Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Sctv Terhadap Perilaku Pacaran Siswa Smp Islam Al-Muttaqien Bogor
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Lia Pediati NIM: 1111051000073
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015 M / 1436 H
(2)
SEKIGALA
SCTYTERHADAP
PERILAKU PACARAN
SISWA
SMP
ISLAM AL.MUTTAQIEN
BOGOR
Skripsi
Di aj ukan untuk Memenuhi P ersl,aratan Memperol eh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Lia Pediati
NIM: 1111051000073
JURUSAN
KOMUNIKASI
DAN
PENAARAN
ISLAM
FAKULTAS
ILMU DAKWAII
DAN
ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAVI
NE GERT SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015M/1436H
.196012021995031001(3)
Skripsi
berjudul Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-guntengSerigalu SCTV terhadap Perilaku Pacaran Sisrva SN{P Islam Al-N,Iuttaqien
Bogor telah diujikan dalam sidang mullaqasyah Fakuitas Iimu Dakwah dan Ilmu I{omunikasi
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis,2
Juli 2015.Skripsi ini telah ditenma sebagai salahsatu syrat memperoleh gelar Sarjana Ilmu I(omunikasi islam (S.I(om.I) pada Program Studi I(omunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 2 Juli 2015
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Saprudin. S.Pd NrP.196806091991081001 Anggota,
Penguji II,
il*q
Ade Rina Farida. M.Si
NIP. 19610 4221990032001 NIP. 19580910
Penguji I,
87032001
dhidin Sanutra
197009031996031001
Pembimbin
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salahsatu persyaratan memperoleh gelar strata
1
di
Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah J akarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
ini
terah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan haisl jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku
di
Universitas Islam Negeri syarifHidayafullah Jakarta.
Ciputat,
I
Juh 2015 1.2.
J.
Lia Pedidti
(5)
i
Perilaku Pacaran Siswa SMP Islam Al-Muttaqien.
Media massa memiliki peran yang sangat besar dalam proses perubahan sosial, karena media massa mempunyai kekuatan yang luar biasa, media massa dapat menyuntik pesannya kepada massa sehingga massa dengan mudahnya akan terinjeksi oleh pesan yang disampaikan media massa. Terkadang media tidak memperdulikan dampak apa yang akan timbul dari isi pesan yang disampaikan, ketika suatu program banyak diminati dan digemari oleh suatu kalangan, media akan lupa dalam memperhatikan kualitas pesan yang disampaikan. Begitu pun halnya dengan tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala SCTV. Kisah percintaan remaja yang dikisahkan dalam sinetron ini sangat banyak digemari oleh kaum remaja, para remaja yang menggemari sinetron ini cenderung hafal dan mengerti dengan kisah percintaan remaja yang dikisahkan dalam sinetron ini. Sehingga sangat berpotensi untuk dicoba dan ditiru oleh kalangan remaja usia sekolah. Khususnya Siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien, karena usia SMP adalah usia pubertas masa pencarian identitas dan jati diri, segala sesuatu yang bersifat fantasi selalu ingin mereka coba, termasuk perilaku pacaran yang sudah dikenal oleh mayoritas siswa di SMP Al-Muttaqien.
Melihat latarbelakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini. Yaitu, Bagaimana pengaruh kognitif dan afektif sinetron Ganteng-ganteng Serigala terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien setelah menonton tayangan sinetron tersebut? Bagaimana perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien Bogor?
Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner (skala likert) kemudian dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan yang ada antara variabel independen dan variabel dependen. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Uji simultan dengan uji F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel-variabel dependen secara simultan. Kemudian uji T-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individu (parsial).
Hasil yang ditemukan, yaitu: Tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala (kognitif dan afektif) mempengaruhi perilaku pacaran, dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,1. Artinya berpengaruh positif secara signifikan. Meskipun variabel kognitif tidak memiliki kecenderungan pada perubahan perilaku pacaran, namun pada variabel afektif memiliki kecenderungan pada perubahan perilaku pacaran, maka akan ada bentuk perubahan perilaku pacaran yang terjadi setelah menonton tayangan sinetron tersebut. karena faktor afektif audiens berpotensi mempengaruhi perubahan perilaku audiens.
(6)
ii
Alhamdulillah segala puji atas kebesaran Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan segala kesempurnaannya. Segala syukur atas
Rahman-Nya yang telah memberikan nikmat sehat serta pertolongan dan
bimbingan-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan tugas penting ini.
Semoga Allah mengampuni segala kelalaian dan keingkaran terhadap
perintah-Nya dan larangan-perintah-Nya. Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Kangjeng
Nabi Muhammad SAW, pahlawan revolusioner sejati yang telah membawa panji
Islam hingga tersebar ke seluruh dunia, tokoh berpengaruh nomor satu di dunia
yang menyelamatkan umat manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang
terang dengan cahaya Islam.
Atas do’a, usaha, serta komitmen yang kuat, akhirnya penulis telah sampai
pada penghujung masa studi strata satu. Dengan segala kerendahan hati, penulis
sadar akan segala kekurangan-kekurangan diri, tanpa do’a dan dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya belum tentu tugas penting
ini sampai pada saat ini. Oleh karena itu, pada kesempatan berbahagia ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. DR. H. Arif Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suprapto, M.Ed, MA selaku Wakil Dekan 1, Dr. Hj.
Roudhonah,MA selaku Wakil Dekan 2, dan Drs. Suhaimi, M.Si selaku
(7)
iii
3. Drs. Masran, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4. Seluruh Tim Penguji dalam ujian skripsi, kepada Drs. Hj. Roudhonah,MA.
selaku Ketua Sidang, Supriadi, S.Pd. selaku Sekretaris Sidang,
5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu dan mendidik seluruh mahasiswa dengan penuh
kesabaran.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu peneliti dalam melengkapi administrasi selama
perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
7. Segenap siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien Bogor yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini. Kepala Sekolah dan Segenap
guru-guru SMP Islam Al-Muttaqien Bogor yang telah memberikan izin
dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini di SMP
Islam Al-Muttaqien Bogor. Terutama Ela Laela, S.Pd.I selaku bagian
kesiswaan SMP Islam Al-Muttaqien Bogor yang senantiasa mendampingi
penulis selama penelitian ini berlangsung di SMP Islam Al-Muttaqien
Bogor.
8. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Sudirman, pahlawan nomor satu
(8)
iv
do’a dan dukungannya untuk menyelesaikan cita-cita mulia ini. Kepada Ibunda tercinta Nyai terimakasih sebesar-besarnya atas segala dorongan,
motivasi dan do’anya untuk merampungkan studi ini. Semoga rahmat dan
kasih sayang Allah SWT senantiasa terlimpah bagimu, Umi dan Bapak.
9. Kepada saudara-saudara tercinta Sopian As-Sauri, Dedeh Kurniasih, Rani,
Ahmad Fauzan, Dede Jamaludin yang selalu bersama-sama menciptakan
warna hidup di dalam rumah kami.
10.Terima kasih juga terukir untuk sahabat hidup Al-Mahbubah Mohammad
Riza Ramadhan, S.Hum atas dukungan dan motivasinya selama proses
penelitian ini hingga peneliti dapat merampungkannya dengan baik.
Pada akhirnya dengan segala keterbatas dan kekurangan peneliti dap;at
menyelesaikan penelitian ini, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi peneliti dan pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan nikmat dan karuniaNya kepada berbagai pihak yang terlibat
dalam menyelesaikan skripsi ini. Aamiin Allahumma Aamiin.
Ciputat, Juli 2015
Lia Pediati
(9)
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
1. Batasan Masalah ... 7
2. Rumusan Masalah ...7
C. Tujuan Penelitian ...8
D. Manfaat Penelitian ...8
E. Teknik Penulisan ... 9
F. Tinjauan Pustaka ... 9
G. Kerangka Pemikiran ...10
H. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II: LANDASAN TEORI ... 13
A. Pengertian Komunikasi Massa ... 13
B. Fungsi Komunikasi Massa ... 14
(10)
vi
2. Model Dampak yang Kuat (Powerfull Effect Model ... 16
D. Social Learning Theory ... 17
E. Remaja ... 18
1. Ciri-ciri Masa Remaja ... 18
F. Pacaran ... 21
1. Alasan Pacaran ... 22
2. Dasar Memilih Pacar (Pasangan) ... 23
3. Perbedaan Pacaran Masa Dulu dan Masa Kini... 25
4. Tahapan-tahapan Pacaran ... 26
G. Larangan Pacaran dalam Islam ... 27
H. Cinta dalam Pandangan Islam ... 28
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Paradigma Penelitian ... 31
B. Pendekatan Penelitian ... 31
C. Metode Penelitian ... 31
D. Ruang Lingkup Penelitian ... 32
1. Subjek dan Objek Penelitian ... 32
2. Waktu dan Tempat Penelitian ...32
E. Metode Penetuan Sampel ...33
1. Populasi ... 33
2. Sampel ... 33
F. Variabel Penelitian ... 34
(11)
vii
1. Uji Validitas ... 37
2. Uji Reliabilitas ... 37
K. Metode Analisis Data ... 38
1. Uji Regresi Linier Berganda ... 40
2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 40
3. Uji F-test (Simultan) ... 41
4. Uji T-test (Parsial) ... 42
BAB IV: GAMBARAN UMUM ... 43
A. Gambaran Umum Sinetron Ganteng-ganteng Serigala ... 43
B. Gambaran Umum SMP Islam Al-Muttaqien Bogor ... 44
1. Sejarah Singkat Sekolah ... 44
2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan ... 45
3. Struktur Organisasi Sekolah ... 46
4. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 46
BAB V: PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Pengolahan Uji Instrumen ... 47
1. Deskripsi Data Responden ... 47
2. Deskripsi Kuesioner Penelitian ... 48
B. Analisis Data Penelitian ... 64
(12)
viii
3. Uji Koefisisen Determinasi ... 65
4. Uji F-test (Simultan) ... 66
5. Uji T-test (Parsial) ... 68
BABVI: PENUTUPAN DAN KESIMPULAN ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN
(13)
ix
1. Skala Likert ... 39
2. Respon siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien terhadap variabel kognitif ... 49
3. Respon siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien terhadap variabel afektif ... 53
4. Rekapitulasi rata-rata skor variabel pengaruh tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala SCTV ... 56
5. Respon siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien terhadap perilaku pacaran ... 57
6. Coefficients ... 64
7. Model Summary ... 65
(14)
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, di seluruh bagian negara, orang menonton berbagai macam program
televisi, mulai dari acara komedi, berita hingga sinetron. Kita adalah
masyarakat yang bergantung pada televisi dan apa yang ditawarkannya setiap
hari, televisi telah menemukan jalannya ke dalam ruang tamu kita,
percakapan kita, dan bahkan keadaan psikis kita. Penemuan dari tahun
1940-an ini tidak h1940-anya mampu bertah1940-an hingga milenium baru ini, melaink1940-an juga
telah menjadi kekuatan yang dominan dalam mengubah masyarakat.1
Sinetron merupakan salah satu program televisi yang menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat. Pada zaman modern sinetron sudah tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena hampir semua program televisi
menayangkan program sinetron. Sinetron merupakan program yang
mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat, karena isi pesan yang
disampaikan tidak jauh dari pesan tentang percintaan, keluarga, pergaulan,
dan seluruh aspek realita kehidupan masyarakat. Oleh karena itu sinetron
mampu menumbuhkan imajinasi, ketegangan, kekuatan, benturan emosional
khalayak seolah-olah mereka ikut merasakan dan menjadi bagian dalam cerita
yang dikisahkan oleh sinetron. Selain itu, pesan yang disampaikan oleh
1
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi
(15)
sinetron dapat menimbulkan aspek kritik sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, norma kehidupan, dan hiburan bagi khalayak penonton.
Sinetron Ganteng-ganteng Srigala (GGS) merupakan sinetron yang
ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta yaitu Surabaya Centra
Televisi (SCTV), merupakan sinetron yang mengisahkan tentang dunia
percintaan remaja yang berasal dari golongan manusia yang berbeda, yaitu
vampir, serigala dan manusia. Jessica Milla berperan sebagai Nayla yang
mempunyai darah suci sebagai incaran para vampir. Kisah persaingan
perebutan cinta diantara mereka dilatarbelakangi oleh kepentingan
masing-masing, yaitu pencarian darah suci untuk mengabadikan kehidupan vampir.
Sinetron Ganteng-ganteng Serigala merupakan sinetron yang banyak
digemari oleh berbagai kalangan, terlebih oleh kalangan remaja karena
sinetron tersebut mengisahkan tentang dunia remaja, hal ini terlihat dari rating
yang dicapai oleh sinetron ini selalu meraih rating tertinggi di setiap
episodenya. Sinetron yang banyak menggunakan latar sekolah ini tak
segan-segan menampilkan berbagai adegan pada latar tersebut, termasuk juga
adegan kekerasan dan percintaan, maka tak heran Komisi Penyiaran
Indonesia pernah melayangkan dua kali teguran terhadap sinetron ini, bahkan
KPI telah mengategorikan sinetron ini pada 10 program TV yang tidak layak
ditonton karena berbagai pelanggaran terhadap regulasi Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), teguran tersebut melayang
lantaran menampilkan adegan pelukan antara laki-laki dan perempuan di
(16)
sinetron ini pula telah lahir bahasa-bahasa plesetan yang menjadi kosakata dalam dialog sinetron ini, seperti kata “ampun” dirubah menjadi “amsyong”, kata ‟banget” dirubah menjadi “bingit” dan sebagainya, hingga kosakata ini kerap kali kita temukan dalam kehidupan nyata sebagai bentuk imitasi dari
sinetron tersebut.
Kita ketahui televisi memang memiliki sejumlah pengaruh,
program-program yang populer menyebabkan jutaan orang menyalakan channel
tertentu dan menontonnya.2 Intensitas menonton suatu acara pada televisi yang terlalu sering akan berpengaruh pada kehidupan nyata audiens, efek
yang timbul dari pengaruh televisi bisa berpengaruh pada perilaku audiens
dalam kehidupan nyata, hal ini dapat menimbulkan efek kognitif, afektif
terhadap perilaku (konatif).
Komunikasi massa termasuk juga televisi memberikan sumbangan
pengaruh yang sangat besar bagi audiens, pengaruh tersebut tergambar dalam
tiga pengaruh secara pokok, diantaranya pengaruh kognitif, yaitu media
massa mempengaruhi pemikiran/gagasan, pesan-pesan menyediakan
informasi dan kenyataan-kenyataan; yang kedua pengaruh afektif, yaitu
media massa mempengaruhi bidang emosi audiens, pesan-pesan mengubah
tingkah laku dan perasaan audiens; terakhir pengaruh konatif, yaitu pengaruh
motivasi, pesan-pesan merangsang atau mengarahkan keinginan.3
2
Graeme Burton, Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi
(Yogyakarta: Jalasutra, 2011) h. 311 3
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) h. 16
(17)
Anak-anak dan remaja sebagai audiens televisi selalu dipandang
sebagai kasus khusus, karena mereka diasumsikan mudah tersugesti dan
rentan terkena pengaruh. Asumsi-asumsi mengenai efek juga implisit
terkandung dalam kecenderungan program-program yang ditujukan pada
audiens muda, termasuk yang jelas-jelas berpendidikan.4
Program sinetron Ganteng-ganteng srigala pernah meresahkan
masyarakat Indonesia terkait dengan adegan-adegan dan alur cerita yang
ditampilkan dalam sinetron tersebut, kekhawatiran tersebut sangat beralasan,
sebab memang sinetron yang banyak digandrungi oleh remaja ini sangat
rentan memberikan efek yang tidak baik terhadap pemahaman audiens
khususnya remaja tentang perilaku pacaran pada usia remaja. Remaja yang
sedang melalui masa pencarian indetitas diri dapat dengan mudah menyerap
informasi dari media bahkan dapat dengan mudah merefleksikannya dalam
kehidupan nyata.
Dalil Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang tata cara bergaul yang baik menurut ajaran Islam, tercantum dalam QS. An-Nur ayat 30-31 berikut:
4(18)
Artinya: “katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada mereka para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluanny, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki tua yang tidak
(19)
mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan mereka yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman,
agar kamu beruntung.” (QS.An-Nuur: 30-31)
Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang anjuran menjaga pandangan
dan kemaluan, dan larangan menampakan perhiasan bagi wanita kecuali apa
yang seharusnya tampak dan kecuali kepada mahromnya. Jelas sinetron ini
bertolak belakang dengan apa yang diajarkan dalam ayat tersebut.
Di samping itu, para peneliti telah menemukan bahwa agama memiliki
sejumlah dampak positif bagi remaja. Banyak remaja yang juga
menginternalisasikan pesan-pesan keagamaannya mengenai pengasuhan dan
kepeduliannya terhadap orang lain. Agama seringkali menjadi modal bagi
komunitas remaja.5 SMP Islam Al-muttaqien Bogor adalah salah satu sekolah yang didalamnya mengutamakan ajaran-ajaran tentang kehidupan secara
islami, artinya sesuai dengan ajaran Islam. Di sekolah ini, seluruh siswa
diberikan pengajaran tentang bagaimana hidup sebagai muslim seutuhnya yang
bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjauhi laranganNya dan menaati
perintahNya, tak terkecuali pelajaran tentang akhlak yang baik menurut ajaran
Islam, hal ini berkaitan dengan tata cara pergaulan remaja muslim. Namun di
sekolah tersebut masih saja sering ditemukan perilaku-perilaku bentuk imitasi
dari sinetron tersebut yang tidak layak untuk dicontoh, seperti kosa kata
5
(20)
plesetan dan beberapa siswa sudah mengenal perilaku pacaran. Bahkan pernah ditemukan perilaku pacaran yang melebihi batas kewajaran, hingga pernah ada
siswi yang mengalami hamil di luar nikah, akibat perilaku pacaran yang
berlebihan. Hal inilah yang membuat penulis merasa ingin menggali lebih
detail tentang tata cara pergaulan siswa di sekolah tersebut dan kaitannya
dengan apa yang mereka tonton dari tayangan media massa.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan
sebuah penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Tayangan Sinetron
Ganteng-ganteng Serigala SCTV terhadap Perilaku Pacaran Siswa SMP
Islam Al-Muttaqien Bogor”. B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada siswa-siswi SMP
Al-Muttaqien Bogor kelas VIII tahun ajaran 2014-2015. Pengaruh yang diukur
dalam penelitian ini pengaruh kognitif dan afektif yang berkaitan dengan
perilaku pacaran yang terdapat dalam sinetron tersebut. Termasuk perilaku
ucapan kata cinta, berpandangan, berpegangan tangan, berpelukan, berduaan
dan berciuman yang semuanya dilakukan dengan lawan jenis baik verbal
maupun nonverbal.
2. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah
(21)
a. Bagaimana pengaruh kognitif sinetron Ganteng-ganteng Serigala
terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien?
b. Bagaimana pengaruh afektif sinetron Ganteng-ganteng Serigala
terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien?
c. Bagaimana perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diketahui tujuan dari
penelitian ini, diantaranya adalah:
a). Mengetahui bagaimana efek kognitif sinetron Ganteng-ganteng Serigala
SCTV terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi Al-Muttaqien.
b). Mengetahui bagaimana efek kognitif sinetron Ganteng-ganteng Serigala
SCTV terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi Al-Muttaqien.
c). Mengetahui bagaimana perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien.
D. Signifikansi Penelitian 1. Manfaat Akademis
Manfaat penelitian ini secara akademis akan memberikan kontribusi
wawasan keilmuan tentang efek komunikasi massa terhadap tata cara
bergaul remaja. Lebih khususnya tentang efek sinetron percintaan remaja
terhadap perilaku pacaran remaja usia sekolah menegah pertama (SMP).
2. Manfaat Praktis
Manfaat hasil penelitian ini secara praktis akan dijadikan sebagai
bahan masukan bagi remaja Indonesia secara umum dan remaja muslim
(22)
nyata terhadap persepsi audiens, khususnya remaja dengan kondisi
psikologis pada masa perkembangan menuju kedewasaan. Persepsi tersebut
berpotensi untuk berkembang menjadi perilaku.
E.Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang akan dilakukan dalam penyusunan
skripsi ini penulis berpedoman pada “Buku Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah jakarta tahun 2011”
F. Tinjauan Pustaka
Skripsi dengan judul “Pengaruh Tayangan Opera Van Java terhadap
Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat” ditulis oleh
Nuri Rahmah Fajria, mahasiswa FDK UIN Jakarta, jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam tahun 2011. Berbeda dengan penelitian ini, karena subjek
dalam penelitian ini pengaruh tayangan sinetron GGS, sedangkan subjek
penelitiannya adalah perilaku bergaul siswa SMP Al-Muttaqien. Selain itu,
dalam penelitian ini saya menggunakan teori kultivasi sedangkan dalam
skripsi di atas menggunakan teori jarum hipodermik.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Sinetron Raden Kian Santang di MNCTV Episode 2,5 Dan 12 Terhadap Pemahaman Ajaran Islam Masyarakat Desa Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo, Surabaya” ditulis oleh Sudarmini mahasiswa FDK UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2013. Berbeda dengan penelitian ini
(23)
G.Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan
masalah ini adalah sebagai bertikut:
Gambar 1
Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-ganteng Serigala terhadap
Perilaku Pacaran
Efek perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan
perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek
diketahui melalui tanggapan khalayak yang digunakan sebagai umpan balik,
dari umpan balik kita bisa mengetahui bagaimana efek yang ditimbulkan.
Media massa biasanya mempengaruhi perilaku khalayak. Hal ini dapat kita
lihat dari kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya tayangan media massa dapat
memberikan dua pengaruh pada khalayak, yaitu tayangan media yang disukai
khalayak akan cenderung ditiru, sedangkan tayangan yang tidak disukai oleh
khalayak akan cenderung dihindari. Dari penelitian inilah penulis menelaah
sisi pengaruh dan sikap dari efek kognitif dan afektif dari tayangan sinetron Pengaruh
tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala (Variabel X)
Kognitif
Afektif
Perubahan perilaku pacaran
(Variabel Y)
(24)
tersebut. Apakah maraknya perilaku pacaran di kalangan remaja suatu bentuk
peniruan dari sinetron GGS atau malah sebaliknya.
H. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan
Yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka dan kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Yang meliputi pengertian komunikasi massa, fungsi komunikasi
massa, teori jarum suntik (Hypodermic Needle Theory), teori
belajar sosial (Social Learning Theory), pengertian remaja,
pengertian pacaran, perbedaan pacaran masa dahulu dan masa
sekarang, tahapan-tahapan dalam berpacaran, larangan pacaran
dalam Islam, hakikat cinta dalam pandangan Islam.
BAB III : Metodologi Penelitian
Meliputi paradigma penelitian, pendekatan penelitian, metode
penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penentuan sampel,
variabel penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan
indikator penelitian, teknik pengumpulan data, uji instrumen, dan
metode analisis data.
BAB IV : Gambaran Umum
Mengenai SMP Islam Al-Muttaqin Bogor dan Gambaran umum
(25)
BAB V : Penemuan dan Pembahasan BAB VI : Penutup dan Kesimpulan.
(26)
13
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Defleur dan Dennis komunikasi massa adalah suatu proses
dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan
makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan
berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Sedangkan menurut Charles R.
Wright, media komunikasi massa merupakan jenis khusus dari komunikasi
sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat
khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya.1
Menurut Little John, komunikasi massa merupakan proses organisasi
media menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada mesyarakat luas dan
proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami, dan dipengaruhi oleh
audiens.2
Kesimpulannya, komunikasi massa adalah penyampaian pesan
komunikasi melalui atau menggunakan media massa modern, yang meliputi
surat kabar, siaran radio, dan televisi yang semuanya ditujukan kepada
umum. Termasuk juga film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.3
1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2007) Cetakan ke-1, h. 136-137
2
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) Edisi 9, h.405
3
(27)
B. Fungsi Komunikasi Massa 1. Menghibur
Media mendesain program-programnya untuk menghibur, agar dapat
menarik perhatian khalayak sebanyak mungkin sehingga media dapat
menjual hal ini kepada para pengiklan. 2. Meyakinkan
Fungsi media yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade).
Persuasi bisa datang dalam banyak bentuk: (1) mengukuhkan atau
memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (2) mengubah sikap,
kepercayaan, atau nilai seseorang; (3) menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu; dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan
sistem nilai tertentu.
3. Menginformasikan
Sebagian besar informasi kita dapatkan bukan dari sekolah,
melainkan dari media. Salahsatu cara mendidik (mempersuasi) adalah
melalui pengajaran nilai-nilai, opini, serta aturan-aturan yang dianggap
benar kepada pemirsa. Artinya, sebagian dari fungsi edukasi media
diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi. Mereka melakukannya
dalam drama, cerita, diskusi, artikel, komik, dan iklan-iklan.
4. Membius
Salah satu fungsi media yang menarik adalah fungsi membius
(narcotizing). Bila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa
(28)
atau penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada
dalam pengaruh narkotika.4
C. Hypodermic Needle Theory
Wilbur Schramm adalah tokoh dari teori ini, teori media massa yang
menyatakan bahwa media massa mempunyai kekuatan yang luar biasa, dia
dapat menyuntik pesannya kepada massa. Pesan ini ibarat peluru tajam yang
dapat ditembak ke arah audiens yang telah ditargetkan sebelumnya.5
Hypodermic Needle Theory merupakan salahsatu variasi dari teori satu
langkah yang menyatakan bahwa jika kita menonton televisi dan diyakinkan
oleh apa yang kita tonton. Sebagai akibatnya, kita akan mengubah pemikiran
dan perilaku kita sesuai dengan apa yang disuntikkan oleh media. Pesan
merasuk hanya dalam satu langkah (dari media ke pembaca).6 Disebut juga teori peluru yang mengatakan bahwa media akan menghasilkan efek yang
diinginkan atas khalayak sasaran. Menurut pandangan ini khalayak seperti
sasaran tembak, bersikap pasif dan tidak menunjukkan penolakan. Seperti
halnya sasaran tembak tidak dapat menolak untuk ditembus, begitu jugalah
khalayak.7
Dampak dari media massa terdiri dari dua model, yaitu Model Dampak
Terbatas (Limmited Effect Model) dan Model Dampak yang Kuat (The
Powerfull Effects Model).
4
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011) Edisi ke-5, h. 575-578
5
Alo Liliweri, Komunikasi Serba ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 889
6
Joseph A. Devito, h. 583 7
(29)
1. Model Dampak Terbatas (Limmited Effect Model)
Menurut Joseph Mapper, dalam model ini dijelaskan bahwa
komunikasi massa pada umumnya mempunyai dampak yang kecil,
menurutnya komunikasi massa efektif dalam mengirimkan pesan tetapi
tidak efektif dalam mengubah sikap. Media massa hanya berperan
sebagai agen kontributor dalam mempengaruhi audiens, hanya berfungsi
di antara dan melalui hubungan dari faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh
penengah.8 Yang dimaksud dengan faktor pengaruh penengah meliputi persepsi selektif, penerimaan selektif, dan daya ingat selektif.
2. Model Dampak yang Kuat (The Powerfull Effects Model)
Elisabeth Noella Neumann menyatakan bahwa dalam
keadaan-keadaan tertentu, media massa bisa mempunyai dampak yang signifikan
pada sejumlah besar orang.9
Teori peluru merupakan salah satu gagasan paling awal dan paling
sederhana tentang komunikasi massa, yang menganggap dampak yang
benar-benar kuat disebabkan oleh komunikasi massa. Menurut riset pada
sejumlah topik, termasuk kesenjangan ilmu pengetahuan, penentuan
agenda, dan dampak dari kekerasan yang ditayangkan di televisi,
menunjukkan bahwa komunikasi massa mempunyai lebih dari sekedar
dampak terbatas. Pandangan ini mungkin disebut model dampak moderat
yang menunjukkan bahwa komunikasi massa mempunyai dampak yang
8
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011) Cetakan ke-5, h. 314
9
(30)
kuat. Dampak yang kuat tersebut tidak terjadi secara universal atau
dengan mudah tetapi hanya apabila digunakan teknik-teknik komunikasi
yang tepat sesuai dengan keadaan-keadaan yang tepat.10
D. Social Learning Theory
Social Learning Theory atau teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, dalam teori ini Bandura menekankan tiga hal yang berkaitan dengan
perilaku manusia, yaitu:
a. Observasional learning. Menurut teori ini setiap orang mempunyai
kemampuan untuk meniru perilaku yang dia lihat karena dia belajar
mengamati.
b. Self evaluation. Hasil pengamatan atas perilaku yang dipelajari itu tidak
selalu menentukan perilaku, oleh karena itu kita dapat memantau dan
mengevaluasi perilaku kita dnegan melihat bagaimana kita berhadapan
dengan situasi dalam kehidupan yang berkaitan dengan standar perilaku
yang kita tiru.
c. Control and shaping. Menurut teori ini, kita dapat berbuat sesuatu karena
kita membutuhkan suatu kontrol terhadap proses internal maupun
terhadap lingkungan kita.11
Teori ini juga menekankan pada tiga tahapan yang berkaitan dengan efek
media, yaitu:
10
Werner J. Severin dan James W. Tankard, h 318-319 11
(31)
a. Memperhatikan (Attention): suatu proses memperhatikan apa yang
dilihat dari media, terkait dengan kejadian-kejadian yang menarik
b. Mengingat Kembali (Retention): suatu proses penyimpanan
kejadian-kejadian menarik dalam memorinya yang kemudian akan dipanggil
kembali pada saat dibutuhkan
c. Peneguhan (Motivational): suatu proses peneguhan yang merubah
memori menjadi perilaku.12
E. Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Kata adolscence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik.
Remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa
remaja akhir. Masa remaja awal terjadi pada usia 13 tahun sampai usia 16
atau 17 tahun sekitar usia sekolah menengah pertama (SMP) dan masa
remaja akhir pada usia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun.13 Sekitar usia skeolah menengah atas (SMA) hingga perguruan tinggi.
1. Ciri-ciri Masa Remaja
a) Masa remaja sebagai periode yang penting. Perkembangan fisik yang
cepat yang penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental
yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu
12
Alo Liliweri, h. 890 13
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1980) Edisi ke-5, h. 206
(32)
menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk
sikap, nilai dan minat baru.
b) Masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini remaja bukan
lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Pada saat ini seringkali
remaja merasa bimbang dengan perilaku yang dilakukan, kadang
di-judge kekanak-kanakan dan kadang di-di-judge so dewasa.
c) Masa remaja sebagai periode perubahan. Selama masa awal remaja,
ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan
sikap juga berlangsung pesat, begitu pun sebaliknya. Ada empat
perubahan yang hampir bersifat universal:
1. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat
fisik dan psikologis yang terjadi.
2. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.
3. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga
berubah. Mereka mulai mengerti bahwa kualitas lebih penting
dibanding kuantitas.
4. Sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap
perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi
takut untuk bertanggungjawab akan akibatnya.
d) Masa remaja sebagai usia bermasalah. Hal ini terjadi karena kebiasaan
(33)
e) Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Dengan kepemilikan
simbol status seperti mobil, pakaian, dan pemilikan barang-barang yang
terlihat remaja akan menarik perhatian dan agar dipandang sebagai
individu.
f) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Pandangan
stereotipe remaja yang buruk menyebabkan remaja merasa takut untuk
melakukan hal-hal yang dianggapnya penting.
g) Masa remaja sebagai masa yang realistik. Dengan bertambahnya
pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, dan dengan meningkatnya
kemampuan untuk berpikir rasional, remaja yang lebih besar
memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada
umumnya secara realistik. Dengan demikian remaja tidak terlampau
banyak mengalami kekecewaan seperti ketika masih muda.
h) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Para remaja mulai merasa
gelisah untuk meninggalkan stereotipe belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian
dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh
karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman
keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam pacaran dan
perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang mereka inginkan.14
14
(34)
Mendidik anak bukanlah perkara yang mudah. Karena masa remaja
adalah masa situasi kritis dalam kehidupan seseorang. Dalam pendidikannya
harus diperhatikan tahapan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik
itu secara fisik, intelektual, dan emosional.15
Suatu ciri yang perlu diketahui pula ialah pertumbuhan jasmani yang
dialami oleh remaja seiring dengan pertumbuhan anggota dari dalam termasuk
pertumbuhan organ seks, yang diiringi pula dengan kelenjar yang telah
menyebabkan remaja pada usia ini telah dapat mengadakan aktivitas
reproduksi. Kecenderungan kepada jenis lain mulai dan biasanya diikuti pula
dengan dorongan seks. Usia ini disebut masa puber, masa pematangan seksual.
Karena itulah pergaulan mereka perlu adanya kendali, apalagi remaja yang
hidup di masa masyarakat dengan kecanggihan teknologi, remaja dapat dengan
mudah menemukan contoh yang menarik dari media seperti menonton
tayangan dan permainan yang bebas.16
F. Pacaran
Pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta kasih. Sedangkan berpacaran adalah bercintaan,
berkasih-kasihan dengan lawan jenis.17
Pacaran merupakan fenomena yang cukup banyak dijumpai di jaman
sekarang. Pacaran yang kita kenal yaitu terbentuk dan fungsi utamanya adalah
15
Kementrian Agama RI, Pendidikan, Pengembangan Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2010) h. 233
16
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1997) Cetakan ke-4, h. 123
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Edisi kke-3, h. 807
(35)
memilih dan mendapatkan seorang pasangan. Sebelum periode ini, hanya
bertujuan untuk menyeleksi pasangan, dan pacaran harusnya diawasi dengan
cermat oleh orang tua, yang sepenuhnya mengendalikan setiap relasi
heteroseksual. Para orang tua saling mengunggulkan remajanya sebagai calon
pasangan dan bahkan memilihkan pasangan bagi anak-anaknya. Akhir-akhir
ini remaja tentu sudah memiliki kendali yang jauh lebih besar terhadap proses
berpacaran dan dengan siapa mereka menjalin hubungan. Di samping itu,
pacaran telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar persiapan
untuk menikah.18
1. Alasan Pacaran
Di zaman sekarang pacaran minimal memiliki delapan alasan,
diantaranya sebagai berikut:
a) Pacaran merupakan sebuah bentuk rekreasi. Remaja yang berpacaran
agaknya menikmatinya dan menganggap pacaran sebagai sumber
kesenangan dan rekreasi.
b) Pacaran dapat menjadi sumber yang memberikan status dan prestasi.
Sebagai bagian dari proses perbandingan sosial yang berlangsung di
masa remaja, remaja dinilai berdasarkan status orang yang diajak
kencan, penampilannya, popularitasnya, dan sebagainya.
c) Pacaran merupakan bagian dari proses sosialisasi di masa remaja:
pacaran dapat membantu remaja untuk mempelajari bagaimana bergaul
dengan orang lain serta mempelajari tata krama dan perilaku sosial.
18
(36)
d) Pacaran melibatkan kegiatan mempelajari keakraban dan memberikan
kesempatan untuk menciptakan relasi yang bermakna dan unik dengan
lawan jenis kelamin.
e) Pacaran dapat menjadi konteks untuk melakukan eksperimen dan
eksplorasi seksual.
f) Pacaran dapat memberikan rasa persahabatan melalui interaksi dan
aktivitas bersama lawan jenis kelamin.
g) Pengalaman pacaran berkontribusi bagi pembentukan dan
pengembangan identitas; pacaran membantu remaja untuk memperjelas
identitas mereka dan memisahkannya dari asal usul keluarga.
h) Pacaran dapat memberikan kesempatan kepada remaja untuk mensortir
dan memilih pasangan.19
2. Dasar Memilih Pacar (Pasangan)
Cinta atau pacaran memang hal yang kompleks. Tidak akan baik jika
diletakkan di atas satu faktor atau pertimbangan. Dalam cinta model remaja,
ketika memulai atau sebelum serius, ada beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan dalam memilih pasangan. Diantaranya sebagai berikut:20 a) Penampilan Fisik
Cinta sering diibaratkan bermula dari mata turun ke hati. Karena
tertarik pada penampilan fisik seseorang, baik wajahnya, hidungnya,
rambutnya, postur tubuhnya, dan sebagainya bisa berujung pada rasa
19
John W. Santrock, h. 82 20
Nestor Rico Tambunan, Remaja Mandiri 2 (Jakarta: Penerbit Arcan, 1995) Cetakan ke-3, h. 82-84
(37)
tertarik. Sebenarnya hal ini sah-sah saja, namun tidak dibenarkan jika ini
dijadikan satu-satunya alasan dalam memilih pasangan.
b) Kepribadian
Kepribadian ini menyangkut watak, pembawaan, kebiasaan, dan
hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku. Hal ini penting, jika
seseorang memilih pasangan bertujuan agar dapat memberikan rasa
nyaman dan tentram.
c) Kecocokan Pandangan Hidup
Lepas dari sebabnya, ada aneka ragam cara orang memandang
hidup. Ada yang optimis memandang masa depan, ada yang murung
pesimis. Ada orang yang materialistis, ada yang menganggap bahwa
uang segalanya. Sebaliknya, ada yang menganggap hidup dari sudut
keridhoan. Yang terpenting dalam hidupnya selalu bersikap benar dan
dalam keridhoan Allah SWT.
d) Kepandaian dan Kematangan
Masa mendatang kehidupan akan semakin dikuasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kepandaian dan kecerdasan akan semakin
menentukan. Begitu juga dengan kematangan dalam berpikir dan
memecahkan masalah.
e) Kehidupan Sosial
Kedudukan sosial yang sepadan akan memudahkan orang dalam
(38)
berstatus sosial jauh tidak boleh dipilih, akan tetapi dilihat apakah hal itu
akan menyulitkan atau tidak.
3. Perbedaan Pacaran Masa Dulu dan Masa Kini
Pacaran merupakan suatu pola perilaku yang didukung oleh mayoritas
masyarakat, karena pada hakikatnya pacaran sama artinya dengan ta’aruf yang diajarkan dalam Islam, yaitu menyeleksi pasangan yang nantinya akan
menjadi pendamping hidup. Namun seiring perkembangan zaman pacaran
mengalami pergeseran dalam nilai-nilainya. Ada perubahan yang mencolok
dalam aktivitas pacaran antara masa lampau dan masa sekarang. Misalnya,
di masa lampau, laki-laki yang mencium perempuan pada saat bertemu akan
dianggap kurang wajar. Jika perempuan membiarkan diri dicium atau
mendorong laki-laki untuk melakukannya, maka ia akan dianggap “wanita murahan” oleh laki-laki. Bertemu dengan seorang gadis harus berpakaian rapih, membawakan hadiah gula-gula, bunga atau buku, menemuinya di
rumah orang tuanya dan harus pulang pada waktu yang sudah ditentukan.
Apa yang dilakukan pada waktu bertemu juga sudah ditentukan. Berciuman
dan bercumbu juga dianggap kurang baik dan salah.21
Sikap sosial yang baru terhadap pacaran, mudahnya memperoleh alat
kontrasepsi dan legalisasi pengguguran di banyak negara serta derasnya arus
informasi media massa telah membawa banyak perubahan radikal dalam
perilaku pacaran selama masa remaja.
21
(39)
4. Tahapan-tahapan Pacaran
a) Fisrt Seeling (Pandangan Pertama)
Sebelum terjadinya suatu hubungan di antara dua orang, pada
awalnya masing-masing saling menyadari keberadaannya. Kesadaran ini
mungkin terjadi beberapa detik, hari, minggu maupun bulan sebelum
interaksi secara tatap muka pada pertama kali. Dua orang mungkin saling
menyadari dalam waktu bersamaan, dan dapat juga hanya satu pihak
yang menyadari. Situasi di mana kesadaran pertama kali terjadi mungkin
dapat memengaruhi bagaimana keberlanjutan suatu hubungan ke tahap
First Meeting dengan cepat dan mudah. b) First Meeting (Pertemuan Pertama)
Orang menggunakan tiga cara untuk bertemu orang lain dalam
tempat yang terbuka. Cara pertama adalah memperkenalkan diri mereka,
yang diawali dengan observasi, saling berpandangan atau memperhatikan
apa adanya. Cara kedua adalah dengan memberikan isyarat nonverbal,
dan menunggu orang lain untuk memperkenalkan diri, cara ketiga adalah
berkenalan melalui teman.
c) First Dating (Kencan Pertama)
Banyak hal yang menghalangi kencan pertama, seperti malu, cemas
akan penolakan, dan norma peran seks tradisional yang menyatakan
bahwa perempuan tidak layak untuk memulai suatu hubungan. Tetapi
untuk sebagian orang, keinginan yang kuat untuk memulai suatu
(40)
laki-laki maupun perempuan berperan dalam terjadinya kencan pertama,
walaupun dalam cara yang berbeda, namun laki-laki tetap mendominasi
sampai pada kencan pertama.22
G. Larangan Pacaran dalam Islam
Qur‟an Surat Al-Isra‟ ayat 32 menjelaskan tentang larangan pacaran, berikut kutipan ayatnya:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS.
Al-Isra‟ (17) : 32).23
Maksud ayat ini adalah, Tuhanmu telah memerintahkan wahai
manusia, agar kalian tidak mendekati zina, karena zina adalah perbuatan
yang keji. Maksud lafadz “ wasa’a sabila” dan suatu jalan yang buruk adalah, jalan zina merupakan jalan yang buruk, karena merupakan jalan ahli
maksiat kepada Allah, orang-orang yang menentang perintahNya. Betapa
buruk jalan yang mengantarkan pelakunya ke Neraka Jahannam.24
Dalam pengamatan sejumlah ulama Al-Qur‟an, ayat-ayat yang menggunakan kata “jangan mendekati” seperti ayat di atas, biasanya merupakan larangan mendekati sesuatu yang dapat merangsang jiwa atau
nafsu untuk melakukannya. Dengan demikian larangan mendekati
22
Desi Ratna Sari, Hubungan Sikap Pacaran dengan Perilaku Seksual Pranikah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012(Skripsi: UIN Jakarta, 2013), h. 21-22
23
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) Cetakan ke-1, Jilid ke-16, h. 656
24
(41)
mengandung makna larangan untuk tidak terjerumus dalam rayuan sesuatu
yang berpotensi mengantar kepada langkah melakukannya.25 Ikatan hubungan pacaran yang dilakukan oleh kedua orang yang berlainan jenis
merupakan suatu langkah dalam mendekati zina, dan ini jelas sangat
dilarang dalam QS. Al-Isra‟ ayat 32, termasuk yang dilakukan oleh mereka yang masih berusia remaja. Dilihat dari unsur-unsur aktivitas pacaran lebih
mendekati aktivitas seksual, dan dilakukan dengan tanpa ikatan pernikahan,
sangat jelas perilaku pacaran merupakan suatu perilaku mendekati zina.
H. Cinta dalam Pandangan Islam
Cinta merupakan anugerah dari Allah SWT, justru karena cintalah
yang memanusiakan manusia, yang mewarnai kehidupan, dan mampu
menerbitkan harapan-harapan dalam kehidupan. Tidak ada masalah jika
lahir rasa cinta pada diri manusia dan tidak Allah jadikan cinta sebagai
sumber penyiksaan bagi manusia. Pada dasarnya Allah turunkan cinta agar
dapat menyatukan dua manusia dalam sebuah bahtera rumah tangga yang
bahagia, saling melengkapi dan memahami.26
Sebagaimana telah Allah jelaskan dalam firmanNya QS. Ali „Imran/3: 14, berikut kutipan ayatnya:
25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Cetakan ke-1, Volum ke-7, h. 458-459
26
(42)
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga)”.
Bahkan lebih daripada itu, Allah menjadikan rasa cinta dan kasih
sayang yang lahir dari naluri manusia sebagai tanda bagi orang-orang yang
beriman. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT dalam QS.
Maryam/19:96. Berikut kutipan ayatnya:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menambahkan dalam (hati)
mereka rasa kasih sayang”.
Cinta bagi manusia adalah bagian dari fitrah, bagian dari naluri-naluri
(43)
yang tidak dapat diindra mata, namun terdapat pada manusia dan ia
menuntut pemenuhan.27 Al-Ghara’iz terbagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Gharizah Baqa’, yaitu naluri untuk mempertahankan eksistensi dan
berorientasi pada diri sendiri.
b. Gharizah Nau’, yaitu naluri yang berkaitan dengan rasa ingin
dihargai, takut bila merasa terancam, dan lainnya, selain itu juga
termasuk naluri untuk melanjutkan keturunan.
c. Gharizah Tadayyun, yaitu naluri yang berkaitan dengan rasa sayang
terhadap orangtua dan anak, saudara ataupun lawan jenis, selain itu
dapat pula mewujud dalam naluri untuk menyucikan sesuatu. Seperti
rasa takjub saat melihat sesuatu yang agung ataupun naluri dalam
beragama.28
Cinta termasuk dalam golongan Gharizah Nau’ dan sebagaimana naluri-naluri yang lain, Gharizah Nau’ juga menuntut pemenuhan. Maka wajar saat seseorang sudah mencapai masa baligh, ia mulai merasakan
naluri ini. Bukan sebagai tanda yang salah, namun sebagai indikasi
bahwa ia sudah siap untuk melanjutkan keturunan manusia.29
27
Felix Y. Siauw, h. 22 28
Felix Y. Siauw, h. 22 29
(44)
31
METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini adalah positivis, dimana objek penelitian
dilihat memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioristik,
dimana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang
dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun
mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif
dengan menentang habis-habisan sikap-sikap subjektif.1
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pendekatan
kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya secara umum menggunakan
analisis statistika. Dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian
dibandingkan dengan teori yang dimiliki. Artinya, peneliti akan
menggambarkan fenomena berdasarkan pada teori yang dimilikinya.
Teori-teori yang diajukan dijadikan sebagai standar untuk menyatakan sesuai atau
tidaknya sebuah gejala yang terjadi.2
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode penelitian survei dengan jenis
studi kasus, yaitu penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam
1
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cetakan ke-5, h. 32
2
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
(45)
masyarakat, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta
proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.3
Dalam studi kasus peneliti bermaksud untuk mempelajari secara
intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang
menjadi subjek. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari
kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat serta
karakter tersebut akan dijadikan hal yang bersifat umum.4
D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kumpulan blog yang dapat
memberikan informasi tentang tayangan sinetron Ganteng-ganteng
Serigala. Sedangkan objek penelitiannya adalah pengaruh sinetron Ganteng-ganteng Serigala terhadap perubahan perilaku pergaulan laki-laki dan perempuan (pacaran) siswa-siswi SMP Al-Muttaqien Bogor.
2. Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung pada tanggal 6 Maret 2015 hingga 15
Juni 2015 di SMP Islam Al-Muttaqien Bogor, Jalan Raya Cijayanti,
Kabupaten Bogor.
3
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) cetakan ke-4, h. 8
4
Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) Cetakan ke-7, h. 57
(46)
E. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya
hendak diduga. Objek ini disebut unit analisis, unit analisis bisa merupakan
orang, rumah tangga, tanah pertanian, perusahaan dan lain-lain dalam
bentuk yang biasa dipakai dalam survei.5
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Al-Muttaqien
kelas VIII berjumlah 80 siswa pada tahun ajaran 2014-2015 terdiri dari
laki-laki dan perempuan.
2. Sampel
Sampel adalah terjemahan dari bahasa Inggris sample artinya comotan
atau mengambil sebagian dari yang banyak. Sampel merupakan subset yang
dicuplik dari populasi, yang akan diamati dan diukur peneliti6.
Sampel dalam penelitian ini adalah 64 siswa terdiri dari laki-laki dan
perempuan, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive
Nonprobability Sampling atau sampel yang diambil dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.7 Sampel yang diambil hanya siswa kelas VIII SMP Al-Muttaqien yang sering menonton sinetron GGS.
5
Pangestu Subagyo dan Djarwanto Ps, Statistika Induktif (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009) Edisi-5, Cet ke-2, h. 93
6
Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h. 65
7
Jogiyanto HM, Metodologi Penelitian Sistem Informasi (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008) h. 76
(47)
D. Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini, maka penelitian
tentang “Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-ganteng Serigala SCTV
terhadap Perilaku Pacaran Siswa SMP Al-Muttaqien Bogor” menetapkan dua variabel, yaitu variabel terpengaruh (variabel dependen) yaitu pengaruh pada perubahan perilaku pacaran (rendah, sedang, tinggi) siswa-siswi SMP
Al-Muttaqien. Sedangkan variabel pengaruh (variabel independen) yaitu perilaku pacaran (verbal dan nonverbal) dari tayangan sinetron GGS.
Maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel bebas
atau independen yang disebut variabel X dan variabel terikat atau variabel
dependen yang disebut variabel Y. Adapun variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Variabel Independen) adalah
tayangan sinetron Ganteng-ganteng Srigala yang diproduksi oleh SCTV
(Variabel X), sedangkan variabel terikat (Variabel Dependen) adalah perilaku
pacaran (Variabel Y).
E. Hipotesis Penelitian
Peneliti telah merumuskan dugaan sementara dalam penelitian ini,
hipotesis tersebut adalah:
Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron
GGS terhadap perilaku pacaran.
Ho: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron GGS
(48)
F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Definisi Operasional adalah tentang bagaimana cara mengukur
variabel dengan mendefinisikan variabel (diungkapkan dalam definisi
konsep) secara operasional, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian. Hal
ini berhubungan dengan indikator penelitian.8 Adapun definisi operasional penelitian ini adalah:
1. Variabel X1 (Pengaruh Kognitif): yaitu tayangan sinetron mempengaruhi
pemikiran/gagasan melalui pesan-pesan yang menyediakan informasi dan
kenyataan-kenyataan.
2. Variabel X2 (Pengaruh Afektif): yaitu tayangan sinetron mempengaruhi
bidang emosi audiens melalui pesan-pesan yang mengubah tingkah laku
dan perasaan audiens.
3. Variabel Y (Perilaku Pacaran/Behavioral): yaitu pengaruh motivasi
melalui pesan-pesan yang merangsang atau mengarahkan keinginan
untuk melakukan apa yang dicontohkan dalam tayangan sinetron.
(lampiran 1)
G. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer
Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
di lokasi penelitian atau objek penelitian.9 Data primer akan diambil dari tiga sumber, yaitu:
8
Muhammad Idrus, h. 81 9
(49)
a. Angket
Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang
disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.
Merupakan suartu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan
analisa mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik
beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh
sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.10 Pertanyaan dalam angket menggunakan jenis angket tertutup dan akan dijawab oleh
para responden yang sering menonton tayangan sinetron
Ganteng-ganteng Srigala SCTV.
b. Observasi
Observasi merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang
dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat
(partisipatif) ataupun nonpartisipatif.11
c. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan responden.12 Peneliti akan melakukan wawancara dengan guru BP/BK dan guru mata pelajaran PAI , serta
Bagian Kesiswaan kelas VIII SMP Islam Al-Muttaqien Bogor.
10
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta: Prenada Media, 2014) cetakan ke-2, h. 21
11
Muhammad Idrus, h. 101 12
(50)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.13 Peneliti akan mengumpulkannya melalui penelitian kepustakaan, untuk mencari konsep
dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data pendukung
penelitian ini, seperti buku-buku, artikel, internet, surat kabar dan berbagai
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
H. Uji Instrumen 1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan
kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang
disusunnya harus mengukur apa yang diukurnya.14 Sementara itu, jenis validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas konstruk atau
disebut kerangka dari suatu konsep. Pertama-tama yang harus dilakukan
oleh peneliti ialah mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep
tersebut.15 pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Software SPSS versi 20 for Windows Release.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
13
M. Burhan Bungin, h. 122 14
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 2011) h. 124
15
(51)
dipakai dua kali (untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relatif konsisten), maka alat pengukur tersebut reliabel.16 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Realibility Analisis dengan
metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS versi 20 for
Windows Release. Dengan metode ini koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
α : Koefisien Keandalan Alat Ukur
K : Jumlah Variabel
R : Rata-Rata Koefisien Antar Variabel
I. Metode Analisis Data
Analisis data akan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu
analisis data yang diolah dengan rumus-rumus statistika yang sudah
disediakan, baik secara manual maupun dengan menggunakan jasa
komputer.17
a. Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena
tertentu. Skala likert terdiri dari dua pernyataan, yaitu pernyataan positif
16
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, h. 140 17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) edisi ke-5, h. 213
(1)
DATA OBSERVASI PENELITIAN
NO
TANGGAL/JAM
TEMPAT
PERILAKU
DOKUMENTASI
1
Selasa, 11 Maret
2015/13.08
Ruang
Kelas VIIIA
Berduaan
dengan lawan
jenis
2
Selasa, 25 Maret
2015/10.13
Lapangan
Parkir
Boncengan
dan
berpegangan
tangan
laki-laki dan
perempuan,
siswa yang
lain
mengatakan
“cie,, mesra”
3
Selasa, 25 Maret
2015/11.02
Depan
ruang kelas
VIIIB
Seorang siswa
mencegat
siswi yang
mau keluar
kelas dan
menggodanya,
siswi tersipu
(2)
malu
4
Selasa, 24 Maret
2015/11.00
Lapangan
sekolah
Dua siswi
berseragam
minim yang
tidak sesuai
kode etik
siswa seperti
gaya Sissy
dalam sinetron
GGS
5
Selasa, 24 Maret
2015/12.04
Depan kelas
VIIIA
Seorang siswa
setelah
mendekati
siswi dan
menjauh
setelah ditegor
pengawas
sekolah
(3)
ADEGAN-ADEGAN PERCINTAAN
(4)
(5)
YAYASANTSfu *MATATTTTTAQIEN
sMP
TSLAMAL
lwUmAQmN
CIJAYA
TTI -
BOGOR
ALAMAT
:
JL.
RAyA
clrAyAlrrr*BocoR
TELF.
(0zsl)
8z700sg
No.
Surat
Perihal
Nama
NII\,I
Jurusanr..fudi
Faterttas
Instansi
tudul
S*:ripsi
:
/SMPIAL-MUTTAerEtt/f{l20tI
:
Izin
Pene,Iitian Slcripsi
di
S!r4p
Islarn Atr-Ivfutraqiem
Sehubuugan
dengm datrrgnya
surd,izin
dari
Uuiversitas
Jslam
Negeri
Syarif
Hidayatullah
Jdsrtq
KBmi
selalru
pihak
sIvIP Islam
Al-.Iv{.t*faiqen rnerrfterikan
keferar.rgan
baks,ar
:Lia,Hiati
:
Illl05100ffi73
:
Komunikasi
dan
Penyiaran Islam
:
Ilmu
Daks/.ah
dan
Ilmu
Konnunikasi
:IIIN
Syarif
L{ida5,atullah
J*arta
:
P-engaruh
Media
lvrassa
terhadap
perilalo.
paearan
siswa:sN{p
rslam Al-Mufiaqien Bqgor (studi
I("srs:
Tayangan
sine&n
Ginten
g-ganteng Serigata
SCTV)
Kami'rnenyatakan
bahwa menerima Mahasiswa yang beridentitas tersebut diatas
untuk
melaktikan
penelitian di
Instansi
Kami
sMp
Islam
Al-Muttaqien
Bogor-Bogor,
12
Jurli 2015
(6)
i
I
YA yA
s
AN
$
uMl,q
t
-Ma
r
rA
eI
E
N
sMP ISLAM
dtr,
UUTTAQIEN
crrayaN"n
-
BocoR
ALAMAT : JL. RAyA CrJ,AyeNrt
-
nOCoR TELP. ( 0251 ) 8270008-l
PROFIL SEKOLAH
NAMA SEKOLAH
ALAMAT
1.
NAMAYAYASAN ALAMATYAYASANSTATUS TAhIAII
LUAS TANAH
: SMP ISIAM AL IvlL,TTAQlEN :JL, RAYA CIJAYANTI DESA CUAYANTI
KECAMATAN BABAKAN MADANG
KABUPATEN BOGOR
: YAYASAIII ISLAM Al- MUI|AQIEN
: JL. RAYA CIJAYANTI- KAB. BOGOR
: HIBAH
:1,080 M2
2. NSS/NPSN/NDS
: 212o20z0s0&4/ 2Oz3O93g/ ZOO22O5O2OBO3.
JENJANGAKREDITASI
;TERAKRID|TASI"8"
4.
TAHUNBERDIRI
:!997
5.
TAHUNBEROPERASI
:20006.
KEPEMILIKANTANAH
: YAYASAN7.
STATUS BANGUNANMILIK
: YAYASAN8.
LUAS SELURUH BANGUI\JAN : 543 M2'9.
NO. REKENINGSEKOLAH :
O9I-07-a37348-5-1 atas nama sMP IsLAM AL MUTTAQIENBANK BRI Cabang/Unit CITEUREUp
10. DATA STSWA DALAM 3 (T|GA) TAHUN TERAKHTR :
Cijayanti, 14 Maret 2015 Kepala Sekolah,
suBlttear_Mtu.
paTh Ajaran
Jml Pendaftar
(Cln Siswa Baru)
Kelas
Vll
KelasVlll
Kelas lX Jumlah (Kls Vll-Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel?o14-?.-O1S 1R) 4 93 3 80 2
_:'n
911. a) DATA RUANG KELAS
Jumlah Ruang Kelas Asli (d)
Jml
ruang
yangdlpergunakan
utk
ruang kelas
Jml
Ruang
yang dipergunakanutk
friians*ela,
ukuran 7.1@ M (a) Likurtn>63-i,l (b) Ukuran<53M (c) Jumlah (d) Ruang Kelas 5
3 9 9
b) DATA RUANG LAIN
Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (rn) Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (m)
1. Perpustakaan 1
5x6
4. Lab. Bahasa.x.
2. Lab. IPA..x..
5. Asrama Guru ... x ...3. Ketrampilan .,... x .. 6. Mushola 7
8 x8
12. DATAGURU
Jumlah
Guru/Staf
SMP Neseri JumlahGuru/Staf
SMP Swasta Keterangan Guru Tetao (PNS)...
orans Guru Tetap Yayasan + PNS26
orangGuru Kontrak