T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Skema Kognitif Siswa SMA dalam Menyelesaikan Soal Cerita tentang Balok Ditinjau dari Tahapan Polya T1 Full text

SKEMA KOGNITIF SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA TENTANG BALOK DITINJAU DARI TAHAPAN POLYA

TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana

Oleh :
Evi Yanti Angreini
202013088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

1

2


3

4

5

SKEMA KOGNITIF SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA TENTANG BALOK DITINJAU DARI TAHAPAN POLYA
Evi Yanti Angreini, Helti Lygia Mampouw
Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Indonesia
email: 202013088@student.uksw.edu

Abstrak
Skema kognitif adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan skema
kognitif siswa yang berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam menyelesaikan soal cerita
tentang balok ditinjau dari tahapan Polya. Jenis penelitian adalah kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di kelas
X SMA pada 3 subjek, masing-masing 1 subjek berkemampuan matematika tinggi, 1 subjek berkemampuan
matematika sedang dan 1 subjek berkemampuan matematika rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ketiga subjek mengalami disekuilibrium dengan masalah yang diberikan. Subjek berkemampuan matematika
tinggi dalam menyelesaikan soal cerita tentang kerangka balok dan luas permukaan kubus mengalami asimilasi
dan ekuilibrium dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan rencana pemecahan.
Sedangkan dalam menyelesaikan soal cerita tentang luas permukaan balok mengalami asimilasi dan ekuilibrium
dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, melakukan rencana pemecahan, dan memeriksa kembali
jawaban. Subjek berkemampuan matematika sedang dalam menyelesaikan soal cerita tentang kerangka balok
dan luas permukaan kubus mengalami asimilasi dan ekuilibrium dalam memahami masalah, merencanakan
pemecahan, dan melakukan rencana pemecahan, sedangkan dalam menyelesaikan soal cerita tentang luas
permukaan balok mengalami asimilasi dan ekuilibrium dalam memahami masalah dan merencanakan
pemecahan, akomodasi dan ekuilibrium dalam melakukan rencana pemecahan. Subjek berkemampuan
matematika rendah dalam menyelesaikan soal cerita tentang luas permukaan kubus dan luas permukaan balok
mengalami asimilasi dan ekuilibrium dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan
rencana pemecahan, sedangkan dalam menyelesaikan soal cerita tentang kerangka balok mengalami asimilasi
dan ekuilibrium dalam memahami masalah dan merencanakan pemecahan, akomodasi dan ekuilibrium dalam
melakukan rencana pemecahan. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru tentang skema
kognitif siswa SMA dalam menyelesaiakan soal cerita tentang balok dan sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Kata kunci : Skema Kognitif, Soal Cerita Tentang Balok, Tahapan Polya

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada setiap jenjang pendidikan di
sekolah. Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dan sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Wardhani 2008:8).
Pembelajaran soal cerita merupakan salah satu pembelajaran yang memuat masalah kehidupan seharihari, sehingga melalui pembelajaran soal cerita diharapkan siswa dapat memiliki sikap yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran matematika, salah satunya meliputi kemampuan pemecahan masalah dan
memahami kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa salah satu kesulitan yang banyak dialami siswa
dalam pembelajaran matematika adalah menyelesaikan soal cerita (Wahyuni dalam Marlina, 2013:1).
Pembelajaran soal cerita yaitu pembelajaran yang mengaitkan masalah dengan kehidupan sehari-hari.
Materi matematika yang erat kaitannya dengan soal cerita dan sangat dekat dengan siswa adalah balok,
karena sebagian besar objek visual yang ada disekitar siswa merupakan objek geometri termasuk
balok. Depdiknas (2006) menyebutkan bahwa Geometri merupakan penyumbang materi terbesar
yakni sekitar 40% dari seluruh materi pokok matematika di SMP/MTs. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran geometri masih memerlukan perhatian yang serius termasuk
materi balok. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2010) menunjukkan bahwa hasil tes siklus
pertama, rata-rata kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kubus dan balok baru mencapai
ketuntasan belajar 60%.
Russeffendi (Yurnani, 2015:1) mengungkapkan bahwa matematika timbul karena pikiranpikiran manusia yang berhubungan dengan idea, proses dan penalaran. Ide yang muncul dalam
6


matematika merupakan akibat dari adanya pengalaman belajar. Seseorang yang sudah melalui
pengalaman belajar, kognitifnya akan mengalami perkembangan. Pola perkembangan manusia
merupakan hasil dari beberapa proses, yaitu proses biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock,
2008:41). Menurut Santrock (2008:41) proses kognitif adalah perubahan pemikiran, kecerdasan, dan
bahasa anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untuk membayangkan cara
menyelesaikan masalah pada soal matematika. Dalam pemecahan soal matematika, seorang anak
melakukan proses berpikir sehingga didapat penyelesaian dari permasalahan tersebut. Menurut
Hidayat, dkk (2013:41) dalam proses berpikir terjadi pengolahan antara informasi yang masuk dengan
skema (struktur kognitif) yang ada di dalam otak manusia.
Anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) untuk
memahami dunia mereka secara aktif. Menurut Suparno (2001:21) skema adalah suatu struktur mental
seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan menurut
Santrock (2008:46) skema kognitif adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu
yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Skema akan beradaptasi
dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Semua organisme dilahirkan dengan suatu
kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan, cara beradaptasi setiap
jenis makhluk berbeda-beda (Suparno, 2001:24). Piaget (Santrock, 2008:46) mengatakan bahwa ada
dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak mengadaptasi skema mereka, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam

pengetahuan yang sudah ia miliki sebelumnya. Menurut Wadsworth (Suparno, 2001:22) asimilasi
tidak menyebabkan perubahan skema, tetapi memperkembangkan skema. Sedangkan akomodasi
terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka
dengan lingkungannya.
Skema kognitif anak dalam menghadapi rangsangan baru dapat dilihat melalui proses adaptasi
yang dialami terhadap rangsangan tersebut. Bagan 1 berikut menunjukkan skema kognitif yang dapat
terbentuk dari individu dalam menyelesaikan soal cerita tentang balok.
Bagan 1. Bagan skema kognitif

Adapun indikator yang digunakan untuk mengetahui skema kognitif anak dapat dilihat dari
Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Indikator skema kognitif materi balok
Tahapan

Memahami
Masalah

Proses
Disekuilibrium
Asimilasi

Akomodasi
Ekuilibrium
Disekuilibrium

Merencanakan
Pemecahan

Asimilasi
Akomodasi

Indikator
membaca soal berulang dilakukan untuk memahami masalah
dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dari soal secara
tertulis maupun lisan
terjadi perubahan jawaban dalam mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui
dapat memahami masalah yang ingin diselesaikan
tidak memiliki rencana penyelesaian
memiliki rencana penyelesaian masalah dalam memecahkan
masalah

terjadi perubahan rencana penyelesaian masalah dan menentukan

7

Ekuilibrium
Disekuilibrium
Melakukan
Rencana

Asimilasi
Akomodasi
Ekuilibrium
Disekuilibrium
Asimilasi

Memeriksa
Kembali

Akomodasi
Ekuilibrium


rencana penyelesaian masalah yang baru
meyakini rencana penyelesaian yang digunakan
masalah tidak dapat diselesaikan
masalah dapat terselesaikan menggunakan rencana pemecahan
masalah yang telah disusun
ada ketidaksesuaian antara rencana penyelesaian masalah dengan
pelaksanaan penyelesaian
penyelesaian masalah dianggap sudah selesai
merasa ragu dengan jawaban yang diberikan
kesimpulan diberikan secara tertulis maupun lisan
pembetulan dilakukan pada jawaban yang sebelumnya dianggap
kurang tepat
masalah dapat diselesaikan
subjek menyatakan sudah selesai

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan skema
kognitif siswa SMA dalam menyelesaikan soal cerita tentang balok dimana data yang diambil berupa
tulisan-tulisan, gambar-gambar, rangkaian kata-kata, dan bahasa tubuh. Subjek terdiri dari siswa

berkemampuan matematika tinggi yaitu SB, siswa berkemampuan matematika sedang yaitu DK, dan
siswa berkemampuan matematika rendah yaitu EW.
Kriteria pemilihan subjek didasarkan pada nilai rapor matematika kelas X2 semester ganjil tahun
ajaran 2016/2017 . Hasil nilai matematika diurutkan berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah,
kemudian dibagi menjadi 5 kategori, yaitu tinggi, agak tinggi, sedang, agak rendah dan rendah dengan
presentase dari masing-masing kategori adalah 20% dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 20 siswa.
Siswa yang menjadi subjek hanya siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah yang
dipilih berdasarkan rekomendasi dari guru mata pelajaran matematika kelas X dan telah mempelajari
materi tentang balok. Ada pun subjek dengan kriteria peneliti dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Penentuan Subjek Penelitian
Kategori Kemampuan Matematika
Nilai Subjek
Tinggi
84
Sedang
76
Rendah
66

Inisial

SB
DK
EW

Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dibantu dengan instrument
pendukung yaitu soal tes dan pedoman wawancara semistruktur. Soal tes digunakan untuk

memperoleh informasi yang cukup mengenai skema kognitif siswa kelas X SMA dalam
menyelesaikan soal cerita tentang balok yang akan lebih diperdalam dengan dilakukannya
wawancara. Jenis tes yang digunakan adalah tes uraian yang terdiri atas 3 soal cerita seharihari tentang balok, yaitu tentang kerangka balok, luas permukaan kubus dan luas permukaan
balok. Data yang terkumpul dari hasil tes dan wawancara subjek di analisis sesuai dengan indikator
skema kognitif materi balok pada subjek kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah.
HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Skema Kognitif Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Memecahkan Masalah
pada Soal Cerita Tentang Balok
Data untuk mengetahui skema kognitif subjek SB diperoleh dari hasil tes dan wawancara.
Gambar 1 memuat jawaban tertulis SB pada soal cerita tentang: (1) kerangka balok, (2) luas
permukaan kubus, dan (3) luas permukaan balok dan cuplikan wawancara 1 menyatakan pemahaman
SB terhadap ketiga soal tersebut.


8

(1)

(2)
(3)

Gambar 1. Jawaban SB dalam memecahkan masalah soal cerita tentang: (1) kerangka balok, (2) luas
permukaan kubus, dan (3) luas permukaan balok

Kondisi awal SB adalah disekuilibrium dimana SB mendapat konflik pada masalah yang diberikan.
Disebut konflik atau kondisi disekuilibrium karena SB perlu membaca dua sampai tiga kali untuk
memahami soal.
Jawaban tertulis SB dalam memahami masalah terlihat ketika SB dapat menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan dari soal. Saat dikonfirmasi melalui wawancara SB juga dapat
mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Hal tersebut didukung oleh jawaban SB
secara lisan seperti pada cuplikan wawancara 1.
Cuplikan wawancara 1:
P
SB1,2
SB3
P
SB1

:
:
:
:
:

SB2

:

SB3

:

baca soal berapa kali ?
dua kali
tiga
coba kamu jelaskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal!
yang diketahui ukuran model kerangka balok yang mempunyai panjang tiga puluh
centimeter lebar dua puluh centimeter sama tinggi sepuluh centimeter, terus panjang kawat
sepuluh meter, yang ditanya banyak kerangka balok yang dapat dibuat
kolam ikan berbentuk kubus tanpa tutup mempunyai panjang enam meter, terus dinding
kolam itu akan di cat, setiap sembilan meter kuadrat membutuhkan satu liter cat, yang
ditanya berapa liter cat yang dibutuhkan untuk pengecatan seluruh kolam
karton berbentuk persegi panjang mempunyai eh berukuran nol koma lima meter kali satu
meter, terus panjang karton untuk membungkus mempunyai panjang empat centimeter lebar
tiga centimeter sama tinggi lima centimeter, terus kado yang akan dibuat sebanyak limaratus
buah, yang ditanya berapa banyak karton yang dibutuhkan untuk membuat limaratus buah

Berdasarkan hasil jawaban SB di atas terlihat bahwa SB dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan pada soal secara tertulis maupun lisan. Dapat dikatakan SB dalam
memahami masalah mengalami asimilasi. Berdasarkan cuplikan wawancara 1 juga dapat
diidentifikasi bahwa SB dapat memahami masalah yang ingin diselesaiakan dengan menentukan apa
yang diketahui dan apa yang diminta dalam soal, dapat dikatakan SB mengalami ekuilibrium dalam
memahami masalah.
SB mengalami asimilasi dalam merencanakan pemecahan masalah. Secara tertulis SB dapat
menuliskan rencana pemecahan masalah dengan menggunakan rumus. Asimilasi juga dapat
diidentifikasi melalui jawaban lisan yang dipaparkan oleh SB, yaitu ketika SB dapat menyebutkan
langkah awal yang harus ditempuh untuk menyelesaikan masalah pada ketiga soal tersebut. Hal ini
didukung oleh jawaban SB ketika dilakukan wawancara seperti pada cuplikan wawancara 2.
Cuplikan wawancara 2:
P

:

nah langkah awal kamu untuk menjawab pertanyaan tersebut gimana ?

9

SB1

:

SB2

:

SB3

:

menggunakan rumus empat kali p plus l plus t, terus dimasukkan empat kali tigapuluh plus
duapuluh plus sepuluh, empat kali enampuluh sama dengan dua ratus empatpuluh centimeter
mencari dinding kolam ikan berbentuk kubus tanpa tutup yang buat di cat, emhh ini lima kali
sisi kali sisi, lima kali enam kali enam, lima kali tigapuluh enam sama dengan seratus
delapan puluh meter, kemudian dibagi sembilan
dengan mencari luas permukaan ini untuk membungkus kado

Terlihat dalam merencanakan pemecahan SB memiliki rencana penyelesaian masalah, dengan kata
lain SB mengalami asimilasi saat merencanakan pemecahan. SB juga meyakini rencana pemecahan
masalah yang akan SB tempuh dengan memberikan alasan memilih langkah tersebut. Dengan kata
lain SB meyakini rencana penyelesaian masalah yang digunakan atau dapat dikatakan SB mengalami
ekuilibrium dalam merencanakan pemecahan.
Setelah merencanakan pemecahan SB melanjutkan pelaksanaan rencana penyelesaian
masalah. Dalam melakukan rencana penyelesaian masalah SB mengalami asimilasi. Asimilasi dapat
diidentifikasi melalui jawaban tertulis dan jawaban lisan yang dipaparkan oleh SB. Terlihat pada
gambar 1 SB menyelesaikan ketiga masalah menggunakan rencana penyelesaian masalah yang telah
disusun sebelumnya. Saat dikonfirmasi melalui wawancara SB dapat menjelaskan penyelesaian
masalah yang dilakukan dan meyakini bahwa jawaban yang diperoleh benar. Dengan kata lain SB
dalam menyelesaikan masalah mengalami ekuilibrium, yaitu ketika SB menganggap bahwa masalah
sudah terselesaikan. Hal tersebut didukung oleh jawaban SB saat dilakukan wawancara seperti pada
cuplikan wawancara 3.
Cuplikan wawancara 3:
P
SB1

:
:

SB2

:

SB3

:

P
SB1,2,3

:
:

kemudian langkah selanjutnya gimana ?
terus kan ini tadi kan diketahui panjang kawat sepuluh meter, ini dijadikan ke centimeter
kan menjadi seribu, terus habis itu dibagi sama ini tadi dua ratus empatpuluh centimeter,
hasilnya empat.
setelah ketemu ini, terus kan setiap sembilan meter membutuhkan satu liter cat, la yang
ditanya seratus delapanpuluh meter berapa liter cat terus seratus delapanpuluh meter dibagi
sembilan meter sama dengan duapuluh liter cat.
ini rumusnya dua kali panjang kali lebar plus panjang kali tinggi plus lebar kali tinggi,
sama dengan dua kali empat kali tiga plus empat kali lima plus tiga kali lima, sama dengan
dua kali duabelas plus duapuluh plus lima belas sama dengan dua kali empat puluh tujuh
sama dengan sembilanpuluh empat centimeter untuk satu buah kado.
selanjutnya kan udah diketahui kalau disuruh mencari limaratus buah kado, terus dikali ini
satu buah kado ini terus dibagi nol koma lima, ini meter dijadikan ke centimeter supaya
sama, terus habis itu limaratus kali sembilanpuluh empat centimeter dibagi lima puluh
centimeter, jadi seratus eh sembilan ratus empatpuluh karton yang dibutuhkan untuk
membungkus limaratus buah kado
kamu yakin sama jawabanmu ?
Iya yakin

Dalam memeriksa kembali jawaban soal cerita tentang kerangka balok dan luas permukaan
kubus SB tidak melakukan pengecekan kembali atau tidak memeriksa kembali jawaban karena SB
merasa jawabannya sudah benar dan sudah mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dicari. SB
melakukan pemeriksaan kembali jawaban pada soal cerita tentang luas permukaan balok, SB
mengalami asimilasi. Asimilasi dapat diidentifikasi ketika SB memberikan kesimpulan akhir secara
lisan setelah menemukan jawaban dari permasalahan. SB juga meyakini jawaban yang diberikan
sudah benar dan permasalahan yang dicari sudah terselesaiakan. Berdasarkan gambar 1 beserta
cuplikan wawancara SB menyatakan sudah yakin sehingga dapat dikatakan bahwa SB dapat
menyelesaikan masalah tentang kerangka balok, luas permukaan kubus, dan luas permukaan balok
dengan merespon skema-skema yang ada atau dapat dikatakan ekuilibrium.
Berdasarkan diskripsi analisis di atas subjek SB pada penyelesaian soal tentang kerangka
balok dan luas permukaan kubus, skema kognitif yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Skema Kognitif SB dalam memecahkan masalah soal cerita tentang kerangka balok dan luas
permukaan kubus

10

Disekuilibrium pada kondisi awal SB diberikan masalah, proses asimilasi dan ekuilibrium terjadi saat
SB memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan rencana pemecahan. Dan kondisi
ekuilibrium ketika SB menyatakan bahwa masalah dapat terselesaikan.
SB pada penyelesaian soal tentang luas permukaan balok, skema kognitif yang terbentuk
dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Skema Kognitif SB dalam memecahkan masalah soal cerita tentang luas permukaan balok

Disekuilibrium pada kondisi awal SB diberikan masalah, proses asimilasi dan ekuilibrium terjadi saat
SB memahami masalah, merencanakan pemecahan, melakukan rencana pemecahan dan memeriksa
kembali jawaban. Dan kondisi ekuilibrium ketika SB meyakini bahwa jawaban yang diberikan sudah
benar.
2.

Skema Kognitif Subjek Berkemampuan Matematika Sedang dalam Memecahkan Masalah
pada Soal Cerita Tentang Balok
Data untuk mengetahui skema kognitif DK diperoleh dari hasil tes dan wawancara. Gambar 4
memuat jawaban tertulis DK pada soal cerita tentang: (1) kerangka balok, (2) luas permukaan kubus,
dan (3) luas permukaan balok dan cuplikan wawancara 4 menyatakan pemahaman DK terhadap ketiga
soal tersebut.

(1)

(2)

(3)
Gambar 4. Jawaban DK dalam memecahkan masalah soal cerita tentang: (1) kerangka balok, (2) luas
permukaan kubus, dan (3) luas permukaan balok

Kondisi awal DK adalah disekuilibrium dimana DK mendapat konflik pada masalah yang diberikan.
Disebut konflik atau kondisi disekuilibrium karena DK perlu membaca dua kali untuk memahami
soal.
Jawaban tertulis DK dalam memahami masalah terlihat ketika DK tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan dari soal. Namun saat dikonfirmasi melalui wawancara DK dapat
mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Hal tersebut didukung oleh jawaban
DK secara lisan seperti pada cuplikan wawancara 4.
Cuplikan wawancara 4:
P
DK1,2,3
P
DK1

:
:
:
:

DK2

:

kamu baca soal berapa kali ?
Dua kali
disitu yang diketahui dari soalnya apa ?
panjang kawatnya sepuluh meter sama model kerangkanya dengan panjang tigapuluh
centimeter lebar duapuluh centimeter dan tinggi sepuluh sentimeter, yang ditanya banyak
kerangka balok yang dibuat
emm panjang ukuran kolamnya enam meter, terus kan mau ngecat dinding-didingnya itu,
kan yang dicat belum tanpa tutupnya lima to sisinya, terus ini yang dibutuhkan untuk
mengecat satu dindingnya satu liter, terus yang ditanya berapa liter cat yang dibutuhkan

11

DK3

:

ukuran persegi panjang, eh ukuran kartonnya nol koma lima meter kali satu meter terus
emm apa ini kerangkanya banyak polanya itu ukurannya panjangnya empat centimeter
lebarnya tiga centimeter dan tingginya lima sentimeter, yang ditanyakan banyak karton
yang dibutuhkan

Berdasarkan hasil jawaban DK di atas terlihat bahwa DK dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan pada soal secara lisan walaupun tidak menuliskannya secara langsung.
Dapat dikatakan DK dalam memahami masalah mengalami asimilasi. DK juga dapat memahami
masalah yang ingin diselesaiakan dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang diminta dalam
soal dan DK juga meyatakan paham saat dilakukan wawancara, sehingga dapat dikatakan DK
mengalami ekuilibrium dalam memahami masalah.
DK mengalami asimilasi dalam merencanakan pemecahan masalah. Secara tertulis DK dapat
menuliskan rencana pemecahan masalah dengan menggunakan rumus walaupun tidak diberi
keterangan. Asimilasi juga dapat diidentifikasi melalui jawaban lisan yang dipaparkan oleh DK, yaitu
ketika DK dapat menyebutkan langkah awal yang harus ditempuh untuk menyelesaikan masalah
dalam soal cerita tersebut. Hal ini didukung oleh jawaban DK ketika dilakukan wawancara seperti
pada cuplikan wawancara 5.
Cuplikan wawancara 5:
P
DK1
DK2
DK3

:
:
:
:

nah cara kamu untuk menyelesaikan itu gimana ?
menggunakan rumus emm satu kerangka balok, rumus empat kali p plus l plus t
emm pakai rumus sisi kali sisi
mencari satu ukuran bungkus kado dulu, dua kali p l plus p t plus l t, terus ini dua terus p l
kan panjang kali lebar berarti empat kali tiga kan duabelas, p t nya empat kali lima
duapuluh, terus l t nya tiga kali lima limabelas, terus ini dua dikali empatpuluh tujuh sama
dengan sembilan puluh empat centimeter

Terlihat dalam merencanakan pemecahan DK memiliki rencana penyelesaian masalah, dengan kata
lain DK mengalami asimilasi saat merencanakan pemecahan. DK juga meyakini rencana pemecahan
masalah yang di tempuh dengan memberikan alasan memilih langkah tersebut. Dengan kata lain DK
meyakini rencana penyelesaian masalah yang digunakan atau dapat dikatakan DK mengalami
ekuilibrium dalam merencanakan pemecahan.
Setelah merencanakan pemecahan DK melanjutkan pelaksanaan rencana penyelesaian
masalah. Dalam melakukan rencana penyelesaian masalah DK mengalami asimilasi dalam
menyelesaikan soal tentang kerangka balok dan luas permukaan kubus, dan mengalami akomodasi
dalam menyelesaikan soal tentang luas permukaan balok. Asimilasi dapat diidentifikasi dengan
melihat jawaban DK pada gambar 4(1) dan 4(2), DK menyelesaikan masalah menggunakan rencana
penyelesaian masalah yang telah disusun sebelumnya. Akomodasi dapat diidentifikasi ketika DK
mengganti jawaban karena ada ketidaksesuaian antara rencana penyelesaian masalah dengan
pelaksanaan penyelesaian. Jawaban tertulis DK terlihat ada perubahan jawaban dari yang sebelumnya
sembilan puluh empat ribu menjadi sembilan ratus empat puluh. DK menyadari bahwa satuan luas
yang digunakan untuk penyelesaian masalah kurang tepat sehingga DK membuat rencana
penyelesaian yang baru dengan menyamakan satuan terlebih dahulu. Saat dikonfirmasi melalui
wawancara DK dapat menjelaskan penyelesaian masalah yang dilakukan dan meyakini bahwa
jawaban yang diperoleh benar. Dengan kata lain DK dalam menyelesaikan masalah mengalami
ekuilibrium, yaitu ketika DK meyakini bahwa jawaban yang diberikan sudah benar. Hal tersebut
didukung oleh jawaban DK saat dilakukan wawancara seperti pada cuplikan wawancara 6.
Cuplikan wawancara 6:
P
DK1

:
:

DK2

:

kemudian gimana coba lanjutkan langkah kamu untuk menyelesaikan soal tersebut
ini kan rumusnya tadi, terus ini empat kan panjangnya tigapuluh centimeter lebar duapuluh
centimeter dan tinggi sepuluh centimeter , terus empat kalikan empat kalikan enampuluh kan
duaratus empatpuluh centimeter, terus yang ditanya kan banyak kerangka balok yang dapat
dibuat, terus ini panjang kawatnya tadi kan sepuluh meter jadikan centimeter jadi seribu, seribu
dibagi ininya tadi dua ratus empatpuluh centimeter ketemu empat
terus kan kalau kubus tanpa tutup kan sisi-sisinya ada lima, terus sisinya itu tadi panjangnya
enam meter to terus ini kan tadi pakai rumus sisi kali sisi, ini enam kali enam, lima kali enam
kali enam tigapuluh enam, lima kali tigapuluh enam seratus delapan puluh, kemudian emm
mencari berapa liter untuk mengecat seluruh kolam, seratus delapan puluh meter tadi dibagi ini
sembilan meter persegi, ketemunya duapuluh liter

12

DK3

:

emm dibuat sama dulu satuannya, limapuluh terus dibagi. Empat puluh tujuh ribu dibagi lima
puluh, sembilan puluh empat ribu ehh.. sembilan ratus empat puluh karton

DK memeriksa kembali jawaban soal cerita tentang kerangka balok, luas permukaan kubus,
dan luas permukaan balok. DK meyakini jawaban yang diberikan sudah benar dan permasalahan yang
dicari sudah terselesaiakan. Berdasarkan gambar 4 beserta cuplikan wawancara DK meyakini bahwa
jawaban yang diberikan sudah benar sehingga dapat dikatakan bahwa DK dapat menyelesaikan
masalah tentang kerangka balok, luas permukaan kubus, dan luas permukaan balok dengan merespon
skema-skema yang ada atau dapat dikatakan ekuilibrium.
Berdasarkan diskripsi analisis di atas subjek DK pada penyelesaian soal tentang kerangka
balok dan luas permukaan kubus, skema kognitif yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Skema Kognitif DK dalam memecahkan masalah soal cerita tentang kerangka balok dan luas
permukaan kubus

Disekuilibrium pada kondisi awal DK diberikan masalah, proses asimilasi dan ekuilibrium terjadi saat
DK memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan rencana pemecahan. Dan kondisi
ekuilibrium ketika DK meyakini jawaban yang diberikan sudah benar dan selesai.
DK pada penyelesaian soal tentang luas permukaan balok, skema kognitif yang terbentuk
dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Skema Kognitif DK dalam memecahkan masalah soal cerita tentang luas permukaan balok

Disekuilibrium pada kondisi awal DK diberikan masalah, proses asimilasi dan ekuilibrium terjadi saat
DK memahami masalah dan merencanakan pemecahan, melakukan rencana pemecahan mengalami
akomodasi. Dan kondisi ekuilibrium ketika DK meyakini jawaban yang diberikan sudah benar.
3.

Skema Kognitif Subjek Berkemampuan Matematika Rendah dalam Memecahkan Masalah
pada Soal Cerita Tentang Balok
Data untuk mengetahui skema kognitif subjek EW diperoleh dari hasil tes dan wawancara.
Gambar 7 memuat jawaban tertulis EW pada soal cerita tentang: (1) kerangka balok, (2) luas
permukaan kubus, dan (3) luas permukaan balok dan cuplikan wawancara 7 menyatakan pemahaman
EW terhadap ketiga soal tersebut.

(1)

(2)

(3)

Gambar 7. Jawaban EW dalam memecahkan masalah soal cerita tentang: (1) kerangka balok, (2) luas
permukaan kubus, dan (3) luas permukaan balok

Kondisi awal EW adalah disekuilibrium dimana EW mendapat konflik pada masalah yang diberikan.
Disebut konflik atau kondisi disekuilibrium karena EW perlu membaca dua sampai tiga kali untuk
memahami soal.
13

Jawaban tertulis EW dalam memahami masalah terlihat ketika EW tidak menuliskan
keterangan mengenai hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Saat dikonfirmasi melalui
wawancara EW dapat mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Hal tersebut
didukung oleh jawaban EW secara lisan seperti pada cuplikan wawancara 7.
Cuplikan wawancara 7:
P
EW1,3
EW2
P
EW1

:
:
:
:
:

EW2

:

EW3

:

baca soal berapa kali ?
dua kali
tiga kali
apa yang diketahui dari soal tersebut ?
yang diketahui panjang ukuran kawat, terus panjang balok lebar balok dan tinggi balok.
Panjang kawatnya 10 meter, panjang balok 30 centimeter lebar balok 20 centimeter dan tinggi
balok 10 centimeter, yang ditanyakan banyaknya kerangka balok yang dapat dibuat
kubus tanpa tutup dengan ukuran panjang enam meter, terus jika setiap sembilan meter persegi
membutuhkan satu liter cat, maka berapa liter cat yang dibutuhkan untuk mengecat seluruh
kolam tersebut
persegi dengan panjang nol koma lima meter kali satu meter, kemudian karton untuk
membungkus kado panjang empat centimeter lebar tiga centimeter dan tinggi lima centimeter,
kado yang akan dibuat 500 buah, yang ditanyakan berapa banyak kado yang dibutuhkan

Berdasarkan hasil jawaban EW di atas terlihat bahwa EW dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan pada soal secara lisan walaupun tidak menuliskannya secara langsung.
Dapat dikatakan EW dalam memahami masalah mengalami asimilasi. EW juga dapat memahami
masalah yang ingin diselesaiakan dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang diminta dalam
soal, dapat dikatakan EW mengalami ekuilibrium dalam memahami masalah.
EW juga mengalami asimilasi dalam merencanakan pemecahan masalah. Secara tertulis EW
tidak menuliskan rencana pemecahan masalah dengan menggunakan rumus pada soal tentang
kerangka balok, dan menggunakan rumus pada soal tentang luas permukaan kubus dan balok, namun
saat dilakukan wawancara EW dapat menyebutkan langkah awal yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan masalah pada ketiga soal cerita. Menurut EW langkah pertama yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan soal tentang kerangka balok adalah dengan mencari luas keseluruhan balok,
namun luas keseluruhan balok yang dimaksud EW adalah panjang keseluruhan kerangka balok. Hal
ini dapat dibuktikan melalui jawaban EW ketika dilakukan wawancara seperti pada cuplikan
wawancara 8.
Cuplikan wawancara 8:
P

:

EW

:

EW
EW

:
:

nah langkah pertama yang kamu gunakan untuk menyelesaikan soal itu gimana ? Kamu cari
apa dulu ?
cari luas keseluruhan balok. kan panjang sebuah balok 4, jadi panjang balok saya kalikan
empat dan tinggi balok saya kalikan empat, dan lebar balok saya kalikan empat dan
jumlahnya saya bagi dengan panjang kawat
jumlah sisi kali luas kubus
mencari luas kado, dengan rumus dua kali panjang kali lebar, tambah dua kali panjang kali
tinggi, tambah dua kali lebar kali tinggi

Terlihat dalam merencanakan pemecahan EW memiliki rencana penyelesaian masalah, dengan kata
lain EW mengalami asimilasi saat merencanakan pemecahan. EW juga meyakini rencana pemecahan
masalah yang akan EW tempuh dengan memberikan alasan memilih langkah tersebut. Dengan kata
lain EW meyakini rencana penyelesaian masalah yang digunakan atau dapat dikatakan EW
mengalami ekuilibrium dalam merencanakan pemecahan. Tetapi secara teori ekuilibrium yang
diperoleh EW ternyata salah atau tidak sesuai dengan yang seharusnya dalam menyebutkan panjang
keseluruhan kerangka balok pada soal tentang kerangka balok.
Setelah merencanakan pemecahan EW melanjutkan pelaksanaan rencana penyelesaian
masalah. Jawaban tertulis EW terlihat ada perubahan rencana penyelesaian dari yang sebelumnya
pada soal tentang kerangka balok. EW menyadari bahwa seharusnya panjang kawat dibagi dengan
panjang kerangka satu buah balok seperti jawaban akhir EW pada gambar 7(1) yaitu bagian yang
dilingkari. Jawaban tertulis EW turut didukung dengan jawaban lisan EW ketika dilakukan
wawancara seperti pada cuplikan wawancara 9.
Cuplikan wawancara 9:
P

:

nah terus kemudian gimana ? Luas keseluruhan baloknya dua ratus empatpuluh terus kamu

14

apakan ?
EW
P
EW
P
EW

:
:
:
:
:

bagi sepuluh, sepuluh meter jadikan centimeter
jadinya gimana ini ? Tulis yang rapi sini bawahnya
sepuluh meter jadi seribu centimeter, jadi seribu per duaratus empatpuluh
dua ratus empatpuluh dibagi sepuluh, atau sepuluh dibagi dua ratus empat puluh ?
sepuluh dibagi dua ratus empat puluh, jadi seribu per dua ratus empat puluh sama dengan
empat koma enam belas. Jadi dapat membuat empat balok sisa enam belas centimeter kawat

Berdasarkan hasil jawaban EW dalam melakukan rencana penyelesaian EW mengalami akomodasi,
yaitu ketika EW mengganti rencana penyelesaian yang sebelumnya karena ada ketidaksesuaian antara
rencana penyelesaian masalah dengan pelaksanaan penyelesaian. Dalam melakukan rencana
penyelesaian masalah pada soal tentang luas permukaan kubus dan balok EW mengalami asimilasi.
Asimilasi dapat diidentifikasi melalui jawaban tertulis dan jawaban lisan yang dipaparkan oleh EW.
Terlihat pada gambar 7(2) dan 7(3) EW menyelesaikan masalah menggunakan rencana penyelesaian
masalah yang telah disusun sebelumnya. Saat dikonfirmasi melalui wawancara EW dapat
menjelaskan penyelesaian masalah yang dilakukan dan meyakini bahwa jawaban yang diperoleh
benar. Dengan kata lain EW dalam menyelesaikan masalah mengalami ekuilibrium, yaitu ketika EW
menganggap bahwa masalah sudah terselesaikan.
Pada soal cerita tentang kerangka balok, luas permukaan kubus, dan luas permukaan balok
EW tidak melakukan pengecekan kembali atau tidak memeriksa kembali jawaban karena EW merasa
jawabannya sudah benar dan sudah mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dicari.
Berdasarkan gambar 7 beserta cuplikan wawancara EW menyatakan sudah yakin sehingga dapat
dikatakan bahwa EW dapat menyelesaikan masalah dengan merespon skema-skema yang ada atau
dapat dikatakan ekuilibrium.
Berdasarkan diskripsi analisis di atas subjek EW pada penyelesaian soal cerita tentang
kerangka balok, skema kognitif yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Skema Kognitif EW dalam memecahkan masalah soal cerita tentang kerangka balok

Disekuilibrium pada kondisi awal EW diberikan masalah, proses asimilasi dan ekuilibrium terjadi saat
EW memahami masalah dan merencanakan pemecahan, melakukan rencana pemecahan mengalami
akomodasi. Dan kondisi ekuilibrium ketika EW meyakini jawaban yang diberikan sudah benar.
EW pada penyelesaian soal cerita tentang luas permukaan kubus dan luas permukaan balok,
skema kognitif yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Skema Kognitif EW dalam memecahkan masalah soal cerita tentang luas permukaan
kubus dan luas permukaan balok

Disekuilibrium pada kondisi awal EW diberikan masalah, proses asimilasi dan ekuilibrium terjadi saat
EW memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan rencana pemecahan. Dan kondisi
ekuilibrium ketika EW meyakini jawaban yang diberikan sudah benar dan menyatakan bahwa
masalah dapat terselesaikan.
PEMBAHASAN
Soal Cerita Tentang Kerangka Balok
Skema kognitif subjek berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah yang berkaitan
dengan soal cerita tentang kerangka balok cenderung sama antara subjek tinggi dan sedang. Pada
kondisi awal semua subjek mengalami konflik dengan masalah yang diberikan atau disekuilibrium.
Disebut konflik atau kondisi disekuilibrium karena subjek perlu membaca berulang atau lebih dari
satu kali untuk memahami soal. Kemudian dalam memahami masalah mengalami asimilasi ketika
subjek dapat mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal secara tertulis maupun
lisan dan kemudian mengalami ekuilibrium ketika memahami masalah yang ingin diselesaiakan
dengan subjek menyatakan paham. Pada tahap selanjutnya yaitu merencanakan pemecahan subjek
mengalami asimilasi. Asimilasi dapat diidentifikasi melalui jawaban tertulis subjek yang menuliskan
15

rencana pemecahan masalah dengan menggunakan rumus dan turut didukung melalui jawaban lisan
subjek ketika dilakukannya wawancara. Subjek juga memberikan alasan pemilihan rencana
penyelesaian yang digunakan sehingga dapat dikatakan subjek ekuilibrium dalam merencanakan
pemecahan. Dalam melakukan rencana pemecahan subjek juga mengalami asimilasi ketika
menggunakan rencana penyelesaian masalah yang telah disusun sebelumnya dan di dapat hasil yang
benar. Berbeda dengan subjek rendah yang dalam melakukan rencana pemecahan mengalami
akomodasi, yaitu ketika terjadi perubahan rencana penyelesaian dalam pelaksanaannya karena
dianggap tidak cocok dengan penyelesaian masalah sehingga subjek menentukan rencana
penyelesaian yang baru yang menurutnya benar. Ketiga subjek menganggap bahwa masalah sudah
dapat terselesaikan dan meyakini jawaban yang diberikan sudah benar maka dapat dikatakan subjek
dalam menyelesaikan soal cerita tentang kerangka balok dengan merespon skema-skema yang ada
atau dapat dikatakan ekuilibrium.
Soal Cerita Tentang Luas Permukaan Kubus
Skema kognitif subjek berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah yang berkaitan
dengan soal cerita tentang luas permukaan kubus cenderung sama. Pada ketiga subjek, kondisi awal
mengalami konflik dengan masalah yang diberikan atau disekuilibrium. Disebut konflik atau kondisi
disekuilibrium karena subjek perlu membaca berulang atau lebih dari satu kali untuk memahami soal.
Kemudian dalam memahami masalah mengalami asimilasi ketika subjek dapat mengidentifikasi apa
yang diketahui dan ditanyakan dari soal secara tertulis maupun lisan dan kemudian mengalami
ekuilibrium ketika memahami masalah yang ingin diselesaiakan dengan subjek menyatakan paham.
Pada tahap selanjutnya yaitu merencanakan pemecahan subjek mengalami asimilasi. Asimilasi dapat
diidentifikasi melalui jawaban tertulis subjek yang menuliskan rencana pemecahan masalah dengan
menggunakan rumus dan turut didukung melalui jawaban lisan ketika dilakukannya wawancara yaitu
subjek dapat menyebutkan langkah awal yang harus ditempuh untuk menyelesaikan masalah. Subjek
juga memberikan alasan pemilihan rencana penyelesaian yang digunakan sehingga dapat dikatakan
subjek ekuilibrium dalam merencanakan pemecahan. Dalam melakukan rencana pemecahan subjek
juga mengalami asimilasi ketika menggunakan rencana penyelesaian masalah yang telah disusun
sebelumnya. Subjek juga menganggap bahwa masalah sudah dapat terselesaikan dan meyakini
jawaban yang diberikan sudah benar maka dapat dikatakan subjek dalam menyelesaikan soal cerita
tentang luas permukaan kubus mengalami ekuilibrium.
Soal Cerita Tentang Luas Permukaan Balok
Skema kognitif subjek berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah yang berkaitan
dengan soal cerita tentang luas permukaan balok cenderung sama antara subjek tinggi dan rendah.
Pada ketiga subjek, kondisi awal mengalami konflik dengan masalah yang diberikan atau
disekuilibrium. Disebut konflik atau kondisi disekuilibrium karena subjek perlu membaca berulang
atau lebih dari satu kali untuk memahami soal. Kemudian dalam memahami masalah mengalami
asimilasi ketika subjek dapat mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal secara
tertulis maupun lisan dan kemudian mengalami ekuilibrium ketika memahami masalah yang ingin
diselesaiakan dengan subjek menyatakan paham. Pada tahap selanjutnya yaitu merencanakan
pemecahan ketiga subjek mengalami asimilasi. Asimilasi dapat diidentifikasi melalui jawaban tertulis
subjek yang menuliskan rencana pemecahan masalah dengan menggunakan rumus dan turut didukung
melalui jawaban lisan ketika dilakukannya wawancara yaitu subjek dapat menyebutkan langkah awal
yang harus ditempuh untuk menyelesaikan masalah. Subjek juga memberikan alasan pemilihan
rencana penyelesaian yang digunakan sehingga dapat dikatakan subjek ekuilibrium dalam
merencanakan pemecahan. Dalam melakukan rencana pemecahan subjek tinggi dan rendah juga
mengalami asimilasi ketika menggunakan rencana penyelesaian masalah yang telah disusun
sebelumnya. Akan tetapi pada subjek sedang mengalami akomodasi yaitu ketika terjadi perubahan
jawaban dari yang sebelumnya sembilan puluh empat ribu menjadi sembilan ratus empat puluh.
Ketiga subjek juga menganggap bahwa masalah sudah dapat terselesaikan dan meyakini jawaban
yang diberikan sudah benar maka dapat dikatakan subjek dalam menyelesaikan soal cerita tentang
luas permukaan balok mengalami ekuilibrium. Dalam pemeriksaan kembali jawaban subjek sedang
dan rendah melakukan pengecekan namun sudah diyakini bahwa jawaban yang diberikan benar
sehingga ekuilibrium. Sedangkan subjek tinggi mengalami asimilasi dan ekuilibrium dalam
16

memeriksa kembali, yaitu ketika subjek memberikan kesimpulan akhir secara tertulis dan lisan serta
menyatakan yakin dengan jawaban yang telah diberikan.
PENUTUP
Skema kognitif dalam menyelesaikan soal cerita tentang balok ketiga subjek mengalami
disekuilibrium dengan masalah yang diberikan. Subjek berkemampuan matematika tinggi dalam
menyelesaikan soal cerita tentang kerangka balok dan luas permukaan kubus mengalami asimilasi dan
ekuilibrium dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan rencana
pemecahan. Sedangkan dalam menyelesaikan soal cerita tentang luas permukaan balok mengalami
asimilasi dan ekuilibrium dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, melakukan rencana
pemecahan, dan memeriksa kembali jawaban. Subjek berkemampuan matematika sedang dalam
menyelesaikan soal cerita tentang kerangka balok dan luas permukaan kubus mengalami asimilasi dan
ekuilibrium dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan rencana
pemecahan. Sedangkan dalam menyelesaikan soal cerita tentang luas permukaan balok mengalami
asimilasi dan ekuilibrium dalam memahami masalah dan merencanakan pemecahan, akomodasi dan
ekuilibrium dalam melakukan rencana pemecahan. Subjek berkemampuan matematika rendah dalam
menyelesaikan soal cerita tentang luas permukaan kubus dan luas permukaan balok mengalami
asimilasi dan ekuilibrium dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan, dan melakukan
rencana pemecahan. Sedangkan dalam menyelesaikan soal cerita tentang kerangka balok mengalami
asimilasi dan ekuilibrium dalam memahami masalah dan merencanakan pemecahan, akomodasi dan
ekuilibrium dalam melakukan rencana pemecahan.
Tulisan ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang
skema kognitif terkhusus materi balok. Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai cara
siswa menyelesaikan soal cerita tentang balok yang ditinjau dari tahapan pemecahan masalah menurut
Polya. Cara siswa menyelesaikan soal membentuk skema kognitif yang dapat dilihat dari tiap tahap
pemecahan masalah yang digunakan. Skema kognitif yang terbentuk pada setiap siswa berdasarkan
tingkat kemampuan matematika di tiap tahapan pemecahan masalah dapat digunakan untuk
menambah wawasan dan mempertimbangkan bagi pendidik dalam membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Lela. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27
Palembang. Volume 4.No.1, Juni 2010.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hanafik, Rosyida Nurul. 2016. Skema Kognitif Siswa Kelas VIII SMP dalam Menyelesaikan Soal-soal
Luas Gabungan Ditinjau dari Kemampuan Matematika. UKSW Salatiga.
Hidayat, Badi Rahmad.dkk. 2013. Analisis kesalahan siswa dalm menyelesaikan soal pada materi
ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa. JPM Solusi Vol.1 No.1 Maret 2013.
Marlina, Leni. 2013. Penerapan Langkah Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Keliling dan Luas
Persegi Panjang. JEPM Tadulako, Volume 01 Nomor 01 September 2013.
Polya. George. 1957. How to Solve It. 2th. Princeton Univercity Press. ISBN 0-691-08097-6.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan edisi 2. (terjemahan). Jakarta: Kencana.
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi
Pencapaian Tujuan. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Yunarni, Andi. dkk. 2015. Profil Pemahaman Notasi Aljabar Ditinjau dari Kemampuan Verbal Siswa
di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Daya Matematis, Volume 3 No. 1 Maret 2015. Makasar.

17

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111