Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan pada Televisi dengan Perilaku Agresif Siswa Kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran T1 132007002 BAB V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton
tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP
Mardi Rahayu Ungaran.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Hasil analisis menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif
siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang. Analisis
untuk sub konsep perilaku agresif berdasarkan 5 aspek juga menunjukan hasil
yang sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antar intensitas
menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif.
Hasil penelitian pada perilaku agresif berada pada kategori rendah
(50,74%) dengan menunjukkan bahwa aspek kemarahan (item no 3)
mendominasi perilaku agresif siswa SMP Mardi Rahayu Ungaran. Perilaku
agresif dapat dipertahankan pada kategori rendah atau diturunkan ke kategori
82
sangat rendah tanpa mengkaitkan dengan intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi karena pada hasil penelitian ini menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif. Dengan demikian upaya
menurunkan tingkat perilaku agresif dapat difokuskan pada penurunan tingkat
kemarahan seperti mengendalikan kemarahan yaitu dengan menahan agar
tidak mudah marah, serta berlatih untuk menjadi tenang. Guru BK dapat
memberikan layanan bimbingan pribadi dan sosial mengenai pengendalian
diri agar siswa dapat mengendalikan diri dalam memilih dan membatasi untuk
menonton tayangan pada televisi. Pihak sekolah dapat mengelola kemarahan
siswa dengan cara berempati terhadap masalah siswa dan mengoptimalkan
bimbingan dan konseling untuk membantu menyelesaikan masalah siswa.
Bagi siswa yang telah terindikasi berperilaku agresif maka guru BK
(konselor) diharapkan dapat melaksanakan kegiatan konseling dengan
pendekatan behavioral agar permasalahan siswa dapat teratasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi
dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran. Begitu
juga dengan analisis korelasi persub perilaku agresif mendapatkan hasil yang
sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan. Bagi peneliti selanjutnya
83
dapat memakai korelasi ganda (multiple correlation). Korelasi ganda
(multiple correlation) menurut (Sugiyono, 2010) yaitu mengkorelasikan
dengan menggabungkan 2 atau lebih dari sub aspek perilaku agresif dengan
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televise, sehingga dapat
meningkatkan koefisien korelasi.
84
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton
tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP
Mardi Rahayu Ungaran.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Hasil analisis menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif
siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang. Analisis
untuk sub konsep perilaku agresif berdasarkan 5 aspek juga menunjukan hasil
yang sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antar intensitas
menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif.
Hasil penelitian pada perilaku agresif berada pada kategori rendah
(50,74%) dengan menunjukkan bahwa aspek kemarahan (item no 3)
mendominasi perilaku agresif siswa SMP Mardi Rahayu Ungaran. Perilaku
agresif dapat dipertahankan pada kategori rendah atau diturunkan ke kategori
82
sangat rendah tanpa mengkaitkan dengan intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi karena pada hasil penelitian ini menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton tayangan
kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif. Dengan demikian upaya
menurunkan tingkat perilaku agresif dapat difokuskan pada penurunan tingkat
kemarahan seperti mengendalikan kemarahan yaitu dengan menahan agar
tidak mudah marah, serta berlatih untuk menjadi tenang. Guru BK dapat
memberikan layanan bimbingan pribadi dan sosial mengenai pengendalian
diri agar siswa dapat mengendalikan diri dalam memilih dan membatasi untuk
menonton tayangan pada televisi. Pihak sekolah dapat mengelola kemarahan
siswa dengan cara berempati terhadap masalah siswa dan mengoptimalkan
bimbingan dan konseling untuk membantu menyelesaikan masalah siswa.
Bagi siswa yang telah terindikasi berperilaku agresif maka guru BK
(konselor) diharapkan dapat melaksanakan kegiatan konseling dengan
pendekatan behavioral agar permasalahan siswa dapat teratasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi
dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran. Begitu
juga dengan analisis korelasi persub perilaku agresif mendapatkan hasil yang
sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan. Bagi peneliti selanjutnya
83
dapat memakai korelasi ganda (multiple correlation). Korelasi ganda
(multiple correlation) menurut (Sugiyono, 2010) yaitu mengkorelasikan
dengan menggabungkan 2 atau lebih dari sub aspek perilaku agresif dengan
intensitas menonton tayangan kekerasan pada televise, sehingga dapat
meningkatkan koefisien korelasi.
84