Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Menjadi Guru Tidak Tetap di SMK N 1 Pringapus Kabupaten Semarang T2 942009040 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Wakiran, dkk. (2004), dalam pasal 2
ayat (3) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8
Tahun 1974 secara tegas dinyatakan, bahwa di
samping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pejabat yang berwenang dapat mengangkat
Pegawai Tidak Tetap. Dalam penjelasannya, yang
dimaksud dengan Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai
yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan
yang bersifat teknis profesional dan administrasi
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi
dalam kerangka sistem kepegawaian, Pegawai Tidak
Tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.
Dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan
pembangunan selain Pegawai Negeri Sipil terdapat
juga beberapa jenis pegawai yang melaksanakan tugas
sebagaimana dilaksanakan oleh Pegawai Negeri Sipil,

akan tetapi pendekatannya atau sebutan istilahnya di
berbagai instansi baik Pusat maupun Daerah berbedabeda. Hal ini disebabkan, karena sampai saat ini
belum ada norma, standar, prosedur yang mengatur
hal tersebut. Di lingkungan Departemen Pendidikan
1

Nasional pegawai tidak tetap disebut dengan Guru
Tidak Tetap/Guru Bantu.
Guru Tidak Tetap yang bekerja pada beberapa
sekolah negeri maupun swasta, sampai saat ini belum
memiliki standar gaji yang menitikberatkan pada
bobot jam pelajaran, tingkatan jabatan, dan tanggung
jawab masa depan siswanya. Apalagi untuk guru yang
mengajar di tingkat SMA/SMK. Banyak di antara mereka yang bekerja melebihi dari imbalan yang mereka
terima. Dengan kata lain, insentif atau gaji yang
mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang
mereka laksanakan dan tanggung jawab yang mereka
terima terhadap masa depan siswanya.
Mulyana (2006) mengatakan bahwa, guru sebagai
salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar

(KBM),

memiliki

peran

yang

sangat

menentukan

keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru
ialah

merancang,

mengelola,

melaksanakan,


dan

mengevaluasi pembelajaran. Kedudukan guru dalam
kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan
menentukan. Disebut strategis karena guru yang akan
menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru
yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan
disajikan kepada peserta didik. Semua itu tidak akan
dapat dicapai apabila guru itu tidak memiliki keprofesionalitasan dalam dirinya.

2

Sikap profesional tidak akan tercapai tanpa didukung oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Salah satunya adalah lingkungan (baik lingkungan
tempat tinggal maupun sekitar sekolah). Faktor lain
yang dapat mendukung terbentuknya sikap profesional adalah status kepegawaian (negeri maupun
swasta), masa kerja sebagai guru, latar belakang
keluarga, serta jenis kelamin.
Dalam penelitiannya, Gunawan (2010) menyatakan dampak kualitas kemampuan profesional kinerja

guru bukan hanya akan berkontribusi terhadap kualitas lulusan yang akan dihasilkan (output), melainkan
juga akan berlanjut pada kualitas kinerja dan jasa
para lulusan tersebut (outcome) dalam pembangunan,
yang pada gilirannya kemudian akan nampak pengaruhnya terhadap kualitas peradaban dan martabat
hidup masyarakat, bangsa, serta umat manusia pada
umumnya. Diyakini dengan adanya UU Guru dan
Dosen, martabat guru semakin dihargai, profesi guru
dapat disejajarkan dengan profesi-profesi lain, mendorong peningkatan kualitas guru, dan akhirnya bermuara pada peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Minimnya kesejahteraan guru telah menyebabkan konsentrasi guru terpecah menjadi beberapa sisi.
Di satu sisi seorang guru harus menambah kapasitas
akademis pembelajaran dengan terus memperbarui
dan berinovasi dengan media, metode pembelajaran,
dan kapasitas dirinya. Di sisi lain, sebagai efek
3

demonstrasi dari minimnya kesejahteraan, seorang
guru dituntut memenuhi kesejahteraannya dengan
melakukan usaha atau kegiatan lain seperti katering,
bimbingan belajar, dan lain-lain. Akhirnya, seiring
dengan perjalanan waktu, sisi-sisi peningkatan kualitas akademis menjadi tersisihkan dan hal ini terus

berlangsung sampai sekarang.
Minimnya

kesejahteraan

guru

dalam

jangka

waktu lama telah menggiring budaya/tradisi akademis
menjadi terpinggirkan. Terlebih lagi dalam era modern
saat ini, guru selalu dituntut menjadi figur yang
mampu memberikan kesan positif baik di lingkungan
kerjanya (sekolah) maupun ketika berada di masyarakat. Tugas dan tanggung jawab guru semakin berat
ketika di satu sisi guru harus menerapkan didikan
yang tepat sesuai kodrat alam anak didiknya. Di sisi
lainnya guru berupaya semaksimal mungkin memilah
dan menyelaraskan nilai-nilai hidup yang ada di lingkungan anak didiknya dengan segala perkembangan

arus modernisasi melalui berbagai media yang dapat
mempengaruhi kehidupan anak iu sendiri. Selain itu
di berbagai daerah, guru masih dianggap profesi yang
mempunyai prestis tersendiri di mata masyarakat
sehingga guru menjadi figur yang dianggap mampu
dari segi moril maupun materiil. Padahal kondisi
sebenarnya tidaklah selalu demikian (Gunawan, 2010).
Banyak penelitian yang membahas mengenai
pengaruh motivasi maupun hubungan motivasi di
antaranya pengaruh motivasi kerja guru terhadap
4

kinerja guru (Syamrohani, 2011); Hubungan kepuasan
kerja guru dan motivasi kerja guru (Astawa, 2009),
hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan
motivasi kerja guru (Gata, 2009), namun belum
banyak penelitian mengenai motivasi menjadi guru itu
sendiri terutama motivasi menjadi Guru Tidak Tetap
(GTT).
Upah yang minim dan perasaan tidak nyaman

sebagai GTT sering kali muncul. Hal ini diperkuat
hasil wawancara dengan X seorang Guru Tidak Tetap
di sebuah SMK. Berikut hasil wawancara mengenai
upah dan perasaannya sebagai GTT.
…Dengan upah Rp 500.000,00 itu saja masih
dipotong macam-macam jadi tinggal Rp 285.000,00
tentu saja tidak cukup untuk hidup sebulan
apalagi saya sebagai kepala rumah tangga yang
mempunyai 2 anak sehingga saya harus mencari
kerjaan sampingan. Di sini upah GTT dari SPP
siswa, kadang siswa sering terlambat membayar
SPP padahal di sini banyak GTT. Kadang saya
merasa minder dan tidak enak karena uang SPP
kebanyakan di gunakan untuk membayar upah
GTT…1

Pendapat tersebut menunjukkan gaji GTT yang
tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya apalagi
GTT tersebut sudah mempunyai istri dan dua orang
anak. Untuk memenuhi kebutuhannya dia harus

mencari pekerjaan sampingan, selain itu GTT tersebut
memiliki beban psikologis.
1

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2011

5

Hal yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan
oleh Y salah seorang Guru Tidak Tetap di sebuah SD,
berikut hasil wawancara mengenai upah dan perasaannya sebagai GTT.
…Upah saya sebulan Rp 250.000,00 disini ada 4
GTT yang pembayaran upahnya menggunakan
dana BOS. Kadang upah yang saya terima
dipinjami oleh kepala sekolah dulu karena uang
BOS belum bisa cair, jadi saya sering merasa tidak
enak dengan kepala sekolah dan teman-teman
yang sudah PNS karena dipinjami uang kepala
sekolah dulu…2


Pendapat di atas menunjukkan gaji Y yang
sangat minim dan pembayarannya menggunakan uang
BOS yang tidak tentu cairnya. Perasaan tidak nyaman
sebagai GTT juga ditunjukkan dalam hasil wawancara
tersebut karena upahnya dipinjami oleh kepala sekolah terlebih dahulu. Selain itu tahun ini juga didengungkan ada moratorium bagi CPNS. Berdasarkan
gambaran di atas peneliti tertarik untuk meneliti
motivasi menjadi Guru Tidak Tetap dengan imbalan
yang tidak memadai dan lingkungan yang tidak
nyaman di SMK N 1 Pringapus kabupaten Semarang.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa motivasi menjadi Guru Tidak Tetap di SMK N 1
Pringapus Kabupaten Semarang?

2

6

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2011


2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung GTT dalam menjalankan tugasnya di SMK N 1
Pringapus Kabupaten Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui motivasi menjadi Guru Tidak Tetap di
SMK N 1 Pringapus Kabupaten semarang;
2. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung
GTT dalam menjalankan tugasnya di SMK N 1
Pringapus Kabupaten Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi kajian motivasi menjadi GTT dikalangan
tenaga pendidik yang belum memiliki status kepegawaian.
2. Secara Praktis Bagi SMK N 1 Pringapus
Penelitian ini secara praktis diharapkan berguna
sebagai bahan masukan pimpinan sekolah di SMK N 1
Pringapus untuk pengambilan kebijakan kaitannya
dengan kinerja Guru Tidak Tetap.


7

1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini dapat disampaikan sebagai berikut:
Bab I

Berisi penjelasan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan;

Bab II

Menjelaskan

tentang

landasan

teoritis

motivasi menjadi Guru Tidak Tetap;
Bab III

Menjelaskan tentang gambaran subjek,
teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data;

Bab IV

Membahas tentang hasil penelitian, gambaran umum responden, dan pembahasan
hasil penelitian;

Bab V

Kesimpulan dan saran. Sebagai bab penutup, di bagian ini disarikan kesimpulan
hasil

penelitian

disertai

rekomendasi

dalam bentuk saran-saran yang relevan.

8

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Sarana Pembelajaran Dikalangan Guru SMP Negeri 1 Pringapus T1 162007073 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB I

0 1 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Menjadi Guru Tidak Tetap di SMK N 1 Pringapus Kabupaten Semarang

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Menjadi Guru Tidak Tetap di SMK N 1 Pringapus Kabupaten Semarang T2 942009040 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Menjadi Guru Tidak Tetap di SMK N 1 Pringapus Kabupaten Semarang T2 942009040 BAB IV

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Menjadi Guru Tidak Tetap di SMK N 1 Pringapus Kabupaten Semarang T2 942009040 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Menjadi Guru Tidak Tetap di SMK N 1 Pringapus Kabupaten Semarang

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Sekolah di SMK N 1 Wonosobo T2 942009064 BAB I

0 0 9

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB I

0 0 9

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Inventori Kematangan Karier Untuk Siswa SMK Negeri 1 Sayung Di Kabupaten Demak T2 BAB I

0 1 11