Peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca al-qur'an siswa di SMP Islam al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

(1)

i

belajar para siswa dibandingkan dengan beberapa sumber belajar lainnya. Dalam skripsi ini peran utama seorang guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an adalah sebagai motivator, fasilitator, dan evaluator bagi para siswanya karena itu seorang guru menjadi ujung tombak bagi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Tugas dan tanggung jawab seorang guru PAI tidak hanya hadir untuk menyampaikan materi pelajaran didepan kelas, tetapi juga dapat mengetahui apa saja kendala yang dialami siswa sehingga siswa menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, dengan adanya peran guru tersebut diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa.

Begitu banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar agama khususnya dalam belajar membaca Al-Qur’an, namun kesulitan ini belum diketahui secara pasti faktor penyebab yang menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini membuat penulis untuk melahirkan suatu rumusan masalah yaitu, kesulitan apa saja yang ditemui siswa dalam membaca Al-Qur’an, bagaimana cara mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an tersebut dan bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Islam Al-Ikhlas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi 272 yaitu 41 orang dengan ketentuan penarikan sampel yaitu random sampling.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif analisis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Dengan metode ini diharapkan memperoleh data-data yang konkrit dan sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksaan penelitian yang dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Peran guru PAI dalam pembelajaran Al-Qur’an sangat penting bagi siswa yang menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, karena dengan adanya peran guru seperti memberikan bimbingan, motivasi dan evaluasi dapat merangsang siswa agar dapat membaca Al-Qur’an lebih baik, sedangkan kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an disebabkan oleh faktor intern atau dari dalam diri siswa itu sendiri dan ekstern. Faktor intern meliputi, kurangnya semangat siswa untuk mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an di rumah, kurang membaca Al-Qur’an di rumah dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid dan jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru al-Qur’an, sedangkan faktor ekstern meliputi, kurangnya motivasi dan perhatian dari kedua orang tua, kurang mendapatkan pendidikan agama sebelumnya baik pendidikan formal maupun non formal.


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S,Pd.i)

Oleh HANIFAH NIM: 105011000139

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

(4)

(5)

(6)

i

belajar para siswa dibandingkan dengan beberapa sumber belajar lainnya. Dalam skripsi ini peran utama seorang guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an adalah sebagai motivator, fasilitator, dan evaluator bagi para siswanya karena itu seorang guru menjadi ujung tombak bagi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Tugas dan tanggung jawab seorang guru PAI tidak hanya hadir untuk menyampaikan materi pelajaran didepan kelas, tetapi juga dapat mengetahui apa saja kendala yang dialami siswa sehingga siswa menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, dengan adanya peran guru tersebut diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa.

Begitu banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar agama khususnya dalam belajar membaca Al-Qur’an, namun kesulitan ini belum diketahui secara pasti faktor penyebab yang menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini membuat penulis untuk melahirkan suatu rumusan masalah yaitu, kesulitan apa saja yang ditemui siswa dalam membaca Al-Qur’an, bagaimana cara mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an tersebut dan bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Islam Al-Ikhlas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi 272 yaitu 41 orang dengan ketentuan penarikan sampel yaitu random sampling.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif analisis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Dengan metode ini diharapkan memperoleh data-data yang konkrit dan sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksaan penelitian yang dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Peran guru PAI dalam pembelajaran Al-Qur’an sangat penting bagi siswa yang menemui kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, karena dengan adanya peran guru seperti memberikan bimbingan, motivasi dan evaluasi dapat merangsang siswa agar dapat membaca Al-Qur’an lebih baik, sedangkan kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an disebabkan oleh faktor intern atau dari dalam diri siswa itu sendiri dan ekstern. Faktor intern meliputi, kurangnya semangat siswa untuk mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an di rumah, kurang membaca Al-Qur’an di rumah dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid dan jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru al-Qur’an, sedangkan faktor ekstern meliputi, kurangnya motivasi dan perhatian dari kedua orang tua, kurang mendapatkan pendidikan agama sebelumnya baik pendidikan formal maupun non formal.


(7)

ii

Dengan mengucap Alhamdulillahhirobbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah semata, yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua. Atas Rahmat, Taufik dan Hidayah serta izin Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan” ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, masih jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari banyak pihak, baik berupa motivasi, izin, pikiran, tenaga, dana dan lainnya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Dra. Hj. Eri Rosatria, M. Ag, yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen Akademik, Bapak DR. Zaimuddin M.Ag yang telah memberikan bimbingan dan arahannya dalam penulisan skripsi ini. 5. Staf PU dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Kepala sekolah SMP Islam Al-Ikhlas, Bapak H. Prasetyo dan Stafnya,

yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian.

7. Kedua orang tua yang tercinta dan penulis banggakan, Ayahanda (H. Umar Ardawi) dan ibunda (Hj. Mariam), yang tidak pernah


(8)

henti-iii

menanyakan kapan lulus, merupakan suatu motivasi untuk penulis agar terus berjuang demi mencapai apa yang diharapkan.

9. Abie Andi Yanuarsyah yang telah meluangkan waktu dan tenaganya demi membantu terselesaikannya skripsi ini, serta teman-temanku, Candra, Rosyidin, Asep, Lia, Sikho, Ela, Ozy, Maya, Reka, Yani dan seluruh PAI kelas D 2005. Terimakasih atas motivasinya semoga tali siraturrahmi diantara kita selalu terjaga. Amin…

Dipenghujung tulisan ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemempuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Dengan penuh kesadaran dengan segala kekurangan dalam kata-kata di dalam penulisan, kaidah-kaidah dan lain sebagainya, penulis mohon maaf kepada pembaca umumnya. Penulis mohon saran dan kritiknya yang membangun dalam rangka membimbing penulis untuk mengenali cara penulisan seperti apa yang benar dan lain sebagainya. Semoga dari partisipasi pembaca, penulis bisa belajar dari kesalahan.

Penulis mengucapkan terimakasih, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah diberikan mereka semua, dan mudah-mudahan karya ini, bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembacanya.

Jakarta, 30 Maret 2011


(9)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ... 1

A. Identifikasi Masalah ... 5

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORETIK A.Membaca Al-Qur’an ... 7

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an ... 7

2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ... 9

3. Adab Membaca Al-Qur’an ... 12

B.Adab Pengajar dan Pelajar Al-Qur’an ... 15

1. Adab Pengajar Al-Qur’an ... 15

2. Adab Pelajar Al-Qur’an ... 17

C.Problematika dalam Membaca Al-Qur’an ... 19

1. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an ... 19

a. Faktor-faktor Kesulitan Membaca Al-Qur’an ... 19

b. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an ... 23


(10)

v

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ke-

mampuan Siswa Dalam Membaca Al-Qur’an 27

4. Metode Belajar Membaca Al-Qur’an ... 28

D.Peran dan Tugas Guru PAI ... 35

1. Pengertian Guru PAI ... 35

2. Peran Guru PAI ... 36

3. Tugas Guru PAI ... 40

4. Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum SMPI Al-Ikhlas ... 52

1. Visi dan Misi ... 52

2. Keadaan Guru, karyawan dan Siswa ... 53

3. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 55

4. Prestasi Siswa ... 58

B.Pengolahan dan Analisis Data ... 59

C.Interpretasi Data ... 80


(11)

vi

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

vii

Tabel 2 Keadaan guru, karyawan dan siswa SMP I

Al-Ikhlas ... 54

Tabel 3 Sarana ... 55

Tabel 4 Prasarana SMP Islam Al-Ikhlas ... 57

Tabel 5 Prestasi Siswa SMP Islam Al-Ikhlas ... 59

Tabel 6 Guru PAI memberikan bantuan kepada siswa kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an ... 60

Tabel 7 Guru PAI memberikan bimbingan dalam mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan bacaan yang benar ... 61

Tabel 8 Guru PAI mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan fasih ... 62

Tabel 9 Guru PAI menganjurkan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran di rumah ... 62

Tabel 10 Guru PAI memberikan pujian kepada siswa yang memperoleh nilai baik ... 63

Tabel 11 Guru PAI memberikan hadiah kepada siswa yang baik dalam membaca Al-Qur’an ... 63

Tabel 12 Guru Al-Qur’an memberikan dorongan untuk belajar Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh ... 64

Tabel 13 Guru memerintahkan siswa untuk membaca Al-Qur’an setiap hari ... 65

Tabel 14 Guru Al-Qur’an memberikan kesempatan kepada siswa untuk melafazkan hukum bacaan tajwid satu persatu ... 65

Tabel 15 Guru Al-Qur’an menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran Al-Qur’an ... 66


(13)

viii

Tabel 17 Guru Al-Qur’an memberikan sanksi jika siswa tidak mengerjakan tugas ... 67 Tabel 18 Guru Al-Qur’an bertanya kepada siswa tentang

materi yang sudah diajarkan sebelum memulai

pelajaran ... 68 Tabel 19 Guru Al-Qur’an memberikan tugas kepada siswa

setelah kegiatan belajar mengajar selesai ... 68 Tabel 20 Guru Al-Qur’an memberikan penilaian dalam

setiap pelajaran Al-Qur’an ... 69 Tabel 21 Guru Al-Qur’an menegur siswa yang jarang hadir 69 Tabel 22 Guru Al-Qur’an memberikan tugas yang bervariasi

tiap siswa ... 70 Tabel 23 Guru Al-Qur’an menggunakan media belajar

untuk memperjelas penyampaian materi ... 70 Tabel 24 Penggunaan media dalam belajar Al-Qur’an ... 71 Tabel 25 Siswa membaca Al-Qur’an setiap hari di rumah 72 Tabel 26 Setiap membaca Al-Qur’an siswa membacanya

dengan tartil ... 72 Tabel 27 Siswa senang mengikuti pelajaran Al-Qur’an .... 73 Tabel 28 Siswa menemui kesulitan dalam mempelajari ilmu

tajwid (hukum bacaan izhar dan ikhfa ... 73 Table 29 Siswa menemui kesulitan dalam membedakan

lafadz huruf أ dengan ع ... 75 Tabel 30 Siswa menemui kesulitan dalam melafalkan

hukum bacaan Iqlab ... 76 Tabel 31 Siswa menemui kesulitan tentang perbedaan

hukum bacaan idghom bigunnah dengan idghom bilagunnah ... 76 Tabel 32 Orang tua membimbing siswa dalam belajar


(14)

ix

belajar membaca Al-Qur’an dengan sungguh-

sungguh ... 78 Tabel 34 Setelah siswa faham tentang ilmu tajwid, minat

siswa semakin bertambah untuk terus belajar

membaca Al-Qur’an ... 78 Tabel 35 Siswa senang mendengarkan penjelasan dari

guru Al-Qur’an tentang pelajaran ilmu tajwid .... 79 Tabel 36 Siswa mengulang kembali pelajaran Al-Qur’an

yang sudah dipelajari di sekolah ... 79 Tabel 37 Siswa senang mengerjakan tugas yang diberikan


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah pegangan atau pedoman yang paling pertama bagi umat Islam karena Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang memuat seluruh aspek kehidupan berupa akidah, ibadah, akhlak, sejarah dan sosial.

Ajaran Islam dapat dilaksanakan dengan baik oleh seseorang muslim apabila muslim tersebut bisa memahami kandungan ajaran yang terdapat dalam kitab sucinya, yaitu Al-Qur’an dan sunnah Rasul dan hal ini adalah wajib bagi setiap muslim untuk belajar dan mengajarkan ilmunya.

Sebagai kitab suci umat Islam, Al-Qur’an telah lama mendapatkan perhatian khusus dari kaum muslimin di seluruh dunia. Sejak dini anak-anak mereka telah diperkenalkan kepada Al-Qur’an dengan cara meminta kepada para guru atau pengajar Al-Qur’an agar berkenan mengajarkan Al-Qur’an. Dalam hal ini Nabi saw. bersabda:

Didiklah anak-anak kamu pada tiga hal: mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya dan membaca Al-Qur’an. Sebab orang-orang yang ahli Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya dan orang-orang yang suci ”.(HR. Thabrani)


(16)

Dalam buku yang di tulis oleh Abdullah Nasih Ulwan yang berjudul pendidikan anak dalam Islam telah menjelaskan beberapa pernyataan yang dilontarkan oleh para ulama pendidikan Islam tentang kewajiban mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak; antara lain:

Sa’ad bin Abi Waqash r.a, berkata: Kami mengajar anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah saw. Sebagaimana kami mengajarkan surah Al-Qur’an kepada mereka.

Ibn Khaldun, di dalam Mukaddimahnya, mengisyaratkan akan pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur’an kepada anak -anak. Ia juga menjelaskan bahwa pengajaran Al-Qur’an merupakan dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di berbagai Negara Islam. Sebab, Al-Qur’an salah satu syi’ar agama yang dapat menguatkan akidah dan keimanan.

Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat agar seorang anak semenjak kecil sudah mulai diajari Al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al-Qur’an serta tertanam di dalam hati mereka ajaran-ajaran tentang iman.1

Dalam ajaran Islam, telah menempatkan budaya membaca pada posisi yang penting dan mulia, lebih-lebih dengan perintah membaca Al-Qur’an yang dilakukan semata-mata karena Allah (niat beribadah kepada Allah), maka tiada balasan yang setimpal kecuali balasan pahala. Seruan untuk membaca Al-Qur’an termaktub dalam firman Allah yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam surat Al-„Alaq ayat 1-5.































































“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa membaca sangat besar perannya dalam membentuk suatu masyarakat yang berpendidikan dan berperadaban.

1

Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),


(17)

Dalam kehidupan manusia, membaca merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar diawali dari hal membaca, karena dengan membaca, manusia dapat mengetahui apa yang belum diketahuinya dan mendapatkan sedikit ilmu baik pengetahuan umum atau pun pengetahuan agama.

Kemampuan membaca Al-Qur’an merupakan hal yang sangat penting dan urgen dikalangan umat Islam, dalam pengajaran Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran Al-Qur’an anak-anak hanya belajar huruf-huruf dan kata-kata yang mereka tidak pahami artinya. Apalagi umumnya anak-anak hanya belajar membaca, tidak menuliskannya. Mereka belajar kata-kata mati, mereka belajar simbol huruf (bunyi) dan kata yang tidak ada wujudnya bagi mereka. Mereka belajar bahasa yang tidak praktis dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin dapat mempersulit dan memperlambat berhasilnya pengajaran Al-Qur’an itu. Meskipun demikian, anak (orang) Islam mesti belajar membaca Al-Qur’an, karena kepandaian membaca Al-Qur’an itu merupakan kebutuhan sehari-hari bagi kehidupan seorang muslim dalam pengalaman ajaran agamanya.

Setiap sholat (minimal lima kali sehari semalam) mereka wajib membaca (hafal) ayat Al-Qur’an walaupun hafalannya itu tidak dicapai dengan melalui belajar membaca, namun membaca Al-Qur’an merupakan suatu ilmu (kepandaian) yang berguna dan seharusnya ada pada setiap umat Islam dalam rangka ibadat dan syi’ar agamanya.2

Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kemampuan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajar. Kemampuan membaca Al-Qur’an dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah minat. Siswa yang mempunyai minat yang tinggi dalam belajar Al-Qur’an akan senantiasa berusaha untuk mengatasi segala hambatan dan tangtangan.

2

Zakiyah Daradjat, dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam… (Jakarta: Bumi


(18)

Tidak menafikkan hahwa ada umat Islam yang masih komitmen dan konsisten terhadap Al-Qur’an, namun ada juga yang menjadikan Al-Qur’an tidak lebihnya sebagai nyanyian yang disuarakan dan dibacakan dengan merdu, bahkan diperlombakan atau dijadikannya sebagai sarana mencari kehidupan dunia dengan menjualnya dengan harga murah.

Kenyataan ini pun berimplikasi juga dikalangan pelajar dalam dunia pendidikan formal, yang merasa enggan atau malas untuk membaca Al-Qur’an. Ketika dilembaga sekolah, khususnya bernuansakan Islam, baik dari tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi, maka mereka wajib diberikan pelajaran mengenai pendidikan Al-Qur’an sebagai tuntunan bagi kehidupan, karena Al-Qur’an merupakan salah satu bagian dari rukun yang wajib diamalkan.

Di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete, sebagai akibat dari otonomi daerah yang berimplikasi juga terhadap otonomi pendidikan, maka pihak pengelola yayasan mengambil suatu kebijakan yaitu membahas masalah Al-Qur’an dengan menjadikannya sebagai salah satu bidang studi.

Bidang studi Al-Qur’an ini dilaksanakan supaya lebih menambah dan mengembangkan pengetahuan siswa-siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu agama yang dirasakan sedikit sekali waktu belajar pendidikan agama, apalagi mayoritas siswa yang ada di SMP Islam Al-Ikhlas ini berlatar belakang dari sekolah umum. Oleh sebab itu dalam pengajaran agama Islam di sekolah banyak sekali problem yang dihadapi guru PAI, khususnya dalam membaca Al-Qur’an. Siswa yang berasal dari sekolah dasar memasuki sekolah yang berbasis Islam yakni SMP Islam atau Madrasah, mungkin pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperolehnya dalam membaca Al-Qur’an sangat minim.

Adapun diantara kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam membaca Al-Qur’an adalah dalam pengucapan makharijul huruf, pemahaman ilmu tajwid yang masih kurang, serta kelancaran membaca Al-Qur’an yang masih terbata-bata.


(19)

Dengan dasar itulah, pihak sekolah merasa perlu menambah jam pelajaran khusus untuk bidang studi Al-Qur’an yang diharapkan berpengaruh bagi siswa-siswinya dalam upaya mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an, baik ketika belajar di sekolah maupun diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk merealisasikan semua itu tentu tidak mudah, maka terlebih dahulu perlu diperhatikan oleh setiap pendidik bahwa dalam kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan faktor kesulitan membaca, yang merupakan salah satu dari sekian banyak faktor penghambat dari proses belajar.

Melihat fenomena yang ada di SMP Islam Al-Ikhlas, penulis merasa tertarik untuk meneliti fenomena di atas dan dituangkan dalam sebuah judul, yaitu: “Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an di SMP Islam Al-Ikhlas.

2. Kurangnya pemahaman siswa tentang ilmu tajwid. 3. Metode mengajar yang kurang menarik.

4. Kurangnya jam pelajaran di sekolah untuk belajar Al-Qur’an, sehingga tidak dapat memberikan semua materi yang harus disampaikan.

5. Kurangnya motivasi dari keluarga khususnya orang tua. 6. Latar belakang pendidikan yang berbeda.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam penelitian ini diperlukan pembatasan masalah, sehingga diharapkan pembahasan ini tidak meluas. Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca Al-Qur’an. 2. Metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an.


(20)

3. Peran yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan siswa membaca Al-Qur’an.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis rumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:

1. Kesulitan apa saja yang ditemui siswa SMPI Al-Ikhlas dalam membaca Al-Qur’an?

2. Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesulitan siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di SMP Islam Al-Ikhlas.

F. Manfaat Penelitian

1. Dapat dijadikan acuan oleh para guru maupun calon guru agar dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran Al-Qur’an.

2. Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas PAI di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete.


(21)

7

BAB II

LANDASAN TEORETIK

A. Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa membaca adalah, “Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis”.1 Sedangkan menurut Bamberger sebagaimana dikutip oleh Imam Siregar dalam jurnal PENAMAS membaca adalah, “Suatu proses kognitif sekaligus kebahasaan”.2 Selanjutnya dia menjelaskan bahwa secara kognitif, membaca adalah “Proses mentrasformasikan simbol-simbol grafis ke dalam konsep-konsep intelektual, sedangkan dari segi proses kebahasaan, membaca adalah satu sarana efektif pengembangan kemampuan berbahasa dan kepribadian”.3

Dengan kata lain membaca berarti berbuat atau melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan atau perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pesan atau informasi yang berbentuk teks atau tulisan.

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata Arab qara’a- yaqra’u- qira’atan- qur’anan, yang berarti bacaan atau hal membaca.4 Sedangkan secara terminologi, para ahli mengemukakan pengertian yang berbeda-beda.

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.

ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 83

2 Imam Siregar, “

Kemampuan Membaca dan Memahami Al-Qur’an”, dalam PENAMAS,

Vol. XXII, No. I, Januari-April 2009, h. 37 3

Ibid…h. 37

4

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990),


(22)

Imam Fakhlur Razi dan Syeikh Mahmud Syaltut, menyatakan: “Al-Qur’an adalah lafal Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang diturunkan kepada kita secara mutawattir”.

Sedangkan DR. Abdul Wahab Khallaf, mendefinisikan Al-Qur’an dengan: Kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril (Ar-Ruh Al-Amin) ke dalam hati Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab serta makna-makna yang benar untuk dijadikan hujjah (argumentasi) dalam pengakuannya sebagai Rasul dan dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, dimana mereka mendapatkan petunjuk dari pada-Nya di samping merupakan amal ibadah bagi kaum Muslimin yang membacanya.5

Menurut M. Samsul Ulum dalam bukunya yang berjudul Menangkap Cahaya Al-Qur’an “Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Saw. untuk semua manusia yang hidup sejak Nabi Muhammad diutus menjadi rasul sampai manusia yang hidup di akhir zaman”.6 Sedangkan menurut Manna al-Qaththan, Al-Qur’an adalah “Firman Allah (kalamullah) yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang membacanya menjadi suatu ibadah”.7

Lebih lanjut Totok Jumantoro menyimpulkan pengertian Al-Qur’an sebagai berikut: Wahyu atau firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan malaikat Jibril, atau dengan cara lain, dengan menggunakan bahasa Arab untuk pedoman dan perunjuk bagi manusia, dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw. yang terbesar, yang diterima oleh umat Islam secara mutawattir, dan dinilai ibadah bagi orang yang membacanya.8

Dari pengertian membaca Al-Qur’an di atas penulis dapat simpulkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesan dan pesan dari sebuah ajaran Ilahi dan sudah berbentuk kitab yang merupakan ibadah bagi orang yang membacanya, karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu

5

Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Amzah,

2009), Cet. Ke-2, h. 8. 6

M. Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur’an, (Malang: PT. UIN Malang Press,

2007),…h. 2. 7

Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Islam Al-Qur’an, Terj. dari Mahabits Fi ‘Ulum

Al-Qur’an, oleh Aunur Rafiq el- Mazni, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), Cet. Ke-4, h. 18. 8


(23)

Muhammad Saw dan sebagai pedoman serta petunjuk bagi manusia kepada jalan yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia dan di akhirat.

2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Bagi umat Islam, Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki keistimewaan luar biasa yang telah diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW baik di dunia maupun di akhirat. Membaca Al-Qur’an tidaklah sama dengan membaca buku-buku lainnya, karena dengan membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami dan mengamalkannya akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik dan kepada Al-Qur’anlah semua kehidupan umat Islam dirujukan. Oleh karena itu, setiap orang Islam harus membacanya supaya bisa memahami isinya kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk memompa semangat belajar membaca Al-Qur’an, sangat penting mengetahui fadilah (keutamaan) membaca Al-Qur’an. Diantaranya yaitu;

Irfan Abdul „Azhim dalam bukunya yang berjudul Agar Bacaan Al-Qur’an Anda Tidak Sia-sia menjelaskan bahwa “Orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapat banyak kebaikan di dunia dan di akhirat, hidupnya dinamis, penuh gairah, jauh dari duka dan dekat Yang Maha Kuasa”.9 Hal ini terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari „Utsman bin „Affan RA, ia berkata:

Rasulullah bersabda: paling baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.

Kandungan dari hadits tersebut menegaskan bahwa orang yang belajar Al-Qur’an dan setelah mampu, maka mengajarkannya kepada orang lain adalah orang yang terbaik, yaitu orang yang mendapat banyak kebaikan di dunia dan di akhiratnya.

9Irfan Abdul „Azhim,

Agar Bacaan Al-Qur’an Anda Tidak Sia-sia, (Solo: PT. Pustaka Iltizam, 2009), Cet Ke-I, h. 92-93


(24)

Selanjutnya Ahmad Syarifuddin menjelaskan bahwa “Membaca Al–Qur’an merupakan obat (terapi) jiwa yang gundah”.10 Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa “Membaca Al-Qur’an bukan saja amal ibadah, namun bisa juga menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tentram dan sebagainya”.11 Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’: 82, yang berbunyi:







...

"Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” .

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi hati, mereka menyatakan bahwa ”Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu obat hati yaitu dengan cara membacanya secara khusyu’ seraya merenungkan makna kandungannya disamping lima hal yang lain, yaitu berteman dengan orang shaleh, dzikir di waktu sunyi, shalat malam, dan puasa”. 12

Sedangkan pendapat Rochman Na’im, dalam bukunya yang berjudul “Bacalah Al-Qur’an Jangan Hijrah Darinya”, beliau menjelaskan beberapa keutamaan orang yang membaca Al-Qur’an diantaranya yaitu;

1. Dapat mensucikan atau membersihkan hati. Hal ini terdapat dalam hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi:

“Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya qalbu itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Kemudian Rasulullah ditanya: Wahai Rasulullah apa yang membuatnya menjadi terang. Rasulullah menjawab: membaca Al-Qur’an dan mengingat mati”.13

10

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an,

(Jakarta: Gema Insani, 2006), Cet ke-3, h. 47 11

Ibid…h. 47

12

Ibid…h. 48

13

Rochman Naim, Bacalah Al-Qur’an Jangan Hijrah Darinya, (Bogor: PT. Cahaya Ilmu,


(25)

2. Keimanannya akan bertambah dalam qalbunya sehingga ia tidak akan mudah terguncang apalagi rubuh. Diriwayatkan oleh Ibnu „Abbas RA, ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya orang yang tidak ada dalam ruang tubuhnya sesuatu dari Al-Qur’an bagaikan rumah yang rubuh”. 3. Akan mendapat pahala dari Allah dan akan bersama para malaikat yang

mulia dan taat kepada Allah. Dalam Hadits yang diriwayatkan dari „Aisyah RA, ia berkata:

“Rasulullah saw bersabda: “orang yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir (pintar) dalam membacanya akan bersama malaikat yang mulia dan taat. Dan orang yang membaca Al-Qur’an dan dia terbata-bata dan menghadapi kesulitan dalam membacanya maka baginya dua pahala”. 4. Akan mendapatkan syafa’at di akhirat kelak. Sebagaimana dalam hadits

dari Umamah RA, ia berkata:

“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “bacalah oleh kamu sekalian Al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada yang membacanya”.

5. Akan diberi ganjaran oleh Allah sepuluh kebaikan. Diriwayatkan dari „Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang sama. Tidaklah aku berkata alif lam mim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.14

Demikianlah keutamaan orang yang membaca Al-Qur’an, selalu mempunyai nilai lebih bagi orang-orang yang membacanya, baik di dunia

14

Rochman Naim, Bacalah Al-Qur’an Jangan Hijrah Darinya, (Bogor: PT. Cahaya Ilmu,


(26)

maupun di akhirat. Begitu mulianya Al-Qur’an sehingga Orang yang membaca Al-Qur’an secara terbata-bata saja akan mendapatkan dua pahala, yaitu pahala terbata-batanya dan pahala membacanya. Apalagi orang yang pintar membaca Al-Qur’an, akan bersama para malaikat yang mulia dan taat.

3. Adab Membaca Al-Qur’an

Seperti telah disinggung diatas bahwa membaca Al-Qur’an tidaklah sama dengan membaca sebuah buku, majalah, surat kabar dan semacamnya, ada adab dan tata cara tertentu yang mesti dilakukan agar si pembaca bukan hanya mampu membaca, tetapi harus mampu memahami dan menyelami ke dalam makna ayat-ayatnya dengan baik dan benar, walaupun sekedar membacanya saja sudah mendapat pahala. Oleh sebab itu dianjurkan bagi orang yang membaca Al-Qur’an memperhatikan adab-adab membaca Al-Qur’an; diantaranya yaitu:

Syaikh Manna’ Al-Qaththan menerangkan dalam bukunya Mahabits Fi ‘Ulum Al-Qur’an yang diterjemahkan oleh Aunur Rafiq el- Mazni bahwa adab membaca Al-Qur’an sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur’an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama, dan bersiwak sebelum memulai membaca.

2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca Al-Qur’an.

3. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hormat, dan membaca ta’awudz pada permulaannya serta membaca basmalah pada permulaan setiap surah.

4. Membacanya dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan jelas serta memberikan hak setiap huruf. Seperti membaca mad dan idghom. 5. Membaguskan suara dengan membaca Al-Qur’an dan mengeraskan bacaan

Al-Qur’an, karena membacanya dengan suara jahar (keras) lebih utama. 6. Membaca Al-Qur’an dengan melihat langsung kepada mushaf dan

membacanya dengan hafalan.15

Sedangkan Sirojuddin SA menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin As-Syuyuthi dalam buku Al-Itqan fi Ulumi Al-Qur’an bahwa adab membaca Al-Qur’an antara lain sebagai berikut:

15

Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Islam Al-Qur’an, Terj. dari Mahabits Fi ‘Ulum Al


(27)

1. Disunnahkan membaca Al-Qur’an di tempat yang suci dan bersih. Dan tempat yang paling baik adalah masjid.

2. Disunnahkan menggosok gigi terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an.

3. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan duduk tenang dan kepala ditundukkan.

4. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dengan suara merdu dan indah dengan tetap memlihara kaidah-kaidah ilmu tajwid.

5. Membaca Al-Qur’an tidak boleh dipotong-potong oleh pembicaraan apapun.

6. Tidak dibolehkan membaca Al-Qur’an dengan bahasa selain bahasa Arab, baik dalam sholat maupun diluar sholat.

7. Disunnahkan sujud tilawah ketika membaca ayat-ayat sajadah.

8. Setelah khatam Al-Qur’an disunnahkan berdoa yang dimulai dengan hamdallah, sholawat, dan istighfar.16

Lebih lanjut Sirajuddin SA menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh Ismael Tekan, dalam buku Tajwid Al-Qur’an Al-Karim, bahwa adab membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Tiap-tiap selesai membaca Al-Qur’an, hendaklah diakhiri dengan membaca:

Maha Benar Allah Yang Maha Agung. Dan telah menyampaikan Rasul-Nya yang tercinta lagi mulia. Dan kami termasuk orang-orang yang menjadi saksi dan bersyukur terhadap yang demikian itu. Dan segala puji bagi Allah semesta alam”.

2. Setelah selesai membaca Al-Qur’an hendaklah diletakkan pada tempat yang bersih dan tertinggi dari buku-buku lain.

3. Jangan menjulurkan kaki ke arah Al-Qur’an, karena termasuk penghinaan dan berdosa.17

Menurut Ahsin W. Alhafidz, dalam bukunya yang berjudul Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, bahwa adab membaca Al-Qur’an ada delapan, yaitu;

16

Sirajuddin SA, 24 Tuntunan Membaca Al-Qur’an dengan Tartil, (Jakarta: PT. Mizan

Publika, 2005), cet, ke-1, h. 139- 140 17


(28)

1. Berwudhu, lebih lanjut dia menjelaskan bahwa membaca Al-Qur’an sesudah berwudhu, termasuk Zikrullah yang paling utama. Rasulullah saw bersabda:

Dari An-Nu’man bin Basyir r.a., bahwa Nabi saw. bersabda:Yang paling utama dari ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.” (HR. Al Baihaqi).18

2. Menbacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini dimaksudkan untuk menjaga keagungan Al-Qur’an.

3. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ :17;





















“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.”

4. Bersiwak sebelum memulai membaca.

5. Membaca ta’awuz sebelum memulai membaca ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:







“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (QS. AN-Nahl/16: 98).

6. Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali surat At-Taubah. 7. Membacanya dengan tartil. Allah berfirman:







Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”. (QS. Al-Muzamil/73: 4).19

8. Tadabbur/Memikirkan Terhadap Ayat-ayat yang Dibacanya. Allah berfirman dalam surat Shaad/38: 29 :







“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.

18

Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,

1994), cet. Ke- 1, h. 32

19 Irfan Abdul „Azhim,


(29)

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dengan membaca seperti itu, artinya penuh perhatian terhadap ayat-ayat yang dibacanya, maka seorang pembaca akan memahami dan respek terhadap ayat-ayat yang sedang dibaca. Dengan demikian, maka seorang pembaca akan membaca „tasbih’ ketika ia bertemu dengan ayat-ayat yang mengandung perintah bertasbih, membaca ta’awudz ketika membaca ayat-ayat yang bernada ancaman , dan lain sebagainya.20 Jadi jelas bahwa tidaklah sama Al-Qur’an dengan buku ensikopedia, kamus, atau buku-buku yang lainnya. Meski zahir-nya sama-sama terbuat dari kertas yang ditulisi tinta dan dicetak serta dijual dipasaran, namun di dalamnya menuntut perlakuan yang berbeda terhadap Al-Qur’an. Seperti adab-adab tersebut yang harus kita lakukan untuk memulai bacaan Al-Qur’an, yaitu apabila ingin membaca Al-Qur’an harus diawali dengan membersihkan diri terlebih dahulu dengan cara berwudhu, bersiwak atau gosok gigi dan sebagainya.

Demikianlah antara lain adab membaca dan menyikapi Al-Qur’an yang terpenting, yang harus kita pelihara demi menjaga kesucian Al-Qur’an menurut arti yang sesungguhnya.

B. Adab Pengajar dan Pelajar Al-Qur’an

Setiap mukmin yang mempercayai Al-Qur’an, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu adalah mempelajarinya dan mengajarkannya. Namun dalam mempelajari dan mengajarkannya memiliki adab masing-masing.

a. Adab Pengajar Al-Qur’an

Dalam melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an, terdapat beberapa ketentuan yang sebaiknya dilalui oleh pembelajar, yaitu guru dan murid. Bagi seorang guru ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengajar Al-Qur’an diantaranya yaitu;

Menurut Abdul Aziz dalam bukunya yang berjudul Bersanding Dengan Al-Qur’an, adab pengajar Al-Qur’an ada 5; diantaranya yaitu:

20


(30)

1. Yang harus diperhatikan oleh pengajar Al-Qur’an adalah niat.

Niat mengajar Al-Qur’an adalah untuk mencari keridhoan Allah SWT. Di dalam Shohihain di sebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan setiap orang tergantung dengan apa yang diniatkan”.21

2. Menghiasi diri dengan akhlak mulia sesuai tuntunan syar’i.

Seyogyanya seorang pengajar Al-Qur’an berakhlak luhur sesuai tuntunan syar’i, menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji, berperilaku yang diridhoi Allah, seperti penuh kekhusyu’an, tenang, berwibawa, dan rendah hati, dan berperilaku lembut terhadap murid.22 Lebih lanjut Imam Nawawi menjelaskan bahwa guru sepatutnya tidak merasa besar diri berhadapan dengan murid-muridnya. Seharusnya dia hendaklah berlembut dan merendahkan diri. Hal ini tertulis dalam hadits Rasulullah SAW:

Berlemah lembutlah terhadap muri-murid kamu dan terhadap guru-guru kamu”.23

3. Suka memberi nasihat.

Seorang guru Al-Qur’an harus ikhlas menasihati para murid yang merupakan bagian dari umat Islam dan pengikut Nabi Muhammad SAW. Yang termasuk bagian dari nasihat bagi Allah dan Kitab-Nya ialah memuliakan murid dan pelajar, menunjuki kepada mereka kemaslahatan, menyikapi dengan lembut, murah hati dalam menuturkan pengajaran dan ramah, bertutur kata lembut serta mendorong mereka giat belajar.24

4. Bersemangat dalam memberikan pengajaran Al-Qur’an.

Seorang pengajar Al-Qur’an haruslah mengajari dan mendidik pelajarnya dengan penuh semangat sehingga dapat memberikan pengaruh kepada para pelajarnya, dan Para guru Al-Qur’an harus berupaya membuat pelajarnya paham. Memberi pengajaran kepada masing-masing anak sesuai dengan kemampuannya. Ia tidak boleh mengajar mereka lebih banyak atau lebih lama, sementara mereka tidak menyanggupinya. Sebaiknya, pengajar tidak boleh mengajar terlalu singkat untuk pelajar yang memerlukan tuntunan pengajaran yang lebih banyak. 25

5. Memuliakan ilmu

21

Abdul Aziz, Bersanding Dengan Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007), Cet

ke- I, h.25-26 22

Ibid...h. 30 23

Imam Nawawi, Adab Pengemban Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Salam SDN. BHD,

1996), Cet ke-I, h. 36 24

Abdul Aziz, Bersanding Dengan Al-Qur’an...h. 31

25


(31)

Di antara adab-adab yang amat perlu diperhatikan adalah ilmu tidak boleh di hina. Termasuk adab yang ditekankan dan diperhatikan adalah tidak merendahkan ilmu dengan pergi ke suatu tempat untuk mengajarkan muridnya disana. Meskipun yang didatangi itu seorang pemimpin atau dibawahnya.26

Sedangkan Imam Nawawi menjelaskan bahwa adab guru dalam mengajar Al-Qur’an ialah guru jangan mendengki para pelajarnya yang cemerlang dan jangan pula terlalu membesar-basarkan nikmat yang diperoleh oleh pelajarnya itu. Karena perasaan dengki terhadap orang lain adalah diharamkan sekeras-kerasnya. Kemudian seorang guru Al-Qur’an hendaklah menjaga tangannya daripada merayau-rayau ketika mengajar, menjaga matanya daripada memandang tanpa ada keperluan.27

b. Adab Pelajar Al-Qur’an

Sedangkan hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar dalam melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an yaitu;

Menurut Abdul Aziz bahwa adab membaca Al-Qur’an bagi seorang pelajar Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Niat untuk mencari keridhoan Allah SWT.

2. Berperilaku tawadhu terhadap guru dan berperilaku sopan

Meskipun gurunya lebih muda, kurang terkenal, tidak berasal dari keluarga terpandang dan yang lainnya; pelajar harus tetap tawadhu’ kepada gurunya, maka dengan sikap tawadhu’ tersebut, ia akan mendapatkan ilmu. Seorang penyair berucap: “Ilmu itu jauh dari murid yang sombong, Bagaikan air (bah) yang menjauhi tempat yang tinggi”.

3. Pelajar harus bersedia menerima nasihat guru

Pelajar yang menerima nasihat dari guru seperti seorang yang sakit yang pintar menerima nasihat dari dokter yang cerdik lagi pemberi nasihat. Maka guru lebih mulia ucapannya daripada dokter.28

4. Semangat dan tekun

Termasuk adab-adab yang penting bagi seorang pelajar adalah semangat menggebu dalam menuntut ilmu, giat dan rajin belajar pada setiap saat yang memungkinkan untuk belajar. Ia tidak boleh merasa puas dengan ilmunya yang sedikit jika masih mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan ilmu

26

Ibid…h. 33

27

Imam Nawawi, Adab Pengemban Al-Qur’an…h. 38

28


(32)

yang banyak. Meskipun demikian, setiap pelajar tidak boleh memaksakan diri untuk mencapai ilmu yang lebih tinggi yang melewati kemampuan dirinya. Sebab boleh jadi hal itu akan menimbulkan kebosanan, bahkan merusak ilmu yang telah dicapainya. Dan hal ini tentunya berbeda-beda, tergantung keadaan dan kondisi pelajar.29

Sedangkan menurut H. Ramlan Mardjoned, bahwa seorang pelajar Al-Qur’an harus mempunyai adab sebagai berikut:

a) Adab terhadap guru

Adab pelajar terhadap guru harus dimulai dengan niat ikhlas untuk belajar dan menimba ilmu dari gurunya, agar mendapatkan kemudahan dalam belajar menulis dan membaca Al-Qur’an untuk diamalkan, yaitu:

- Membaca Ayat Al-Qur’an dengan tartil, memahami pelajaran yang diberikan, disiplin menghapal ayat kemudian mengamalkannya;

- Bersikap sopan dan santun atau hormat dengan akhlakul karimah terhadap guru yang mengajar,.

- Bersikap taat, patuh dan hormat kepada guru, dan senantiasa bekonsultasi kepadanya dalam hal pelajaran dan memperhatikan nasihatnya;

- Bersikap merendahkan suara, agar jangan suara pelajar lebih keras dari gurunya.

b)Disiplin belajar, sikap disiplin belajar bagi pelajar, yaitu;

- Datang ke ruang belajar atau kelas hendaklah secara disiplin, sesuai dengan waktu belajar yang ditetapkan guru.

- Taat pada peraturan yang telah ditetapkan guru atau sekolah. c) Sikap terhadap sahabat

Di dalam pergaulan antar sesama teman atau kawan belajar di ruang kelas hendaknya;

- Saling menebarkan kasih sayang untuk menyambung silaturrahmi dan membina ukhuwah, saling melepaskan senyum tanda persahatan.

- Jangan saling mengejek dan mentertawakan dengan tujuan merendahkan sahabat atau kawan.

- Pelajar jangan saling melihat ke kiri dan kanan atau kebelakang, dengan tujuan menggoda teman dan berbincang-bincang.30

Demikianlah adab-adab yang harus dilaksanakan oleh seorang pengajar (guru) dan pelajar agar ilmu yang diperolehnya bermanfaat. Adab yang paling utama bagi pengajar dan pelajar yaitu niat, apa yang diniatkan haruslah semata-mata karena mencari keridhoan Allah SWT. Dan dari penjelasan di

29

Ibid...h. 40 30

Ramlan Mardjoned, Akhlak Belajar dan Mengajar Al-Qur’an, (Jakarta:


(33)

dalam adab-adab ini juga mengajak kita untuk saling menyayangi sesama manusia (hablum minannas).

Dalam rangka menciptakan iklim yang lebih kondusif dalam interaksi dan juga sebagai pendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, maka bagi seorang murid harus dapat melaksanakan adab-adab tersebut. Begitu pula bagi seorang guru atau pengajar diusahakan agar dapat menyikapi pelajar dengan sikap lembut, bijaksana dan membantunya dalam mendapatkan apa yang mereka cari dan selalu mendorong mereka untuk lebih giat dalam belajar.

C. Problematika dalam Membaca Al-Qur’an

1. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an

Penyebab kesulitan membaca Al-Qur’an dalam bahan penelitian yang dimaksud disini adalah sebagai bentuk problematika yang sering dihadapi oleh siswa dalam membaca Al-Qur’an. Pengetahuan yang diberikan kepada anak didik melalui proses pendidikan disuatu lembaga tidak mudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dimaksud, hal ini disebabkan banyaknya perbedaan potensi yang dibawa anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar, kesulitan dalam belajar ini pula yang dapat mempersulit siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an.

a. Faktor-faktor Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Faktor penyebab kesulitan belajar dalam membaca Al-Qur’an dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:

1. Faktor Intern Siswa, meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa;

b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;


(34)

c. Yang bersifat psikomotorik (ranah rasa), antara lain terganngunya alat-alat indera penglihat dan pendengar.

2. Faktor Ekstern Siswa, melputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar. Faktor ini dapat dibagi tiga macam:

a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan yang nakal.

c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi letak gedung sekitar yang buruk seperti pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.31

Dalam diri siswa memiliki intelegensi yang berbeda-beda untuk menerima suatu pelajaran. Siswa yang memiliki intelegensi yang rendah akan menemui kesulitan dalam menerima pelajaran, yang demikian dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar. Dalam membaca Al-Qur’an, alat indera yang memegang peranan penting adalah lisan (alat ucapan), mata (alat lihat), dan telinga (alat dengar). Jika alat indera ini berfungsi kurang baik, maka hal ini akan menjadikan hambatan dan kesulitan bagi anak untuk menerima pengajaran dengan baik dan sempurna.

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan dalam belajar. Yang termasuk dalam faktor ini adalah orang tua. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dalam belajar agama khususnya belajar membaca Al-Qur’an, tidak memperhatikan kemajuan belajar anaknya dalam membaca Al -Qur’an, akan menyebabkan anak tersebut sulit untuk membaca Al-Qur’an.

Begitu pula bagi seorang guru dapat menjadi faktor kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur’an, apabila:

31

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja


(35)

a) Guru tidak kualified dalam pengambilan metode yang digunakan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.

b) Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: kasar, suka marah, tak pernah senyum, tak pandai menerangkan, menjengkelkan, tinggi hati tak adil dan lain-lain.

c) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar Al-Qur’an, antara lain:

1. Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga atau media yang memungkinkan semua alat inderanya berfungsi.

2. Metode belajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada aktifitas.

3. Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasai bahan.

4. Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak variasi. Hal ini menunjukkan metode guru yang sempit, tidak mempunyai kecakapan diskusi, tanya jawab, eksperimen, sehingga menimbulkan aktivitas murid dan suasana menjadi hidup.32

Sedangkan menurut Prof. Dr. Jalaluddin, kesulitan membaca Al-Qur’an memiliki empat faktor, diantaranya sebagai berikut:

1. Orientasi Cara Berfikir

Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi pemikiran orang. Kemajuan teknologi dengan segala hasil yang disumbangkan bagi hidup manusia, dapat mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat kepada alam kebendaan. Hal ini mendorong mereka untuk menuntu ilmu yang diperkiranakan dapat membantu kea rah pemikiran praktis dan dapat menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak heran kalau pengetahuan tentang Al-Qur’an dan cara membacanya kalah bersaing dengan kepentingan hidup yang lain hingga hampir diabaikan.

2. Kesempatan dan tenaga

Arah berpikir yang material telah mendudukkan status wajib belajar Al-Qur’an ke proporsi yang lebih kecil. Pengaruh ini telah menimbulkan gejala baru, yaitu belajar Al-Qur’an secara sambilan. Akibatnya terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan tenaga. Waktu yang digunakan untuk belajar Al-Qur’an lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk menuntut pengetahuan lain. Akhirnya tenaga pengajar yang tersedia tidak sempat berkembang seimbang dengan kebutuhan.

3. Metode

32


(36)

Perkembangan teknologi telah merubah kecenderungan masyarakat untuk menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan lebih cepat., yaitu dengan memanfaatkan jasa teknologi untuk media pendidikan baik media-visual, audio-visual atau komputer dengan cara yang semakin tepat guna.

Khusus untuk pendidikan Al-Qur’an cara ini masih langka dan mahal. Metode lama dengan beberapa seginya mungkin sudah kurang serasi dengan keinginan yang tepat guna ini. Akibatnya metode yang demikian berangsur kurang diminati. Akhirnya minat untuk mempelajari Al-Qur’an kian menyurut.

4. Aksara

Kitab suci Al-Qur’an ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Factor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantren/madrasah karena pengetahuan itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagian besar buta aksara Kitab Sucinya.33

Faktor-faktor di atas menurut Prof. Dr. Jalaluddin banyak mempengaruhi kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan siswa bahwa belajar Al-Qur’an sulit.

b. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an

Dalam membaca Al-Qur’an terdapat metode belajar yang sangat variatif, karena belajar Al-Qur’an bukan hanya sekedar mengenalkan huruf-huruf Arab beserta syakal yang menyertainya, akan tetapi harus juga mengenalkan segala aspek yang terkait dengannya seperti, makharijul huruf, ilmu tajwid dan bagian-bagiannya. Dengan demikian, Al-Qur’an dapat dibaca sebagaimana mestinya. Hal inilah yang sering dianggap sulit oleh siswa untuk memahami cara belajar membaca Al-Qur’an agar lebih baik.

Macam-macam kesulitan yang sering kita jumpai dalam membaca Al-Qur’an diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Melafalkan Huruf-huruf Hijaiyah (Makharijul Huruf)

Mengenal huruf hijaiyah adalah langkah awal bagi siapa saja sebelum membaca Al-Qur’an dengan baik, demikian juga dengan siswa. Oleh karena

33


(37)

itu, bila belum mengenal dengan baik huruf-huruf aksara Al-Qur’an maka untuk melafalkannya akan terasa sulit.

Ketika membaca Al-Qur’an setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhrajnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang sedang di baca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja dan benar.

Contoh kesalahan makhraj yang menyebabkan berubahnya arti misalnya ‘Ain-nya lafaz pada kalimat “ نْيمل اعْلا ِّر هادْمحْلا” yang terbaca Hamzah. Arti “نْيمل اعْلا” dengan ‘Ain adalah semesta alam, sedang “نْيملاا ” Dengan Hamzah adalah (segala) penyakit.34

Untuk membunyikan huruf-huruf hijaiyah yang baik dan benar, kita harus sering-sering melatih membiasakan lidah kita untuk mengucapkan huruf-huruf itu dengan tepat menurut bunyinya yang khas, sehingga satu sama lain tidak bertukar, misalnya:

س dengan ث ا dengan ع ص dengan س

dengan س dan sebagainya.

Pertukaran bunyi bukan saja dapat merusak bacaan, akan tetapi juga dapat merusak makna (arti) dari lafadz itu sendiri, contoh lain:

ٌمْسا berarti nama sedangkan ٌمْثا berarti dosa ٌضْرا berarti bumi sedangkan ٌضْ ع berarti pemberian ٌحْبص berarti subuh sedangkan ٌحْبس berarti tasbih Dan lain sebagainya.35

2. Penguasaan Ilmu Tajwid

34

Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2003), h. 21 35

H. Abdurrahman Thaha, Seluk Beluk Hukum Membaca Al-Qur’an, (Bandung: CV.


(38)

Kaidah ilmu tajwid merupakan hal penting bagi siapapun yang membaca Al-Qur’an. Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnya. Disamping itu harus pula diperhatikan hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalam cara pengucapannya. Oleh karena itu tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari namun harus melalui latihan, praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya.36

Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah, oleh karena itu membacanya harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap memperbaiki bacaan Al-Qur’an dengan menata huruf sesuai dengan tempat atau haknya merupakan suatu ibadah pula, sama halnya meresapi, memahami, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an merupakan suatu ibadah. Sahabat Abdullah bin Mas’ud berpesan, “Jawwidul Qur’an” „bacalah Al-Qur’an dengan baik (bertajwid)’. Para ulama menjelaskan, membaca Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan ilmu tajwid sebagai al-Lahn, yakni kekeliruan atau cacat dalam membaca.

Atas dasar itu perlunya membaca Al-Qur’an secara bertajwid, anak (siswa) hendaknya diajarkan ilmu tajwid. Karena dalam ilmu tajwid diajarkan bagaimana cara melafalkan huruf yang berdiri senndiri, huruf yang dirangkai dengan huruf lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar mengucapkan bunyi yang panjang dan pendek, cara menghulangkan bunyi huruf dengan menggabungkannya (idghom) berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari tanda-tanda berhenti dalam bacaan dan sebagainya.37

3. Kelancaran Bacaan

Kurangnya kemampuan siswa baik dalam melafalkan huruf hijaiyah (makharijul huruf) maupun kaidah ilmu tajwid dapat menyebabkan pengucapan atau bacaannya terbata-bata. Hal ini disebabkan kurangnya latihan anak (siswa) dalam membaca Al-Qur’an baik di sekolah maupun di rumah, sehingga anak (siswa) dalam membaca Al-Qur’annya masih kurang lancer.

36

Manna al-Qaththan, Aunur Rafiq el- Mazni (penterjemah), Pengantar Studi Islam

Al-Qur’an…h. 229-230 37

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an…h.


(39)

Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya karena Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT. Oleh karena itu, membacanya mempunyai etika zahir, yaitu membacanya dengan tartil. Makna tartil adalah dengan perlahan-lahan sambil memperhatikan huruf dan barisnya.

Al-Ghozali mengatakan bahwa tartil disunnahkan tidak semata untuk tadabbur karena non-Arab yang tidak memahami makna Al-Qur’an juga disunnahkan untuk membaca dengan tartil, karena tartil lebih dekat dengan pemuliaan dan penghormatan terhadap Al-Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi hati daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat.38

Bahrun Abu Bakar menjelaskan dalam bukunya yang berjudul: al Burhan Fi Tajwidil Qur’an, Ilmu Tajwid Syarah Tuhfatul Athfal dan Al Jazariyah, bahwa membaca Al-Qur’an mempunyai empat macam bacaan, yaitu:

1) Tartil, yaitu bacaan yang dilakukan dengan perlahan-lahan, tenang, dan membunyikan setiap huruf dari makhrajnya masing-masing dengan memberikan hak serta mustahaknya, lalu memikirkan makna bacaannya. 2) Tahqiq, sama dengan bacaan tartil, hanya bacaan tahqiq lebih ditekankan

kepada factor ketenangannya.

3) Hadar, bacaan cepat, tetapi dengan mengeja (menyesuaikan hokum-hukum) bacaan.

4) Tadwir, bacaan pertengahan antara tartil dan hadar.

Tingkatan yang paling utama di antara semuanya ialah bacan tartil karena Al-Qur’an diturunkan dengan memakai bacaan ini. Hal ini diterangkan oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Furqan;32.

...





Dan Kami membacanya dengan tartil”.39

Jadi di dalam membaca Al-Qur’an disunnahkan dengan cara tartil, yaitu membacanya dengan perlahan-lahan sambil diiringi dengan kaidah ilmu tajwid bukan dengan cara terbata-bata ataupun dengan tergesa-gesa atau cepat tanpa mengikuti pedoman ilmu tajwid. Karena membaca Al-Qur’an yang tidak mengikuti pedoman ilmu tajwid sebagai Al-Lahn, yaitu sebuah kekeliruan atau

38

Yusuf Qardawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 235

39

Bahrun Abu Bakar, al Burhan Fi Tajwidil Qur’an: Ilmu Tajwid Syarah Tuhfatul Athfal


(40)

cacat dalam membaca yang apabila salah dalam pengucapan makhrajnya, maka salah pula arti yang dibacanya.

2. Cara Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Agar dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar maka usaha yang harus kita lakukan yaitu dengan cara bertahap. Adapun cara-cara yang dapat kita lakukan, diantaranya yaitu:

Menurut Agus Syafii, cara mudah belajar membaca Al-Qur'an itu secara garis besar seseorang harus menguasai 5 hal berikut;

1) Menguasai huruf hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf berikut makharijul hurufnya. Hal ini dikarenakan untuk bisa membaca Al-Qur'an, 90 % ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyyah dan selebihnya 10 % lagi sisanya seperti tanda baca, hukum dan lain–lain.

2) Menguasai tanda baca (a, i, u atau disebut fathah, kasrah, dan dhommah). 3) Menguasai isyarat baca seperti panjang, pendek, dobel (tasydid), dan

seterusnya

4) Menguasai hukum-hukum tajwid seperti cara baca dengung, samar, jelas dan sebagainya.

5) Latihan yang istiqamah dengan seorang guru yang ahli.40

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, bahwa yang paling penting dalam pengajaran Al-Qur’an ialah “Mengenal keterampilan membaca Al-Qur’an dengan baik dan sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid. Selanjutnya latihan dan pembiasaan pengucapan huruf dengan makhrajnya yang benar pada tingkat permulaan, yang akan membantu dan mempermudah mengajarkan tajwid”.41

Dari beberapa uraian di atas yang paling terpenting agar dapat membaca Al-Qur’an terlebih dahulu yaitu seorang anak harus dapat mengenal huruf-huruf hijaiyah dan terus praktek bagaimana cara pengucapan makhraj yang baik dan benar, kemudian selalu berlatih membaca Al-Qur’an di rumah oleh seorang guru yang ahli atau mahir dalam membaca Al-Qur’an.

40

http://agussyafii.blogspot.com/2008/09/cara mudah belajar membaca al-quran 41

Zakiyah Draradjat, dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi


(41)

Selain itu, untuk mempermudah siswa dalam melaksanakan belajar membaca Al-Qur’an, hendaknya dipenuhi fasilitas dan sarananya seperti, alat-alat untuk mengaji, misalnya: Al-Qur’an, buku-buku ilmu tajwid, kursi, meja dan sebagainya, hal-hal tersebut memungkinkan siswa dapat terkesan untuk selalu belajar membaca Al-Qur’an.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa Membaca

Al-Qur’an 1. Motivasi

Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah lakuatau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu hasrat/keinginan yang merupakan daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan.42

Macam-macam motivasi a. Motivasi Intrinsik

Motivasi yang berasal dari diri siswa itu sendiri atau tidak adanya rangsangan dari luar. Misalnya siswa yang gemar membaca Al-Qur’an, tidak perlu adanya orang yang menyuruh atau mendorongnya. Karena siswa ingin sekali menguasai pelajaran Al-Qur’an.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang pendorongnya diluar kaitan atau tidak adan hubungannya dengan nilai yang terkandung di dalam objek atau tujuan pekerjaannya. Misalnya siswa mau membaca Al-Qur’an karena takut kepada guru atau karena ingin memperoleh nilai baik dan sebagainya.43

2. Pola Latihan a. Sikap

42

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1993), Cet ke-1, h. 128. 43


(42)

Sikap (Attitude) sebagai suatu kecenderungan untuk mereaksikan suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Bisa dengan tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima atau senang) mempelajari Al-Qur’an, tidak suka (menolak atau tidak senang) dengan pelajaran Al-Qur’an, dan sikap acuh tak acuh.

b. Minat

Minat (Interest) kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat terjadi karena sikap senag terhadap pelajaran Al-Qur’an. Siswa yang senang pelajaran Al-Qur’an berarti sikapnya senang kepada pelajaran Al -Qur’an.44

4. Metode Belajar Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”.45

Seiring dengan itu, Mahmud Yunus mengatakan “Metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan, atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”.46

Jadi metode pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu cara yang sistematis guna memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu supaya siswa bisa atau kompeten membaca Al-Qur’an dengan lancar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Pada saat masyarakat mulai merasakan kebutuhan akan belajar Al-Qur’an, maka para pakar sekaligus para pemerhati pembelajaran A-Qur’an melakukan upaya-upaya untuk mencari solusi agar belajar membaca Al-Qur’an menjadi lebih mudah dan diminati. Seiring dengan perkembangan zaman, sejak

44

Ibid…h. 84

45

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1995), Ed. 2, cet ke-4, h. 652-653 46


(43)

pertengahan abad 19, banyak metode-metode pengajaran baca Al-Qur’an. Mulai dari yang dianggap klasik seperti al-baghdady, kemudian dilanjutkan dengan metode yang bernama qiro’ati, dan sebagainya. Metode-metode tersebut disusun secara sistematis dan diupayakan mencakup materi-materi yang dibutuhkan, terdiri dari beberapa jilid dan setiap jilid memiliki tahapan serta target kemampuan yang terencana.

Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari pemilihan metode. Pada sekarang ini begitu banyaknya metode belajar membaca Al-Qur’an yang digunakan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Diantaranya yaitu:

a) Metode Al-Baghdady

Metode Baghdady berasal dari Baghdad Irak. Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.

Cara pembelajaran metode ini adalah: - Hafalan

- Eja

- Modul

- Tidak variatif

- pemberian contoh yang absolut

b) Metode Hattaiyyah

Adalah suatu metode pengajaran membaca Al-Qur’an dengan pendekatan pengenalan huruf Arab, tanda baca melalui huruf latin.

c) Metode Al-Barqi

Metode ini sifatnya bukan mengajar namun mendorong, disini siswa dianggap telah memiliki persiapan dengan pengetahuan yang tersedia. Siswa membuka atau melihat peraga/papan tulis, tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah punya kesiapan, maka siswa hanya membaca, memisah, memilih dan memandu sendiri.


(44)

Metode iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Metode Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana , tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.

Model pengajaran metode iqro’ yaitu, a) Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), guru tak lebih hanya sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan, b) Privat, guru menyimak seorang dengan seorang, c) Asistensi, yaitu jika guru tidak mencukupi, murid yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid yang lainnya.47

e) Metode Jibril

Metode ini ditemukan oleh KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqur-Rohman) sebagai pencetus metode jibril, bahwa dasar metode jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas.

Istilah metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril.

Dalam pelaksanaannya metode Jibril menempuh dua tahap, yaitu tahqiq dan

tartil.

1) Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur’an dengan pelan dan mendasar.Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf.

2) Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan durasi sedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disamping pendalaman artikulasi (pengucapan), dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan mad, waqaf, dan ibtida’, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan sebagainya.48

f) Metode Qira’ati

Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986. Metode ini ialah membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan

47

Tombak Alam, Metode Membaca Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1995), .134 48


(45)

mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dan dalam metode qira’ati ini telah mempunyai beberapa macam strategi, yaitu;

1. Strategi mengajar umum (global)

a. Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu. b. Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk

menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.

c. Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain.

2. Strategi mengajar khusus (detil)

Dalam strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil. Dalam Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat-syaratnya. Dan strategi ini meng-ajarkannya secara khusus atau detil. Dalam mengajar-kan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:

a. Jilid I

Ilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.

b. Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.

c. Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).

d. Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.

e. Jilid V

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar

f. Jilid VI

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.49

Prinsip-prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam metode. Pada umumnya metode-metode yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar membaca Al-Qur’an adalah Metode Musyafahah, ‘Ardul Qiro’ah (Sorogan), dan Metode Mengulang-ngulang Bacaan.

1. Metode Musyafahah (adu lidah), yaitu guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul oleh siswa. dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Siswa juga akan

49


(46)

dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya. Metode ini diterapkan oleh nabi SAW pada kalangan sahabat.

2. Metode „Ardul Qiro’ah (sorogan), yaitu siswa membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulullah SAW bersamaan dengan malaikat Jibril pada setiap tes bacaan Al-Qur’an di bulan Ramadhan.

3. Guru Mengulang-ngulang Bacaan (metode drill), sedangkan siswa menirukannya kata perkata, kalimat perkalimat juga secara berulang-ulang sehingga terampil dan benar.50

Dari ketiga metode ini, metode yang banyak diterapkan dikalangan siswa pada masa kini ialah metode kedua, karena dalam metode ini terdapat sisi positifnya yaitu, aktifnya murid dalam membaca atau dapat disebut juga dengan Cara belajar Siswa Aktif. Untuk tahap awal pembaca Al-Qur’an, yaitu proses pengenalan huruf-huruf hijaiyah kepada anak-anak pemula, maka metode yang tepat adalah metode yang pertama. Sehingga siswa mampu mengekspresikan bacaan huruf-huruf hijaiyah secara tepat dan benar. sedangkan metode ketiga cocok untuk mengajar siswa dalam menghafal Al-Qur’an.

H. Hafni Ladjid, menjelaskan bahwa tujuan unsur pokok Al-Qur’an lebih banyak menyangkut ranah cognitive dan psychomotor, seperti dalam membaca Al-Qur’an dengan benar dan baik sesuai dengan ilmu tajwid, menghafal, menerjemahkan dan mengartikan dan memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga metode yang ditekankan adalah: Metode Drill (latihan), Metode Demonstrasi, Metode Ceramah, Metode Tanya jawab, dan Metode Resitasi.51

a. Metode Drill/Latihan

Metode Drill/latihan adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran dalam bentuk latihan-latihan khusus dalam rangka mengembangkan keterampilan tertentu dikalangan peserta didik. Penerapan metode ini adalah sebagai berikut:

50

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an,

(Jakarta: Gema Insani, 2006), Cet ke-3, h. 81 51

Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,


(47)

1. Dilakukan dalam KBM Individual/privat atau Klasikal kelompok privat, dan dapat dipadukan atau disertai metode ceramah, tanya jawab atau pemberian tugas.

2. Bahan pengajaran yang sesuai dengan metode latihan ini ialah pengajaran Iqro, Tadarus, Materi Hafalan, Ilmu Tajwid, Praktek Shalat, Tahsinul Khitabah dan sebagainya.52

b. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah suatu cara penyampaian bahan untuk disaksikan dan ditiru oleh peserta didik. Penerapan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dilakukan dalam KBM Klasikal maupun KBM Individual, dan dapat dipadukan atau disertai metode ceramah (dalam rangka penjelasan lisan), metode latihan atau metode pemberian tugas.

2. Bahan pengajaran yang sesuai dengan penggunaan metode ini adalah, Bacaan Iqro, Bacaan Tadarus, Ilmu Tajwid, dan sebagainya.53

c. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran dalam bentuk penuturan atau penerangan lisan oleh guru terhadap peserta didik. Praktik penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan pada saat KBM Klasikal awal, atau Klasikal akhir. Sebaiknya didukung oleh alat Bantu berupa gambar, bagan atau sketsa, alat peraga dan alat bantu lainnya.

2. Dapat divariasikan dengan kemasan seni BBM (Bermain, Bercerita dan Menyanyi) atau dipadukan dengan metode tanya jawab.

3. Bahan pengajarannya yang dapat disajikan dengan metode ceramah pada umumnya adalah bahan pengajaran yang menuntut pemahaman dan pembentukan sikap, seperti Materi Adab (Doa dan Adab Harian), Ilmu Tajwid, Pengajaran Shalat dan sebagainya.

d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran melalui proses tanya jawab. Siapa yang bertanya dan siapa yang menjawab, hal ini perlu diatur dengan baik agar KBM berjalan efektif dan efisien. Penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Metode ini dapat diterapkan pada saat individual atau pada saat pendekatan klasikal kelompok privat. Bisa juga pada klasikal akhir, sesuai situasi dan kondisinya, dan dapat digunakan untuk semua bahan pengajaran.

2. Pola interaksi tanya jawab dapat dilakukan dengan bervariasi:

52

U. Syamsudin MZ, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak

Al-Qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), (Jakarta: PT LPPTKA BKPRMI Pusat, 2006), Edisi Revisi, h. 60

53


(1)

Nomor : ET/TL/31.01/1/2011 Jakarta, 31 Januari 2011 Lamp : -

Hal : Penyebaran Angket Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP N 132 Jakarta Di

Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa: Nama : Hanifah

NIM : 10501100139 Semester : XI

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Siswa di SMP I Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan”.

Adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penyebaran angket untuk menguji validitas data yang sedang diteliti di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa/i tersebut untuk melaksanakan penyebaran angket pada penelitian yang dimaksud.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.


(2)

1. Struktur Organisasi SMP Islam Al-Ikhlas

---

KEPALA SMP ISLAM AL IKHLAS

Kepala Tata Usaha Staff TU IT Staff TU Akademik

Staff TU Adm. Siswa

Koordinator RSBI Wakil Bidang

Kurikulum Intra & Ekstra Kesiswaan & Humas Wakil Bidang

Koord. Hub Internasional Koord. Standar Inter. Koord. HUMAS Koord. Osis Koord. Intrakurikuler Koord. Ekstrakurikuler Divisi Hubungan Antar SBI Divisi Standar Lokal Divisi Internal & Eksternal Divisi Pengembangan Kepemimpinan Siswa Divisi Pelatihan & Kompetensi Divisi Perencanaan & Evaluasi Divisi MGMP

WALI KELAS WALI KELAS

DEWAN GURU BP 3


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Implementasi KTSP dalam pemebelajaran IPS di SMP Islam al-Ikhlas Cipete

0 5 175

peranan guru agama islam dalam mengatasi kesulitan siswa membaca al-Quran: studi kasus di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

19 138 85

Efektifitas Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Al Quran Pada Bidang Studi Pai Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

1 14 198

Pembinaan Yang Dilakukan Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Siswa Membaca Al-Qur'an Di MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang-Tangerang

0 27 89

Supervisi peningkatan kreativitas Guru dalam pemamfaatan media pembelajarn di SMP Islam AL Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 6 87

Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Terhadap Pentingnya Belajar Membaca Al-Qur'an

0 9 121

Peranan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan baca tulis al-Qur'an, di SMP Islam Parung-Bogor

16 49 83

BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur'an Pada Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Pelajaran 201

0 2 18

BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur'an Pada Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Pelajaran 201

0 2 18

UPAYA BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL QURAN upaya bimbingan guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al quran pada siswa di madrasah ibtidaiyah negeri takeran magetan tahun

1 3 20