Gambaran Depresi Perimenopause Karyawati Di PT Pelabuhan Indonesia 1 (Persero) Medan Tahun 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.1.1. Depresi
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan – suatu perasaan tidak ada harapan lagi. DR. Jonatan Trisna menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai kepada keadaan yang tak berdaya, depresi merupakan salah satu penyakit kejiwaan yang mempunyai prevalensi tinggi. Data berbagai penelitian psikiatri di luar negeri menunjukkan, prevalensi umum yang mencakup semua kelompok depresi, baik ringan maupun berat, adalah 24% pada wanita dan 15% pada pria (Hadi, 2004).
Depresi adalah kondisi yang sangat biasa bagi semua orang. Sebuah studi besar-besaran yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa 25% penduduk Inggris menderita depresi, dan hanya setengahnya didiagnosa oleh dokter menderita penyakit emosional. Wanita lebih mudah mengalami depresi dibanding lawan jenisnya. Merasa murung dari waktu ke waktu sangat wajar bagi siapa saja. Oleh sebab itu, jangan terus dirisaukan (Sumitro, 2003). Depresi ditandai dengan adanya gangguan fisik seperti gerakan menjadi lamban, tidak nyenyak, nafsu makan jadi menurun, kehilangan perspektif dalam hidupnya, perasaan yang berubah-ubah dan sulit di kendalikan, perasaan putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah, sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan
(2)
mati, kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari orang lain, pikiran ilusi (Hadi, 2004).
Menurut Susanto, prevalensi depresi berat (major depressive disorder) pada
populasi umur sekitar 5 %, sedangkan anxietas dan depresi sekitar 7%. Sementara campuran anxietas dan depresi (mixed anxiety and depression) sekitar 1%. Jika dihitung di antara pasien yang datang ke pelayanan kesehatan primer, maka jumlah penderita gangguan depresi 10,3 %, anxietas 12,8%, campuran anxietas dan depresi 12,8%. Susanto mengakui di Indonesia belum dilakukan penelitian epidemiologi tentang kesehatan jiwa. Adapun gejala utama depresi yang tampak, yaitu kehilangna minat terhadap hal-hal yang menyenangkan. Itu menyebabkan penderita menarik diri dari kehidupan (Hadi, 2004).
2.1.2. Perimenopause
Perimenopause adalah masa dimana menstruasi tidak lagi terjadi setiap bulan pada mereka yang berada pada usia-usia menjelang menopause. Pada periode waktu tersebut mulai terjadi penurunan kadar hormon tertentu terutama hormon-hormon yang terkait dengan reproduksi yaitu hormon-hormon estrogen dan progesterone, sehingga kemungkinan terjadi kehamilan menghilang (Kusumawardhani, 2006). Menopause secara klinis tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan berturut-turut (sebelum FSH<40mlU/I), terjadi antara 48-55 tahun, 51 tahun adalah usia rata-rata (Dutton dkk, 2010), ketika memasuki menopause, kadar estrogen dan progesterone turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hopofisis yang ada di otak (Dr. Rebecca, 2006). ditandai adanya penurunan estrogen, hal ini menyebabkan siklus menstruasi menjdi tidak teratur, hal ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya menopause (Mulyani, 2013). Beberapa wanita yang memasuki masa ini menimbulkan problem psikis pada
(3)
mereka. Perubahan emosi yang sering terjadi pada menopause adalah keadaan emosi yang kurang stabil. Hal ini memang bisa dipengaruhi oleh perubahan hormon dalam tubuh. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala fisik dan emosi, termasuk menjadi pelupa, kurang dapat memusatkan perhatian kecemasan, sifat mudah marah dan depresi, yang secara keliru dianggap sebagai akibat menopause (Kasdu).
Menopause merupakan fase terakhir, di mana perdarahan haid seorang wanita berhenti sama sekali. Fase ini terjadi secara berangsur-angsur yang semakin hari
semakin jelas penurunan fungsi kelenjar indung telurnya (ovarium). Selama masa
peralihan dari siklus haid yang rutin setiap bulan ke masa menopause, terjadi perubahan-perubahan fisik dan juga kejiwaan pada seorang wanita. Pada masa menjelang mmenopause, estrogen yang dihasilkan semakin turun sampai menopause tiba.(Yatim DTM & H, MPH, 2001).
Banyak wanita yang terpengaruh akan mitos-mitos yang terkait dengan hal ini seperti, mengalami menopause membuat produktivitas seorang wanita menurun, merasa tidak ada daya tarik lagi dimata pasangan, merupakan akhir seksual normal, tidak bergairah terhadap seks, dan tidak akan bisa mencapai kepuasan seksual (Mulyani, 2013), khawatir menghadapi menopause dan beranggapan bahwa wanita yang berusia lanjut akan mengalami hidup yang kurang sehat, kurang bugar, tidak cantik lagi, dan cepat marah (Northrup, M.D., 2003). Mitos-mitos seperti ini salah besar dan tak perlu menjadi kecemasan. Kita ketahui menopause adalah waktu dalam kehidupan seorang wanita dimana menstruasi berhenti, untuk itu pentingnya memahami apa sebenarnya menopause itu. Terjadinya kekhawatiran-kekhawatiran, ketakutan, kecemasan pada masa menopause dapat menyebabkan insomnia (Mulyani, 2013). Padahal, menopause satu fase kehidupan yang harus dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap wanita (Northrup, M.D., 2003).
(4)
2.2. Depresi Perimenopause
Depresi perimenopause adalah keadaan depresi yang terjadi pada perempuan yang sedang berada dalam periode waktu saat menjelang menopause yang disebut periode perimenopause. Terjadi pada rentang usia 45-55 tahun, dengan rata-rata sekitar usa 51 tahun. Juga dapat dimulai dari usia lebih dari sekitar 35 tahun tergantug kondisikebugaran tubuh individu. Ditemukan bahwa perempuan yang merokok mengalami masa perimenopause 1-2 tahun lebih awal. Masa perimenopause ini dapat berakhir dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Dikatakan bahwa lebih dari 25% perempuan akan mengalami depresi suatu saat dalam perjalanan hidupnya, jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Depresi dapat menjadi penyakit yang sangat mengganggu, menghambat aktivitas sehari-hari, seperti juga terdapat pada penyakit arthritis ataupun penyakit jantung. Pada mood depresi timbul sedih, menangis,rasa hampa, mudah marah, dan dapat muncul ide-ide bunuh diri. Periode perimenopause akan dilalui oleh setiap perempuan tanpa terkecuali dalam perjalanan hidupnya, tetapi tidak semua dari mereka akan mengalami depresi (Kusumawardhani, 2006).
depresi dapat menyerang wanita untuk pertama kali. Kadang-kadang depresi merupakan respons terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dilami dalam fase kehidupan tertentu. Akan tetapi, beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa
depresi yang dalam atau endogenus yang tidak proporsional dengan lingkungan
pribadi mereka dan yang mungkin sulit dihindarkan. Depresi sering kali dapat dikurangi dengan memberikan hormone estrogen pengganti (Purwoastuti, 2008).
Menurut Niki Yulita Herman dalam penelitiannya, wanita dewasa merasa tidak mampu lagi menjadi wanita yang dapat melayani suaminya dengan baik lagi setelah datangnya masa menopause ini. Menurut Laura A King (2010:200)
(5)
“peristiwa menopause membuat wanita depresi, jantung berdebar-debar, susah tidur, muka selalu dalam keadaan masam”. Peristiwa ini membuat wanita dilanda depresi dan kecemasan karena asumsi-asumsi mengenai perubahan pada diri wanita yang mengakibatkan kemunduran dalam segala bidang. Menurut Ana Himmatul Hasanah dalam penelitiannya, terdapat peningkatan resiko depresi pada wanita selama premenopause yang terlambat maupun yang lebih awal. Ada peningkatan kecil pada resiko depresi selama empat tahun sebelum periode akhir menstruasi. Dan episode depresi yang berkembang dua tahun sebelum periode akhir menstruasi dan episode dan selama premenopause awal, yang keduanya terjadi dalam keduanya terjadi dalam kaitannya dengan peningkatannya FSH plasma, mengusulkan keterkaitan antara
depresi dan endokrin pada premenopause (Brombergeret al., 2001).
Menurut Ida Maya Sari dalam penelitiannya, keluhan psikis yang sering dijumpai pada perempuan menopause adalah depresi depresi sering juga ditemukan beberapa hari menjelang haid perempuan usia reproduksi. Perasaan tertekan, mudah marah, mudah tersinggung, stress dan cepat lelah merupakan keluhan yang juga sering dijumpai pada perempuan usia menopause dan usia reproduksi dengan keluhan sindrom prahaid (Braziad, 2003).
2.3. Faktor-Faktor penyebab Depresi Perimenopause
Pernahkah anda merasakan suatu hari anda merasa sangat gembira sekali, namun dilain hari anda merasa sangat depresi sekali tanpa tahu penyebabnya apa dan
merasa tubuh sangatlelah sekali. Apakah ini normal atau anda terserang multiple
disorder? Ya, kemungkinan anda mengalami gangguan kejiwaan atau tidak sama
sekali. Yang dapat menetahui bahwa anda terserang atau tidak hanya dapat dilakukan dengan penenganan medis yang mendalam. Bila seseorang terus merasa tak berguna atau depresi selama hidupnya mungkin ada kaitannya dengan pengalaman masa
(6)
kecilnya yang membuatnya memiliki self-esteem yang rendah. Misalnya ini terjadi
pada orang-orang yang pada masa kanak-kanaknya pernah mengalami child abuse,
diacuhkan, direndahkan oleh anggota keluarga atau teman-temannya. Atau pada beberapa kasus ditemukan terdapat orang-orang yang memang sensitive terhadap stress jenis ini (Hadi, 2004).
Gangguan alam perasaan seperti depresi bukanlah karena kesalahan atau kelemahan penderita ataupun karena persoalan pada kepribadiannya semata. Depresi adalah gangguan seperti juga penyakit-penyakit lainnya. Depresi perimenopause disebabkan oleh faktor-faktor organobiologik yaitu kondisi yang berhubungan dengan penurunan kadar hormon estrogen, faktor psikologik yang berkitan dengan dengan persepsi diri karena perubahan fisik akibat pertambahan usia, dan faktor sosiokultural yaitu adanya perubahan peran pada fase kehidupan ini (Kusumamawardhani, 2006). Pieter dan Lubis (2011), mengatakan bahwa bentuk-bentuk depresi wanita menopause terlihat dari 1) hilangnya percaya diri atas kemampuan organ reproduksinya, 2) kesedihan akibat ditinggalkan anak-anaknya atau suami yang meninggal, 3) sedih karena sudah menurun daya tariknya, 4) merasa tertekan karena seluruh aktivitas dan perannya sudah diambil alih, 5) sakit yang tidak sembuh-sembuh atau penyakit kronis.
Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya depresi antara lain adalah adanya riwayat depresi sebelum perimenopause, perasaan negative terhadap menopause dan proses menjadi tua, dan tentunya faktor peningkatan stress kehidupan usia lanjut. Riwayat gangguan premenstrual sebelumnya serta gejala-gejala menopause yang berat juga ikut menentukan kemungkinan depresi. Merokok dan kurangnya aktivitas fisik juga memperparah depresi. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis khususnua dengan pasangan, komunikasi yang kurang baik, tidak ada
(7)
pekerjaan, atau problem financial, perasaan rendah diri (low self-esteem), kurangnya
aktivitas sosial (social support) dan rasa kehilangan peran karena tidak produktif lagi
dapat memicu munculnya depresi pada masa-masa perimenopause (Kusumamawardhani, 2006).
Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadarnya estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pasca menopause menjadi 20-150 ng. menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolic dan gangguan siklus haid (Jhaquin, 2010), dan menurut Purwoastuti (2008), perkiraan kadar estrogen dalam darah sedikit artinya, karena variasinya yang besar sepanjang bulan, akan jauh lebih bermanfaat untuk mengukur kadar darah dalam hormone perangsang folikel. Apabila ovarium tidak memberikan respon lagi terhadap pituatri, maka tubuh pertama-tama akan bereaksi dengan meningkatnya jumlah FSH yang dihasilkan pituatriuntuk mencoba dan merangsang ovarium yang gagal tadi. Hal ini berarti bahwa jumlah FSH meningkat dalam darah. Dengan demikian terjadinya peningkatan FSH dalam darah dengan mengidentivikasikan adanya kegagalan ovarium. Ada ovarium yang gagal, keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron akan hilang dengan menurunnya produksi hormon, sehingga menimbulkan pengaruh terhadap sindrom prahaid dan haid itu sendiri. Beberapa wanita mendapatkan bahwa sindrom memburuk selama bertahun-tahun klimakterium dan yang lain merasakannya untuk pertama kali. Akan tetapi bagi semua wanita, menopause adalah akhir dari segalanya.
(8)
Faktor penyebab terjadinya depresi menurut (Hadi, 2004) : 1) karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald Hart menyebut empat macam kehilangan; pertama, kehilangan abstrak; kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kedua, kehilangan sesuatu yang konkrit; rumah, mobil, protet, orang atau bahkan binatang kesayangan. Ketiga kehilangan hal yang bersifat khayal; tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang. Keempat, kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang; menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil ujian, dll. 2) reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup. 3) terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi. 4) gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan. 5) reaksi terhadap obat.
2.4. Pencegahan Depresi Perimenopause
Menurut Hadi (2004) Beberapa anjuran umum untuk mencegah terjadinya depresi yaitu: 1) berusahalah untuk tidak meneruskan kegiatan-kegiatan rutin setiap hari. Kalau saudara bekerja, akan sangat menolong kalau saudara mau bangun pagi-pagi, lalu mandi, berpakaian, sarapan dan pergi ketempat kerja. 2) bila saudara melakukan pekerjaan di rumah, lakukan langkah diatas. Meskipun saudara merasa apapun yang saya kerjakan tidak ada gunanya; ketahuilah sebenarnya ada gunanya. 3) usahakanlah untuk beraktivitas di luar rumah walau melakukan kegiatan sesederhana apapun. Mis, beli Koran/majalah, ke tempat atau took kesukaan atau berkunjung ke keluarga. 4) kegiatan fisik seperti bernyanyi, berenang, bersepeda, atau berolahraga, pada umumnya sangat membantu mengatasi depresi. 5) bila nafsu makan dan berat badan saudara menurun, upayakan untuk tetap makan walau sedikit-sedikit tapi sering.
(9)
Menurut Kusumawardhani (2006) cara mengantisipasi kemungkinan terjadinya depresi menopause adalah, pengaturan nutrisi secara benar, pola makan yang seimbang (rendah lemak, banyak sayuran, suplementasi, vitamin dan mineral), hindari makanan berkadar garam tinggi (sosis, ikan, daging asap), juga hindari makanan dan minuman yang mengandung banyak gula, sehingga daya tahan tubuh selalu terjaga dan penurunan kadar hormon perlu dilakukan secara teratur dan bila perlu dilakukan terapi sulih homon. Selain faktor internal tersebut, juga diperlukan antisipasi terhadap faktor eksternal lainnya termasuk persiapan masa pensiun dan aktivitas sesudah masa produktif berlalu. Tingkatkan kemampuan untuk dapat menerima perubahan fisik dan peran dalam kehidupan kemampuan komunikasi dengan pasangan dan berbagi kegiatan bersama serta member banyak kasih sayang akan menghindarkan diri terhadap kemungkinan timbulnya depresi dan menurut Purwoastuti (2008), tidak merokok, makan makanan yang sehat, rendah lemak, tinggi serat, banyak mengandung vitamin dan mineral, mendapat cukup kalsium dan vitamin D, menjaga berat badan, lakukan olah raga seperti jogging, atau senam, 3 kali seminggu untik kesehatan tulang. Agar kehidupan dapat berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap wanita perlu melakukan persiapan untuk menghadapinya. Salah satu persiapan yang penting adalah mengetahui organ tubuh kita sendiri dan fungsinya, serta menenal bagaimanakah sebenarnya kejadian masa klimakterik itu (Jhaquin, 2010).
(10)
2.5. Penanganan Depresi Perimenopause
Penetalaksanaan umum merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi yang baik saling percaya antra suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang besarakan kesembuhan. Pada masa lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak panas sirna (Jhaquin, 2010). Menurut Puwoastuti (2008), hormon terapi memberikan peluang untuk tidak menjadi kurus, menghambat osteoporosis. Untuk beberapa wanita, hormon therapy kemungkinan akan
meningkatkan terjadinya pembekuan darah (blood clots), serangan jantung, stoke,
kanker payudara, dan penyakit kandung kemih. Hormon estrogen juga terdapat pada
makanan yang disebut dengan phytoestrogen yang terdapat pada kuli gandum,
sayuran, kacang-kacangan, dan herbal.
Menurut Kusumawardhani (2006), pemberian antidepresan diperlukan untuk memperbaiki mood yang menurun, dan tersedia banyak pilihan jenis antidepresan dari berbagai derivate yang dapat dipergunakan sesuai kebutuhan, misalnya golongan SSRI seperti fluoxetin, sertralin, fluvoxamine dll, serta golongan SNRI seperti venlafaxine, duloxetine, dll. Perubahan hormonal yang turut berperan dapat dimodifikasi dengan therapy sulih hormon seperti preparat hormon estrogen dan pemberian suplementasi phytohormone. Therapy sulih hormon biasanya memerlukan waktu setidaknya 2-4 minggu. Bila respon belum cukup perlu ditambahkan antidepresan untuk waktu 1-2 bulan. psikoterapi tetap perlu diberikan karena faktor psikologik walaupun tidak mengambil porsi utama sebagai penyebab,
(11)
pasti tetap berkontribusi terhadap terjadinya depresi pada perimenopause. Jenis
psikotherapi suportif dan CBT (cognitive behavioral therapy) biasanya menjadi
pilihan yang sangat bermanfaat. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke tenaga professional seperti dokter umum, atau berkonsultasi lebihlanjut ke dokter spesialis psikiatri.
Menurut Hadi (2004), penanggulan depresi menopause yang dikemukakan oleh psikologi Sawitri Supardi mengatakan terimalah diri kita seutuhnya baik dengan kelebihan maupun kekeurangan yang kita miliki, lalu yakinilah bahwa secara fisik kita sehat kita memiliki modal dasar yang kuat untuk mengatasi segala tantangan dalam hidup ini. Beri keyakinan kepada diri bahwa kalau selama ini kita bisa belajar untuk bergairah kembali dengan mengubah pola pikir positif yang pasti akan dapat kita adopsi pula. Sawitri juga mengingatkan, sadarilah terkadang kita lupa mensyukuri segala hal positif yang kita nikmati sampai saat ini. Dengan modal berbagai pengalaman positif yang belum sempat kita syukuri selama inilah sebenarnya kita dapat bertahan hidup hingga saat ini. Bersyukur atas nikmat hidup selama ini, bisa dilakukan dengan hal-hal keseharian. Sawitri menyebut antara lain, rasakanlah segarnya udarasaat bangun tidur pagi haridanmulailah hari dengan bekalkesegaran udara yang kita hirup. Sertai pula dengan pola pikir yang sudah kita adopsi agar segala permasalahan hidup yang kita hadapi dapat kita atasi dengan tidak membuat diri kita tenggelam dalam kondisi yang berlanjut.
Untuk mengatasi terjadinya keluhan dapat dilakukan beberapa usaha seperti terapi sulih hormon, terapi komplementer seperti akupresur, menggunakan kekuatan aroma, mengatasi panas hot flush dengan cara membatasi minum alcohol, mengurangi kopi, menghindari rempah-rempah, bersikap peduli selama menopause,
(12)
menopause seperti merasa tua dan waktunya sudah lewat, merasa perannya sudah habis sebagai ibu dan istri (Mulyani, 2013).
2.6. Pengetahuan Depresi Perimenopause pada Penelitian Orang lain Hubungan antara penerimaan diri dengan depresi pada wanita perimenopause yang artinya penerimaan diri yang merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan depresi pada saat perimenopause. Dari hasil penelitianya tentang Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Depresi pada Wanita Perimenopause (usia 45-51 tahun) di Surabaya, dari hasil penelitian korelasi, maka diperoleh hasil korelasi kedua variabel adalah 0,546 dimana jika dilihat dari angka probabilitas 0,000, dimana p<0,05, maka dapat diputuskan bahwa hipotesis dari penelitian ini diterima, yaitu “ada hubungan negatif antara penerimaan dirii dengan depresi pada wanita perimenopause”. Tanda didepan angka menyatakan arah hubungan antar variabel, maka tanda negatif (-) didepan angka dapat diartikan arah hubungan antara variabel penerimaan diri dengan variabel depresi berlawanan arah atau dengan kata lain penerimaan diri dengan variabel depresi berlawanan arah, demikian juga sebaliknya jika penerimaan diri rendah maka depresi akan tinggi (Arimbi, 2012).
Di kelurahan Darmo kecamatan Wonokroma Surabaya tahun 2007 mengatakan, faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat kecemasan pada wanita perimenopause adalah pengetahuan, sikap dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup. Namun karakteristik, sosial budaya, yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan tersebut maka wanita menopause membekali diri dengan informasi yang cukup tentang menopause, melakukan konsultasi dengan anggota keluarga terdekat (Aprillia & Puspitasari, 2013).
(13)
Wanita menopause mengalami kecemasan fisik di kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang Sibayak 85% pada kategori tinggi, dan psikis sebanyak 77,5% pada kategori tinggi. Dan Nuril Ilmi mengatakan dalam penelitianya di desa Sambibulu kecamatan Taman-Sidarjo, ibu persepsi positif yang cemas cemas sebanyak 47%, ibu tidak cemas 53%, ibu persepsi negatif cemas 77%, tidak cemas 23%. Dan hasil penelitian mengatakan ada hubungan antara persepsi menopause dengan kecemasan ibu menopause usia 50-55 taun di desa Sambilu kecamatan Taman kabupaten Sidarjo (Herman, 2013).
(1)
Faktor penyebab terjadinya depresi menurut (Hadi, 2004) : 1) karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald Hart menyebut empat macam kehilangan; pertama, kehilangan abstrak; kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kedua, kehilangan sesuatu yang konkrit; rumah, mobil, protet, orang atau bahkan binatang kesayangan. Ketiga kehilangan hal yang bersifat khayal; tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang. Keempat, kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang; menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil ujian, dll. 2) reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup. 3) terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi. 4) gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan. 5) reaksi terhadap obat.
2.4. Pencegahan Depresi Perimenopause
Menurut Hadi (2004) Beberapa anjuran umum untuk mencegah terjadinya depresi yaitu: 1) berusahalah untuk tidak meneruskan kegiatan-kegiatan rutin setiap hari. Kalau saudara bekerja, akan sangat menolong kalau saudara mau bangun pagi-pagi, lalu mandi, berpakaian, sarapan dan pergi ketempat kerja. 2) bila saudara melakukan pekerjaan di rumah, lakukan langkah diatas. Meskipun saudara merasa apapun yang saya kerjakan tidak ada gunanya; ketahuilah sebenarnya ada gunanya. 3) usahakanlah untuk beraktivitas di luar rumah walau melakukan kegiatan sesederhana apapun. Mis, beli Koran/majalah, ke tempat atau took kesukaan atau berkunjung ke keluarga. 4) kegiatan fisik seperti bernyanyi, berenang, bersepeda, atau berolahraga, pada umumnya sangat membantu mengatasi depresi. 5) bila nafsu makan dan berat badan saudara menurun, upayakan untuk tetap makan walau sedikit-sedikit tapi sering.
(2)
Menurut Kusumawardhani (2006) cara mengantisipasi kemungkinan terjadinya depresi menopause adalah, pengaturan nutrisi secara benar, pola makan yang seimbang (rendah lemak, banyak sayuran, suplementasi, vitamin dan mineral), hindari makanan berkadar garam tinggi (sosis, ikan, daging asap), juga hindari makanan dan minuman yang mengandung banyak gula, sehingga daya tahan tubuh selalu terjaga dan penurunan kadar hormon perlu dilakukan secara teratur dan bila perlu dilakukan terapi sulih homon. Selain faktor internal tersebut, juga diperlukan antisipasi terhadap faktor eksternal lainnya termasuk persiapan masa pensiun dan aktivitas sesudah masa produktif berlalu. Tingkatkan kemampuan untuk dapat menerima perubahan fisik dan peran dalam kehidupan kemampuan komunikasi dengan pasangan dan berbagi kegiatan bersama serta member banyak kasih sayang akan menghindarkan diri terhadap kemungkinan timbulnya depresi dan menurut Purwoastuti (2008), tidak merokok, makan makanan yang sehat, rendah lemak, tinggi serat, banyak mengandung vitamin dan mineral, mendapat cukup kalsium dan vitamin D, menjaga berat badan, lakukan olah raga seperti jogging, atau senam, 3 kali seminggu untik kesehatan tulang. Agar kehidupan dapat berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap wanita perlu melakukan persiapan untuk menghadapinya. Salah satu persiapan yang penting adalah mengetahui organ tubuh kita sendiri dan fungsinya, serta menenal bagaimanakah sebenarnya kejadian masa klimakterik itu (Jhaquin, 2010).
(3)
2.5. Penanganan Depresi Perimenopause
Penetalaksanaan umum merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi yang baik saling percaya antra suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang besarakan kesembuhan. Pada masa lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak panas sirna (Jhaquin, 2010). Menurut Puwoastuti (2008), hormon terapi memberikan peluang untuk tidak menjadi kurus, menghambat osteoporosis. Untuk beberapa wanita, hormon therapy kemungkinan akan meningkatkan terjadinya pembekuan darah (blood clots), serangan jantung, stoke, kanker payudara, dan penyakit kandung kemih. Hormon estrogen juga terdapat pada makanan yang disebut dengan phytoestrogen yang terdapat pada kuli gandum, sayuran, kacang-kacangan, dan herbal.
Menurut Kusumawardhani (2006), pemberian antidepresan diperlukan untuk memperbaiki mood yang menurun, dan tersedia banyak pilihan jenis antidepresan dari berbagai derivate yang dapat dipergunakan sesuai kebutuhan, misalnya golongan SSRI seperti fluoxetin, sertralin, fluvoxamine dll, serta golongan SNRI seperti venlafaxine, duloxetine, dll. Perubahan hormonal yang turut berperan dapat dimodifikasi dengan therapy sulih hormon seperti preparat hormon estrogen dan pemberian suplementasi phytohormone. Therapy sulih hormon biasanya memerlukan waktu setidaknya 2-4 minggu. Bila respon belum cukup perlu ditambahkan antidepresan untuk waktu 1-2 bulan. psikoterapi tetap perlu diberikan karena faktor psikologik walaupun tidak mengambil porsi utama sebagai penyebab,
(4)
pasti tetap berkontribusi terhadap terjadinya depresi pada perimenopause. Jenis psikotherapi suportif dan CBT (cognitive behavioral therapy) biasanya menjadi pilihan yang sangat bermanfaat. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke tenaga professional seperti dokter umum, atau berkonsultasi lebihlanjut ke dokter spesialis psikiatri.
Menurut Hadi (2004), penanggulan depresi menopause yang dikemukakan oleh psikologi Sawitri Supardi mengatakan terimalah diri kita seutuhnya baik dengan kelebihan maupun kekeurangan yang kita miliki, lalu yakinilah bahwa secara fisik kita sehat kita memiliki modal dasar yang kuat untuk mengatasi segala tantangan dalam hidup ini. Beri keyakinan kepada diri bahwa kalau selama ini kita bisa belajar untuk bergairah kembali dengan mengubah pola pikir positif yang pasti akan dapat kita adopsi pula. Sawitri juga mengingatkan, sadarilah terkadang kita lupa mensyukuri segala hal positif yang kita nikmati sampai saat ini. Dengan modal berbagai pengalaman positif yang belum sempat kita syukuri selama inilah sebenarnya kita dapat bertahan hidup hingga saat ini. Bersyukur atas nikmat hidup selama ini, bisa dilakukan dengan hal-hal keseharian. Sawitri menyebut antara lain, rasakanlah segarnya udarasaat bangun tidur pagi haridanmulailah hari dengan bekalkesegaran udara yang kita hirup. Sertai pula dengan pola pikir yang sudah kita adopsi agar segala permasalahan hidup yang kita hadapi dapat kita atasi dengan tidak membuat diri kita tenggelam dalam kondisi yang berlanjut.
Untuk mengatasi terjadinya keluhan dapat dilakukan beberapa usaha seperti terapi sulih hormon, terapi komplementer seperti akupresur, menggunakan kekuatan aroma, mengatasi panas hot flush dengan cara membatasi minum alcohol, mengurangi kopi, menghindari rempah-rempah, bersikap peduli selama menopause, meliputi bersikap positif, meminimalkan mitos-mitos yang merugikan selama
(5)
menopause seperti merasa tua dan waktunya sudah lewat, merasa perannya sudah habis sebagai ibu dan istri (Mulyani, 2013).
2.6. Pengetahuan Depresi Perimenopause pada Penelitian Orang lain Hubungan antara penerimaan diri dengan depresi pada wanita perimenopause yang artinya penerimaan diri yang merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan depresi pada saat perimenopause. Dari hasil penelitianya tentang Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Depresi pada Wanita Perimenopause (usia 45-51 tahun) di Surabaya, dari hasil penelitian korelasi, maka diperoleh hasil korelasi kedua variabel adalah 0,546 dimana jika dilihat dari angka probabilitas 0,000, dimana p<0,05, maka dapat diputuskan bahwa hipotesis dari penelitian ini diterima, yaitu “ada hubungan negatif antara penerimaan dirii dengan depresi pada wanita perimenopause”. Tanda didepan angka menyatakan arah hubungan antar variabel, maka tanda negatif (-) didepan angka dapat diartikan arah hubungan antara variabel penerimaan diri dengan variabel depresi berlawanan arah atau dengan kata lain penerimaan diri dengan variabel depresi berlawanan arah, demikian juga sebaliknya jika penerimaan diri rendah maka depresi akan tinggi (Arimbi, 2012).
Di kelurahan Darmo kecamatan Wonokroma Surabaya tahun 2007 mengatakan, faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat kecemasan pada wanita perimenopause adalah pengetahuan, sikap dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup. Namun karakteristik, sosial budaya, yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan tersebut maka wanita menopause membekali diri dengan informasi yang cukup tentang menopause, melakukan konsultasi dengan anggota keluarga terdekat (Aprillia & Puspitasari, 2013).
(6)
Wanita menopause mengalami kecemasan fisik di kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang Sibayak 85% pada kategori tinggi, dan psikis sebanyak 77,5% pada kategori tinggi. Dan Nuril Ilmi mengatakan dalam penelitianya di desa Sambibulu kecamatan Taman-Sidarjo, ibu persepsi positif yang cemas cemas sebanyak 47%, ibu tidak cemas 53%, ibu persepsi negatif cemas 77%, tidak cemas 23%. Dan hasil penelitian mengatakan ada hubungan antara persepsi menopause dengan kecemasan ibu menopause usia 50-55 taun di desa Sambilu kecamatan Taman kabupaten Sidarjo (Herman, 2013).