Campur Kode dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang
digunakan secara nasional terdapat pula ratusan bahasa daerah. Dalam masyarakat
multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota masyarakatnya akan
cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih. Penguasaan dua bahasa
atau lebih ini sering disebut bilingual, multilingual atau poligot (Chaer, 2003:65).
Menurut Fisman (dalam Tarigan, 1988:3) “maksud dan tujuan penggunaan
dua bahasa sangat beraneka ragam dan berbeda dari satu wilayah ke wilayah
lainnya dan dari orang ke orang, tergantung pada topik, penyimak, dan konteks”.
Oleh sebab itu, dwibahasawan adalah orang yang dapat berperan serta dan turut
berpartisipasi dalam komunikasi dalam lebih dari satu bahasa.
Dalam masyarakat bilingual atau multilingual dapat terjadi peristiwa kontak
bahasa. Kontak bahasa terjadi karena adanya unsur bahasa lain dalam bahasa yang
digunakan. Kontak bahasa berkaitan dengan bidang ilmu sosiolinguistik karena
berhubungan dengan masyarakat sosial. Hal yang sangat menonjol yang dapat
terjadi dari adanya campur kode ini adalah bilingualisme dan berbagai kasusnya,
seperti alih kode, campur kode, interferensi dan integrasi (Chaer, 2003:66). Pada
penelitian ini peneliti akan lebih berfokus pada campur kode.

Campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan
memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat

1

dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa
fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (Chaer, 2004:114). Sejalan dengan
teori tersebut Suwito juga mengatakan bahwa campur kode merupakan
konvergensi yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing
telah meinggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya
(Suwito, 1985:78). Dalam penggunaan bahasa, penutur terkadang menggunakan
campur kode dalam kehidupannya. Penggunaan bahasa campur kode ini dapat
terjadi karena pengaruh penguasaan bahasa yang kurang baik atau disengaja agar
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi menjadi lebih menarik ataupun
untuk menarik perhatian pendengarnya walaupun penuturnya mengetahui bahwa
kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa yang digunakannya. Campur kode
ini seringkali ditemukan pada situasi informal seperti percakapan mahasiswa,
remaja, tayangan televisi dan sebagainya.
Pencampuran kode bahasa ini lebih sering terjadi pada peristiwa tuturan lisan
daripada tulisan (Tarigan, 1988:7). Bila dalam peristiwa tuturan tulisan, penutur

bahasa biasanya menulis dengan memperhatikan penggunaan bahasanya dengan
baik sedangkan pada peristiwa tuturan lisan penutur biasanya kurang
memperhatikan penggunaan bahasanya, khususnya pada keadaan yang informal
atau santai. Penutur lisan seringkali mencampur bahasa satu dengan bahasa lain
tanpa memperhatikan padanan bahasa yang ada. Hal ini dilakukan agar interaksi
dan komunikasi terasa lebih menarik sehingga pendengar memperhatikan apa
yang dikatakan oleh penutur.

2

Sinetron merupakan salah satu tayangan televisi yang banyak diminati oleh
kalangan masyarakat terutama kaum remaja. Bahasa yang seringkali digunakan di
dalam sinetron adalah campur kode ataupun alih kode. Oleh karena itu, pada masa
ini semakin sering orang menggunakan campur kode dalam berkomunikasi.
Sinetron Ganteng-ganteng Serigala merupakan salah satu sinetron yang
ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta yaitu SCTV. Sinetron ini
seringkali menggunakan campur kode dalam percakapannya. Ada tiga jenis
bahasa yang digunakan dalam percakapan pada sinetron tersebut, yaitu bahasa
daerah (bahasa Betawi, bahasa Sunda), bahasa Indonesia, dan bahasa asing
(bahasa Inggris). Bahasa Indonesia merupakan bahasa dominan yang digunakan

dalam sinetron tersebut tetapi terdapat penyisipan kata, frasa maupun reduplikasi
dari bahasa daerah dan bahasa asing. Penyisipan bahasa tersebut lebih sering
dilakukan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski).
Penelitian terhadap sinetron Ganteng-ganteng Serigala dilakukan karena
peneliti merasa tertarik untuk meneliti campur kode yang terdapat dalam tayangan
televisi khususnya sinetron. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala dipilih karena
sinetron tersebut memiliki unsur campur kode yang sangat kuat dan banyak
diminati oleh penonton terutama kaum remaja. Selain itu terdapat berbagai bentuk
dan jenis campur kode dalam sinetron tersebut. Bentuk campur kode tersebut
berupa penyisipan kata, frasa, dan pengulangan kata (reduplikasi) yang paling
sering digunakan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski) yang terdapat dalam sinetron
tersebut.

3

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dikaji yaitu mengenai penggunaan campur kode yang terdapat dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala . Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut:


1. Bagaimanakah bentuk campur kode yang terdapat dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala ?

2. Bagaimanakah jenis campur kode yang terdapat pada sinetron Gantengganteng Serigala ?

1.3 Batasan Masalah
Penelitian campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng
Serigala dibatasi pada tinjauan terhadap bentuk campur kode yang dikemukakan

oleh Suwito, yaitu penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frasa, baster,
pengulangan kata, ungkapan atau idiom, dan klausa. Selain itu, penelitian ini akan
meninjau jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut. Peneliti hanya
mengkaji unsur bahasa Inggris dan bahasa Betawi. Hal ini dikarenakan unsur
asing yang dominan menyisip ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
sinetron tersebut adalah bahasa Betawi dan bahasa Inggris.
Mengingat jumlah episode dalam sinetron ini begitu banyak maka peneliti
melakukan pembatasan terhadap jumlah episode yang akan diteliti. Episode yang
akan diteliti sebanyak 15 episode. Pemilihan episode dilakukan secara acak
dengan memilih episode yang lebih banyak menampilkan tokoh Ibu Galang


4

(Mamski) karena tokoh tersebut banyak menggunakan campur kode dalam
pertuturannya.

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dalam sinetron Gantengganteng Serigala.

2) Mendeskripsikan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi keilmuan bahasa Indonesia
mengenai campur kode. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bukti
bahwa campur kode juga digunakan dalam tayangan sinetron.

1.5.2

Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca
khususnya mahasiswa Departemen Sastra Indonesia mengenai campur kode yang
terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

5