PENGARUH EKSTRA KURIKULER QIRO’AH TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DI SMA WACHID HASYIM 2 TAMAN SIDOARJO.

(1)

PENGARUH EKSTRA KURIKULER QIRO’AH

TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DI SMA WACHID

HASYIM 2 TAMAN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

DEVI NURIL MACHFUDHOH NIM. D01212074

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Devi Nuril Machfudhoh, Pengaruh Ekstrakulikuler Qiro’ah Terhadap Hasil Belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidorajo. Skripsi Prodi Pendidikan Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Surabaya.

Pembimbing: Drs. Sutiyono,MM

Kunci : Ekstrakulikuler Qiro’ah dan Hasil Belajar PAI

Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Kesempurnaan ini karena akal yang dimiliki manusia untuk dapat menggunakan akal dengan baik perlu adanya ilmu. Ilmu dapat melalui pendididikan selain itu, menuntut ilmu merupakan perintah agama. Dengan ilmu manusia akan dapat menjadi khalifah. Manusia yang dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan.

Pada dasarnya kegiatan ekstra-kurikuler dalam dunia sekolah ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu, aktivitas kegiatan ekstra-kurikuler harus disesuaikan dengan hobi serta kondisi siswa. Munculnya ekstra-kulikuler seringkali berhubungan dengan adanya problematika di pendidikan formal berhubungan dengan problem PAI yakni kurangnya jam pelajaran. Akan tetapi, realita tersebut seringkali bukan merupakan suatu masalah. Tujuan kegiatan ekstra-kurikuler adalah untuk membantu dan meningkatkan pengembangan wawasan anak didik khusus dalam bidang Pendidikan Agama Islam, kegiatan ekstra-kurikuler juga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Sedangkan tujuannya dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantatif dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Tujuan mengunakan analisis regresi sederhana adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh atau ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode interview, metode angket, metode observasi dan metode dokumentasi dengan jumlah sampel 20 siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Qiro’ah di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

Dari hasil pengujian hipotesis mengenai pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI adalah Fh Ft (2,41 4,41) sehingga H0 diterima, dapat

disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan ekstrakulikuler Qiro’ah (X) terhadap hasil belajar (Y). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh dari penelitian tersebut adalah dari faktor internal dan faktor eksrnal. Faktor intenal siswa, diantaranya kurangnya pengetahuan, penghayatan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an, kurangnya memahami makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an ketika pembelajaran berlangsung dan kurangnya semangat atau kepercayaan diri dalam siswa. Faktor eksternal siswa, diantaranya kurangnya penyampain nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an ketika proses pembelajaran ekstrakulikuler Qiro’ah berlangsung, kurangnya motivasi dan dukungan dari orang orang sekitar.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Kegunaan Penelitian ... 12

E. Penelitian Terdahulu ... 13

F. Ruang Lingkup Pembahasan ... 13

G. Definisi Operasional ... 14


(9)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Ekstra Kurikuler Qiro’ah ... 18

1. Ekstra kurikuler ... 18

a. Pengertian ekstra kurikuler ... 18

b. Jenis-Jenis Kegiatan Ekstra Kurikuler ... 22

c. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Ekstra Kurikuler ... 26

d. Upaya Kegiatan Ekstra Kurikuler ... 27

2. Qiro’ah ... 31

a. Pengertian Qiro’ah ... 31

b. Macam-macam Qiro’ah ... 32

c. Tajwid ... 32

d. Adab membaca Al-Qur’an ... 37

e. Urgensi mempelajari Qiro’ah ... 37

f. Metode pembelajaran ekstra kurikuler Qiro’ah ... 38

B. Hasil Belajar PAI ... 39

1. Pengertian hasil belajar ... 39

2. Jenis-jenis hasil belajar ... 42

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil Belajar ... 42

a. Indikator hasil belajar ... 48


(10)

C. Kegiatan ekstra kurikuler dapat meningkatkan

hasil belajar PAI ... 59

1. Retensi ... 58

2. Kualitas baca Qur’an ... 61

3. Implementasi keagmaan dalam kehidupan sehari-hari 61

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan data penelitian ... 66

B. Veriabel, indikator dan instrumen ... 69

C.Populasi dan sampel ... 74

D.Teknik pengumplan data ... 75

E. Teknik analisa data ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 83

1. Data umum SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo .. 83

a. Sejarah berdirinya Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo ... 83

b. Identitas sekolah ... 85

c. Visi, misi dan tujuan sekolah ... 85

d. Sarana dan prasarana ... 87

e. Keadaan pendidik ... 88

f. Keadaan peserta didik ... 94


(11)

2. Penyajian data ekstra kurikuler Qiro’ah dan hasil belajar

PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo ... 96 a. Data ekstra kurikuler Qiro’ah dan hasil belajar PAI .. 96 B. Analisis Data Dan analisis Hipotesis ... 101 a. Pembahasan Hasil Penelitian ... 110

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 112 B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Kesempurnaan ini karena akal yang dimiliki manusia untuk dapat menggunakan akal dengan baik perlu adanya ilmu. Ilmu dapat melalui pendididikan selain itu, menuntut ilmu merupakan perintah agama. Dengan ilmu manusia akan dapat menjadi khalifah. Manusia yang dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan. Sebagai manusia yang bergama islam hendaklah dapat mengerti akan pendidikan agama islam. Adapun maksud Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyikapi peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama islam.1. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Zakiyah Daradjat sebagai berikut:

“ Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup”2.

Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar. Melalui belajar, seorang anak akan dapat memperoleh pengetahuan, mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan.

1

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: Rosdakarya, 2004), h 130.

2


(13)

2

Oleh karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap. Perubahan tingkah laku itu dapat terjadi, manakala proses pengajaran diimplementasikan di sekolah.

Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan tujuan agama islam. Agama Islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan. Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life.

Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek yang ada sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap.3 Jadi, pada dasarnya, pendidikan agama Islam menginginkan peserta didik yang memiliki fondasi keimanan dan ketakwaan yang kuat terhadap Allah, karena iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi yang disebut takwa.

Tujuan Pendidikan dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan

3

Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama


(14)

3

berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, terampil serta mandiri. Jika kita mengamati pendidikan kita yang sekarang ini, maka kita akan mendapatkan suatu kenyataan bahwa Pendidikan Agama Islam ternyata masih jauh dari apa yang kita harapkan, walaupun telah berbagai cara yang telah dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Pada dasarnya, keberhasilan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud apabila seluruh aspek yang berhubungan langsung dengan pendidikan dapat bekerjasama dan saling membantu dari berbagai pihak antara lain pihak sekolah dengan orang tua siswa, lembaga dengan masyarakat dan lain sebagainya demi meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Islam.

Adapun mata pelajaran Agama Islam itu dapat dibagi menjadi lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadis, Keimanan, Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Islam sehingga dapat dikatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas). Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(15)

4

Tahapan pendidikan Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju pada tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai-nilai ajaran agama Islam, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti bahwa penghayatan dan keyakinan siswa akan kokoh manakala didasari oleh seperangkat pengetahun dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai-nilai ajaran Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam yang telah diinternalisasikan dalam dirinya (tahap psikomotorik). Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

Begitu hebatnya pendidikan agama Islam dalam rangka menyiapkan peserta didiknya yang memiliki kecakapan seperti yang disebutkan di atas, maka, mata pelajaran pendidikan agama di sekolah sejak dulu hingga sekarang tetap memperoleh tempat dan perhatian dari pemerintah.4

Pada dasarnya kegiatan ekstra-kurikuler dalam dunia sekolah ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu, aktivitas kegiatan ekstra-kurikuler harus disesuaikan dengan

4

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Nuansa Cendikia, 2003), h 78.


(16)

5

hobi serta kondisi siswa. Sedangkan tujuan kegiatan ekstra-kurikuler adalah untuk membantu dan meningkatkan pengembangan wawasan anak didik khusus dalam bidang Pendidikan Agama Islam, kegiatan ekstra-kurikuler juga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan ekstra-kurikuler merupakan sarana langsung dalam proses belajar mengajar sehingga mereka memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya, kegiatan ekstra-kurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelajaran sekolah dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstra-kurikuler tersebut5. Adapun kegiatan pola kurikuler itu sebagaimana yang disarankan oleh kurikulum yang disempurnakan ialah

1. Kegiatan intrakuriluler adalah kegiatan yang dilakukan disekolah yang penjatahan waktunya telah ditetapkan dalam struktur program dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan minimal dalam masing-masing mata pelajaran.

2. Kegiatan kokukikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk waktu libur) yang dilakukan disekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai jenis pengetahuan,

5

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat


(17)

6

menyalurkan bakat minat, serta melengkapi upaya pembinaan menusia seutuhnya.

3. Kegiatan ekstra-kulikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan disekolah maupun diluar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi.6 Munculnya ekstra-kulikuler seringkali berhubungan dengan adanya problematika di pendidikan formal berhubungan dengan problem PAI yakni kurangnya jam pelajaran. Akan tetapi, realita tersebut seringkali bukan merupakan suatu masalah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar sekolah di Indonesia masih lebih banyak memberikan ilmu-ilmu keagamaan dari pada ilmu-ilmu umum, namun terjadilah perubahan setelah keluarnya Surat Keputusan Bersama Tiga Mentri (SKB 3 Menteri) yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri. Maka seluruh madrasah mengubah semua kurikulumnya menjadi 70% bidang studi umum dan 30% bidang studi agama.

Hal tersebut berlaku bagi madrasah yang dikelola oleh Departemen Agama dalam hal ini madrasah negeri sedangkan madrasah yang dikelola oleh swasta ada beberapa variasi yakni 60% bidang studi agama dan 40% bidang studi umum. Tujuan peningkatan mutu pendidikan pada madrasah

6

Drs.Muh.Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: PT REMAJA ROSDAKRYA, 1993), h 15-22


(18)

7

adalah agar mata pelajaran umum dari madrasah mencapai tingkat yang sama dengan mata pelajaran umum di sekolah umum yang setingkat7.

Umumnya kegiatan ekstra kurikuler di madrasah bertujuan untuk mengembangkan Pendidikan Agama Islam yang sudah ada. Dengan pengembangan tersebut maka diharapkan siswa dapat meningkatkan pengetahuan serta pengamalannya terhadap ajaran agama islam yang semakin merosot belakangan ini. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sangat penting untuk terus dilakukan agar proses kegiatan belajar mengajar khususnya Pendidikan Agama Islam tidak terhambat oleh kekurangan jam pelajaran seperti yang selama ini kita ketahui. Kegiatan ekstra-kurikuler tidak dapat terlaksana apabila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh serta tidak adanya kedisiplinan dalam hal penerapannya. Kepala sekolah serta guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam hal menentukan kegiatan yang akan diprogram menjadi kegiatan ekstra-kurikuler.

Al-Qur’an sebagai salah satu unsur ruang lingkup atau materi pendidikan agama Islam sangat urgen dalam kehidupan sehari-hari. Artinya bahwa, keimanan yang dianut oleh seseorang yang kemudian akan melahirkan sebuah tata nilai (seperti dalam hal ibadah, muamalah, dan akhlak) adalah bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits. Tata nilai itu kemudian melembaga dalam suatu masyarakat dan pada gilirannya akan membentuk sebuah kebudayaan dan peradaban (tarikh). Oleh karena itu,

7

Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h 91.


(19)

8

kemampuan membaca, memahami, mengerti, dan sekaligus menghayati isi bacaan al-Qur’an, khususnya di sekolah umum, adalah sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam. Sebab materi al-Qur’an berkaitan dengan materi PAI yang lain.

Untuk mempelajari al-Qur’an itu sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit, asal ada kemauan dan usaha mempelajarinya pasti akan mampu membaca dan memahami al-Qur’an dengan baik, Allah sudah menjamin kemudahannya bagi umat yang mau mempelajari al-Qur’an, firman Allah dalam Q.S. al-Qomar:

دم نم ل ف رْكذلل نآْرقلا انْرسي ْدقل رك

` Artinya:

”Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Qur’an untuk

pelajaran maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran.”

(Q.S. al-Qomar: 17).8

Dari ayat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa mempelajari al-Qur’an itu tidaklah terlalu sulit asal ada kemauan yang keras untuk mempelajari dan memahaminya sedikit demi sedikit, maka akhirnya nanti akan memperoleh kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik, karena Allah menurunkan al-Qur’an sedikit demi sedikit dengan tujuan, agar mudah dipelajari, difahami dan diamalkan, bukan untuk mempersukar hidup manusia.

8


(20)

9

Qira’at adalah jamak dari qiro’ah yang berarti bacaan. Qira’at merupakan cabang ilmu tersendiri dalam ulum al-Qur’an. Tidak banyak orang yang tertarik dengan ilmu qira’at hal itu dikarenakan ilmu ini memang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir. 9Ilmu Qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu. Namun, ilmu qira’at mempelajari manhaj

(cara, metode) masing-masing imam qurra’ sab’ah atau „asyaroh dalam membaca al-Qur’an. Untuk membaca al-Qur’an dalam satu qira’at diperlukan penguasaan cara membaca al-Qur’an dan penguasaan dalam pengucapan lafadz-lafadz tertentu dalam al-Qur’an secara bersamaan. Karena jika hanya menguasai salah satunya saja kemudian membaca al-Qur’an dengan Qira’at tertentu akan kacau jadinya. Biasanya orang yang membaca dengan qira’at syaratnya harus berguru langsung dengan syeikh qira’at untuk menghindari terjadinya kesalahan.

Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar

9

Abduh Zulfidar Akaha, Al-Qur’an dan Qira’at, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1996), h 117


(21)

10

mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Dari uraian di atas SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo adalah lembaga yang bernaung dibawah departemen pendidikan nasional, menggunakan kurikulum pendidikan nasional. Dengan demikian pelaksanaan sistem pengajarannya juga berorentasi pada garis-garis besar program pengajaran (GBPP) yang dikeluarkan oleh Dediknas, hanya saja perlu ditambahkan bahwa SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo berada di bawah pengolalaan Yayasan Pendidikan & Sosial Ma’arif oleh karena itu, lembaga pendidikan ini disamping mengajarkan seluruh bidang studi yang digariskan oleh kurikulum pendidikan nasional juga menambahkan bidang-bidang studi agama islam. Sehingga SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo mempunyai perbedaan atau nilai lebih dibanding dengan sekolah-sekolah umum yang lain. Sebagai wujud penambahan bidang studi agama islam sekolah ini memodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi target kurikulum nasional sementara harus menambahkan bidang-bidang studi agama islam seperti Al-Qur’an, Aqidah, Fiqih, Ski, Aswaja dan lain-lain.

Dan di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo kegiatan ekstra kulikuler yaitu sepak bola, basket, volly ball, banjari, qiro’ah, teater, musik (band), KIR (karya ilmiah remaja), PEC (pionor english comunity), PMR, pramuka, juranalistik, paskibra, radiktor mading, desaign grafik, tata boga, tata busana. Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler sangat penting sekali


(22)

11

baik itu di sekolah umum ataupun dimadrasah. Sedangkan tujuan kegiatan ekstra-kurikuler adalah untuk membantu dan meningkatkan pengembangan wawasan anak didik khusus dalam bidang Pendidikan Agama Islam, kegiatan ekstra-kurikuler juga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Dengan terus melakukan pengembangan kegiatan ekstra kurikuler yang khususnya ekstrakulikuler Qiro’ah, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam.

Berdasarkan dari uraian diatas, penulis ingin mengadakan penelitian tentang kegiatan ekstra-kurikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam yang diterapkan di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. Maka dari itu, penulis akan mengambil judul

“PENGARUH EKSTRAKULIKULER QIRO’AH TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DI SMA WACHID HASYIM 2 TAMAN SIDOARJO”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan yaitu

1. Bagaimana penerapan pembelajaran ekstrakulikuler Qiro’ah di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo?


(23)

12

3. Bagaimana pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis bertujuan yaitu

1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran ekstrakulikuler Qiro’ah di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti

Agar mengetahui secara langsung dan mendalam tentang pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

2. Bagi lembaga yang diteliti

Memberikan gambaran kepada Lembaga tentang pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

3. Dapat menambah khazanah pengetahuan dan memberi informasi pada orang tua wali dan masyarakat tentang pengaruh ekstrakulikuler


(24)

13

Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

E. Penelitian Terdahulu

Adalah penelitian yang judulnya terdapat kata yang sama dengan penelitiannya sebelumnya. Dalam hal ini peneliti menentukan hasil penelitian yang memiliki kedekatan pembahasan dengan penelitian ini yaitu

Skripsi yang berjudul “ pengaruh kegiatan ekstra-kulikuler shalat dhuha terhadap kedisiplinan siswa di Mts Yatabu Surabaya” di lakukan oleh Halimah tahun 2012 urutan 003 jurusan PAI. Dalam skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, interview, angket dan dokumentasi dengan menggunakan teknik analisa data product moment.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Sesuai judul di atas yaitu “pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah

terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.” maka penelitian ini diadakan subyek ekstrakulikuler Qiro’ah dan hasil belajar PAI. Dalam pembahasan ini ekstrakulikuler Qiro’ah adalah kegiatan tambahan diluar yang berkaitan dengan meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam, berupa bacaan Al-Qur’an, tajwid, hafalan dan keterkaitan dengan kualitas siswa yang mengikuti ekstrakulikuler Qiro’ah.


(25)

14

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman pembaca dalam memahami judul skripsi ini, ada baiknya terlebih dahulu penulis jelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yaitu:

1. Ekstrakulikuler menurut Dewa Ketut Sukardi adalah bahwa kegiatan ekstra kurikuler ialah suatu kegiatan yang dilakukan oleh para siswa diluar jam pelajaran biasa, termasuk pada saat liburan sekolah, yang bertujuan untuk memberikan pengkayaan kepada peserta didik dalam artian memperluas pengetahuan peserta didik dengan cara mengaitkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya”.10

2. Qiro’ah menurut Ibnu Aljazari adalah ilmu tentang cara menyampaikan (mengucapkan) kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaan-perbedaan yang dinisbatkan kepada orang yang menukilnya atau pendapat salah seorang imam dari para imam yang berbeda dengan yang lainnya, dalam hal pengucapan Al-Qur’an serta sepakatnya riwayat-riwayat mengenainya.11

3. Hasil belajar menurut Benjamin S.Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J.Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan

10

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir Di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Galia Indonesia,

1987),h, 243. 11


(26)

15

keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performent) (Abdurrahman,1999). Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.12

4. Pendidikan agama islam menurut Zakiyah Daradjat adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantias dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.13

Dapat disimpulkan dalam penelitian yang berjudul “pengaruh

ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.” yang di maksud dengan ekstra-kulikuler Qiro’ah dan hasil belajar PAI adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang mempelajari tentang cara menyampaikan (mengucapkan) kalimat-kalimat Al-Qur’an yang pencapaiannya akan membantu proses pembelajaran PAI.

12

Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Sc, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:Multi Pressindo,2012), h 1

13


(27)

16

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian yang berjudul “pengaruh ekstrakulikuler

Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.” menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, penjabarannya yaitu: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian terdahulu, Definisi Operasional, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Bab II : Landasan teori, yaitu merupakan tinjauan tentang ekstra kulikuler, tinjauan tentang qiro’ah, tinjauan tentang hasil belajar pai dan tinjauan tentang pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo

Bab III : Metode penelitian, berisi tentang rancangan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV : Laporan Penelitian, yang merupakan hasil penelitian dan terdiri dari gambaran umum objek penelitian, penyajian data, dan analisis data.


(28)

17

Bab V : Kesimpulan dan Saran, yang berisi tentang kesimpulan dari semua isi atau hasil penelitian, dan juga beberapa saran yang perlu penulis sampaikan kepada pihak yang terkait.


(29)

18 BAB II

LANDASAN TEORI A. Ekstrakulikuler Qiro’ah

1. Ekstrakulikuler

a. Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Adapun kegiatan pola kurikuler itu sebagaimana yang disarankan oleh kurikulum yang disempurnakan ialah

1) Kegiatan intrakuriluler adalah kegiatan yang dilakukan disekolah yang penjatahan waktunya telah ditetapkan dalam struktur program dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan minimal dalam masing-masing mata pelajaran.

2) Kegiatan kokukikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk waktu libur) yang dilakukan disekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai jenis pengetahuan, menyalurkan bakat minat, serta melengkapi upaya pembinaan menusia seutuhnya.

3) Kegiatan ekstra-kulikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan disekolah maupun diluar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan


(30)

19

dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi.14

Kegiatan ekstra kurikuler dalam pendidikan dimaksudkan sebagai jawaban atas tuntutan dari kebutuhan anak didik, membantu mereka yang kurang, memperkaya lingkungan belajar dan memberikan stimulasi kepada mereka agar lebih kreatif. Suatu kenyataan bahwa banyak kegiatan pendidikan yang tidak selalu dapat dilakukan dalam jam-jam sekolah yang terbatas itu, sehingga terbentuklah perkumpulan anak-anak diluar jam sekolah yang dianggap dapat menampung dan memenuhi kebutuhan serta minat mereka.

Sebenarnya kurikulum tidak selalu membatasi anak didik dalam kelas saja, tetapi segala kegiatan pendidikan di luar kelas atau di luar jam sekolah yang sering disebut sebagai kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan merupakan program pendidikan yang dilaksanakan di bawah tanggung jawab dan bimbingan sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler pada dasarnya berasal dari rangkaian tiga kata yaitu: kata kegiatan, ekstra dan kurikuler. Menurut bahasa, kata ekstra mempunyai arti tambahan di luar yang resmi. Sedangkan kata kurikuler, mempunyai arti bersangkutan dengan kurikulum.15. Sehingga kegiatan ekstra

14

Drs.Muh.Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: PT REMAJA ROSDAKRYA, 1993), h 15-22

15

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:


(31)

20

kurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan tambahan diluar yang berkaitan dengan kurikulum. Sedangkan pengertian kegiatan ekstra kurikuler menurut istilah, dapat kita ketahui dari definisi-definisi yang telah ada. Dewa Ketut Sukardi mengatakan:

“Bahwa kegiatan ekstra kurikuler ialah suatu kegiatan yang dilakukan oleh para siswa diluar jam pelajaran biasa, termasuk pada saat liburan sekolah, yang bertujuan untuk memberikan pengkayaan kepada peserta didik dalam artian memperluas pengetahuan peserta didik dengan cara mengaitkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya”.16

Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler merupakan bagian dari keseluruhan pengembangan institusi sekolah, kegiatan ekstra kurikuler lebih mengandalkan inisiatif sekolah atau madrasah. Dr. Rohmad Mulyana dalam bukunya mengatakan, kegiatan Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan diruang kelas dengan orientasi peningkatan kemampuan akademis, sedangkan kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran yang bertujuan untuk melatih siswa pada pengalaman-pengalaman nyata.17

Secara Yuridis, pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler memiliki landasan hukum yang kuat, karena diatur dalam surat Keputusan Menteri (Kepmen) yang harus dilaksanakan oleh sekolah dan madrasah. Salah satu keputusan menteri yang mengatur kegiatan ekstra kurikuler adalah Keputusan Menteri

16

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir Di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Galia Indonesia,

1987),h, 243. 17


(32)

21

Pendidikan Nasional RI No. 125/U/2002 tentang kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif di sekolah. Pada bagian keputusan itu dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

Bab V pasal 9 ayat 2

Pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan oleh raga dan seni (porseni), karyawisata, lomba kreativitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan anak seutuhnya.

Bagian lampiran keputusan mendiknas nomor 125/U/2002 tanggal 31 juli2002

Liburan sekolah atau madrasah selama bulan Ramadhan diisi dan dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang diarahkan pada peningkatan akhlak mulia, pemahaman, pendalaman dan amaliah agama termasuk kegiatan ekstra kurikuler lainnya yang bermuatan moral18.

Dari definisi di atas, bisa diambil suatu pengertian bahwa kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembinaan dan naungan atau tanggung jawab sekolah, yang bertempat di sekolah atau diluar sekolah, dengan ketentuan terjadwal atau pada waktu waktu tertentu (termasuk hari libur) dalam rangka memperkaya, memperbaiki dan memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan nilai-nilai atau sikap yang positif dan menerapkan secara lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa, untuk mata pelajaran inti maupun program pilihan. Yang mana kegiatan ekstra kurikuler ini lebih ditekankan pada kegiatan kelompok, akan tetapi sama-sama dilakukan di luar

18


(33)

22

jam pelajaran kelas. Agar dapat terlaksana secara efektif, kegiatan ekstra kurikuler ini perlu disiapkan secara matang dan perlu adanya kerja sama antara pihak sekolah dan pihak-pihak yang berhubungan.

b. Jenis-Jenis Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler dapat dikembangkan dan dilaksanakan dalam beragam cara dan isi. Penyelenggaraan kegiatan yang memberikan kesempatan luas kepada pihak sekolah, pada gilirannya menuntut kepala sekolah, guru, siswa dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk secara kreatif merancang sejumlah kegiatan sebagai muatan kegiatan ekstra kurikuler. Muatan-muatan kegiatan yang dapat dirancang oleh guru antara lain:

1) Program Keagamaan, program ini bermanfaat bagi peningkatankesadaran moral beragama peserta didik. Dalam konteks pendidikan nasional hal tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan jenis kegiatan yang terdapat dalam lampiran keputusan Mendiknas nomor 125/U/2002, atau melalui program keagamaan yang secara terintegrasi dengan kegiatan lain.

2) Pelatihan Profesional, yang ditujukan pada pengembangan kemampuan nilai tertentu bermanfaat bagi peserta didik dalam pengembangan keahlian khusus. Jenis kegiatan ini misalnya: aktivitas jurnalistik, kaderisasi kepemimpinan,


(34)

23

pelatihan manajemen dan kegiatan sejenis yang membekali kemampuan profesional peserta didik.

3) Organisasi Siswa, dapat menyediakan sejumlah program dan tanggung jawab yang dapat mengarahkan siswa pada pembiasaan hidup berorganisasi. Seperti halnya yang berlaku saat ini, OSIS, PMR, Pramuka, Rohis, Kepanitiaan PHB dan kelompok pencinta alam merupakan jenis organisasi yang dapat lebih diefektifkan fungsinya sebagai wahana pembelajaran nilai dalam berorganisasi.

4) Rekreasi dan waktu luang. Rekreasi dapat membimbing peserta didik untuk menyadarkan nilai kehidupan manusia, alam bahkan Tuhan. Rekreasi tidak hanya sekedar berkunjung pada suatu tempat yang indah atau unik, tetapi dalam kegiatan itu perlu dikembangkan cara-cara seperti menulis laporan singkat tentang apa disaksikan untuk kemudian dibahas oleh guru atau didiskusikan oleh siswa. Demikian pula waktu luang perlu diisi oleh kegiatan oleh raga atau hiburan yang dikelola dengan baik.

5) Kegiatan Kultural, adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyadaran peserta didik terhadap nilai-nilai budaya. Kegiatan orasi seni, kunjungan ke musium, kunjungan ke candi atau ketempat bersejarah lainnya merupakan program kegiatan ekstra kurikuler yang dapat


(35)

24

dikembangkan dan dilaksanakan. Kegiatan ini pun sebaiknya disiapkan secara matang sehingga dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya sendiri.

6) Program Perkemahan, kegiatan ini mendekatkan peserta didik dengan alam. Karena itu agar kegiatan ini tidak hanya sekedar hiburan atau menginap dialam terbuka, sejumlah kegiatan seperti perlombaan olah raga, kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji keberanian, dan penyadaran spiritual merupakan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan selama program ini berlangsung.

7) Program Live-in-Exposure, adalah program yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyingkap nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Peserta didik ikut serta dalam kehidupan measyarakat untuk beberapa lama. Mereka secara aktif mengamati, melakukan wawancara dan mencatat nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat kemudian menganalisis nilai-nilai itu dalam kaitannya dengan kehidupan sekolah19.

Banyak macam dan jumlah kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun keagamaan. Oteng Sutrisna, mengelompokkan kegiatan ekstra kurikuler, yaitu:

19


(36)

25

a.) OSIS (organisasi siswa intra sekolah)

b.) Organisasi kelas dan organisasi tingkat kelas c.) Kesenian yang meliputi tari-tarian, band, paduan

suara

d.) Pidato dan drama yang meliputi pidato, debat, diskusi, deklamasi

e.) Klub-klub hoby (fotografi) f.) Atletik dan sport

g.) Publikasi sekolah h.) PMR, Pramuka

Dalam kurikulum SLTA Petunjuk Pelaksanaan Mata Pelajaran PAI Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dikhususkan pada kegiatan ekstra kurikuler PAI, jenis-jenisnya ada 7 macam, yaitu:

1.) Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)

2.) Peringatan hari besar islam (PHBI) dan PHBN 3.) Ceramah agama (khitobah)

4.) Seni kaligrafi

5.) Kunjungan ke musiun dan ziarah ke Wali Songo 6.) Penyelenggaraan sholat jum’at dan taraweh 7.) Pecinta alam20

c. Tujuan Kegiatan Ekstra Kurikuler

20


(37)

26

Tujuan kegiatan ekstra kurikuler adalah untuk menambah dan memperluas pengetahuan siswa, tentang berbagai bidang pendidikan agama Islam. Pada prinsipnya tujuan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler adalah untuk menunjang serta mendukung program intra kurikuler maupun program ko kurikuler. Yang mana tujuan tersebut adalah: meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sedangkan tujuan diselenggarakan kegiatan peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada bulan Ramadhan yakni: untuk meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama islam bagi siswa dalam kehidupan pribadi, bernasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga siswa memiliki pengetahuan (kognitif), penyikapan (afektif), dan pengalaman (psikomotorik).

Mengetahui begitu pentingnya tujuan pendidikan agama Islam yang harus dicapai, maka jika guru agama hanya mengandalkan pada kegiatan intra kurikuler dan ko kurikuler saja, maka tujuan pendidikan agama itu sulit untuk mencapai kualitas yang memuaskan sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Apalagi materi pendidikan agama itu setelah dipelajari dan dipahami maka perlu sekali untuk diamalkan dalam segala kehidupan.


(38)

27

d. Upaya Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler harus memberikan sumbangannya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan sekolah tersebut. Karena itu kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler ini sesungguhnya merupakan bagian integral dalam kurikulum sekolah bersangkutan, dimana semua guru terlibat didalamnya. Jadi kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler harus diprogram sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman pada para siswa. Dalam kerangka itu perlu disediakan guru penanggung jawab, jumlah biaya dan perlengkapan yang dibutuhkan.

Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler ini mengandung nilai kegunaan tertentu, antara lain :

a.) Penyaluran Minat dan Bakat

Para siswa umumnya memiliki minat yang luas, tidak semuanya dapat disalurkan melalui pelajaran didalam kelas. Dalam hubungan inilah, program ekstra kurikuler mempunyai fungsi yang sangat penting, karena melalui program ini, minat dan bakat dapat dikembangkan sebagaimana yang diharapkan. Sering kita lihat adanya sejumlah siswa yang menunjukkan minat dan bakatnya, misalnya mengarang, melukis, sandiwara, otomotif dan sebagainya. Minat dan bakat tersebut dapat dikembangkan, sehingga dapat dibentuk seperangkat ketrampilan bahkan


(39)

28

menjadi suatu keahlian tertentu, dapat bersifat hobi atau untuk bekerja dalam bidang yang sesuai yang memiliki makna ekonomis.

b.) Motivasi Belajar

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam program ekstra kurikuler dapat menggugah minat dan motivasi belajar sekolah. Siswa yang pernah aktif dalam kegiatan laboratorium akan terangsang minat dan motivasinya untuk mempelajari lebih lanjut bidang studi di sekolahnya. Siswa yang pernah menulis dan diterbitkan dalam majalah, dapat terangsang minatnya serta motivasinya untuk mempelajari bahasa misalnya bahasa Inggris, sehingga dia dapat memperluas sumber bacaannya dan membuat tulisan yang bermutu. Ini menunjukkan, bahwa kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler turut menunjang kegiatan disekolah, bila dikelola dengan baik.

c.) Loyalitas Terhadap Sekolah

Program ekstra kurikuler dapat juga mengembangkan loyalitas siswa terhadap sekolahnya. Mereka merasakan suatu komitmen dan berkewajiban menunjang sekolahnya, misalnya nama baik sekolahnya ditengah-tengah masyarakat atau dikalangan sekolah-sekolah lainnya. Hal ini dimungkinkan jika siswa telah


(40)

29

terikat sebagai anggota sebagai klub khusus, misalnya anggota band sekolah, anggota palang merah remaja, anggota klub sepak bola dan sebagainya. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka program ekstra kurikuler. d.) Perkembangan Sifat-Sifat Tertentu

Kegiatan ekstra kurikuler memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan sifat-sifat kepribadian. Melalui kegiatan kelompok akan berkembang sifat dan ketrampilan sebagai pemimpin. Disamping itu juga dapat berkembang kecerdasan sosial, kemudahan hubungan sosial, ketrampilan dalam proses kelompok.

e.) Mengembangkan Citra Masyrakat Terhadap Sekolah21 Kegiatan ekstra kurikuler dapat menumbuhkan citra masyarakat yang baik terhadap keseluruhan program pendidikan sekolah. Hal ini bisa terjadi, karena sekolah sering mempertunjukkan hasil-hasil kegiatan ekstra kurikuler terhadap masyarakat umum, misalnya hasil karya siswa, pertunjukkan kesenian, drama, kepramukaan, keterampilan dan sebagainya. Dalam kegiatan ini, masyarakat dan orang tua dapat dilibatkan secara aktif. Itu sebabnya guru penanggung jawab program ekstra kurikuler perlu mengembangkan perencanaan yang cermat

21


(41)

30

berdasarkan pemahaman yang mendalam terhadap kurikulum sekolah.

Disamping itu fungsi kegiatan ekstra kurikuler adalah diharapkan mampu meningkatkan pengayaan siswa dalam kegiatan belajar dan terdorong serta menyalurkan bakat dan minat siswa sehingga mereka terbiasa dalam kesibukan-kesibukan yang dialaminya, adanya persiapan, perencanaan dan pembiayaan yang harus diperhitungkan, sehingga program ini mencapai tujuannya.

Demikian fungsi-fungsi yang dapat penulis uraikan dan diharapkan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler ini mampu mendapatkan banyak dampak dan pengaruh yang positif bagi siswa maupun lingkungan sekolah.

2. Qiro’ah

a. Pengertian Qiro’ah

Qira’at adalah jamak dari qiro’ah yang berarti bacaan. Dan ia adalah masdar (verbal noun) dari qara’ah. Menurut istilah ilmiah qiraat adalah salah satu madzab (aliran) pengucapan Qur’an yang dipilih oleh salah seorang imam qurra’ sebagai suatu madzab yang berbeda dengan madzab lainnya.22

22


(42)

31

Qira’ah adalah isim masdar dari lafadz qara’ah yang berarti bacaan. Adapun dalam istilah kelimuan terdapat beberapa definisi yaitu sebagai berikut:

1) Qiro’ah adalah salah satu cara membaca al-qur’an yang dipilih oleh salah seorang imam ahli qiro’ah yang berbeda dengan cara orang lain dalam mengucapkan Al-Qur’an al -Karim, sekalipun riwayat (sanad) dan tariqah (jalan)-nya sama.

2) Qiro’ah menurut Ibnu Aljazari adalah ilmu tentang cara menyampaikan (mengucapkan) kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaan-perbedaan yang dinisbatkan kepada orang yang menukilnya atau pendapat salah seorang imam dari para imam yang berbeda dengan yang lainnya, dalam hal pengucapan Al-Qur’an serta sepakatnya riwayat-riwayat mengenainya.

3) Qiro’ah adalah salah satu cara membaca Al-Qur;an yang selaras dengan kaidah bahasa arab, sanadnya muttawatir dan sesuai dengan salah satu dari beberapa mushaf Usmani.23

b. Macam-macam Qiro’ah

Macam-macam qiro’at dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam qiro’at yang terkenal adalah

23


(43)

32

1. Qiro’at sab’ah adalah qiro’at yang dinisbahkan kepada imam Qurra’ yang tujuh termasyhur. Mereka adalah Nafi’, Ibnu Kathir, Abu Amr, Ibnu Amir, Asim, Hamsah dan Kisai’.

2. Qiro’at Asharah adalah qira’at sab’ah yang di tambah dengan tiga qiro’at lagi, yang disandarkan kepada Abu Ja’far, Ya’kub dan Khalaf Al-Ashir.

3. Qiro’at Arba’ Asharah adalah qiro’at Asharah yang ditambahi dengan empat qiro’at lagi yang disandarkan kepada al-hasan al-basri, ibnu muhaysin, yahya al-yazidi dan ash-shanbudhi.24

c. Tajwid

Ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta tentang cara-cara membaca AL-Qur;an dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Qur;an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan atau mulut dari kesalahan membaca. Belajar ilmu tajwid hukumnya farhu kifayah, sedang membaca Al-Qur’an dengan baik atau sesuai dengan ilmu tajwid hukumnya fadhu „Ain.25

Tajwid adalah suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnya disamping harus pula diperhatikan hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalam cara pengucapannya. Oleh karena itu, ia tidak dapat

24

Tim penyusun MKD, Studi Al-Qur’a (Surabaya: IAIN SUNAN AMPEL PRESS, 2012), h 205 25


(44)

33

diperoleh hanya sekedar dipelajari namun juga harus melalui latihan, praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya. Sehubungan dengan ini ibnu jaziri menyatakan: “Aku tidak mengetahui jalan paling efektif untuk mencapai puncak tajwid selain dari latihan lisan dan mengulang-ulang lafaz yang diterima dari mulut orang yang baik bacaaanya. Dan kaidah tajwid itu berkisar pada cara waqaf, imalah, idghom, pengusaan hamzah, tarqiq, tafkhim dan makhorijul huruf.” Adapun salah satu sebagian macam-macam hukum bacaan yaitu

1. Hukum nun sukun daan tanwin. Hukum nun mati dan tanwin ada lima nacam yaitu

a. Idhar halqi adalah manakala ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi yaitu hamzah, haa, a’in, ghain dan khaa’. Cara membacanya hurus dibaca jelas dan terang sebab bertemu dengan huruf halqi.

Contoh : ْي ع عْي س

b. Idghom bighunnah adalah apabila nun mati dan tanwn bertemu dengan salah satu huruf ya’, nun mim dan wau. Cara membacanya hurus dimasukkan atau ditasydidkan.


(45)

34

c. Idghom bilaghunnah adalah apabila nun mati dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf lam dan ra’. Cara bacanya memasukkan dengan tidak mendengung. Contoh: ْ ْعي ا ْ كل

d. Iqlab adalah apabila nun sukun dan tanwin bertemu dengan huruf ba’. Cara bacanya dibalik atau di tukar dengan mim atau berdengung. Contoh : ْعب ْ

e. Ikhfa’ haqiqi adalah apabila nun mati dan sukun bertemu dengan salah satu huruf 15 yaitu د ج ت ك ق ف ظ ص ش س

2. Mim sukun. Hukum mim sukun ada 3 macam yaitu a. Ikhfa’ syafawi adalah apabila mim sukun bertemu

dengan ba’. Cara membacanya harus samar-samar dibibir dan di dengungkan. Contoh هاب ْ ْعا

b. Idhgom mimi adalah mim sukun berteu dengan mim. Contoh ْ جْ ي ْ ْ ا

c. Idhar syafawi adalah apabila ada mim sukun bertemu dengan salah satu uf 26 yakni semua huruf hijaiyah selain huruf mim dan ba’. Cara membacanya yang terang di bibir dengan mulut tertutup contoh تْ عْ ا


(46)

35

a. Mad thabi’iadalah apabila ada ya’ sesudah fathah, ya; sukun sesudah kasrah dan wawu sesudah fathah. Contoh ا ْيحْ

b. Mad wajib muttashil adalah apabila mad thobi’i bertemu dengan hamzah di dalam satu kalimat. Contoh ءا س

c. Mad jaiz munfashil adalah apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah tetapi hamzah tersebut di lain kalimat. Contoh ْ ْ ا ا

d. Mad lazim mutsaqqal kilmi adalah apabila ada mad thabi’i beretemu dengan tasydid di dalam satu kalimat. Contoh يل ا لاا

e. Mad lazim mukhaffaf kilmi adalah apabila ada mad thobi’i bertemu dengan huruf mati atau sukun. Contoh اا

f. Mad layin adalah apabila ada wau atau ya’ sukun sedang huruf yang sebelumnya itu berharakat fathah. Contoh تيب

g. Mad arid lissukun adalah apabila ada waqaf sedang sebelum waqaf itu ada mad thobi’i atau mad lien. Contoh ْ لاخ


(47)

36

h. Mad shilah qashirah adalah apabila ada ha’ dhomir sedang sebelum ha’ ada huruf hidup atau berharakat. Contoh اك هْ ا

i. Mad shilah thowilah adalah apabila mad shilah qoshiroh bertemu dengan hamzah. Contoh ه ْخا هل ا j. Mad iwad adalah apabila ada fathatain yang jatuh

pada waqaf, pada akhir kalimat. Contoh ا ْي ب اعْي س k. Mad badal adalah apabila ada hamzah bertemu

dengan mad. Contoh ا ْيا

l. Mad lazim harfi musyabba adalah apabila ada permulaan surat dari Al-Qur’an terdapat salah satu atau lebih dari antara huruf delapan yaitu nun, qaaf, shad, „ain, shien, laam kaaf dan mim. Contoh سي m. Mad tamkien adalah apabila ada ya’ sukun di

dahului dengan ya’ bertasydid dan harakatnya kasrah. Contoh 26 ْ ْييح

d. Adab membaca Al-Qur’an

Di anjurkan bagi orang yang membaca Qur’an memperhatikan hal-hal berikut:

26


(48)

37

1. Membaca Qur’an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama, meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadas.

2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci untuk menjaga keagungan membaca Qur’an.

3. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hormat. 4. Membaca ta’awudz

5. Membaca basmallah pada permulaan setiap surah kecuai surah al-Bara’ah

6. Membacanya dengan tartil yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tentang serta memberikan kepada setiap huruf akan haknya seperti membaca panjang dan idghom.

7. Meresapi makna dan maksud ayat-ayat Qur’an27

e. Urgensi mempelajari Qiro’ah

Adapun urgensi mempelajari Qiro’ah adalah dapat memelihara dan melindungi kitab Allah dari pergantian, perubahan dengan adanya bacaan yang beragam dan dapat meringankan, memudahkan terhadap umat dalam membacanya.28

f. Metode pembelajaran ekstrakulikuler Qiro’ah

Dalam pembelajaran ekstrakulikuler qiro’ah di SMA Wachid Hasyim 2 salah satunya menggunakan metode drill.

27

Manna Khalii al-Qattan, Studi Ilmu-Il u Qur’a (Jakarta:Litera AntarNusa,2011), h 265-271 28


(49)

38

Pembelajaran Qiro’ah menentukan pada ketrampilan melafalkan dengan metode Drill. Metode Driil atau disebut latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap siagakan.29

Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode drill yaitu Kelebihannya metode drill adalah

1. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai apa yang dipelajarinya.

2. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu ketrampilan harus yang berguna kelak dikemudian hari.

3. Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran.

Kelemahan metode drill adalah

a) Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru di anggap suatu

29

Dr.H.Basyiruddin Usman,M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta:Ciputat PRESS,2002), h 55


(50)

39

penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya.

b) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu di sorot dan tidak diberikan keluasan.

c) Membentuk kebiasan yang kaku

d) Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghafal di mana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hafalan dan secara otomatis mengingatnya. 30

B. Hasil Belajar PAI

1. Pengertian hasil belajar

Menurut Abdurrahman di kutip dari Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Scbahwasannya hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar . Belajar itu sendiri adalah suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Menurut Benjamin S.Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut A.J.Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan

30

Ahmad Munjin Nasih,S.Pd,M,Ag dan Lilik Nur Kholidah, S.P.d, M.Pd.I, Metode dan teknik pembelajaran pendidIkan PAI (Bandung:PT.Refika Aditama,2009), h 92


(51)

40

keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performent). Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.31

Keberhasilan belajar mengajar adalah perubahan positif selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan mengajar juga dapat dilihat dari dua segi. Dari segi guru keberhasilan mengajar dapat dilihat dari ketepatan guru dan memilih bahan ajar, media dan alat pengajaran serta menggunakannya dalam kegiatan belajar dalam suasana yang menggairahkan, menyenangkan dan menggembirakan sehingga peserta didik dapat menikamati kegiatan belajar mengajar tersebut dengan memuaskan.

Sedangkan dari segi murid, keberhasilan mengajar dapat dilihat dari timbulnya keinginan yang kuat pada diri setiap siswa untuk belajar mandiri yang mengarah pada terjadinya peningkatan baik pada segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.32

Menurut Juliah dikutip Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Scbahwasannya hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Hamalik dikutip dari Drs.Asep Jihad,M.Pd dan

31

Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Sc, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:Multi Pressindo,2012), h 1

32

Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana,2009), 311-312


(52)

41

Dr.Abdul Haris,M.Sc bahwasannya hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.33

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil (product) adalah menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.34 Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih

33

Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Sc, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:Multi Pressindo,2012), h 15

34


(53)

42

baik, tetapi juga ada yang memungkinkan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.35

2. Jenis-jenis hasil belajar

Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Peristiwa belajar sendiri adalah alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Ada beberapa pendapat yang melihat peristiwa belajar. Dari semua pendapat dapat di bagi menjadi tiga sudut pandang yakni melihat belajar sebagai proses, melihat belajar sebagi hasil dan melihat belajar sebagai fungsi. Menurut howard kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.36

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat di ikhtisarkan sebagai berikut:

Yang mempengaruhinya ada dua faktor yaitu: a. Faktor luar (ekstren

1) Lingkungan

35

Drs.Ngalim Purwanto,M.P, Psikologi Pendidikan (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2000), h 85

36

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 1995), h 45


(54)

43

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungan lah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosisitem.

a.) Alam atau lingkungan alami

Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya.

b.) Sosial atau lingkungan sosial budaya

Adalah makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama satu sama lain. Hidup dalam saling kebersamaan, saling membutuhkan, saling memberi, saling gurau saling menasihati akan melahirkan interaksi sosial.

2) Instrumental

Adalah tujuan yang akan di capai sekolah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta didik.

a.) Kurikulum/bahan

Adalah a plan for learning yang merupakan unsur subtansial dalam penddikan tanpa kurikulum kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan.


(55)

44

Adalah program pendidikan yang disusun untu dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program penddikan yang dirancang.

c.) Guru/pengajar

Adalah unsur manusiawi dalam penddikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya.

d.) Sarana dan fasilitas

Adalah tempat dan kelengkapan yang di perlukan untuk proses pembelajaran berlangsung.

b. Faktor dalam (intern) a. Fisiologi

a.) Kondisi fisik

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaniahnya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan.

b.) Kondisi panca indra

Adalah mata, hidung, pengecap, telinga dan tubuh akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Terutama mata sebagai alat melihat dan sebagai alat untuk mendengar.


(56)

45

b. Psikologi

Adalah faktor yang ada dalam diri anak dan hal utama untuk menentukan intesitas belajar anak.

a.) Bakat

Adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. b.) Minat

Adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. c.) Kecerdasan

Adalah perkembangan berfikir seseorang yang meningkatkan hasil belajar peserta didik.

d.) Motivasi

Adalah kondisi psikologis yang mendorong sseorang untuk melakukan sesuatu.

e.) Kemampuan kognitif

Adalah kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan ada pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.37

37


(57)

46

Belajar kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dalam kegiatan belajar dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Faktor tujuan. Tujuan adalah pedoman dan sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Faktor guru. Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, menggerakkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah.

3. Faktor anak didik. Anak didik atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orangtuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselengggrakan disekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri.

4. Faktor kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran adalah proses interaksi antara guru dengan bahan, media, alat, metode, pendekatan, teknik dan gaya sebagai perantaranya.


(58)

47

5. Faktor bahan dan alat evaluasi. Bahan evaluasi adalah materi yang akan diujikan oleh guru kepada peserta didik yang didasarkan pada apa yang telah diajarkannya. Sedangkan alat evaluasi adalah item-item pertanyaan yang telah dirumuskan dengan berpedoman kepada teknik dan model yang telah disepakati.

6. Faktor suasana evaluasi. Suasana evaluasi adalah suasana kelas yang aman, nyaman, tertib, bersih, sejuk dan tempat duduknya tidak terlalu berdempetan.

Upaya dalam meningkatkan keberhasilan Pendidikan Agama Islam memang sudah sejak lama dilakukan. Beberapa aspek yang menjadi sasaran dalam upaya tersebut adalah meningkatkan kemampuan guru sehubungan dalam proses belajar mengajar. Meningkatkan kemampuan kepala sekolah sehubungan dengan pengelolaan dan manajemen sekolah. Pembentukan komite sekolah/majelis madrasah sebagai upaya mengikutsertakan masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan (dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan, tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan).

Dalam meningkatkan keberhasilan Pendidikan Agama Islam, maka kriteria yang digunakan tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam yang membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan


(59)

48

prinsip dan konsep islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

4. Indikator hasil belajar

Pengajaran adalah saatu proses untuk mencapai tujuan yang dirumuskan, maka di sini dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana kedua kriteria tersebut adalah

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai sustu proses yang merupakan interaksi dinamis siswa sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan bawah ini: 1.) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih

dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik? 2.) Apakah kegiatan siswa belajar di motivasi siswa sehingga ia

melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu?

3.) Apakah guru memakai multi media?

4.) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?


(60)

49

5.) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?

6.) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar?

7.) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar?

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya

Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa: 1.) Apakah hasil belajar diperoleh siswa dari proses pengajaran

nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?

2.) Apakah hasil belajar yang dipakai siswa dari proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?

3.) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?

4.) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajaran?38

38

Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Sc, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:Multi Persindo, 2012), h 20-21


(61)

50

Dari kriteria diatas dapat diimplementasikan yaitu ibadah dan akhlak. Ibadah atau ibadat dari segi bahasa berarti taat, menurut, mengikuti dan sebagainya. Juga ibadah digunakan dalam arti doa. Penggunaan kata ibadah dalam arti taat dan sebagainya tersebut dalam Al-Qur’an:

   

Artinya:

Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu". (QS.Yasin:60)

Penggunaan ibadah dalam arti doa seperti dalam Al-Qur’an:

     

 

Artinya:

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina". (Al-Mukminun:60)

Menurut istilah tauhid, ibadah itu berarti meng-Esakan Allah, menta’dzimkan-Nya dengan sepenuh-penuhnya ta’dzim serta menghinakan diri menundukkan jiwa kepada-Nya. Hal ini didasarkan pada firman Allah:


(62)

51

  

  

  

Artinya:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim, [295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya. (QS.An-Nisa’:36)39 Akhlak secara bahasa arab akhlaqun, jamak dari kholaqa, yakhluqu, kholaqun. Secara etimologi adalah berasal dari budi pekerti, tabiat perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Menurut ibnu miskawaih yang dikutip Zahruddin AR, mengatakan bahwa

39


(63)

52

akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.

Sementara Ahmad Amin mendefinisikan bahwa yang disebut akhlah adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imabang sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang di ulang-ulang sehingga mudah melakukannya.40

Setiap individu memiliki pandangan masing-masing untuk menyatakan bahwa Pendidikan dapat dikatakan berhasil. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini, antara lain bahwa “Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus dapat tercapai”.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses

40

Khozin,S.Ag,M.A, Khazanah Pendidikan Agama Islam (Bandung:PT ROSDAKARYA,2013), h 125-126


(64)

53

belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional dari bahan tersebut41.

1. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus yang telah dicapai oleh siswa.

2. Penilaian Keberhasilan

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai Berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

b. Tes Subsumatif

41

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),h 119.


(65)

54

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan-bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah42.

Dalam praktek penilaian, ulangan yang lazim dilaksanakan itu dapat dianggap sebagai tes subsumatif, sebab ruang lingkup dan tujuan ulangan tesebut sama dengan tes subsumatif. Bahkan di beberapa madrasah/sekolah ada tes formatif. Namun demikian, hasil tes ataupun ulangan tersebut pada dasarnya bertujuan

42

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),h 120.


(66)

55

memberikan gambaran tentang keberhasilan proses belajar mengajar. Keberhasilan itu dilihat dari segi keberhasilan proses dan keberhasilan produk.

3. Tingkat Keberhasilan

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Istimewa/maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2) Baik sekali/optimal: Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3) Baik/minimal: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

4) Kurang: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa43.

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam

43


(1)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai akhir dari penelitian ini, peneliti mengambil beberapa

kesimpulan yang merupakan jawaban rumusan masalah sebelumnya

sebagai berikut:

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan ekstrakulikuler Qiro’ah di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo metode yang digunakan adalah metode Drill. Metode ini metode

latihan yang mana guru membaca siswa menyimak dan guru membaca

siswa menirukan. Dan hasil belajar termasuk interval 80-75 yang

tergolong dalam kriteria baik karena sudah mencukupi nilai yang sudah

ditentukan. Dan dari kajian yang ada, dapatlah diketahui tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo.

Hal ini terbukti dari hasil perhitungan regresi sederhana, dari hasil pengujian hipotesis mengenai pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI adalah Fh Ft (2,41 4,41) sehingga H0 diterima, dapat

disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan ekstrakulikuler Qiro’ah (X) terhadap hasil belajar (Y). Dan dari hasil pengujian tersebut


(2)

113

peneliti menganalisis adanya faktor-faktor yang menjadi penyebab tidak adanya pengaruh ekstrakulikuler Qiro’ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo yaitu:

1. Faktor intenal siswa, diantaranya kurangnya pengetahuan, penghayatan

nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an, kurangnya memahami

makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an ketika pembelajaran

berlangsung dan kurangnya semangat atau kepercayaan diri dalam

siswa.

2. Faktor eksternal siswa, diantaranya kurangnya penyampaian nilai-nilai

yang terkandung dalam Al-Qur’an ketika proses pembelajaran

ekstrakulikuler Qiro’ah berlangsung, kurangnya motivasi dan dukungan dari orang orang sekitar

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka, dapat

diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam kegiatan ekstra kurikuler Qiro’ah, diharapkan agar pembimbing untuk selalu bekerja sama dengan guru Pendidikan

Agama Islam dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan

siswa tentang ajaran-ajaran islam dan dapat memahami


(3)

114

2. Untuk manarik minat dan perhatian para siswa terhadap kegiatan

ekstra kurikuler Qiro’ah, diharapkan kepada pengurus dan pembimbing untuk selalu bekerjasama dengan orang tua/wali siswa

agar selalu memberi motivasi serta dukungan kepada siswa agar

lebih semangat dan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan ekstra

kurikuler tertutama ekstrakulikuler Qiro’ah.

3. Peneliti menyadari bahwa ini memiliki keterbatasan sehingga

diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah sampel


(4)

115

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid,Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung:

Rosdakarya,2004)

Zakiyah Drajat,Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara,1996)

Zuhairini dan AbdulGhafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam(Malang : UM Press, 2004)

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan,

Pengembangan Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan

(Bandung: Nuansa Cendikia,2003)

AbdurrahmanAn-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995)

Drs.Muh.UzerUsman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung:

PT REMAJA ROSDAKRYA, 1993)

RidlwanNasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005)

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2004)

Abduh ZulfidarAkaha, Al-Qur’an dan Qira’at, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

1996)

Dewa KetutSukardi, Bimbingan Karir Di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Galia

Indonesia, 1987)

Dr.Naqiyah Muktamar M.Ag, Ulumul Qur’an (Purwokerto:STAIN PRESS)

Drs.Asep Jihad M.Pd dan Dr.Abdul Haris M.Sc, 2012, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:Multi Pressindo)

Zakiah Drajat,Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1989)

Dr. Rohman Mulyana,Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta,

2004)


(5)

Dra. H. Zuhairini Dkk, Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Solo:Ramadhani,

1993)

Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor:Litera Antar Nusa, 2011)

Tim penyusun MKD, Studi Al-Qur’an (Surabaya: IAIN SUNAN AMPEL

PRESS,2012)

Kh.Imam Zarkaysi,Tajwid (Ponorogo:TRIMURTI, 1995)

Dr.H.Basyiruddin Usman M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam

(Jakarta:Ciputat PRESS, 2002)

Ahmad Munjin Nasih,S.Pd,M,Ag dan Lilik Nur Kholidah, S.P.d, M.Pd.I, Metode

dan teknik pembelajaran pendidIkan PAI (Bandung:PT.Refika Aditama, 2009)

Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Prespektif Islam Tentang Strategi

Pembelajaran(Jakarta: Kencana, 2009)

Dr.Purwanto,M.Pd, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2013)

Drs.Ngalim Purwanto, M.P, Psikologi Pendidikan (Bandung:PT Remaja

Rosdakarya, 2002)

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung:Sinar Baru

Algensindo, 1995)

Syaiful Bahri Djaramah, Psikologi Belajar (Jakarta:Rineka Cipta, 2002)

Dr.H.Husni Soleh,M,MA, Fiqh Ibadah (Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press,2012)

Khozin,S.Ag,M.A, Khazanah Pendidikan Agama Islam (Bandung:PT

ROSDAKARYA, 2013)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002)

Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Sc, Evaluasi Pembelajaran

(Yogyakarta:Multi Pressindo , 2012)

Abdul Majid,S.Ag,M.P.d, 2012, Belajar Dan Pembelajaran PAI (Bandung:PT


(6)

117

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,

1998)

M.Taqiyul Q Islami, Cara Mudah Menghafalkan Al-Qur’an (Jakarta:Gema Insani

Press,1998)

H.TB.Aat Syafaat,S.Sos,M.S.i dkk, 2008, Peranan Pendidikan Agama Islam

(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)

Drs.H.Abu Ahmadi dan Drs.Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam

(Jakarta:PT Bumi Aksasra, 2004)

Prof.Dr.Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013)

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993)

Suharsini Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek,(Jakarta:Rineka Cipta, 2013)

Prof.Dr.Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Bandung:Alfabeta, 2014)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

(Jakarta:Rineka Cipta, 2002)

Prof.Dr.H.M,Burhan Bungijin,,Sos.M.Si, Metodologi Penelitian Kuantitatif

(Jakarta: Kencana, 2011)

Sutrisno Hadi, Metodologi Researsch, Jilid 2 (Yogyakarta: ANDI, 2000)

Sanafiah Faisal, Dasar-Dasar dan Teknk Menyususn Angket, Usaha

Nasional(Surabaya, 1981)

Margono, Metode Penelitian Pendidikan( Rineka Cipta,2000)

Huseini Usmandan Purnomo Setiady Akhbar, Metodologi Penelitian Sosial,

(Bumi Aksara,+ Cetakan ke-4 April, 2003)

Ine.I.Amirman Yousda dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistika Pendidikan, (Jakarat:Bumi Angsara,1993)