Prevalensi Kejadian Malnutrisi pada Balita di Ruang Rawat Anak RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama
di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita (Krawinkel M, 2005).
Kasus kematian balita akibat gizi buruk kembali berulang, terjadi secara
masif dengan wilayah sebaran yang hampir merata di seluruh tanah air. Sejauh
pemantauan yang telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah anak-anak
mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru dilakukan setelah
anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum anak-anak itu memasuki
fase kritis, perhatian terhadap hak hidup dan kepentingan terbaiknya terabaikan
(Yayasan Pemantau Hak Anak, 2009).
Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia,
terutama di negara-negara berkembang. Data statistik daripada United Nation
Foods and Agriculture Organization (FAO), menyatakan bahwa kekurangan gizi
di dunia mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan
sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang

sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah daripada 10,9 juta
anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi
(United Nation FAO, 2009). Di Indonesia KEP dan efisiensi mikronutrien juga
menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di masyarakat terutama anak
balita (DepKes RI, 2008).
Dari hasil berbagai penelitian pada kenyataannya, ditemukan angka
prevalensi malnutrisi di rumah sakit cukup tinggi, tidak hanya di negara
berkembang tapi juga negara maju . Di Belanda, prevalensi malnutrisi di rumah
sakit 40%, Swedia 17%-47%, Denmark 28%, dinegara lain seperti Amerika,
Inggris angkanya antara 40%-50% (Arrowsmith H, 1997). Di negara berkembang
seperti Jakarta, dari beberapa studi yang dilakukan (1995-1999) juga

Universitas Sumatera Utara

2

menunjukkan sekitar 20%-60% pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum dalam
kondisi malnutrisi saat masuk perawatan, dan 69% pasien cendrung menurun
status gizinya selama rawat inap di rumah sakit (Dinarto M, 2002).
Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi.

Hasil Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu
dari 10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3%
pada tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali prevalensi
gizi buruk dari 8,0% menjadi 8,3% pada tahun 2003 dan kembali meningkat
menjadi 8,8% pada tahun 2005. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
seluruh Indonesia terjadi penurunan kasus gizi buruk yaitu pada tahun 2005
terdata 76.178 kasus kemudian turun menjadi 50.106 kasus pada tahun 2006 dan
39.080 kasus pada tahun 2007. Penurunan kasus gizi buruk ini belum dapat
dipastikan karena penurunan kasus yang terjadi kemungkinan juga disebabkan
oleh adanya kasus yang tidak terlaporkan. (Krisnansari D., 2010).
Penelitian yang dilakukan, menyatakan bahwa sebanyak 19 provinsi
mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe, Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Selain
itu, hasil laporan riset kesehatan dasar nasional 2007 bagi status gizi provinsi
Sumatera Utara menurut berat badan per umur (BB/U) mencatatkan angka gizi
buruk 8,4% dan angka gizi kurang 14,3% (Laporan Riskesdas, 2007).
Prevalensi gizi buruk nasional berdasarkan presentase berat badan per umur

(BB/U) pada anak balita mencapai 5,4% dan gizi kurang sebesar 13% (Laporan
Riskesdas, 2007). Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%.
Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan
target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target
tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33
provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi

Universitas Sumatera Utara

3

Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%),
Sumatera Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%),
Nusa Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6), Kalimantan Barat
(22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan (26,6%), Kalimantan
Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%), Gorontalo
(25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua
Barat (23,2%)dan Papua (21,2). (Badan Pusat Statistik., 2005)
Berdasarkan hasil survey awal di RSUD dr. Pirngadi Medan didapati bahwa

jumlah kasus malnutrisi pada balita di ruang rawat anak sebanyak 61 kasus.
Sebelumnya belum pernah ada dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi
malnutrisi di RSUD dr. Pirngadi Medan sehingga tidak didapatkan data mengenai
angka kejadian malnutrisi. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui prevalensi kejadian malnutrisi di RSUD dr. Pirngadi Medan
terutama pada anak balita. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan
karena rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan masyarakat kota
Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian adalah :
bagaimana prevalensi kejadian malnutrisi pada balita di ruang rawat anak RSUD
dr. Pirngadi Medan pada tahun 2012?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum:
Mengetahui prevalensi kejadian malnutrisi pada balita di ruang rawat anak
RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2012.
1.3.2. Tujuan khusus:
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui prevalensi kejadian malnutrisi berdasarkan jenis kelamin
pada balita di ruang rawat anak RSUD dr. Pirngadi Medan


Universitas Sumatera Utara

4

2. Mengetahui prevalensi kejadian malnutrisi berdasarkan usia pada balita
di ruang rawat anak RSUD dr. Pirngadi Medan
3. Mengetahui prevalensi derajat malnutrisi pada balita di ruang rawat anak
RSUD dr. Pirngadi Medan
4. Mengetahui prevalensi jenis malnutrisi berat pada balita di ruang rawat
anak RSUD dr. Pirngadi Medan

1.4 Manfaat Penelitian:
1.4.1. Peneliti:
Diharapkan dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat mengasah daya
analisa dan mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
1.4.2. Rumah Sakit:
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dan rumah sakit yang
menangani penyakit ini dapat segera menindak lanjuti serta mencegah agar tidak
memperburuk keadaan pasien.

1.4.3. Masyarakat:
Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan informasi yang benar bagi
masyarakat tentang prevalensi malnutrisi pada anak di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Universitas Sumatera Utara