No.
1

Variabel
Pengetahuan
Siswa

Cara Ukur
Wawancara

Alat Ukur
Kuesioner

Skala
Ordinal

Hasil Ukur
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

2

Sikap Siswa

Wawancara

Kuesioner

Ordinal

1. Mendukung
2. Tidak
mendukung

3

Kelainan
Refraksi

Pemeriksaan
visus

Snellen Chart Nominal

1. Menderita
kelainan refraksi
2. Tidak
menderita
kelainan refraksi

4.7. Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan
reabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson dan uji Cronbach
(Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Jumlah sampel
yang digunakan dalam uji validitas dan reabilitas ini adalah sebanyak 30
orang.Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Variabel

No.

Total Pearson

Status

Alpha

Status

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,691

Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

Correlation
Pengetahuan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0,436
0,423
0,492
0,500
0,479
0,433
0,511
0,430
0,430
0,445

Universitas Sumatera Utara

26

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Sikap

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0,452
0,551
0,417
0,380
0,473
0,610
0,475
0,481
0,437
0,366

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,697

Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

Universitas Sumatera Utara

27

BAB 5
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
5.1.

Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitan
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
Dr. Sjahrir yang beralamat di Jalan Perbaungan No. 2H-J, Medan.SMK Dr.
Sjahrir merupakan suatu sekolah kejuruan akuntasi perpajakan, dengan nomor
Izin

Operasional

Sekolah

dilaksanakan pada tanggal 28

420/4206/PPMP/2011.

Pembagian

kuesioner

dan 29 Oktober 2016 dan pengukuran tajam

penglihatan dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5 November 2016.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Respoden
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr.
Sjahrir Medan. Diambil 80 orang responden yang sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian.
Berdasarkan kelas, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas
No

Kelas

Frekuensi (Orang)

Persentase

1

X

15

18,8

2

XI

29

36,2

3

XII

36

45,0

Total

80

100

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa penelitian ini diikuti oleh siswa-siswi
kelas X, XI, dan XII, dengan responden kelas XII memiliki frekuensi dan
persentase terbesar yaitu 36 orang (45,0%), kemudian diikuti oleh kelas XI yaitu
29 orang (36,2%), dan terakhir oleh kelas X yaitu 15 orang (18,8%)

Universitas Sumatera Utara

28

Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sebaran subjek penelitian
sebagaiberikut:
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

Frekuensi (Orang)

Persentase

1

Laki-laki

26

32,5

2

Perempuan

54

67,5

80

100

Total

Tabel 5.2.menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian adalah
perempuan dengan jumlah 54 orang (67,5%), kemudian laki-laki berjumlah 26
orang (32,5%).

5.1.3. Hasil Analisis Data
5.1.3.1.Tingkat Pengetahuan
Berikut

adalah

persentase

jawaban

responden

mengenai

tingkat

pengetahuan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 buah pertanyaan.
Tabel 5.3. Persentase Responden yang Menjawab Benar Pertanyaan
Pengetahuan tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
No

Benar

Jenis Pertanyaan

Salah

n

%

n

%

1

Pengertian kelainan refraksi

75

93,8

5

6,2

2

Jenis kelainan refraksi

74

92,5

6

7,5

3

Aktivitas yang memicu terjadinya kelainan refraksi

78

97,5

2

2,5

4

Posisi membaca

80

100

0

0

5

Jarak membaca

73

91,3

7

8,7

6

Penerangan yang baik

76

95,0

4

5,0

7

Kapan diperlukan untuk mengistirahatkan mata

58

72,5

22

27,5

8

Cara mengistirahatkan mata

58

72,5

22

27,5

9

Pengobatan kelainan refraksi

36

45,0

44

55,0

10

Akibat kelainan refraksi

58

72,5

22

27,5

Universitas Sumatera Utara

29

Berdasarkan tabel 5.3.diketahui bahwa pertanyaan pada kuesioner yang
paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan mengenai posisi yang baik
untuk membaca. Hal ini menunjukkan bahwa para responden telah mengetahui
posisi yang baik untuk membaca adalah membaca dengan posisi duduk
tegak.Sebaliknya pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan
mengenai tatalaksanakelainan refraksi.Hal ini menunjukkan masih kurangnya
pengetahuan responden mengenai pengobatan yang diperlukan untuk kelainan
refraksi.

Hasil uji terhadap tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X, XI, dan XII
SMK Dr. Sjahrir Medan dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang
Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
No

Kategori

Frekuensi (Orang)

Persentase

1

Tingkat Pengetahuan Baik

67

83,8

2

Tingkat Pengetahuan Cukup

13

16,2

80

100

Total

Dari tabel di atas, dapat diilihat bahwa dari 80 orang responden yang
diwawancarai,

tingkat

pengetahuan

yang

dikategorikan

sebagai

tingkat

pengetahuan baik memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 67 orang
(83,8%), 13 orang (16,2%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan tidak ada
siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (0%).

5.1.3.2.Sikap
Berikut adalah persentase jawaban responden mengenai pertanyaan
sikapdengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 buah pertanyaan.

Universitas Sumatera Utara

30

Tabel 5.5. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Sikap
tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
SS
No
1

S

K

KS

TS

Jenis Pertanyaan

Sikap membaca buku

n

%

N

%

n

%

N

%

N

%

31

38,8

33

41,2

14

17,5

2

2,5

0

0

48

60,0

25

31,3

5

6,3

1

1,2

1

1,2

20

25,0

38

47,4

19

23,8

3

3,8

0

0

29

36,2

29

36,2

19

23,8

3

3,8

0

0

23

28,8

28

35,0

22

27,5

6

7,5

1

1,2

44

55,0

31

38,8

4

5,0

1

1,2

0

0

25

31,3

32

40,0

12

14,9

8

10,0

3

3,8

27

33,8

34

42,4

15

18,8

2

2,5

2

2,5

25

31,3

32

40,0

19

23,7

3

3,8

1

1,2

19

23,7

28

35,0

27

33,8

4

5,0

2

2,5

dengan posisi tidak
berbaring
2

Sikap membaca buku
dengan penerangan
yang cukup

3

Sikap
mengistirahatkan mata

4

Sikap membaca buku
dengan jarak 30-40cm

5

Sikap membatasi
durasi membaca atau
bermain gadget

6

Sikap menjaga
kesehatan mata

7

Sikap memakai
kacamata dengan
disiplin

8

Sikap memberitahu
guru atau orang tua
apabila mengalami
penurunan tajam
penglihatan

9

Sikap mengikuti
anjuran guru atau
orang tua

10

Sikap mendapatkan
pemeriksaan tajam
penglihatan secara
rutin

Universitas Sumatera Utara

31

Berdasarkan tabel 5.5.diketahui bahwa pernyataanan pada kuesioner yang
paling banyak disetujui oleh responden adalah pernyataan mengenai penerangan
saat membaca. Hal ini menunjukkan bahwa para responden memiliki sikap yang
mendukung untuk membaca buku dengan penerangan yang cukup.Sebaliknya
pernyataan yang paling sedikit disetujui adalah perrnyataan mengenai sikap
memakai kacamata dengan disiplin.

Hasil uji terhadap sikap siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr. Sjahrir
Medan yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel
5.6.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden terhadap
Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
No

Kategori

Frekuensi (Orang)

Persentase

1

Sikap Mendukung

77

96,2

2

Sikap Tidak Mendukung

3

3,8

80

100

Total

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
sikap yang dikategorikan sebagai sikap mendukung yaitu sebanyak 77 orang
(96,2%),

dan

sebanyak

3

orang (3,8%)

memiliki sikap

yang

tidak

mendukung.Sikap mendukung yang dimiliki oleh responden mungkin berkaitan
dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

5.1.3.3.Angka Kejadian Kelainan Refraksi
Hasil pemeriksaan visus pada siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr.
Sjahrir Medan yang dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen dan pinhole
dapat dilihat pada tabel 5.7.

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 5.7. Angka Kejadian Kelainan Refraksi pada Responden
No

Kategori

Frekuensi (Orang)

Persentase

1

Kelainan refraksi

39

48,8

2

Tidak menderita kelainan refaksi

41

51,2

Total

80

100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 responden, terdapat 39
orang (48,8%) yang menderita kelainan refraksi, yaitu tidak dapat membaca kartu
Snellen di baris 8 dengan jarak 6 meter dan ketika diuji dengan menggunakan
pinhole, tajam penglihatan membaik.
5.1.3.4.Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Tingkat Pengetahhuan
Hasil tabulasi silang tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir
Medan dengan angka kejadian kelainan refraksi dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan
Kelainan Refraksi
No

Tingkat Pengetahuan

Ya

Total

Tidak

n

%

n

%

n

%

1

Tingkat Pengetahuan Baik

35

52,2

32

47,8

67

100

2

Tingkat Pengetahuan Cukup

4

30,8

9

69,2

13

100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 67 responden yang memiliki
tingkat pengetahuan baik, 35 orang mengalami kelainan refraksi (52,2%) dan 32
orang lainnya tidak mengalami kelainan refraksi (47,8%). Dari 13 responden yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup, 4 orang mengalami kelainan refraksi
(30,8%) dan 9 orang lainnya tidak mengalami kelainan refraksi (69,2%).

Universitas Sumatera Utara

33

5.1.3.5.Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Sikap
Hasil tabulasi silang sikap siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan dengan
angka kejadian kelainan refraksi dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Kejadian Kelainan Refraksi
Berdasarkan Sikap
Kelainan Refraksi
Kategori Sikap

No

Ya

Total

Tidak

n

%

n

%

n

%

1

Sikap Mendukung

37

48,1

40

51,9

77

100

2

Sikap Tidak Mendukung

2

66,7

1

33,3

3

100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 77 responden dengan sikap
mendukung, 37 orang mengalami kelainan refraksi (48,1%) dan 40 orang lainnya
tidak mengalami kelainan refraksi (51,9%). Dari 3 responden dengan sikap tidak
mendukung, 2 orang mengalami kelainan refraksi (66,7%) dan 1 orang lainnya
tidak mengalami kelainan refraksi (33,3%).

5.2.

Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan
Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa-siswi SMK
Dr. Sjahrir Medan (83,8%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai
kelainan refraksi. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilaksanakan di SMA
negeri 3 Medan tahun 2010 yang menyatakan bahwa sebagian besar
(60%)responden

memiliki

pengetahuan

yang

baik

tentang

kelainan

refraksi.15Penelitian yang dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medanpada tahun
2011 memperoleh data responden dengan pengetahuan yang baik mengenai
miopia adalah sebesar 35%.25Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas XII di SMA
Negeri 7 Manado terhadap miopia masih tergolong cukup (56%).26
Tingkat pengetahuan yang berbeda-bedadipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti ketersediaan sumber pengetahuan, kemampuannya mengakses sumber
informasi,

kemampuan

menyerap,

mengolah

dan

memahami

suatu

Universitas Sumatera Utara

34

informasi.Peneliti berasumsi bahwa variasi tingkat pengetahuan disebabkan oleh
karena sifat populasi yang berbeda.
Berdasarkan tabel 5.8.dapat diketahui bahwa pada responden dengan
tingkat pengetahuan yang baik, 52,2% di antaranya mengalami kelainan refraksi.
Hal ini berarti responden tidak memanfaatkan pengetahuannya mengenai kelainan
refraksi dalam aktivitas sehari-hari.

5.2.2. Sikap
Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa-siswi SMK
Dr. Sjahrir Medan (96,2%) memiliki sikap yang mendukung. Sikap yang
mendukung akan menjadi dasar yang kuat untuk menerapkan perilaku yang
positif. Namun, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan
faktor dukungan (support) dari pihak lain.22
Berdasarkan tabel 5.9.dapat diketahui bahwa pada responden dengan sikap
mendukung, 48,1% di antaranya mengalami kelainan refraksi. Pengetahuan
responden menumbuhkan sikap yang mendukung, namun responden tidak
mewujudkannya dalam perilaku yang positif.

5.2.3. Angka Kejadian Kelainan Refraksi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyatakan
penyebab penurunan tajam penglihatan terbesar adalah kelainan refraksi
(43%).2Angka kejadian kelainan refraksi pada penelitian yang dilakukan di SMP
Kristen Eben Haezar 2 Manado pada tahun 2014 adalah sebesar 46%.27Angka
kejadian kelainan refraksi yang diteliti pada siswa/siswi SMK Dr. Sjahrir Medan
pada tahun ajaran 2016/2017 adalah sebesar 48,8%. Angka ini meningkat dari
tahun ke tahun jika dibandingkan denganpenelitian-penelitian sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

35

Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik
Medan pada tahun 2008-2010 menunjukkan angka kejadian kelainan refraksi pada
remaja berusia 15-24 tahun adalah sebesar 16,61%.28Selanjutnya penelitian yang
dilakukan pada tahun 2011-2014 di Poliklinik Mata RS H. Adam Malik
menunjukkan angka kejadian kelainan refraksi pada remaja berusia 12-25 tahun
adalah sebesar 31,15%.6
Angka kejadian kelainan refraksi dikhawatirkan menjadi semakin
meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, atau dapat semakin rendah apabila
edukasi kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik dan diberi fasilitas yang
memadai.

Universitas Sumatera Utara

36

BAB6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun

kesimpulanyang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Didapatkan 80 siswa yang menjadi subjek penelitian yang terdiri dari
67,5% (54 orang) siswa perempuan dan 32,5% (26 orang) siswa laki-laki.

2.

Mayoritas tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan
mengenai kelainan refraksi dan faktor penyebabnya berada dalam kategori
baik (83,8%). Pengetahuan siswa mengenai pengertian kelainan refraksi,
tanda dan gejala kelainan refraksi, faktor-faktor penyebab kelainan
refraksi, tatalaksana dan juga cara mencegah terjadinya kelainan refraksi
sudah baik.

3.

Mayoritas sikap siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan mengenai kelainan
refraksi dan faktor penyebabnya berada pada kategori mendukung
(96,2%). Respoden yang memiliki sikap mendukung mungkin berkaitan
dengan tingkat pengetahuan yang baik.

4.

Angka kejadian kelainan refraksi di SMK Dr. Sjahrir Medan pada tahun
ajaran 2016/2017 sebesar 48,8%.Tingginya angka kejadian kelainan
refraksi dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya diduga terjadi
oleh karena kegiatan yang dilakukan responden, seperti membaca atau
aktivitas pembelajaran dengan menggunakan komputer.

6.2.

Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah:

1.

Bagi siswa
Siswa harus mampu untuk mengetahui tanda dan gejala kelainan refraksi.
Apabila siswa mengalami tanda dan gejala seperti itu, maka mereka harus
segera mencari pengobatan atau mampu melakukan pencegahan sedini
mungkin.

Universitas Sumatera Utara

37

2.

Bagi sekolah
Melakukanpendekatan atau sosialisasi dari pihak sekolah agar dapat
memberikan pengawasan dan dukungan untuk menerapkan perilaku yang
positif.

3.

Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel
lain, mengingat kelainan refraksi dipengaruhi oleh multifaktor, misalnya
kelainan refraksi akibat pengaruh genetik.

Universitas Sumatera Utara