Campur Kode dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala

(1)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

SKRIPSI

OLEH

JESIKA TARIGAN

110701026

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

SKRIPSI

OLEH

JESIKA TARIGAN 110701026

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana Sastra Indonesia di Universitas Sumatera Utara dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hariadi Susilo, M.Si. Drs. Asrul Siregar, M.Hum.

NIP 19580505 197803 001 NIP 19590502 198601 1 001

Departemen Sastra Indonesia

Ketua

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP 19620925 198903 1 017


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat dalam karya atau pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2015 Hormat saya


(4)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

Oleh

Jesika Tarigan

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis mengenai campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala khususnya tokoh Mamski. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang didukung dengan teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sedangkan penganalisisan data menggunakan metode padan yang didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk campur kode yang ada dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu (1) campur kode yang berwujud kata, (2) campur kode yang berwujud frasa, (3) campur kode yang berwujud baster, (4) campur kode yang berwujud pengulangan kata, dan (5) campur kode yang berwujud klausa. Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar.

Kata kunci: campur kode, sinetron Ganteng-ganteng Serigala, dan tokoh Mamski.


(5)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena berkat dan bimbingan-Nya yang telah menuntun dan menguatkan penulis dalam menghadapi masalah dalam menyelesaikan studi di Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Campur Kode dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala”.

Selama menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak berupa dukungan, doa, nasihat, bimbingan dan bantuan materil. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak Mehuli Ukur Tarigan dan Mamak Sadarni Saragih yang dengan penuh kasih sayang telah membesarkan, melindungi, membimbing, mendukung dan senantiasa memberikan doa yang tulus kepada penulis. Selain itu, beliau juga telah membantu penulis dalam bentuk moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Sastra Indonesia.

2) Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. sebagai dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universita Sumatera Utara.


(6)

4) Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

5) Ibu Dra. Yulizar Yunas, M. Hum. sebagai dosen pembimbing akademik penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia, USU. 6) Bapak Drs. Hariadi Susilo. M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan dukungan, bimbingan serta nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7) Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8) Bapak dan ibu dosen di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU yang telah membimbing dan mengajari penulis selama mengikuti perkuliahan.

9) Bapak Slamet yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra Indonesia, USU.

10) Saudara-saudara penulis kakak Seli Veronika Tarigan dan Rantika Juniarti Tarigan yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11) Teman-teman seperjuangan stambuk „011 di Departemen Sastra Indonesia yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih juga kepada Seli Resti Tambunan atas dukungannya.


(7)

12) Sahabat terbaikku Bintang yang telah memberikan motivasi, dukungan dan doa kepada penulis serta selalu mengingatkan penulis untuk tetap fokus dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, dia juga menemani penulis dalam mencari referensi buku.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

ABSTRAK...ii

PRAKATA... iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...4

1.3Batasan Masalah ...4

1.4Tujuan Penelitian ...5

1.5Manfaat Penelitian ...5

1.5.1 Manfaat Teoritis ...5

1.5.2 Manfaat Praktis ...5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1Konsep...6

2.1.1 Kode...6

2.1.2 Campur Kode ...6

2.1.3 Sinetron ...7


(9)

2.3Tinjauan Pustaka ...12

BAB III METODE PENELITIAN ...15

3.1 Lokasi Penelitian ...15

3.2 Sumber Data ...15

3.3 Metode Pengumpulan Data ...16

3.4 Metode Penganalisisan Data ...17

BAB IV ANALISIS CAMPUR KODE DALAM SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA ...21

4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode ...21

4.1.1 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata ...21

4.1.2 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frasa ...34

4.1.3 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Baster ...42

4.1.4 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Perulangan Kata ...46

4.1.5 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Klausa...52

4.2 Jenis Campur Kode...53

4.2.1 Campur Kode ke Dalam...53

4.2.2 Campur Kode ke Luar...55


(10)

BAB V PENUTUP...58

5.1 Simpulan...58

5.2 Saran ...59

DAFTAR PUSTAKA


(11)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

Oleh

Jesika Tarigan

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis mengenai campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala khususnya tokoh Mamski. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang didukung dengan teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sedangkan penganalisisan data menggunakan metode padan yang didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk campur kode yang ada dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu (1) campur kode yang berwujud kata, (2) campur kode yang berwujud frasa, (3) campur kode yang berwujud baster, (4) campur kode yang berwujud pengulangan kata, dan (5) campur kode yang berwujud klausa. Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar.

Kata kunci: campur kode, sinetron Ganteng-ganteng Serigala, dan tokoh Mamski.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang digunakan secara nasional terdapat pula ratusan bahasa daerah. Dalam masyarakat multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih. Penguasaan dua bahasa atau lebih ini sering disebut bilingual, multilingualatau poligot (Chaer, 2003:65).

Menurut Fisman (dalam Tarigan, 1988:3) “maksud dan tujuan penggunaan dua bahasa sangat beraneka ragam dan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya dan dari orang ke orang, tergantung pada topik, penyimak, dan konteks”. Oleh sebab itu, dwibahasawan adalah orang yang dapat berperan serta dan turut berpartisipasi dalam komunikasi dalam lebih dari satu bahasa.

Dalam masyarakat bilingual atau multilingual dapat terjadi peristiwa kontak bahasa. Kontak bahasa terjadi karena adanya unsur bahasa lain dalam bahasa yang digunakan. Kontak bahasa berkaitan dengan bidang ilmu sosiolinguistik karena berhubungan dengan masyarakat sosial. Hal yang sangat menonjol yang dapat terjadi dari adanya campur kode ini adalah bilingualisme dan berbagai kasusnya, seperti alih kode, campur kode, interferensi dan integrasi (Chaer, 2003:66). Pada penelitian ini peneliti akan lebih berfokus pada campur kode.

Campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat


(13)

dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (Chaer, 2004:114). Sejalan dengan teori tersebut Suwito juga mengatakan bahwa campur kode merupakan konvergensi yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing telah meinggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya (Suwito, 1985:78). Dalam penggunaan bahasa, penutur terkadang menggunakan campur kode dalam kehidupannya. Penggunaan bahasa campur kode ini dapat terjadi karena pengaruh penguasaan bahasa yang kurang baik atau disengaja agar bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi menjadi lebih menarik ataupun untuk menarik perhatian pendengarnya walaupun penuturnya mengetahui bahwa kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa yang digunakannya. Campur kode ini seringkali ditemukan pada situasi informal seperti percakapan mahasiswa, remaja, tayangan televisi dan sebagainya.

Pencampuran kode bahasa ini lebih sering terjadi pada peristiwa tuturan lisan daripada tulisan (Tarigan, 1988:7). Bila dalam peristiwa tuturan tulisan, penutur bahasa biasanya menulis dengan memperhatikan penggunaan bahasanya dengan baik sedangkan pada peristiwa tuturan lisan penutur biasanya kurang memperhatikan penggunaan bahasanya, khususnya pada keadaan yang informal atau santai. Penutur lisan seringkali mencampur bahasa satu dengan bahasa lain tanpa memperhatikan padanan bahasa yang ada. Hal ini dilakukan agar interaksi dan komunikasi terasa lebih menarik sehingga pendengar memperhatikan apa yang dikatakan oleh penutur.


(14)

Sinetron merupakan salah satu tayangan televisi yang banyak diminati oleh kalangan masyarakat terutama kaum remaja. Bahasa yang seringkali digunakan di dalam sinetron adalah campur kode ataupun alih kode. Oleh karena itu, pada masa ini semakin sering orang menggunakan campur kode dalam berkomunikasi.

Sinetron Ganteng-ganteng Serigala merupakan salah satu sinetron yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta yaitu SCTV. Sinetron ini seringkali menggunakan campur kode dalam percakapannya. Ada tiga jenis bahasa yang digunakan dalam percakapan pada sinetron tersebut, yaitu bahasa daerah (bahasa Betawi, bahasa Sunda), bahasa Indonesia, dan bahasa asing (bahasa Inggris). Bahasa Indonesia merupakan bahasa dominan yang digunakan dalam sinetron tersebut tetapi terdapat penyisipan kata, frasa maupun reduplikasi dari bahasa daerah dan bahasa asing. Penyisipan bahasa tersebut lebih sering dilakukan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski).

Penelitian terhadap sinetron Ganteng-ganteng Serigala dilakukan karena peneliti merasa tertarik untuk meneliti campur kode yang terdapat dalam tayangan televisi khususnya sinetron. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala dipilih karena sinetron tersebut memiliki unsur campur kode yang sangat kuat dan banyak diminati oleh penonton terutama kaum remaja. Selain itu terdapat berbagai bentuk dan jenis campur kode dalam sinetron tersebut. Bentuk campur kode tersebut berupa penyisipan kata, frasa, dan pengulangan kata (reduplikasi) yang paling sering digunakan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski) yang terdapat dalam sinetron tersebut.


(15)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji yaitu mengenai penggunaan campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala?

2. Bagaimanakah jenis campur kode yang terdapat pada sinetron Ganteng-ganteng Serigala?

1.3Batasan Masalah

Penelitian campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala dibatasi pada tinjauan terhadap bentuk campur kode yang dikemukakan oleh Suwito, yaitu penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frasa, baster, pengulangan kata, ungkapan atau idiom, dan klausa. Selain itu, penelitian ini akan meninjau jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut. Peneliti hanya mengkaji unsur bahasa Inggris dan bahasa Betawi. Hal ini dikarenakan unsur asing yang dominan menyisip ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan dalam sinetron tersebut adalah bahasa Betawi dan bahasa Inggris.

Mengingat jumlah episode dalam sinetron ini begitu banyak maka peneliti melakukan pembatasan terhadap jumlah episode yang akan diteliti. Episode yang akan diteliti sebanyak 15 episode. Pemilihan episode dilakukan secara acak dengan memilih episode yang lebih banyak menampilkan tokoh Ibu Galang


(16)

(Mamski) karena tokoh tersebut banyak menggunakan campur kode dalam pertuturannya.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

2) Mendeskripsikan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi keilmuan bahasa Indonesia mengenai campur kode. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bukti bahwa campur kode juga digunakan dalam tayangan sinetron.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa Departemen Sastra Indonesia mengenai campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.


(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut (Kridalaksana, 1984:106).

2.1.1 Kode

Menurut Kridalaksana (1984:102) kode merupakan lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu, bahasa manusia adalah sejenis bahasa kode. Kode adalah sistem bahasa dalam suatu masyarakat. Kode juga dapat berarti variasi tertentu dalam suatu bahasa. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan kode adalah lambang ungkapan yang digunakan dalam suatu masyarakat untuk menggambarkan makna tertentu suatu bahasa.

2.1.2 Campur Kode

Campur kode adalah penggunaan bahasa dengan mencampur dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi bahasa itu. Misalnya, seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia dengan menyisipkan kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa tersebut. Penggunaan bahasa seperti ini dapat dikatakan campur kode.

Thelender (dalam Chaer dan Agustina, 2010:115) mencoba menjelaskan perbedaan alih kode dengan campur kode. Menurutnya, bila suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka


(18)

peristiwa tersebut disebut alih kode. Namun apabila suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa-klausa dan frasa campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode.

2.1.3 Sinetron

Sinetron merupakan film yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik seperti televisi (KBBI, 2008:1312). Sinetron berasal dari singkatan sinema elektronik. Sinetron di Indonesia mengalami perkembangan, baik yang bertema percintaan, misteri, fantasi, supranatural, dan sebagainya. Hampir semua stasiun televisi seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, MNCTV dan sebagainya menayangkan sinetron..

Tayangan-tayangan sinetron ini dapat mempengaruhi pola tingkah laku penontonnya sehingga tayangan sinetron seharusnya berisikan motivasi yang baik dan pengetahuan. Namun seiring perkembangan zaman, sinetron di Indonesia menjadi sangat memprihatinkan karena terdapat beberapa unsur yang dikhawatirkan dapat merusak tingkah laku dan bahasa. Contohnya, sinetron Ganteng-ganteng Serigala, sinetron Diam-diam Suka, sinetron Emak Ijah P engen ke Mekah menggunakan satu bahasa yang disisipi istilah dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Penggunaan bahasa seperti ini dalam sinetron biasa dilakukan untuk menaikkan minat penonton terhadap sinetron tersebut.


(19)

2.2 Landasan Teori

Teori yang relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut.

2.2.1 Sosiolinguistik

Menurut Chaer sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang erat. Sosiologi merupakan berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada, sedangkan linguistik berusaha mempelajari mengenai bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan pengguna bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2).

Menurut Nancy Parrot Hickerson (dalam Chaer 2004:4) sosiolinguistik merupakan pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa.

Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji hubungan bahasa dengan penutur di dalam lingkungan sosial.

2.2.2 Bilingualisme

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Bilingualisme merupakan salah satu gejala kebahasaan yang berkembang dari masa ke masa karena peristiwa kontak bahasa.


(20)

Secara harfiah, bilingualisme yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Menurut Chaer (2004:84), bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Prawiroadmodjo (dalam Aslinda 2010:25) mengatakan bahwa ciri yang menonjol dalam sentuhan bahasa adalah terdapatnya kedwibahasaan (bilingualisme) atau keanekaragaman bahasa (multilingualisme). Jadi peristiwa gejala bahasa itu tampak menonjol dalam wujud kedwibahasaan. Kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur. Kedwibahasaan lebih cenderung pada gejala tutur (parole) sedangkan kontak bahasa lebih cenderug terjadi pada gejala bahasa (langue). Pada prinsipnya, langue adalah sumber dari parole, maka dengan sendirinya kontak bahasa akan terjadi pada kedwibahasaan.

Menurut Oscar (dalam Aslinda, 2010:25) kedwibahasaan tidak hanya dimiliki oleh perorangan, tetapi juga milik kelompok karena bahasa bukan hanya sebagai alat perhubungan di antara kelompok, melainkan sebagai alat untuk menunjukkan identitas kelompok. Suwito mengatakan masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi sebagaimana halnya dwibahasawan yang menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bilingualisme merupakan salah satu gejala bahasa yang terjadi karena penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur atau kelompok masyarakat.


(21)

2.2.3 Campur Kode

Campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom sapaan dan sebagainya (Kridalaksana, 1984:32).

Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi infomal. Dalam situasi bahasa formal jarang terjadi campur kode, kalau terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Aslinda, 2010:87). Menurut Rokhman (2013:38) ciri lain dari campur kode adalah bahwa unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Suwito yang mengatakan bahwa campur kode merupakan konvergensi yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985:78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

Kata merupakan morferm atau kombinasi morferm yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk bebas


(22)

(Kridalaksana, 1984:89). Bahasa Indonesia memiliki empat kategori kata atau kelas kata, yaitu 1) kata nomina, 2) kata verba, 3) kata adjektiva dan 4) kata adverbia.

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa.

Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. Frasa dapat digolongkan menjadi empat yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisi (Ramlan, 1980:128).

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster.

Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda membentuk satu makna. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk baster atau kata campuran menjadi serpihan bahasa yang dimasukinya.

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.

Perulangan kata merupakan kata yang terjadi sebagai akibat dari reduplikasi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata artinya pengulangan kata ke dalam bahasa inti dari suatu kalimat.

5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom.

Idiom merupakan konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain atau dengan pengertian lain idiom merupakan konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Penyisipan unsur-unsur


(23)

yang berwujud ungkapan atau idiom merupakan penyisipan kiasan dari suatu bahasa menjadi dari sepihan bahasa inti yang dimasukinya.

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari predikat yang dapat disertai dengan Subjek, Objek, Pelengkap,dan Keterangan. Subjek, Objek, Pelengkap dan Keterangan pada klausa bersifat mana suka yang dapat muncul ataupun tidak.

Suwito (1985: 75) membedakan campur kode menjadi dua golongan, yaitu campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer code-mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode dengan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asli atau serumpun dan campur kode ke luar adalah campur kode yang unsurnya bersumber dari bahasa asing.

Penelitian ini akan mengkaji berdasarkan bentuk dan jenis campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hal ini dilakukan karena teori tersebut cocok dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai campur kode sudah sering dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya Miyerni Sitepu (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam majalah Aneka Yess!”. Teori yang digunakan peneliti tersebut sama dengan teori yang akan digunakan oleh peneliti yaitu teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Dalam hasil penelitiannya, peneliti tersebut menggolongkan datanya berdasarkan bentuk kata, frase, baster, pengulangan kata, dan ungkapan. Dalam penelitiannya, dia mengatakan bahwa campur kode


(24)

memiliki pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap bahasa karena dapat menambah kosakata dan merusak perkembangan bahasa yang ada.

Yuningsih (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Tabloid GAUL”. Penelitiannya membahas mengenai bentuk dan pengaruh campur kode. Teori yang digunakan peneliti tersebut dalam penelitiannya adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Teori yang digunakan peneliti tersebut relevan dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Dalam hasil penelitiannya, bentuk campur kode ada yang berwujud kata, frasa, baster, dan ungkapan, sedangkan pengaruhnya yaitu berupa interfrensi dan integrasi.

Penelitian mengenai tema campur kode ini juga pernah dilakukan oleh Eko Mandala Putra (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Campur Kode dalam Ceramah Y. M. Bhiksu Uttamo”. Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik sadap, teknik rekam dan teknik catat. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti tersebut akan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data karena peneliti tersebut dengan peneliti memiliki kesamaan sumber data yaitu sumber data lisan.

Murliati (2013) dalam artikelnya yang berjudul Campur Kode Tuturan Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang. Menggunakan teori campur kode yang dikemukakan oleh Nursaid dan Marjusman Maksan yang mengatakan arah campur kode terbagi dua jenis yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode ke luar (outer code mixing). Dalam artikel tersebut, peneliti mengatakan bahwa campur


(25)

kode terbagi tiga bagian yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa bentuk satuan bahasa yang dominan mengalami campur kode adalah kata sedangkan bentuk satuan bahasa yang jarang mengalami campur kode adalah satuan bahasa berupa frasa. Rumusan masalah yang dibahas dalam artikelnya tersebut relevan dengan salah satu rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Selain itu, hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi tambahan dalam mengkaji jenis campur kode yang akan dibahas dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian tersebut mengkaji masalah yang sama dengan apa yangakan diteliti oleh peneliti.

Dari beberapa penelitian yang relevan di atas, dapat digambarkan bagaimana peristiwa kebahasaan khususnya mengenai campur kode itu terjadi.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Namun dari penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti peristiwa campur kode yang terdapat pada sinetron. Jadi dapat dikatakan bahwa penelitian kali ini merupakan penelitian lanjutan atau perkembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di ruangan pribadi. Hal ini dikarenakan, sumber data yang akan diteliti berasal dari tayangan televisi. Peneliti hanya perlu memperhatikan dan mendengarkan dialog yang terjadi pada sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

3.2 Sumber Data

Data pada penelitian ini berasal dari sinetron Ganteng-ganteng Serigala yang tayang di SCTV. Khususnya dialog Mamski (Ibu Galang) yang diperankan oleh Rheina Ipeh Maryana. Episode yang berkaitan dengan tokoh tersebut sudah tidak ditayangkan di SCTV. Oleh sebab itu, data yang diteliti akan diperoleh dari youtube.

Mengingat jumlah episode pada sinetron ini yang begitu banyak maka penelitian ini membatasi jumlah episode yang akan diteliti. Episode yang akan diteliti oleh peneliti berjumlah 15 episode yang dipilih secara acak berdasarkan kemunculan tokoh Mamski (Ibu Galang) dalam sinetron tersebut. Hal ini dikarenakan tokoh tersebut lebih sering meggunakan bahasa campur kode dalam pertuturannya.


(27)

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode simak. Metode simak dilakukan dengan penyimakan penggunaan bahasa (Sudayanto, 1993:133). Dengan menggunakan metode ini peneliti akan menyimak data yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

Metode simak ini didukung beberapa teknik yaitu: a) Teknik bebas libat cakap

Teknik simak bebas cakap ini peneliti tidak bertindak sebagai pembicara yang berhadapan dengan lawan bicara (narasumber). Peneliti hanya bertindak sebagai pendengar yang perlu memperhatikan apa yang dikatakan pembicara. Teknik ini cocok dengan sumber data yang akan diteliti oleh peneliti karena tidak melibatkan peneliti dalam interaksi dan komunikasi yang terjadi pada sumber data. Dengan teknik ini peneliti dapat mendengarkan dialog yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

b) Teknik rekam

Teknik rekam dilakukan dengan merekam data yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mendengarkan kembali data-data tersebut sehingga mempermudah peneliti dalam menganalisis data.

c) Teknik catat

Teknik catat digunakan setelah teknik simak bebas cakap dan teknik rekam. Teknik catat ini dilakukan dengan pencatatan data-data yang telah diperoleh untuk menggolongkan data tersebut berdasarkan kata, frase, dan klausa. Teknik ini dapat membantu peneliti dalam menggolongkan data.


(28)

3.5 Metode dan Teknik Penganalisisan Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah terkumpul adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:13) metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode padan ini dilakukan dengan memadankan serpihan-serpihan bahasa yang terdapat dalam percakapan tokoh Mamski (Ibu Galang) pada sinetron Ganteng-ganteng Serigala ke dalam bahasa Indonesia.

Metode tersebut didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teknik PUP pembeda larik tulisan digunakan untuk memilah data dan menggolongkannya berdasarkan kata, frasa, dan klausa. Teknik PUP pembeda referen digunakan untuk memilah data dan menggolongkannya berdasarkan kelas kata, dan kelas frasa, sehingga dapat menentukan bentuk-bentuk dan jenis-jenis campur kode yang terdapat dalam pertuturan Mamski pada sinetron tersebut.

Penggolongan ini dilakukan agar dapat menganalisis data dari sinetron Ganteng-ganteng Serigala berdasarkan teori Suwito yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan penggolongan data awal berdasarkan teori yang digunakan.

a) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata

(1) “Itudi hand lu di tangan luada bu..bu..bu..bu..bulu” (episode 59). (2) “Mamski yang agak-agak sick gitu lo” (episode 59).


(29)

(3) “Duh Lang. Masalahnya Papski itu mogoknya ada di jungle. Mamski scaring(episode 63).

Pada contoh di atas terdapat penyisipan unsur yang berwujud kata nomina, kata adverbia dan kata verba. Penyisipan kata nomina dapat dilihat pada data (1) dan (2). Pada data (1) kata hand yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „tangan‟ dan kata lu yang berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kamu‟. Data (3) terdapat kata jungle yang berasal dari bahasa Inggris, bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi „hutan‟.

Penyisipan unsur berwujud kata verba terdapat pada data (2) dan (3). Kata sick berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia „sakit‟. Pada data (3) kata scaring dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi „ketakutan‟.

b) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

(4) “Bagaimana keadaan my husband, dokter?” (episode 64). (5) “Aduh, Galang. Ini tu very very important tahu” (episode 64). (6) “ya udah. Kalau gitulu berdua wait heredi sini ya” (episode 65).

Penyisipan unsur berupa frase dapat dilihat pada data (4), (5), dan (6). Pada data (4) merupakan frasa nomina. Kata my husband pada data (4) berasal dari berwujud frasa adverbia. Kata very very important berarti „sangat sangat penting‟ yang berasal dari bahasa Inggris. Pada data (6) merupakan frasa verba. Wait here (6)memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „tunggu di sini‟.


(30)

c) Penyisisipan unsur-unsur yang berwujud baster

(7) “Padahal aye udah ngeliat sendiri udah nge-looked dengan jelas banget kalo ntu bulu ade di tangannya si Galang” (episode 59).

Penyisipan unsur yang berwujud baster dapat dilihat pada data (7). Data (7) kata nge-looked merupakan bentuk baster awalan + kata karena nge- berasal dari imbuhan me- yang merupakan awalan yang diikuti kata looked. Data tersebut merupakan campuran antara bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

d) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.

(8) Mulai hari ini. Setiap morning-morning sebelum you go to school you adetugas tetap” (episode 62).

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan dapat dilihat pada data (8). Data (8) kata morning-morning berarti „pagi-pagi‟. Pengulangan kata yang terjadi pada data tersebut merupakan pengulangan kosakata bahasa Inggris dengan proses reduplikasi yang ada pada bahasa Indonesia karena pada bahasa Inggris tidak terdapat pengulangan kata seperti data tersebut.

e) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa

(9) “Aduh, Lang. Momsky forget. Nanti you jangan lupa kalau misalnya you mau go to school lu mampir dulu nengokin Nayla. Ya kan?” (episode 70). Penyisipan bentuk ini dapat dilihat pada data (9). Data (9) unsur go to school dipadankan kedalam bahasa Indonesia menjadi „pergi ke sekolah‟.

Jenis campur kode pada data di atas ada dua yaitu campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam merupakan campur kode dengan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asli atau serumpun (bahasa daerah). Pada


(31)

data tersebut dapat dilihat penyisipan bahasa Betawi yaitu pada data (1), (6), (7) dan (9). Pada data (1) dan (6) terdapat kata lu „kamu‟, data (7) kata kenape „kenapa‟ dan aye „saya‟ dan data (9) terdapat kata nengokin „menjenguk‟. Data tersebut masuk ke dalam campur kode ke dalam karena bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah (bahasa Betawi). Campur kode ke luar merupakan campur kode yang menggunakan bahasa asing. Pada semua data awal tersebut, bahasa Indonesia sebagai bahasa utama disisipi oleh unsur dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris.


(32)

BAB IV

CAMPUR KODE DALAM DIALOG SINETRON

GANTENG-GANTENG SERIGALA

4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode

4.1.1 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata merupakan salah satu bentuk campur kode yang bahasa intinya disisipi kata dari bahasa asing.

A. Kata benda (nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian (Alwi, 2003:213). Pada dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala terdapat bentuk campur kode dengan penyisipan unsur kata yang berwujud nomina atau sering disebut juga kata benda baik dari bahasa Inggris maupun bahasa Betawi. Berikut merupakan bentuk campur kode dengan penyisipan unsur kata benda (nomina).

1) “Aduh... aye jadi curious banget deh nih. Jadi, penasaran bener ama itu tu bulu-bulu yang adedi tangannya si Galang.” (episode 59)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya kata aye. Kata aye berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „aku‟. Pada data tersebut kata aye merupakan unsur kata benda yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.


(33)

2) Young-ambil dialog I youya.” (episode 64)

Pada data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan penyisipan unsur kata I dan kata you. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, masing-masing kata tersebut memiliki arti „saya‟ dan „kamu‟.

3) “Bola.. bola.. bola.. gua kepretbener-an lu.” (episode 62)

Pada data 3 tersebut terdapat pembentukan campur kode yang dapat ditandai dengan penyisipan kata benda yaitu kata gua dan kata lu yang berasal dari bahasa Betawi ke dalam bahasa Indonesia. Apabila kata tersebut dipadankan ke dalam bahasa Indonesia masing-masing menjadi „saya‟ dan„kamu‟.

4) “Masa iya ada ghost di mari.”(episode 68)

Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan kata benda yaitu kata ghost. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „hantu‟ dalam bahasa Indonesia.

5) “Pak security, pak security, emang beneran ye? Ada itu werewolf? Serigala maksud-nye.” (episode 64)

Pada data 5 di atas terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan kata benda yaitu kata security dan kata werewolf. Kata security dan kata werewolf berasal dari bahasa Inggris yang menyisip ke dalam dialog yang digunakan oleh tokoh Mamski. Masing-masing kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „keamanan atau pelindung‟dan „serigala‟.


(34)

6) “Lang, kenape sih Mamski mau ngomong nih ame die. Kenape sih kalau ngomong matenye melotot-melotot gitu? Itu tueyes-nya mau go out begitu.” (episode 69)

Pada data 6 tersebut terdapat penyisipan kata die dan kata matenye yang disisipkan ke dalam dialog yang diucapkan oleh tokoh Mamski. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang masing-masing berarti „dia‟ dan „matanya‟.

7) “Bukan manusia? Bukan human? Bukan human? Artinye ape?.” (episode 76)

Pada data 7 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata human. Kata human ini berasal dari bahasa Inggris yang berarti „manusia‟ dalam bahasa Indonesia.

8) “Lang, kalau sampe Papski lotwentyfour hourskagak ketemu juga kita kudu lapor police.” (episode 72)

Pada 8 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata police. Kata police tersebut berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „polisi‟.

9) “Nayla, tinggal di sini aje ye? Companion Tante ye.” (epasode 76)

Dalam data 9 ini terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata companion. Kata companion memiliki arti „teman atau kawan‟ dalam bahasa Indonesia.


(35)

10) “Aduh, ini selimut kenape bisa gini sih? Kok bisa terbang. Ade twister, ade twister, imposible, imposible mau masuk dari mane tu twister? Emang bisa nyelip apetwister-nye?.” (episode 70)

Pada data 10 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata twister. Kata twister tersebut berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut berarti „angin puyuh‟ dalam bahasa Indonesia.

11) “Kenape sih di room Papski selalu ada kejadian-kejadian aneh.” (episode 70) Pada data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata room. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „ruang atau tempat‟ dalam bahasa Indonesia.

12) “ntu... di hand lu ada bu..bu..bu..bulu.”

Pada data 12 di atas dapat dilihat penyisipan kata hand dan kata lu. Kata hand tersebut berasal dari bahasa Inggris, apabila kata tersebut dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi „tangan‟, sedangkan kata lu berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kamu‟ dalam bahasa Indonesia.

13) “Kayaknya nih dia bikin appointment janji ame si Nayla same itu tuh satu lagi si kaleng rombeng siape sih namenye tuh missSisi.” (episode 76)

Dari data 13 di atas terdapat penyisipan kata appointment , kata siape, kata namenye dan kata miss. Kata appointment dan kata miss berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang masing-masing berarti „janji‟ dan „nona‟. Kata siape dan kata namenye berasal dari bahasa Betawi yang masing-masing berarti „namanya‟ dan „siapa‟ dalam bahasa Indonesia.


(36)

14) “Aduh komplikasi bener sih mulut lu. Ya udah, Mamski obati kasih medicine, ye?.” (episode 65)

Dari data 14 tersebut terdapat penyisipan kata medicine. Kata medicine ini berasal dari bahasa Inggris yang berarti „obat‟ dalam bahasa Indonesia.

15) “Mana bentar lagi Nayla birthday Mamski udah nyiapin present.” (episode 66)

Pada data 15 di atas terdapat pembentukan campur kode yang terjadi karena penyisipan kata birthday dan kata present. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing memiliki arti „hari ulang tahun‟ dan „hadiah‟ dalam bahasa Indonesia.

16) “Aduh Papski. Mamski mau keluar bentar ye? Mau itu, nyari-nyari air yang fresh maksudnya udara yang segar bentaran.” (episode 70)

Pada data di atas terdapat penyisipan kata air dalam dialog tokoh Mamski. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „udara‟ dalam bahasa Indonesia.

17) “Eh Nayla boboye, Trisno ye. Kagak ilang dah gitu hospital pada heboh duh apaan sih ya. Boong ya. Liarye.” (episode 71)

Pada data 17 di atas terjadi pembentukan campur kode dengan penyisipan kata hospital dan kata liar. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „rumah sakit‟ dan „pembohong‟.

18) “Aduh ini sulap ape magicape begimane sih? Weird bener? Ish, bisa begitu, ye.” (episode 71)


(37)

Pada data 18 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata magic. Kata magic tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sulap‟.

19) “Iye bener Nayla. Tadi aje ye om Fuguh. Nanti listen-listen suaranya Nayla tiba-tiba di langsung wake up karena dia kangen banget ama Nayla. Kalau gitu kita kasih surprise buat om Fuguh, ye.” (episode 72)

Pada data 19 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata surprise. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „kejutan‟ dalam bahasa Indonesia.

20) “Ya maklumlah ye. Nama-nye kite hari-hari di hospital melulu, ye. Jadi kan lupa shoping-shoping, belanja-belanja. Jadi isi kulkas kosong. Isi kitchen juga kosong. Empty semuanya.” (episode 74)

Pada data 20 di atas terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan kata benda yaitu kata kite, kata hosptal kata kitchen dan kata empty. Kata kite berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kita‟ dalam bahasa Indonesia. Kata kitchen dan kata empty berasal dari bahasa Inggris yang juga menyisip ke dalam dialog yang digunakan oleh tokoh Mamski. Masing-masing kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „dapur‟ dan„kosong‟.

21) “Ya ampun, I alone di Home. Papski ade dimanesekarang?.” (episode 74) Pada data 21 tersebut terjadi pembentukan campur kode dengan penyisipan kata I dan kata home. Kata I dan kata home berasal dari bahasa Inggris yang


(38)

masing-masing berarti „saya‟ dan „rumah atau kampung halaman‟ dalam bahasa Indonesia.

22) “Dulu-dulu ini lagian. Aduh ini udah late banget nih. Udah bener-bener midnight bentar lagi. Mau ngapain datang ke mari lagi, ha? Mau ngapain ha?.” (episode 74)

Pada data 22 ini terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata midnight yang berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „tengah malam‟.

B. Kata kerja (verba)

Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat dan kualitas, khususnya yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti „paling‟. Umumnya verba tidak dapat tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan (Hasan Alwi, 2003:87). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur kata kerja. 1) “Kalo ntu bulu ade di tangannya Galang, tapi tiba-tiba bulu tu gone.

(episode 59)

Pada data 1 ini terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan unsur berwujud kata kerja (verba) yaitu kata gone dan kata ade. Kata gone yang berasal dari bahasa Inggris memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „pergi‟. Kata ade berasal dari bahasa Betawi yang berarti „ada atau hadir‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Ya udeh, gini masalahnya you pada nge-liat Galang nggak? Looked Galang ngga?”. (episode 65)


(39)

Pada data 2 ini terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata looked. Kata looked berasal dari bahasa Inggris yang berarti „melihat‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “Bola.. bola.. bola.. gua kepret bener-an lu.” (episode 62)

Dalam data 3 ini terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata berwujud kata kerja yaitu penyisipan kata kepret. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „pukul‟.

4) “Ya ampun, udah twenty years ago kita together.” (episode 63)

Pada data 4 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata together. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „bersama‟.

5) “Kagak. Mamski yang agak-agak sick gitu lo.” (episode 59)

Pada data 5 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata sick. Kata tersebut memiliki arti „sakit‟ dalam bahasa Indonesia.

6) “Galang, Galang, Galang, eh, ade miss Blonde yang cantik beautiful bener. Aduh ada Trisno juga, ade ape nih? Ade meetingya? Atau ada reuni akbar?.” (episode 69)

Pada data 6 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan unsur berwujud kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata meeting. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „rapat‟.


(40)

Pada data 7 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan penyisipan kata hiding dan kata ngumpet. Kata hiding berasal dari bahasa Inggris sedangkan kata ngumpet berasal dari bahasa Betawi. Kedua kata tersebut memiliki padanan yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu „sembunyi‟.

8) “Lang, itu mr. dokter asking.” (episode 76)

Pada data 8 dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata asking. Kata tersebut memiliki arti „menanyakan‟.

9) “Duh, sakit Lang. Berarti Mamski ngga dream.” (episode 76)

Dari data 9 terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata dream. Kata tersebut memiliki arti „impian atau mimpi‟.

10) “Aduh, kan dari tadi Tanski udah bilang miss Sisi, Tobi. Jangan suka berisik di hospital. Annoying, you know.” (episode 65)

Dalam data 10 tersebut terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata annoying. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „mengganggu‟. 11) “Maaf ye, Papski pasti kedinginan nih. Very-very cold nih Mamski selimuti

lagi, ye. Mamski juga bingung kenape ini kok bisa terbang begini bisa fly ini selimut-nye.” (episode 70)

Dalam data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode ayng ditandai dengan adanya penyisipan kata fly yang berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „terbang‟.


(41)

12) “Ya udah, nanti badan kamu drop lagi. Kita balik in your room, ya.” (episode 70)

Pada data 12 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata drop. Kata drop memiliki arti „jatuh‟dalam bahasa Indonesia.

13) “Mamski forget. Nanti lu tu jangan lupa. Kalau misalnya you sebelum go to schoollu mampir dulu tuh nengokin Nayla. Ya kan?.” (episode 70)

Pada data 13 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata verba yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata forget dan dari bahasa Betawi yaitu penyisipan kata nengokin. Kedua kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang masing-masing menjadi „lupa‟dan „menjenguk‟.

14) “Eh inget ye, rememberye. You tuh jangan fight-fight ye ame Trisno. Nayla tuh lagi sick.” (episode 71)

Dalam data 14 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata inget dan kata remember. Kata remember berasal dari bahasa Inggris yang berarti „ingat‟ dalam bahasa Indonesia. Kata inget berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan yang sama dengan kata remember dalam bahasa Indonesia yaitu „ingat‟.

C. Kata sifat (adjektiva)

Adjektiva merupakan kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Keterangan itu dapat


(42)

mengungkap suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan (Hasan Alwi 2003:171). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur berwujud kata sifat (adjektiva) berdasarkan data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala. 1) You jangan talking-talking sembarangan ye. You kagak liat apa Mamski

masih keliatan young begini.” (episode 59)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata young. Kata young berasal dari bahasa Inggris yang berarti „muda‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Aduh... aye jadi curious banget deh nih. Jadi, penasaran bener ama itu tu bulu-bulu yang adedi tangannya si Galang.” (episode 59)

Pada data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan kata curious dan kata bener. Kata curious berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti „heran, aneh, ingin tahu‟ dalam bahasa Indonesia sedangkan kata bener berasal dari bahasa Betawi yang berarti „benar‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “Galang, Galang, Galang, eh, ade miss Blonde yang cantik beautiful bener. Aduh ada Trisno juga, ade ape nih? Ademeeting ya? Atau ada reuni akbar?.” (episode 69)

Dalam data 3 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata sifat yaitu penyisipan kata beautiful dan kata bener. Kata beautiful berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „cantik‟. Kata bener ini juga terdapat pada data nomor 2 yang berasal dari Bahasa Betawi yang berarti „benar‟.


(43)

4) “Aduh Papski. Mamski mau keluar bentar ye? Mau itu, nyari-nyari air yang fresh maksudnya udara yang segar bentaran.” (episode 70)

Pada data 4 ini dapat dilihat pembentukan campur kode yang terjadi karena adanya penyisipan kata sifat yaitu penyisipan kata fresh. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „segar‟.

5) “Nayla, wake up ye sayang ye. Nayla bentar lagi waktu-nye kita makan. Nayla kudu sadar. Kudu wake up. Kudu makan yang banyak biar Nayla cepat sehat cepat healthy lagi.” (episode 70)

Pada data 5 terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata healthy. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sehat‟.

6) “Aduh ini sulap ape magicapebegimane sih? Weird bener? Ish, bisa begitu, ye.” (episode 71)

Pada data 6 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata weird. Kata tersebut memiliki arti „aneh‟ dalam bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat juga penyisipan kata sifat bener yang sebelumnya sudah dikaji pada data 2 dan 3.

D) Kata keterangan (adverbia)

Adverbia merupakan kata yang menjelaskan verba, adjektiva dan adverbia lain (Hasan Alwi 2003:199). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan kata keterangan (adverbia) dari data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.


(44)

1) “Ih, ni rumah sakit scarybanget sih. Hospital-nya scarybangetsih.” (episode 59)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan kata banget. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang berarti „sangat‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Aduh, Galang kok bisa hilang? Begimane cerita-nye, sih? Itu anak kenape sih pake ilang melulu. Aduh.” (episode 66)

Pada data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata melulu. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang berarti „selalu‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “Miss blonde, aduh ampir aje Tante tubruk.” (episode 68)

Pada data 3 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata keterangan yaitu kata aje dan kata ampir. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang masing-masing berarti „aja atau saja‟ dan „hampir‟ dalam bahasa Indonesia.

4) “Administrasi Papski udah selesai. Tinggal nunggu Papski siuman Papski cepet siuman, ye.” (episode 65)

Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata keterangan yaitu kata udah. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang berarti „sudah dalam bahasa Indonesia.

4.1.2 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frasa

Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa


(45)

maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. Frasa dapat digolongkan menjadi empat yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisi.

A. Frasa nomina

Frasa nomina adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina (Ramlan, 1995:158). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur berwujud frasa nomina.

1) “Ya ampun, udah twenty years ago kita together.” (episode 63)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan frasa twenty years ago. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „dua puluh tahun lalu‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Dok, dok, begimane keadaan my husband?.” (episode 64)

Dalam data tersebut terdapat penyisipan unsur berwujud frasa nomina. Frasa my husband berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „suami saya‟.

3) “Iya, emang angin malam itu kagak baik nanti you bisa enter wind. You know? Ngerti kagak enter wind, masuk angin. Jangan sering-sering ye kena angin malam ye.” (episode 67)

Dalam data 3 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan frasa enter wind. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „masuk angin‟ dalam bahasa Indonesia.

4) “Aduh, misi lagi excuse me-excuse me miss teacher, mr. teacher ni adenye Cuma beginian ni orange juice.” (episode 72)


(46)

Pada data 4 tersebut terdapat penyisipan frasa miss teacher, frasa mr. teacher dan orange juice. Ketiga frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing memiliki arti „nona/ibu guru‟, „bapak guru‟ dan „jus jeruk‟ dalam bahasa Indonesia.

5) “Ini masalahnye emergency room. Aduh kok emergency room sih. Maksud-nyevery-very emergency. Darurat cepetan. Lu come here ye.” (episode 67) Pada data 5 tersebut terdapat penyisipan frasa emergency room dan frasa very-very emergency. Kedua frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „ruang darurat‟ dan „sangat-sangat darurat‟.

6) “You punya very-very big secret, kan?.” (episode 69)

Pada data 6 tersebut terdapat penyisipan unsur frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu frasa very-very big secret. Frasa tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „rahasia yang sangat besar‟.

7) “Hah! Astafirullahalhadzim, lu lagian ngapain sih you mau bikin Mamski heart attack ape?.” (episode 69)

Pada data 7 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata heart attack. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „serangan jantung‟. 8) “Eh, dulu-dulu wait-wait perasaan tadi lu kan izin ame Mamski mau ganti


(47)

Pada tabel 8 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa change clothes. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „ganti pakaian‟ dalam bahasa Indonesia.

9) “You tuh kebiasaan banget ye. Bad hobied banget. Setiap Mamski belum talking-talking lu udah main gone aje. Belum kelar ngomong-nye.” (episode 70)

Dalam data 9 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa nomina yaitu penyisipan frasa bad hobied. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „hobi buruk‟ dalam bahasa Indonesia.

10) “Udah sekarang you rest aje. Nanti lo drop lagi badannye, ye. Tante jagain lu. Take care lu.” (episode 70)

Dalam data 10 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata you rest dan take care. Kedua frasa tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang masing-masing menjadi „kamu istirahat‟dan „hati-hati‟.

11) “Aduh Galang itu tu bener-bener good boy ya Tobi, ye.” (episode 74)

Dalam data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan frasa good boy. Frasa tersebut memiliki arti „anak laki-laki yang baik‟ dalam bahasa Indonesia.


(48)

B. Frasa verba

Frasa verba adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verba (Ramlan, 1995:168). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan frasa verba dari data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1) “Heh.. he.. Galang come here lu tu, lu tu ye.” (episode 64)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan frasa come here. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „datang ke sini atau kemari‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Wait here sama Galang. Tanski mau ngurus itu tu administrasi dulu bakal Omski, ye.” (episode 65)

Pada data 2 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan frasa wait here. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „tunggu di sini‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “Lang, kenape sih Mamski mau ngomong nih ame die. Kenape sih kalau ngomong matenye melotot-melotot gitu? Itu tu eyes-nya mau go outbegitu.” (episode 69)

Pada data 3 tersebut terdapat pembentukan penyisipan kata dengan adanya penyisipan frasa go out. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „pergi keluar‟ dalam bahasa Indonesia.

4) “Lang, lo ngomong kenape sembarangan banget sih, Lang. Papski lo cuma lagi sleeping beauty, Lang. Cuma sleeping ha.. eh Cuma sleeping handsome maksud Mamski.” (episode 69)


(49)

Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan nomina yaitu penyisipan frasa sleeping beauty dan sleeping handsome. Kedua frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing berarti „tidur cantik‟ dan „tidur ganteng‟ dalam bahasa Indonesia.

5) “Biasanya kan di keadaan scary-scary gini kita main itung-itungan tuh one, two, three. Tapi, berhubung Papski lagi bobo manis. Mamski aja ye yang langsung run away.” (episode 68)

Dalam data 5 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa run away. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „berlari jauh atau pergi‟ dalam bahasa Indonesia.

6) “Nayla, wake up ye sayang ye. Nayla bentar lagi waktunye kita makan. Nayla kudu sadar. Kudu wake up. Kudu makan yang banyak biar Nayla cepat sehat cepat healthy lagi.” (episode 70)

Dalam data 6 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan frasa wake up. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „bangun‟.

7) “Ya ampun udah eleven o‟clock. Udah malem, Galang masih belum go home sih. Lang lu kemane sih?.” (episode 74)

Pada data 7 tersebut dapat dilihat penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan frasa go home. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „pergi ke rumah atau pulang‟. Selain itu, ada penyisipan frasa lu kemane yang berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kamu kemana‟ dalam bahasa Indonesia.


(50)

8) “Galang, ih.. mau kemane sih tu anak? Where he go, sih? Belum juga come inside udah main go-goaje.” (episode 74)

Pada data 8 tersebut terdapat penyisipan frasa come inside. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „masuk ke dalam‟ dalam bahasa Indonesia.

C. Frasa adjektiva

Frase adjektiva adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata adjektiva (Ramlan, 1995:176). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur berwujud frasa adjektiva dari data sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1) “Ini serius you know. Very-very important.” (episode 64)

Pada data 1 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan frasa very-very important. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sangat -sangat cantik‟.

2) “Lang, Lang ini ada yang aneh ini very-very weird, you know. Ini bener-bener aneh bangetLang.” (episode 67)

Dalam data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata very-very weird. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sangat-sangat aneh‟.

3) “Lang? Lu bengong aje bukannya ikut bahagia very-very happy.” (episode 72)


(51)

Dalam data 3 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa very-very happy yang berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki arti „sangat-sangat bahagia‟ dalam bahasa Indonesia.

4) “Aduh kenape ye udara tuh very-very hotbanget di homeini?.” (episode 80) Pada data 4 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan frasa very-very hot yang berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki arti „sangat-sangat panas‟ dalam bahasa Indonesia.

D. Frasa adverbia

Frasa adverbia atau keterangan adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan (Ramlan, 1995:177). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur frasa adverbia berdasarkan data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1) “Du..du..du.du..duh.. Mamski so proud tumbenan banget nih miss-miss Mamski. Biasanya juga miss-nya ama joran.” (episode 63)

Pada data 1 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata so proud. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sangat bangga‟. 2) “Mau ngapain you come here? Kagak liat apa Nayla lagi sleeping beuty.

Don’t disturb. Kagakboleh diganggu.” (episode 69)

Dalam data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa don‟t disturb yang berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki arti „jangan diganggu‟ dalam bahasa Indonesia.


(52)

3) “Ya udah, bentar bener ye. A few minute aje. Kasih waktu kagak boleh lama-lama. Don’t be long.” (episode 69)

Pada data 3 tersebut terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan adanya penyisipan frasa don‟t be long. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „jangan lama‟ dalam bahasa Indonesia.

4) “You ngomong nape sih? Ini feeling-nya so not good banget nih.” (episode 74)

Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan frasa so not good. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „sangat tidak baik‟ dalam bahasa Indonesia.

E. Frasa preposisi

Frasa preposisi merupakan frasa yang terbentuk karena preposisi berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia (Hasan alwi, 2003:288). Berikut benuk campur kode dengan penyisipan frasa preposisi dari data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1) “Ya udah, nanti badan kamu drop lagi. Kita balik in your room, ya.” (episode 70)

Pada data di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan frasa in your room. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „di ruanganmu‟ dalam bahasa Indonesia.

4.1.3 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Baster

Istilah bentuk baster dalam penelitian ini mengacu pada penggunaan dua bahasa dalam satu unsur kata yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng


(53)

Serigala. Misalnya penggunaan kata dari bahasa Inggris yang digabung dengan awalan dari bahasa Indonesia. Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur berwujud baster dari data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

a) Awalan + kata

1) “Padahal aye udah ngeliat sendiri udah nge-looked jelas banget.” (episode 59)

Pada data 1 ini terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster awalan n- yang berasal dari bahasa Betawi dengan kata dari bahasa Inggris yaitu looked. Penggabungan kedua unsur ini menghasilkan makna „sudah melihat‟.

2) “Udah yuk. Temenin Mamski. Nanti Mamski di-bite binatang buas gimane?.” (episode 64)

Dalam data 2 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. Awalan di- dalam bahasa Indonesia digabungkan dengan kata bite „gigit‟ dari bahasa Inggris. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „digigit‟ dalam bahasa Indonesia.

b) Awalan + kata + akhiran

1) “Mana bentar lagi Nayla birthday Mamski udah nyiapin present.” (episode 66)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan yang berwujud baster. Kata siap yang berasal dari bahasa Indonesia diapit oleh imbuhan yang berasal dari bahasa Betawi yaitu awalan n- yang dalam bahasa


(54)

Indonesia sama dengan imbuhan „meny-‟ dan akhiran –in yang dalam bahasa Indonesia sama dengan imbuhan „-kan‟. Penggabungan unsur tersebut menghasilkan makna „menyiapkan‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Kan Tanski masih nungguin om Fugu, ye kan? Omski ya kan? Kalian mendingan gone aja deh.” (episode 65)

Pada data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan berwujud baster yaitu penyisipan unsur nungguin. Kata dasar yang terdapat dalam unsur tersebut adalah kata tunggu yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata tersebut diapit oleh imbuhan dari bahasa Betawi yaitu awalan n- dan akhiran in-. Awalan n- yang sama dengan „me-‟ dalam bahasa Indonesia dan akhiran –in sama dengan akhiran „- i‟ dalam bahasa Indonesia. Huruf /t/ pada kata tunggu meluruh ketika diberi awalan baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Betawi. Penggabungan unsur tersebut menghasilkan makna „menunggui‟ dalam bahasa Indonesia.

c) Kata + akhiran

1) “Ih, ni rumah sakit scary banget sih. Hospital-nya scary banget sih.” (episode 64)

Dalam data 1 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. Kata hospital yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „rumah sakit‟ dalam bahasa Indonesia digabungkan dengan akhiran –nya dari bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „rumah sakitnya‟ dalam bahasa Indonesia.


(55)

2) “Du..du..du.du..duh.. Mamski so proud tumbenan banget nih miss-miss Mamski. Biasanya juga miss-nya amajoran.” (episode 63)

Dalam data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. Kata miss yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „rindu‟ dan akhiran –nya dari bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „rindunya‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “You friend-nya Galang kan? miss Blonde? Iye-iye tante inget yang waktu itu ke house-kan?.” (episode 67)

Dalam data 3 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. kata friend yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „teman‟ dan akhiran –nya dari bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „temannya‟ dalam bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat juga kata house berasal dari bahasa Inggris yang berarti „rumah‟ dan akhiran –nya dari bahasa Indonesia sehingga bentuk katanya menjadi „rumahnya‟. 4) “Lang, kenape sih Mamski mau ngomong nih ame die. Kenape sih kalau

ngomong matenye melotot-melotot gitu? Itu tu eyes-nya mau go out begitu.” (episode 69)

Pada data 4 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. Kata eyes yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „mata‟ dan akhiran –nya dari bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „matanya‟ dalam bahasa Indonesia.


(56)

Pada data 5 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. Kata food yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „makanan‟ dan akhiran –nye dari bahasa Betawi yang dalam bahasa Indonesia sama dengan akhiran -nya. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „makanannya‟ dalam bahasa Indonesia.

6) “Galang go home. Eh, wait the minute-wait the minute kan kalau misalnya Galang go home pasti suara motor bike-nya udah kedengaran tuh.” (episode 74)

Pada data tersebut dapat dilihat penggabungan kata bike yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „motor‟ dan akhiran –nya dari bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „motornya‟ dalam bahasa Indonesia.

7) “Nayla, Tante mau packing-in baju-baju-nye om Fuguh dulu, ye.” (episode 72)

Pada data 7 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. Kata packing yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „mata‟ dan akhiran –in dari bahasa Betawi yang sama artinya dengan akhiran –an pada bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „mengumpulkan‟ dalam bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat juga penggabungan perulangan kata yang berasal dari bahasa Indonesia yaitu kata baju-baju dengan akhiran –nye yang berasal dari bahasa Betawi yang sama dengan akhiran –nya dalam bahasa Indonesia.


(57)

8) “You ngomong nape sih? Ini feeling-nya so not good banget nih.” (episode 74)

Pada data 8 ini dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata feeling yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „perasaan‟ yang digabung dengan akhiran –nya dari bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „perasaannya‟ dalam bahasa Indonesia.

9) “Aduh, Lang. Mamski gimana pertanggungjawabannya ama mendiang parents-nya Nayla?.” (episode 66)

Pada data 9 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan penyisipan wujud baster. Kata parent yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti „orang tua‟ digabung dengan akhiran –nya dari bahasa Indonesia. Penggabungan kedua unsur tersebut menghasilkan makna „orangtuanya‟ dalam bahasa Indonesia.

4.1.4 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Pengulangan Kata

Perulangan atau reduplikasi adalah proses penurunan kata dengan perulangan, baik secara utuh maupun secara sebagian (Hasan alwi 2003:238). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur yang bewujud pengulangan kata dari data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1) “Bentaran ya, Tea ye. Talking-talking dah ama Galang dulu.” (episode 67) Pada data 1 dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan pengulangan kata verba yaitu talking-talking. Kata talking berasal dari bahasa Inggris yang berarti „berbicara‟ dalam bahasa Indonesia. Namun, kata


(58)

tersebut mengalami proses reduplikasi utuh yang biasa terjadi pada bahasa Indonesia.

2) “Iya tu. Papski kerja mulu. Kagak go back home-go back home tapi kagak pape deh, Lang. Yang penting dia harus bawa-bawa money-money.” (episode 59)

Pada data 2 ini juga hampir sama dengan data 1 yaitu terjadinya pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan pengulangan kata berbentuk frasa nomina yaitu unsur go back home-go back home dan kata nomina yaitu unsur money-money. Kedua unsur tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing berarti „kembali ke rumah atau pulang‟ dan „uang‟ dalam bahasa Indonesia. Kedua unsur itu mengalami proses reduplikasi utuh seperti reduplikasi yang digunakan dalam bahasa Indonesia.

3) “Mulai hari ini setiap morning-morning sebelum you go to school you punya jadwal tetap.” (episode 62)

Pada data 3 dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan pengulangan kata nomina yaitu morning-morning. Kata morning berasal dari bahasa Inggris yang berarti „pagi‟ dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut mengalami proses reduplikasi utuh bahasa Indonesia sehingga menjadi „pagi-pagi‟.

4) “You serching-serching siape? Nyari-nyariin siape? Ayo-ayo malem-malem datengke rumah orang.” (episode 63)

Dalam data 4 dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan pengulangan kata verba yaitu serching-serching. Kata serching berasal


(59)

dari bahasa Inggris yang berarti „mencari‟ dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut mengalami proses reduplikasi utuh bahasa Indonesia sehingga menjadi „mencari -cari‟

5) “Aduh, sekarang-sekarang jelas-in. Ayo explain-explain Papskinya Galang sekarang ade dimane? Ya Allah.” (episode 63)

Pada data 5 ini terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan pengulangan kata verba yaitu explain-explain. Kata explain berasal dari bahasa Inggris yang berarti „jelaskan‟ dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut mengalami proses reduplikasi utuh seperti bahasa Indonesia sehingga unsur tersebut menjadi „jelaskan-jelaskan‟ dalam bahasa Indonesia.

6) “Duh, ya ampun Papski begimane sih? Udah dibilang ngga usah mancing-mancing segala. Ngga usah fishing-fishing segala. Kenape sih kalo beli ikan kan tinggal beli aja di pasar.” (episode 63)

Dari data 6 dapat terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan pengulangan kata verba yaitu fishing-fishing. Kata fishing ini berasal dari bahasa Inggris yang berarti „memancing‟ dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut mengalami proses reduplikasi utuh bahasa Indonesia sehingga menjadi „memancing-memancing‟.

7) “Heh, tunggu wait-wait. Aduh pakeditinggal lagi.” (episode 63)

Dari data 7 ini dapat dilihat penyisipan pengulangan kata verba yaitu wait-wait. Unsur tersebut berasal adri bahasa Inggris yang berarti tunggu. Reduplikasi yang terjadi pada unsur itu adalah unsur reduplikasi utuh yang sering terjadi dalam bahasa Indonesia sehingga unsur tersebut menjadi „tunggu-tunggu‟.


(1)

85) “ Aduh, Mamski jadi beneran laper nih, Lang. Mamski mau ke kafetaria dulu. You waiting for Papski ganti-inMamski.”

86) “Galang, Galang, lu begimane sih? Tadi Mamski intip di door. Lu mau nyiram-nyiram Papski. Galang lu begimanesih?.”

87) “Lang, lo ngomong kenape sembarangan banget sih, Lang. Papski lo cuma lagi sleeping beauty, Lang. Cuma sleeping ha.. eh Cuma sleeping handsome maksud Mamski.”

88) “Enak ajelu mau duluan jaga-in, Nayla. Kagak ada you waiting Papski di sini. hehe.”

89) “Mamski know nih. You pura-pura kan? You sebenarnya bilang aje mau megang-in mukanya Nayla face-nya Nayla yang beautiful.”

90) “Biar Mamski yang ke Nayla, gantian. Change, you know. Change. bentaran you misi dulu Mamski mau pamit dulu ame Papski lu.”

91) “Mau ngapainyou come here? Kagak liat apa Nayla lagi sleeping beuty. Don‟t disturb. Kagakboleh diganggu.”

92) “Ya udah, bentar bener ye. A few minute aje. Kasih waktu nih kagak boleh lama-lama. Don‟t be long.”

93) “Hah! Astafirullahalhadzim, lu lagian ngapain sih you mau bikin Mamski heart attack ape?”.

94) “Eh, dulu-dulu wait-wait perasaan tadi lu kan izin ame Mamski mau balik mau ganti baju chance clothes. Kok udah balik lagi cepet banget . lu naik apaan? Naik apaan?”.


(2)

10. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala Episode 70

95) “Aduh, ini selimut kenape bisa gini sih? Kok bisa terbang. Ade twister, ade twister, imposible, imposible mau masuk dari mane tu twister? Emang bisa nyelip apetwister-nye?.”

96) “Maaf ye, Papski pasti kedinginan nih. Very-very cold nih Mamski selimuti lagi, ye. Mamski juga bingung kenape ini kok bisa terbang begini bisa fly ini selimut-nye.”

97) “Kenape sih di room Papski selalu ada kejadian-kejadian aneh.”

98) “You tuh kebiasaan bangetye. Bad hobied banget. Setiap Mamski belum talking-talking lu udah main gone aje. Belum kelar ngomong-nye.” 99) “Mamski forget. Nanti lu tu jangan lupa. Kalau misalnya you sebelum go

to schoollu mampir dulu tuh nengokin Nayla. Ya kan?.”

100) “Aduh Papski. Mamski mau keluar bentar ye? Mau itu, nyari-nyari air yang fresh maksudnya udara yang segar bentaran.”

101) “Ya udah, nanti badan kamu drop lagi. Kita balik in your room, ya.” 102) “Pelan-pelan. Slow down- slow down. Pakedulu oksigennya.”

103) “Udah sekarang you rest aje. Nanti lo drop lagi badan-nye, ye. Tante jagain lu. Take care lu.”

104) “Nayla, wake up ye sayang ye. Nayla bentar lagi waktu-nye kita makan. Nayla kudu sadar. Kudu wake up. Kudu makan yang banyak biar Nayla cepat sehat cepat healthy lagi.”

105) “Nayla sayang, nih food-nyeudah dateng.”


(3)

11. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala Episode 71 107) “What happen sih, sus? Kok panik bener?.”

108) “Papski, Papski suster mane? Katenye tadi my husband ade yang aneh? buktinya kagak kenape-kenape dia silent-silent aja, diem-diemaja.” 109) “Eh Nayla boboye, Trisno ye. Kagak ilang dah gitu hospital pada heboh

duh apaan sih ya. Boong ya. Liarye.”

110) “Aduh ini sulap ape magic ape begimane sih? Weird bener? Ish, bisa begitu, ye.”

111) “Aduh makanya jangan telat. Lu tuh dari mane aje sih, Lang? Where you go? Where you go?.”

112) “ Eh ingetye, remember ye. You jangan fight-fight ye ame Trisno. Nayla tuh lagi sick.”

12. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala Episode 72

113) “Tapi Nayla kalau emang you walking-walking tinggal SMS Tante aje pasti tante companionyoudeh.”

114) “Iye bener Nayla. Tadi aje ye om Fuguh. Nanti listen-listen suaranya Nayla tiba-tiba dia langsung wake up karena dia kangen banget ama Nayla. Kalau gitu kita kasih surprise buat om Fuguh, ye.”

115) “Nayla, ini kagak mungkin ini imposible banget. Mane sih pak security, pak satpam manesih?.”

116) “Aduh, imposible-imposible. Aduh pak satpam ini CCTV segambreng begini masa kagak ada yang nangkepsatu pun sih? Aduh.”


(4)

118) “Lang, kalau sampe papski lotwentyfour hours kagak ketemu juga kita kudu lapor police.”

119) “Eh..Mr. dokter, Mr. dokter kidding nih. Seriusan Mr. dokter bukannya Nayla kudu operasi kepala-nye?.”

120) “Lang? Lu bengong aje bukannya ikut bahagia very-very happy.” 121) “Nayla, Tante mau packing-in baju-baju-nye om Fuguh dulu, ye.”

122) “Promise ya, Lang. You have promise to promise sama Mamski. Ya udah kite go home dulu tapi to night, to night Mamski mau dapet kabar tentang Papski lo.”

13. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala Episode 74

123) “Aduh, misi lagi excuse me-excuse me miss teacher, mr. teacher ni adenye Cuma beginian ni orange juice.”

124) “Ya maklumlah ye. Nama-nye kite hari-hari di hospital melulu, ye. Jadi kan lupa shoping-shoping, belanja-belanja. Jadi isi kulkas kosong. Isi kitchen juga kosong. Empty semuanya.”

125) “Ya ampun udah eleven o‟clock. Udah malem, Galang masih belum go home sih. Lang lo kemane sih?.”

126) “Galang, ih.. mau kemane sih tu anak? Where he go, sih? Belum juga come insideudah main go-goaje.”

127) “Aduh, hiding dimane nih? Hiding dimane? Ngumpet dimane?.”

128) “Galang go home. Eh, wait the minute-wait the minute kan kalau misalnya Galang go home pasti suara motor bike-nya udah kedengaran tuh.”


(5)

129) “Dulu-dulu ini lagian. Aduh ini udah latebanget nih. Udahbener-bener midnight bentar lagi. Mau ngapain datang ke mari lagi, ha? Mau ngapainha?.”

130) “Aduh Galang itu tubener-benergood boy ya Tobi, ye.”

131) “Kayaknya nih dia bikin appointment janji ame si Nayla same itu tuh satu lagi si kaleng rombeng siape sih namenye tuh missSisi.”

132) “Wait the minute-wait the minute dulu-dulu Mamski mimpi kagak sih. Dreamkagaksih ini?.”

133) “You ngomong nape sih? Ini feeling-nya so not good bener nih. Kalau udahkayak begini.”

14. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala Episode 76

134) “Tobi, Tobi gimana kalau ikut Mamski ke Kitchen?.” 135) “Nayla, tinggal di sini ajeye? Companion Tante ye.”

136) “Bukan manusia? Bukan human? Bukan human? Artinye ape?.” 137) “Duh, sakit Lang. Berarti Mamski nggadream.”

138) “Lang itu mr. dokter asking.”

139) “Eh.. Lang, lu bukannya itu delivery Nayla home kok lo udah di mari aje?.”

140) “Biasenye kan you same Nayla udah kayak ekor. Ekor-nye Nayla. Kemane pun Nayla pergi lu pasti ngintilin aje, nge-jaga-in. Nayla itu kagak boleh kenape-napebiasenye semangat.”


(6)

15. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala Episode 80

141) “Ngomong-ngomong ade keperluan ape dateng ke mari? Ini udah late banget nih. Kayaknya udah night.”

142) “ Tobi youkagak boleh ngomong kayakbegitu.” 143) “Ya udah Tante juga mau come inside nih.”

144) “Kenape ye akhir-akhir ini tuh udara very-very hotbanget di homeini?.” 145) “Aduh Lang, you smell not good banget sih. Tumbenan hari ini, you go