Pengaruh kompetensi guru PAI terhadap karakter siswa di SMP Al-Islam Krian.

(1)

SKRIPSI

RAHMA NUR LAILI D71213130

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pembimbing : (1) Drs. Sutikno, M.Pd.I (2) Drs. Faizin, M.Pd.I Kata Kunci : Kompetensi Guru dan Karakter Siswa

Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja dipertanyakan orang baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir itu hampir setiap hari, media massa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan meuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak membela diri.

Karakter siswa adalah tindakan yang dilakukan siswa berdasarkan keadaan jiwa yang terjadi secara spontan dan tidak perlu dipikirkan lagi atau bertindak karena telah dilatih secara terus-menerus dan menjadi sebuah kebiasaan sehingga tindakan tersebut terjadi secara spontan. Oleh karena itulah, penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Komepetnsi Guru PAI terhadap Karakter Siswa di SMP AL-ISLAM KRIAN. Dalam hal ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI), bagaimana karakter siswa, dan adakah pengaruh kompetensi guru terhadap karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik regresi linier sederhana dan uji signifikansi. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah 1) Interview, 2) Observasi, 3) Dokumentasi dan 4) Angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru di SMP AL-ISLAM KRIAN baik dalam sisi teknik pelaksanaannya.hal ini dapat dibuktikan melalui hasil angket menunjukkan kompetensi guru PAI sebesar 72%. Sedangkan karakter siswa di SMP Al-Islam Krian sangat baik, hal ini bisa dilihat dari angket tentang akhlak peserta didik sebesar 88%.

Hasil lain menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru PAI dan karakter siswa, dan juga terdapat korelasi antara kompetensi guru PAI dan karakte siswa di SMP AL-ISLAM KRIAN.


(7)

(8)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xxi

BAB I : PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Kegunaan Penelitian...6


(9)

1. Pengertian Komepetnsi Guru ...11

2. Macam-macam Komepetnsi Guru ...16

3. Ciri-ciri Komepetensi Guru yang Baik ...24

4. Pentingnya Kompetensi Guru ...27

5. Masalah yang dihadapi Guru saat Mengajar ...29

B. Tinjauan tentang Karakter Siswa ...34

1. Pengertian Karakter Siswa ...34

2. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik...40

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Siswa ...42

4. Nilai-nilai Karakter yang harus dimiliki Siswa ...46

5. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter ...50

C. Hubungan antara Kompetensi Guru dengan Karakter Siswa ...51

D. Pengajuan Hipotesis ...53

BAB III : METODE PENELITIAN ...55

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...55

1. Jenis Penelitian ...55

2. Rancagan Penelitian ...56

B. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitan ...58

1. Variabel ...58


(10)

D. Populasi dan Sampel ...62

1. Populasi ...62

2. Sampel ...62

E. Teknik Pengumpulan Data ...64

1. Teknik Wawancara...65

2. Observasi ...66

3. Metode angket/kuesioner ...67

F. Teknik Analisis Data ...69

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ...74

A. Latar Belakang Objek ...74

1. Sejarah Singkat SMP Al-Islam Krian ...74

2. Letak Geografis Sekolah ...93

3. Sarana dan Prasarana ...77

4. Data Guru dan Karyawan ...79

5. Visi dan Misi ...83

B. Penyajian dan Analisis Data ...84

1. Penyajian Data...84

2. Analisis Data ...90


(11)

(12)

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena dalam proses pendidikan tersebut manusia mengalami perubahan yang sebelumnya mereka rasakan, yaitu perubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu dengan adanya suatu pendidikan yang bisa merubah kepribadian manusia dan dalam hal ini guru merupakan peranan utama.

Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja dipertanyakan orang baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir itu hampir setiap hari, media massa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan meuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak membela diri.

Masyarakat atau orang tua murid pun kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra-putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapinya sendiri atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya. 1

1


(13)

Dari kalangan bisnis atau industrialis pun memprotes para guru karena kualitas para lulusan dianggapnya kurang memuaskan bagi kepentingan perusahaanya. Dimata muridpun khususnya di sekolah-sekolah menengah dikota-kota pada umumnya cenderung menghormati gurunya hanya karena ingin mendapat nilai yang baik atau naik kelas/lulus EBTA dengan peringkat tinggi tanpa kerja keras. Tentu saja tuduhan dan protes dari berbagai kalangan akan merongrong wibawa guru, bahkan cepat atau lambat, pelan tapi pasti akan menurunkan martabat guru.

Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar / menyimpang dari kode etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi yang begitu hebat dimasyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan adanya sikap demikian menunjukkan bahwa guru seyogianya menjadi anutan bagi masyarakat disekitarnya.

Lebih dari sekedar anutan, hal ini pun menunjukkan bahwa guru sampai saat ini masih dianggap eksis, sebab sampai kapanpun posisi / peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih. Karena tugas guru menyangkut aspek-aspek yang bersifat manusiawi yang unik dalam arti berbeda satu dengan yang lainnya.2

Dalam konsep Islam, kompetensi merupakan sesuatu yang mutlak dan harus diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Sebagaimana

2

Moh. Uzer Usmah, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 1- 2


(14)

firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al An’am ayat 135 :

ۡݔُق

ِمۡوَقٰ َي

ْاوُݖَݙۡعٱ

ݔِ ََ ِِّّإ ۡݗُكَُِݛَََݘ َٰ َل

ُنوُكَت ݚَݘ َنوُݙَݖََۡت َفۡو َسَف

ُ

َ

ل

ۥ

ُܟَܞِقٰ َع

ِرا܅دٱ

ُه܅ݛِإ

ۥ

ُحِݖۡفُي

َ

َ

َنوُݙِݖٰ ܅ظلٱ

٥

Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu[506]3, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini[507]4. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.5

Dalam kurikulum, kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan untuk memudahkan dalam merancang strategi dan indikator keberhasilannya.6

3 [506] Artinya: tetaplah dalam kekafiranmu sebagaimana aku tetap dalam

keislamanku.

4 [507] Maksudnya: Allah menjadikan dunia sebagai tempat mencari (hasil) yang

baik Yaitu kebahagiaan diakhirat.

5

Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Tanjung Mas Inti, 2000),

hal. 190 6

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi Standar proses pendidikan, ( jakarta: Kencana prenada media, 2011), hal. 70


(15)

Guru adalah aktor penting kemajuan peradaban bangsa ini. Dialah yang diharapkan mampu membentuk kepribadian, karakter, moralitas, dan kapabilitas intelektual generasi muda bangsa ini. inilah tugas besar yang diharapkan dari seorang guru. Berawal dari gurulah seorang guru murid mengenal ilmu, nilai, etika, moral, semangat, dan dunia luar yang masih asing bagi dirinya.

Pada hakekatnya di lembaga pendidikan peserta didik haus suri tauladan, karena sebagian besar hasil pembentukan jati diri adalah keteladanan yang diamatinya dari para pendidik. Di rumah, keteladanan akan diperoleh dari kedua orang tua dan dari orang-orang dewasa yang ada dalam keluarga tersebut. Sebagai peserta didik, murid- murid secara pasti meyakinkan semua yang di lihat dan didengarnnya dari cara-cara pendidiknya adalah suatu kebenaran. Oleh sebab itu para pendidik hendaknya menampilkan akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.

Guru berpengaruh terhadap karakter siswa karena guru adalah salah satu sosok yang akan menjadi teladan bagi siswa dalam bertindak dan bersikap dilingkungannya. Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan berhasiltidaknya peserta didik dalam mengembangkan pribadinya secara utuh. Dikatakan demikian, karena guru merupakan figur utama, serta contoh dan teladan bagi peserta didik. dalam pendidikan karakter


(16)

guru harus mulai dari dirinya sendiri agar apa-apa yang dilakukannya dengan baik menjadi baik pula pengaruhnya terhadap peserta didik.7

Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Guru yang profesional dan berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi. Berdasarkan Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen “kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. 8

Penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak harus dimiliki oleh setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang disyaratkan Undang-undang guru dan dosen. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya.

Tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, kompetensi guru kiranya harus mendapatkan perhatian yang lebih. Sebab, kompetensi ini akan berkaitan dengan idealisme dan kemampuan untuk memahami dirinya sendiri dalam kapasitas sebagai pendidik.

7

Sofan Amri, Implementasi Pendidikan Karakter, (Jakarta, Prestasi Pustakarya, 2011), hal 42 8

Cece Wijaya dan Tabrani Ruslan, Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Rosda Karya, 2005), hal. 2


(17)

Dalam kegiatan belajar mengajar, interaksi antara guru dan anak didik merupakan kegiatan yang dominan. Kegiatan itu melibatkan komponen-komponen yang antara satu dengan yang lainnya saling menyesuaikan dan menunjang dalam pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.

Dari konsep di atas, jelaslah bahwa kompetensi guru adalah suatu unsur yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Dengan demikian kompetensi guru merupakan salah satu unsur yang tidak bisa diabaikan dalam pengelolaan proses interaksi belajar mengajar.

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP AL-ISLAM Krian?

2. Bagaimana karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian?

3. Adakah pengaruh kompetensi guru terhadap karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian?

B. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui Kompetensi Guru PAI di SMP AL-ISLAM Krian

Sidoarjo

2. Mengetahui karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian Sidoarjo

3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh penguasaan kompetensi guru PAI terhadap karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian Sidoarjo


(18)

C. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Bagi peneliti, agar mengetahui secara langsung dan mendalam tentang pengaruh kompetensi guru PAI terhadap karakter siwa di SMP AL-ISLAM Krian Sidoarjo.

2. Bagi lembaga yang diteliti, memberikan gambaran kepada Lembaga tentang pengaruh kompetensi guru PAI terhadap karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian Sidoarjo.

3. Dapat menambah khazanah pengetahuan dan memberi informasi pada orang tua wali dan masyarakat tentang pengaruh kompetensi guru PAI terhadap karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian Sidoarjo.

D. DEFINISI OPERASIONAL

Agar pembahasan lebih fokus dan mengarah kepada sasaran pembahasan, maka dalam defenisi oprasional kami paparkan beberapa kata kunci sesuai dengan judul yang ada, yakni : Pengaruh Kompetensi Guru PAI terhadap karakter siswa di SMP AL-ISLAM KRIAN

Kompetensi

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.9.

Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarnita) kompetensi berarti kewenangan kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan

9

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 2012), hal. 32


(19)

atau kecakapan. Yang dimaksud kompetensi guru dalam penelitian ini adalah kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Kompetensi guru juga merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profrsi keguruannya.10

Karakter Siswa

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius Partanto, Dahlan, 1994)

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah

“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,

tabiat, tempramen, watak. “ 11

Di dalam buku Pendidikan Karakter Masnur Muslich mengutip kalimat Al- Ghazali yang menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak (khuluq), yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.14Miskawaih mengartikan karakter sebagai suatu keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikirkan atau dipertimbangkan secara mendalam.

10

Asef Umar Fahruddin, Menjadi Guru Faforit, (Jogjakarta : DIVA Press, 2012) hal 20 11


(20)

Sebagian para ahli mengaggap karakter hampir sama dengan kepribadian, namun menurut Zubaidi dalam bukunya menyebutkan bahwa ada perbedaan karakter dengan kepribadian, kepribadian cendreung terbebas dari nilai. Karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antara manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity).

Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.(Moh. Uzer Usman,1989)

Dalam perspektif psikologis, siswa atau peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya (Arifin, 1996)12

12

Desmita, Psikologi Perkembangan Pserta Didik, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal 39


(21)

Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa karakter siswa adalah tindakan yang dilakukan siswa berdasarkan keadaan jiwa yang terjadi secara spontan dan tidak perlu dipikirkan lagi atau bertindak karena telah dilatih secara terus-menerus dan menjadi sebuah kebiasaan sehingga tindakan tersebut terjadi secara spontan.


(22)

1. Pengertian Kompetensi Guru

Para ahli memberikan definisi yang variatif terhadap pengertian kompetensi guru. Perbedaan pandangan tersebut cenderung muncul dalam redaksional dan cakupannya. Sedangkan inti dasar pengertiannya memiliki sinergisitas antara pengertian satu dengan yang lainnya. Kompetensi guru dinilai berbagai kalangan sebagai gambaran profesional atau tidaknya tenaga pendidik (guru). Bahkan kompetensi guru memiliki pengaruh terhadap keberhasilan yang dicapai peserta didik.1

Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarnita) kompetensi berarti kewenangan kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Yang dimaksud kompetensi guru dalam penelitian ini adalah kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Menurut Nana Sudjana memahami kompetensi sebagai suatu kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi. Senada dengan Nana Sudjana, Sardiman mengartikan Kompetensi adalah

1


(23)

kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang berkenaan dengan tugasnya. Kedua definisi tersebut menjelaskan bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang, dalam hal ini oleh guru.2

Jadi kompetensi merupakan sesuatu kemampuan, kewenangan, kekuasaan, dan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya untuk menentukan suatu tujuan.

Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.

Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.

2


(24)

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Peranan guru dalam membimbing belajara siiswa akan berdampak luas terhadap kehidupan serta perkembangan masyarakat pada umumnya (jabatan guru bersifat strategis), kita juga sepakat bahwa guru hendaknya mampu ber[eran langsung secara positif dalam kehidupan di masyarakat (diluar tugas persekolahan), tetapi hendaknya kita juga realistis untuk tidak menuntut beban kerja, tanggung jawab moral, dan pengorbanan yang berlebihan dari para guru. 3 Untuk membantu kejelasan tentang persepsi kita sehubungan siapa guru itu dan apa peran sosialnya, kita dapa mengacu pada pendapat T. Raka Joni (1984) sebagai berikut :

a. Guru diharap mampu berperan sebagai agen pembagharuan sosial (mampu menyebarluaskan kebenaran, kecakapan kerja baru, dan nilai-nilai luhur), bak melalui jalur pendidikan sekolah maupun melalui peran sosialnya diluar jalur sekolah(dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari)

b. Guru diharap mampu bertindak sebagai organisator pengajaran, menjadi fasilitator mengajar siswa (segala bantuannya

3


(25)

memudahkan serta memperkaya hasil belajar siswa), dan dalam hal yang teknis (didaktis-metodis) guru tersebut mampu membing belajar siswa. Tolak ukur dari usaha pembelajaran tersebut adalah sejauh mana siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan (hasil) secara efektif –efisien. Dengan kata lain guru ikut bertanggung jawab atas keberhasilan belajar siswa, dalam hal ini tetap diakui bahwa sisw mesti aktif dan bertanggung jawab dalam proses serta hasil belajar yang dicapainya.

c. Sebagai perluasan dari tugas keguruan diatas, lebih-lebih yang berhubungan dengan tindak susila, seorang guru mesti pantas menjadi teladan bagi siswa dan sesama warga masyarakat di lingkungannya.

d. Guru bertanggung jawa secara profesinal untu secara terus-menerus meningkatkan kecakapan keguruannya baik yang menyangkut dasar keilmuan,keckapan-kecakapan teknis-didaktis, maupun sikap keguruannya, pengembangan kecakapan keguruan menuntut keaktifan guru yang bersangkutan dan adanya bantuan dari pihak-pihak lain yang terkait (in-service-training)

Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.


(26)

Kompetensi guru juga merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profrsi keguruannya.4

Kompetensi keguruan menunjuk kuantitas serta kualitas layanan pendidkan yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan secara terstandart. Masalah-masalah yang muncul sehubungan dengan analisis keguruan ini, adalah apa isis kompetensi keguruan tersebut, kapan seseorang guru muda dinyatakan telah menguasai kompetensi keguruannya, baagaimana mengukur serta menilai kepantasan penguasaan kompetensi keguruan tersebut, bagaimana mengelola pendidikan pra-jabatan guru yang baik, dan bagaimana membantu guru untuk memperkembangkan kompetensinya lebih lanjut (setelah ia bertugas sebagai guru) pertanyan lain yang juga diketengahkan adalah apa dampak sosial yang akan terjadi, baik bagi siswa maupun masyarakat pada umumnya, jika guru tidak menguasai kompetensi keguruannya secara terstandart atau sebaliknya.5

Jadi pengertian dari kompetensi guru adalah orang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar dan memiliki kemampuan dan kewenangan dalam melaksanakan profesi keguruannya. Selain itu, kompetensi guru merupakan kemampuan atau kesanggupan guru

4

Asef Umar Fahruddin, Menjadi Guru Faforit, (Jogjakarta : DIVA Press, 2012) hal 20 5


(27)

dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan atau kesanggupan untuk benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sebaik-sebaiknya.6

Makna penting kompetensi dalam dunia pendidikan didasarkan atas keseimbangan rasional, bahwasannya proses pembelajaran merupakan proses yang rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang saling berkaitan dan memengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran. Banyak guru yang telah bertahun-tahun mengajar, tetapi sebenarnya kegiatan yang dilakukan tidak banyak memberikn aspek perubahan positif dalam kehidupan siswanya. Sebaliknya, ada juga guru yang relatif baru namun telah memberikan kontribusi konkrit kearah kemajuan dan perubahan positif pada diri siswa.7

2. Macam-macam Kompetensi Guru

Kompetensi keguruan meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

a. Kompetensi Pedagogik,

Kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik ini juga sering dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran, yang mana mencakup tentang konsep kesiapan

6

Iwah Wahyudi, Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru, (Jakarta : Prestasi Pustaka Raya), 2012, hal.102

7


(28)

mengajar, yang ditunujkkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar.8

Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah :

1) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

2) Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan denga berbagai metode,menganalisis

8

Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter,( Yogyakarta, Pustaka Pelajar), 2012, hal 110


(29)

hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.9

b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :

1) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.

9

http://kompetensi.info/kompetensi-guru/empat-kompetensi-guru.html diakses pada tanggal 3 Januari 2017


(30)

3) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

4) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani.

5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 10

Ahli lain mencoba mendeskripsikan ciri-ciri guru yang baik (yang disenangi oleh siswa) adalah F.W. Hart, yang menunjukkan banyak ciri-ciri atau sifat guru yang disenangi siswanya. Dalam uraian ini akan diketengahkan sepuluh uraian yang diajukannya, yaitu :

1) Guru senang membantu siswa dalam pekerjaan sekolah dan mampu menjelaskan isi pengajarannya secara mendalam dengan menggunakan bahasa yang efektif, yang disertai contoh-contoh konkret

2) Guru yang berperangi riang, berperasaan humor, dan rela menerima lelucon atas dirinya

10

http://kompetensi.info/kompetensi-guru/empat-kompetensi-guru.html, diakses pada tanggal 3 Januari 2017


(31)

3) Bersikap bersahabat, merasa sorang anggota dari kelompok kelas atau sekolahnya

4) Penuh perhatian kepada perorangan siswanya, berusaha memahami keadaan siswanya, dan menghargainya

5) Bersikap korektif dalam tindak keguruannya dan mampu membangkitkan semangat serta keuletan belajar siswanya 6) Bertindak tegas, sanggup menguasai kelas, dan dapat

membangkitkan rasa hormat dari siswa kepada gurunya 7) Guru tidak pilih kasih dalam pergaulan dengan siswanya

dan dalam tindak keguruannya

8) Guru tidak senang mencela, menghinakan siswa dan bertindak sarkastis

9) Siswa merasa dan mengakui belajar sesuatu yang bermakna dari gurunya

10)Secara keseluruhan guru hendaknya berkepribadian yang menyenangkan siswa dan pantas menjadi panutan para siswa 11

c. Kompetensi Sosial

Menurut Buchari Alma (2008:142), kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi

11


(32)

secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. 12

Kompetensi sosial menurut Slamet yang dikutip oleh Syaiful Sagala dalam bukunya kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan terdiri dari sub kompetensi yaitu :

1) Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola konflik dan benturan.

2) Melaksanakan kerja sama secara harmonis.

3) Membangun kerja team (team work) yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah

4) Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan.

5) Memiliki kemampuan memahami dan

menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.

6) Memiliki kemampuan menundukkan dirinya dalam system nilai yang berlaku di masyarakat.

7) Melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.13

Dalam menjalani kehidupan, guru menjadi seorang tokoh dan panutan bagi peserta didik dan lingkungan sekitarnya.

12

Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter : Strategi Membangun Kompetensi dan Karakter Guru, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), halaman 124.

13

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) hal. 38


(33)

Abduhzen mengungkapkan bahwa “ Imam Al-Ghazali menempatkan profesi guru pada posisi tertinggi dan termulia dalam berbagai tingkat pekerjaan masyarakat. Guru mengemban dua misi sekaligus, yaitu tugas keagamaan dan

tugas sosiopolitik.” Yang dimaksud dengan tugas keagamaan menurut Al-Ghazali adalah tugas guru ketika ia melakukan kebaikan dengan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada manusia guru merupakan makhluk termulia di muka bumi. Sedangkan yang dimaksud dengan tugas sosiopolitik adalah bahwa guru membangun, memimpin, dan menjadi teladan yang menegakkan keteraturan, kerukunan, dan menjamin keberlangsungan masyarakat.14

d. Kompetensi Profesional

Guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada pendidikan tinggi.15

Surya mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional

14

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007), halaman 174.

15

Wiji suwarno, Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta: Ar-ruzz media group,2009), hlm. 37-38.


(34)

meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.16

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, tean-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.

Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami , menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesinoalnya. 17

16

Piet. A. Sohertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Ofseet, 1994), hlm. 30.

17


(35)

Guru profesional adalah guru ang mengenal tentang dirinya. Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau malahan menyalahakannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru profesional. 18

3. Ciri-ciri Kompetensi Guru yang Baik

Pada dasarnya tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar ia merupakan medium atau perantara aktif antara siswa dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik ia merupakan medium aktif antara siswa dan haluan atau filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan segala seginya, dan dalam mengembangkan pribadi siswa serta mendekatkan mereka dengan pengaruh – pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari

18


(36)

pengaruh – pengaruh yang buruk. Dengan demikian seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu pengetahuan, sifat – sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani.

Sebagai pengajar, guru harus memahami hakikat dan arti mengajar dan mengetahui teori – teori mengajar serta dapat melaksanakan. Dengan mengetahui dan mendalaminya ia akan lebih berhati – hati dalam menjalankan tugasnya dapat memperbaiki kekurangan – kekurangan yang telah dilakukannya.

Menurut Prof. Dr. S. Nasution, MA ada beberapa prinsip umum yang berlaku untuk semua guru yang baik, yaitu :

1) Guru yang baik memahami dan menghormati siswa.Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikan. Dengan pengertian, ia harus menguasai bahan itu sepenuhnya, jangan hanya mengenal ini buku pelajaran saja, melainkan juga mengetahui pemakaian dan kegunaannya bagi kehidupan anak dan manusia umumnya.

2) Guru yang baik mampu menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.

3) Guru yang baik mampu menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu anak.


(37)

5) Guru yang baik memberikan pengertian dan bukan hanya dengan kata – kata mengenbelaka. Dengan pengertian lain guru tidak bersifat verbalistis yakni hanya mengenalkan anak terhadap kata – kata saja tetapi tidak dapat menyelami arti maksudnya.

6) Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa.

7) Guru merumuskan tujuan yang akan dicapai pada setiap pelajaran yang diberikannya.

8) Guru jangan hanya terikat oleh satu teks book saja.

9) Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada siswa, melainkan senantiasa membentuk pribadi siswa. 19

Tanpa menutup kemungkinan syarat – syarat lainnya, maka kesepuluh syarat atau ciri – ciri ini dapat dijadikan pedoman bagi setiap guru yang akan menjalankan tugasnya baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar.

Dengan demikian guru yang baik adalah guru yang selalu bersikap obyektif, terbuka untuk menerima kritik terhadap kelemahan – kelemahan yang ada pada dirinya, misalnya dalam hal caranya mengajar. Hal ini diperlukan dalam upaya perbaikan mutu pendidikan demi kepentingan anak didik sehingga benar – benar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Keberanian melihat kesalahan sendiri dan mengakuinya tanpa mencari alasan untuk

19


(38)

membenarkan atau mempertahankan diri dengan sikap defensif adalah titik tolak kearah usaha perbaikan.

4. Pentingnya Kompetensi Guru

Guru merupakan guru dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi siswa. Untuk itu kompetensi guru merupakan salah satu hal yang harus dimiliki dalam jenjang guruan apapun karena kemampuan itu memiliki kepentingan tersendiri dan sangat penting dimiliki oleh guru, sebab:

a. Kompetensi guru merupakan alat seleksi dalam penerimaan calon guru.

Dengan adanya syarat sebagai kriteria penerimaan calon guru, akan terdapat pedoman bagi administrator dalam memilih guru yang diperlukan untuk suatu sekolah. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa setiap guru yangmemenuhi syarat tersebut diharapkan akan berhasil dalam mengemban tugasnya sebagai pengajar di sekolah.

b. Kompetensi guru penting dalam pembinaan dan pengembangan guru.

Jika telah ditentukan jenis kompetensi guru yang bagaimana yang diperlukan selaku guru, maka atas dasar ukuran itu akan dapat ditentukan mana guru yang telah memiliki kemampuan penuh dan mana yang masih kurang memadai kompetensinya. Pada guru yang telah memiliki kompetensi penuh sudah tentu perlu


(39)

dibina terus agar kompetensinya tetap mantap, sedangkan bagi guru yang memiliki kompetensi di bawah standar, administrator dapat menyusun perencanaan yang relevan agar guru tersebut dapat memiliki kemampuan yang sama atau seimbang dengan kemampuan guru yang lainnya.

c. Kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Berhasil tidaknya guru terletak pada komponen dalam proses guruan. Guru yang salah satu di antaranya adalah menjadi komponen kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum guruan tenaga keguruan harus disusun berdasarkan kemampuan yang diperlukan oleh setiap guru.

Dengan demikian, tujuan program guruan sistem penyampaian. evaluasi, dan sebagainya hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru, sehingga guru diharapkan mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebaik mungkin.

d. Kompetensi guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa.

Proses belajar mengajar calon hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola, dan struktur serta isi kurikulumnya, akan tetapi ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif,


(40)

menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga proses belajar mengajar menjadi optimal.20

Guru sebagai jabatan profesional akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Setiap guru profesional harus memenuhi persayaratan sebagai manusia yang bertanggungjawab dalam bidang guruan. Guru sebagai guru bertanggungjawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada siswa. Adapun tanggungjawab yang dimaksud adalah tanggungjawab moral, tanggungjawab dalam bidang guruan di sekolah, tanggungjawab dalam bidang kemasyarakatan, dan tanggungjawab dalam bidang keilmuan. Untuk itulah kompetensi guru sangat penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Pada bidang pembelajaran diharapkan guru dapat menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran.

5. Masalah yang dihadapi Guru saat Mengajar

Profesi guru bukanlah tanpa masalah, profesi guru merupakan profesi yang membutuhkan kreativitas, inovasi, dan visi. Namun demikian guru, harus bisa keluar dari segala macam permasalahan tersebut, solusi yang dikerjakan merupakan pilihan yang tidak merugikan anda sebagai guru sekaligus menjadi obat bagi siswa untuk dapat menerima perubahan yang anda ciptakan, yang memudahkan

20

Oemar Hamalik, Guruan Guru, Konsep Dan Strategi, (Bandung: Mandar Maju, 2005), Hal.. 39-40


(41)

anda menemukan solusi adalah karena permasalahan yang dihadapi merupakan perulangan dari yang sebelumnya dihadapi. Jadi pada intinya tidak terlalu sulit bagi guru untuk membuat keputusan yang tepat, efektif dan menemui sasaran.

Olehnya itu, sebagai guru sebaiknya telah memiliki daftar atau list masalah dan solusi yang didasarkan pada karakter siswa secara umum, dan jika diperlukan guru dapat pula membuatnya secara khusus agar hasilnya dapat maksimal sesuai yang dihadarapkan.

Lalu apa saja permasalahan yang dihadapi? a. Karakter siswa

Harus kita akui bahwa masing-masing orang memiliki karakter sendiri, yang tidak dapat disamakan dengan orang lain, hukum ini juga berlaku pada siswa. Dua puluh orang siswa yang anda hadapi, maka anda berhadapan dengan dua puluh karakter pula. Guru harus menemukan sedikit persamaannya untuk menunjang penerapan model dan metode pembelajaran, perumusan strategi pendekatan yang diterapkan dan lain sebagainya.

b. Sikap dan perilaku

Sikap dan perilaku sebenarnya juga adalah bagian dari karakter yang dimiliki oleh siswa, tetapi ini lebih di fokuskan lagi karena dari semua karakter yang dimiliki oleh siswa, sikap


(42)

dan perilakulah yang paling berpengaruh dan mempengaruhi budaya siswa di sekolah.

c. Minat dan bakat

Guru diwajibkan untuk menemukan bakat dan minat siswa. Penyaluran bakat dan minat siswa secara tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sebaliknya akan menimbulkan masalah bagi guru, sekolah dan siswa itu sendiri. Siswa yang terpendam bakat dan minatnya pada umumnya menjadi siswa yang agresif, melawan dan suka melakukan tindakan-tindakan negatif yang melanggar tata tertib sekolah. Gejala kenakalan siswa sebaiknya tidak direspon secara negatif tetapi patut diapresiasi dengan baik dan dilakukan pencegahan sehingga tidak menimbulkan bentuk kenakalan baru.

d. Daya serap siswa

Inilah kendala yang sering dihadapi oleh guru, tingkat daya serap siswa yang rendah terhadap materi pelajaran akan mengganggu rencana guru, alokasi waktu belajar, dan lain sebagainya. Jangan terlalu cepat mendiskreditkan siswa karena kelambatannya menerima materi, namun sedapat mungkin guru menemukan strategi yang tepat yang dapat mendorong siswa memaksimalkan kemampuannya menerima dan menyerap materi yang diajarkan.


(43)

Kedisiplinan merupakan faktor penentu keberhasilan pembelajaran, disiplin terhadap waktu, disiplin terhadap tugas yang diberikan, disiplin terhadap proses pembelajaran dan lain sebagainya. Mengajar di kelas yang siswanya memiliki tingkat kedisiplinan tinggi lebih menyenangkan dibandingkan dengan mengajar di kelas yang memiliki disiplin rendah. Akan tetapi guru tidak boleh menyerah dengan permasalahan ini, guru harus mengembalikan kedisiplinan siswa agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

1) Siswa terlalu pasif

Pernahkah anda menemukan situasi seperti baik ditanya maupun tidak mereka tetap diam?. Situasi ini menyulitkan guru, guru sulit memastikan bahwa mereka telah mengerti dan paham materi atau belum. Solusinya tentu saja harus memancing mereka agar menjadi aktif sehingga anda dapat membaca dan menganalisis sejauh mana tingkat penerimaan mereka terhadap materi yang diajarkan.

2) Tidak tenang di dalam kelas

Walaupun jumlahnya sangat kecil namun aktivitas ini cukup mengganggu anda dan siswa lainnya. Anda harus menemukan solusinya, jangan terlalu cepat menyalahkan siswa karena boleh jadi sumber masalahnya adalah anda.


(44)

Misalnya anda mengajar terlalu membosankan, cara anda berkomunikasi tidak jelas, materi terlalu padat, atau situasi lain misalnya ruangan terlalu panas, banyak gangguan dari luar, meja dan kursi tidak menyenangkan dan lain sebagainya.

3) Kepercayaan siswa pada anda

Jangan sepelehkan tentang ini, salah satu keberhasilan pembelajaran antara lain tentang keyakinan siswa pada anda. Keyakinan dimaksud adalah mereka tidak salah belajar pada anda karena anda menguasai materi sehingga mendorong mereka mencintai pelajaran yang anda ajarkan.

4) Pujian

Siswa sebenarnya haus dengan pujian dari anda, saat ini banyak guru mengabaikannya karena lebih menitikberatkan pada penyelesaian materi pelajaran. Karena kurangnya pujian yang diperolehnya sehingga mengurangi motivasi belajarnya, sementara motivasi belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.

5) Hanya mengikut saja

Banyak siswa hanya memposisikan dirinya berada dibelakang, mereka tidak mau menjadi yang terdepan.


(45)

Mudah saja menemukan siswa seperti ini, mereka selalu berusaha duduk dibelakang, tidak mau duduk didepan. Guru akan kesulitan memulai pembelajaran apabila siswa tidak memiliki inisiatif untuk berbuat, apalagi paradigma

pendidikan saat ini telah berubah dari “diberi tahu” menjadi “mencari tahu”. 21

B. Karakter Siswa

1. Pengertian Karakter Siswa

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang arti dalam bahasa

Inggrisnya adalah “to mark” yaitu menandai dan memfokuskan

bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah

“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,

sifat, tabiat, tempramen, watak”.22

Menurut wynne (1991) kata karakter berasal dari Bahasa Yunani

yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana megaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindkan atau tingkah laku.

21

http://voice-teacher.blogspot.co.id/2016/07/10-masalah-yang-dihadapi-guru-dalam.html diakses pada tanggal 26 Januari 2017

22

Sofan Amri, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2011) hal 3


(46)

Oleh sebab itu seseorang yangberperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong, dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan

personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.

Berkowitz (1998) menyatakan bahwa kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbuiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai karakter (valuing), karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya saja ketika seseorang bebrbuat jujur hal itu dilakukukannya karena ia takut dinilai orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri. Oleh sebab itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domein affection atau emosi)

Menurut Licona (1992) pendidikan karakter yang baik dengan

harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” ( moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good”


(47)

manusia akan sama seperti robot yang akan terindoktrinasi oleh sesuatu paham.23

Bila dilakukan analisis lebih mendalam istilah karakter sebenarnya memiliki sifat ambiguitas,. Karakter secara etimologis

berasal dari bahasa Yunani “karasso”, berarti cetak biru, format

dasar, semisal sidik jari. Dalam tradisi Yahudi, para tetua melihat alam seperti laut sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai manusia, atau seperti menangkap asap keberadaannnya dapat dilihat namun tak dapat ditangkap.

Karakter adalah sesuatu yang tak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya. Mereka memahami karakter seperti lautan tidak terselami, tak dapat diintervensi. Karakter itu, berhadapan dengan apa yang memiliki karakter, manusia tidak dapat ikut campur tangan atasnya. Sama seperti bumi, manusia tidak dapat membentuknya sebab bumi memiliki karakter berupa sesuatu yang mrucut tadi. Namun sekaligus bumi tidak sendirilah yang memberikan karakter pada realitas lain.

Tentang ambiguitas terminologikarakter ini mengajukan dua cara interpretasi. Ia melihat karakter sebagai dua hal, yaitu yang pertama , sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberika begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter

23


(48)

yang demikian ini dianggapa sebagai sesuatu yang bersifat given

(telah ada). Kedua karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai konndisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses willed yang dikehendaki melalui proses tertentu.

Karakter sebagai suatu kondisi yang diterima tanpa kebebasan dan karakter yang diterima sebagai kemampuan seseorang untuk secara bebas mengatasi keterbatasan kondisinya ini membuat tidak merta jatuh dalam fatalisme akibat diterminasi ala, ataupun terlalu tinggi optimisme seolah kodrat alamiah kita tidak menentukan pelaksanaan kebebasan yang dimiliki. Melalui dua hal ini kita diajak untuk mengenali ketebatasan diri, potensi-potensi, serta kemungkinan-kemungkinan bagi perkembangan kita. Untuk itulah model tipologi yang lebih menekankan penerimaan kondisis natural yang dari sononya tidak cocok. Cara-cara ini hanya salah satu cara dalam memandang dan menilai karakter.24

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang

24

Suayanto, Pendidikan Karakrter Teori dan Aplikasi (Jakarta : Rineka Cipta), 2010 hal 38-40


(49)

individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.25

Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan dalam proses pendidikan, peserta didik/ siswa merupakan komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang dosebut pendidikan. Sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan, peserta didik sering disebut

sebagai´”raw material” (bahan mentah).

Dalam persepektif pedagogis, peserta didik diartikan

sebagai sebagai makhluq “homo educedum”, makhluk yang

menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini makhluq hidup dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakup.

Dalam persepektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya (Arifin, 1996).

25

http://www.eurekapendidikan.com/2015/01/definisi-murid-siswa-dan-peserta-didik.html


(50)

Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan

sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis

pendidikan tertentu”.26

Menurut pendapat lain siswa adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena mereka adalah pokok persoalan dalam semua aktivitas pembelajaran.27

Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa karakter siswa adalah tindakan yang dilakukan siswa berdasarkan keadaan jiwa yang terjadi secara spontan dan tidak perlu dipikirkan lagi atau bertindak karena telah dilatih secara terus-menerus dan menjadi sebuah kebiasaan sehingga tindakan tersebut terjadi secara spontan. Peserta didik individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaramya adalah :

a. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi yang khas yang dimilikinya ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal.

26

Desmita, Psikologi perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT Remaja Rosdakarya), 2014 hal 39

27


(51)

b. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya, pserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujuan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya.

c. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Sebagai invidu yang sedang berkembang, maka proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat perkembangannya. d. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan

untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. Disamping itu, dalam diri peserta didik juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari kebergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab sesuai kepribadiannya sendiri.28

2. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik

Aspek-aspek perkembangan yang dibahas pada karakter siswa secara garis besar meliputi : perkembangan fisik-motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosio emosional.

28


(52)

masing aspek perkembangan dihubungkan dengan pendidkan, sehingga guru diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan atau menggunakan strategi pembelajaran yang relevan dengan karakteristik perkembangan tersebut.

Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat pada karakteristik yang menonjol pada usia SMP ini, yaitu :

1) Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan

2) Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder

3) Kecenderungan abivelensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua

4) Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dengan kehidupan orang yang dewasa

5) Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan

6) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil

7) Mulai mengembangkan standart dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial


(53)

8) Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas

Adanya karakteristik anak usia menengah pertama yang demikian, maka guru diharapkan untuk :

1) Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkaitan dengan anatomi dan fisiologi

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan positif

3) Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil

4) Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa

5) Tampil menjadi telada yang baik bagi siswa

6) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar bertanggung jawab29

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakter Siswa

Siswa bisa menjadi pribadi yang baik dan menjadi manusia yang berakhlak mulia tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Banyak faktor yang membuat siswa mampu bertindak baik atau sebaliknya bertindak buruk. Heri Gunawan

29


(54)

menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter ada 2, yaitu:

a. Faktor Intern

Ada beberapa faktor intern, diantaranya adalah : 1) Insting atau Naluri

Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan.Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli.

2) Adat atau kebiasaaan

Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Sehubungan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan maka hendaknya manusia memaksakan diri untuk mengulang-ulang perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak (karakter) yang baik padanya.

3) Kehendak/Kemauan

Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan keras (azam).

4) Suara batin atau suara hati

Suara batin berfungsi memperingatkan bahaya dari perbuatan buruk dan berusaha untuk mencegahnya, di samping


(55)

dorongan untuk melakukan perbuatan baik. Suara hati dapat terus dididik dan dituntun akan menaiki jenjang kekuatan rohani.

5) Keturunan

Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat memengaruhi manusia. Sifat yang diturunkan oleh orang tua yaitu ada dua macam yaitu: sifat jasmaniyah dan sifat ruhaniyah.

b. Faktor Ekstern

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter. Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, karena naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Oleh karena itu, pendidikan agama perlu dimanifestasikan melalui berbagai media baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, dan pendidikan nonformal yang ada pada masyarakat.

Abu Ali Akhmad Al-Miskawaih menyebutkan bahwa Aristoteles pernah berkata di dalam Book on Ethics dan Book on Categories, Aritoteles mengungkapkan bahwa orang yang buruk bisa berubah menjadi baik melalui pendidikan.


(56)

Abdullah Nashih Ulwan berpendapat bahwa tugas pendidik adalah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Abdurrahman al- Nahlawi menjelaskan bahwa tugas pendidik ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu ilahi, sesuai dengan Firman Allah swt. QS. Ali Imran :

ܛَݘ

ُهَيِتۡؤُي ن

َ

أ ٍ َََبِل َن

ََ

ُ܅ّٱ

َܜٰ َتِݓۡلٱ

َو

َݗۡكُ

ۡٱ

ۡ

َو

َة܅وُܞ܆نٱ

ِسܛ܅ݜݖِ َلوُقَي ܅ݗُ

ِنوُل ݚِݘ ِ

ّ املܛَܞِع ْاوُݛوُك

ّ

ِ ܅ّٱ

ُك ݚِكَٰلَو

ِّيِݜٰ܅بَر

ْاوُݛو

ۧ

َنوُݙِّݖََُت ۡݗُُݜُك ܛَݙِܝ َݚ

َܜٰ َتِݓۡلٱ

َنوُسُرۡدَت ۡݗُُݜُك ܛَݙِبَو

٩

Artinya : tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208]30, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.(QS. Al-Imron [3]: 79)31

2) Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan pergaulan manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lain atau juga dengan alam sekitar.

30

[208] Rabbani ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah s.w.t.


(57)

Sekolah merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi karakter maka sekolah bisa menjadi salah satu tempat untuk bisa membentuk karakter siswa dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru.

4. Nilai-nilai Karakter yang harus Dimiliki Siswa

Proses belajar di sekolah bukan saja sekedar menguasai teori-teori yang diberikan guru tetapi juga bagaimana siswa bisa menjadi pribadi yang berkarakter melalui proses belajar. Untuk itu pendidikan di sekolah harus mampu mengembangkan karakter siswa dengan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan norma dan agama.

Untuk itu di Indonesia telah dirumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu:

a. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya. b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri.

c. Jujur.

d. Hormat dan santun.

e. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama.

f. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah. g. Keadilan dan kepemimpinan.


(58)

i. Toleransi, cinta damai dan persatuan.32

Setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asma al-Husna. Sifat-sifat dan nama mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama Allah itu, dapat dirangkum dalam 7 karakter dasar, yaitu:

a. Jujur.

b. Tanggung Jawab. c. Disiplin.

d. Visioner. e. Adil. f. Peduli. g. Kerja Sama.

Menurut Mardia Hayati ada 18 nilai-nilai karakter minimal yang harus dikembangkan di lingkungan sekolah, yaitu:

a. Religius: Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran, terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeuk agama lain.

b. Jujur: Karakter jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

32

Retno Listiyarti, Pendidikan Karakter Melalui Metode Aktif, Inovatif, dan Kreati, (Jakarta : Esensi Airlangga Group), 2012, hal 4-5


(59)

c. Toleransi: Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin: Karakter disiplin yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja Keras: Kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif: Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri: Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokrasi: Demokrasi adalah cara berpikir, bersikap, dan

bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu:Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan: Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.


(60)

k. Cinta tanah air: Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi: karakter ini merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat: Karakter ini adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai: yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca: ini adalah sebuah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli Sosial: Peduli sosial adalah karakter yang berkaitan dengan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

q. Peduli lingkungan: Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di


(61)

sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

r. Tanggung jawab: Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 33

5. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter

Di dalam buku Pendidikan Karakter Abdul Majid dan Dian Andayani menyebutkan bahwa mantan Presiden RI pertama Soekarno

pernah menegaskan bahwa: “agama adalah unsur mutlak dalam Nasional and Character Building”. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sumahamijaya yang mengatakan bahwa karakter harus mempunyai landasan yang kokoh dan jelas. Tanpa landasan yang jelas, karakter kemandirian tidak punya arah, mengambang, keropos sehingga tidak berarti apa-apa. Oleh karenanya, fundamen atau landasan dari pendidikan karakter itu tidak lain haruslah agama.

Islam merupakan agama samawi yang diturunkan oleh Allah swt. Kepada hamba-hamba-Nya melalui para rasul. Sebagai agama, Islam memuat seperangkat nilai yang menjadi acuan pemeluknya dalam berperilaku. Aktualisasi nilai yang benar dalam bentuk perilaku akan berimplikasi pada kehidupan yang positif, pahala dan surga, sedangkan

33


(62)

praktik nilai yang salah akan berimplikasi pada kehidupan nilai yang negatif, dosa dan neraka. Seluruh nilainya telah termaktub di dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Idealnya, pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengalaman, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Allah swt.

C. Hubungan antara Kompetensi Guru dengan Karakter Siswa

Guru adalah aktor penting kemajuan peradaban bangsa ini. Dialah yang diharapkan mampu membentuk kepribadian, karakter, moralitas, dan kapabilitas intelektual generasi muda bangsa ini. inilah tugas besar yang diharapkan dari seorang guru. Berawal dari gurulah seorang guru murid mengenal ilmu, nilai, etika, moral, semangat, dan dunia luar yang masih asing bagi dirinya.

Pada hakekatnya di lembaga pendidikan peserta didik haus suri tauladan, karena sebagian besar hasil pembentukan jati diri adalah


(63)

keteladanan yang diamatinya dari para pendidik. Di rumah, keteladanan akan diperoleh dari kedua orang tua dan dari orang-orang dewasa yang ada dalam keluarga tersebut. Sebagai peserta didik, murid- murid secara pasti meyakinkan semua yang di lihat dan didengarnnya dari cara-cara pendidiknya adalah suatu kebenaran. Oleh sebab itu para pendidik hendaknya menampilkan akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.

Guru berpengaruh terhadap karakter siswa karena guru adalah salah satu sosok yang akan menjadi teladan bagi siswa dalam bertindak dan bersikap dilingkungannya. Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan berhasiltidaknya peserta didik dalam mengembangkan pribadinya secara utuh. Dikatakan demikian, karena guru merupakan figur utama, serta contoh dan teladan bagi peserta didik. dalam pendidikan karakter guru harus mulai dari dirinya sendiri agar apa-apa yang dilakukannya dengan baik menjadi baik pula pengaruhnya terhadap peserta didik.

Oleh karena itulah guru Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu contoh suri tauladan bagi siswa maka setiap yang ada pada diri guru akan menjadi contoh bagi siswa dalam bertingkah laku. Perspektif siswa yang sudah tertanam bahwa guru Pendidikan Agama Islam adalah guru yang mengerti dan paham dengan nilai-nilai agama tentu memiliki


(64)

Nabi. Maka Kepribadian guru akan menjadi salah satu factor yang menjadi pembentuk karakter siswa. Dari kepribadian gurulah siswa menanamkan nilai-nilai karakter agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya. 34

D. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap sebuah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. 35

Dalam statistik, terhadap hipotesis kerja (Ho) dan Hipotesis nol (Ho). Hal ini mempunyai makna bahwa Ho adalah adanya korelasi yang signifikan antara variabel X (pengaruh kompetensi guru PAI) dengan variabel Y (karakter siswa). Sedangkan Ho adaklah tidak adanya korelasi yang signifikan antara variael X (pengaruh Kompetensi guru PAI) engan variabel Y (karakter siswa).

Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis verbal

Hipotesis verbal dalam penelitian ini adalah

Ha : ada hubungan antara kompetensi guru PAI dengan karakter siswa di SMP al-Islam Krian

Ho : tidak ada hubungan antara kompetensi guru PAI dengan karakter siswa di SMP Al-Islam Krian

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :

34

https://menurutpengertian.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-karakter-siswa-menurut-ahli.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2017

35


(65)

Ho = XY ≠ 0 Ho = XY = 0


(66)

ini, maka diperlukan adanya metode penelitian. Hasan dan Koentjaraningrat

mengemukakan bahwa “metode adalah cara atau jalan, yaitu cara kerja auntuk

dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”.1

Sedangkan pengertian penelitian menurut hadi adalah “usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran atau pengetahuan, usaha mana yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.” 2

Dengan demikian metode penelitian adalah cara kerja yang harus ditempuh dan digunakan dalam penelitian dengan maksud untuk menemukan, mengembangkan dan menguji proses kebenaran suatu penelitian.

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan, dan tingkat kealamiahan (natural setting) objek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research of development). 3 ditinjau dari pendekatan yang digunakan penelitian yang digunakan dapat

1

S. Margono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005) hal 57 2

Ibid, hal 65 3

Sugiyomo, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alvabeta CV, 2015) hal 4


(67)

dibedakan menjadi dua macam, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, yakni sebuah penelitian yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran data dan penampilan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel. 4

Data yang terkumpul dalam penelitian ini yaitu diambil dari hasil wawancara guru PAI dan hasil dari angket siswa, sehingga angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian yang kemudian dianalisis menggunakan metode statistik.

Secara umum penelitian kuantitatif dapat digolongkan menjadi dua jenis penelitian yang berbeda yaitu penelitian korelasional dan penelitian ekperimental. Penelitian ini merupakan peneltian korelasional karena bertujuan untuk melihat keterkaitan dua variabel, yaitu kompetensi guru PAI dengan karakter siswa kelas VII di SMP AL-ISLAM KRIAN.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi yang mengatur letak penelitian agar memperoleh data yang valid dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini secara garis besar rancangannya sebagai berikut :

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 270.


(68)

a. Tahap pertama menentuka sampel sampel diambil berdasarkan pertimbangan jumlah populasi dan seluruh siswa kelas VII SMP AL-ISLAM KRIAN

b. Selanjutnya tahap kedua penentuan metode pengumpulan data dan instrumen penelitian. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data diantaranya metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket.

c. Berikutnya tahap ketiga yaitu menentukan tekhnik analisis dan analisis yang dipakai adalah Regresi Linier Sederhana.

Dalam mengadakan penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan sebagai berikut:

a. Peneliti mengadakan observasi lapangan guna mendapatkan data yang sebenarnya tentang subyek penelitian.

b. Peneliti membagikan kuesioner atau 2 angket yaitu angket kompetensi guru PAI dan angket karakter siswa yang dibagikan kepada peserta didik untuk mengetahui kompetensi Guru PAI dan karakter siswa di SMP AL-ISLAM KRIAN serta berbagai faktor lain yang terkait.

c. Pemberian nilai atau value terhadap hasil dari kuisoner dengan harapan untuk memudahkan peneliti dalam pengkajiannya. d. Wawancara dilakukan guna mendapatkan data tambahan tentang

bagaimana Kompetensi Guru PAI dan karakter siswa di SMP AL-ISLAM KRIAN kepada Waka Kurikulum dan Guru PAI


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan oleh penulis, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Penguasaan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam di SMP AL-ISLAM Krian termasuk dalam kategori “baik”. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai rata-rata kompetensi guru PAI sebesar 72% terletak diantara prosentase 50% – 74% .

2. Karakter siswa yang berada di SMP AL-ISLAM Krian termasuk dalam kategori “Sangat baik”. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai rata-rata karakter siswa sebesar 88% terletak pada interval 75% - 100% .

3. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penguasaan Kompetesni Guru terhadap karakter siswa di SMP AL-ISLAM Krian memiliki korelasi. Hal ini ditunjukkan dari hasil R Square sebesar 0,756 sisanya sebesar 25% dipengaruhi oleh variabel lainnya. R Square berkisar dalam rentang antara 0 sampai 1, semakin besar harga R Square maka semakin kuat hubungan kedua variabel dan dari tabel Correlation dapat diketahuikompetensi guru memiliki hubungan atau pengaruh yang kuat atau tinggi terhadap karakter siswa

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru


(2)

148

Guru disarankan meningkatkan kompetensi professional dengan cara menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu dan mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif, dan menggunakan model dan metode pembelajaran yang lebih bervariasi.

b. Kompetensi Pedagogik

Guru disarankan meningkatkan kompetensi pedagogik dengan cara mengenali karakteristik peserta didik dan menguasai teori belajar, sehingga guru memiliki kemampuan mengelola pembelajaran yang lebih baik.

c. Kompetensi Kepribadian

Guru disarankan meningkatkan kompetensi kepribadian dengan cara menjadi pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, sehingga memiliki pribadi yang mantap dan bijaksana.

d. Kompetensi Sosial

Guru disarankan meningkatkan kompetensi sosial dengan cara menjalin komunikasi dan interaksi kepada siswa, sesama guru, kepala sekolah, orang tua/ wali dan masyarakat sekitar.

Dengan memperhatikan cara-cara di atas diharapkan guru memiliki kompetensi mengajar yang lebih baik, sehingga dalam penyampaian materi di kelas dapat diterima siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan maksimal.


(3)

149

2.Bagi Sekolah

Sekolah disarankan untuk menambah dan melengkapi segala fasilitas belajar yang diperlukan para siswa. Sekolah juga disaran kan memiliki peraturan dan sangsi yang tegas apabila sisiwa melanggar peraturan sekolah.

3.Bagi Siswa

Siswa disarankan untuk meningkatkan karakter yang baik, seperti saling menolong, bekerja bersama teman, saling menghormati guru, dan sebagainya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta : Kanisius, 1994)

Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter,( Yogyakarta, Pustaka Pelajar).

Asef Umar Fahruddin, Menjadi Guru Faforit, (Jogjakarta : DIVA Press, 2012)

Cece Wijaya dan Tabrani Ruslan, Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Rosda Karya, 2005)

Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Tanjung Mas Inti, 2000)

Desmita, Psikologi perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2014)

Dyah Rahmayanti, Waka Kurikulum SMP AL-ISLAM KRIAN, wawancara pribadi, Sidoarjo, 30 Januari 2017

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007).

Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005)

http://kompetensi.info/kompetensi-guru/empat-kompetensi-guru.html diaksespada tanggal 3 Januari 2017

http://kompetensi.info/kompetensi-guru/empat-kompetensi-guru.html diaksespada tanggal 3 Januari 2017

http://kompetensi.info/kompetensi-guru/empat-kompetensi-guru.htmldiakses pada tanggal 3 Januari 2017

http://voice-teacher.blogspot.co.id/2016/07/10-masalah-yang-dihadapi-gur dalam html diakses pada tanggal 26 Januari 2017

http://www.eurekapendidikan.com/2015/01/definisi-murid-siswa-dan-peserta-didik html diakses tanggal 5 Januari 2017

https://menurutpengertian.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-karakter-siswa menurut-ahli html, diakses pada tanggal 11 Januari 2017


(5)

Ine I Amirman & Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)

Iwah Wahyudi, Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru, (Jakarta : Prestasi Pustaka Raya,2012)

Janawi, Kompetensi Guru Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012)

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta : Rajawali Press,2010)

Marzuki, Metode Reseach, ( Yogyakarta : BPE UII, 2007)

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia, 2003) cet Ke-5

Muh Tahir, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan, (Makasar: Universitas Muhamadiyah Makasar, 2011)

Musfiqon, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012)

Nasution, Dedaktik Asas – asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 2009) Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013)

Oemar Hamalik, Guruan Guru, Konsep Dan Strategi, (Bandung: Mandar Maju, 2005)

Piet. A. Sohertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Ofseet, 1994) Prof Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta,1999)

Retno Listiyarti, Pendidikan Karakter Melalui Metode Aktif, Inovatif, dan Kreati, (Jakarta : Esensi Airlangga Group,2012)

Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009)

S. Margono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005)

Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta : Kanisius, 1994)

Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011).

Sofan Amri, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, (Jakarta :


(6)

Sugiyomo, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alvabeta CV, 2015)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993)

Sumadi Suyabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : raja Grafindo Persada, 1995)

Suyadi, Strategi Pembelajaran Karakter, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013)

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 2012)

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009)

Usmah, Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990).

Wiji suwarno, Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta: Ar-ruzz media group,2009)

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi Standar proses pendidikan, (Jakarta: Kencana prenada media, 2011).

Wiwik Sri Kusmilah , Guru PAI SMP Al-Islam Krian, wawancara pribadi, Sidoarjo, 30 Januari 2017