POLITIK PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA : STUDI TENTANG KEBIJAKAN DEPARTEMEN AGAMA PADA MASA A. MUKTI ALI.

(1)

POLITIK PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

(Studi Tentang Kebijakan Departemen Agama Pada Masa A. Mukti Ali)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

FENDI TEGUH CAHYONO NIM. F13213152

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

ABSTRAK

Penelitihan dalam Tesis ini mengangkat permasalahan politik pendidikan Islam di Indonesia dengan fokus pembahasan pada kebijakan Departemen Agama pada masa A. Mukti Ali. Di sini, pembahasan politik pendidikan Islam menjadi penting karena penulis mengambil latar pembahasan pada masa orde baru yang pada saat itu bangsa Indonesia masih dalam masa perjuangan karena proses dinamika kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih mapan. Dengan keadaan seperti itu, maka berimplikasi pada perjuangan bangsa Indonesia untuk lebih dewasa.

Proses pendewasaan ini, penulis anggap sangat penting karena menjadi pondasi dalam perkembangan berbangsa dan bernegara selanjutnya. Sehingga peran Departemen Agama menjadi penting untuk dikaji karena ini bermuara pada perkembangan pendidikan Islam selanjutnya. Apalagi yang dikaji dalam penelitian ini adalah tokoh A. Mukti Ali yang keberadaannya sangat berpengaruh di Indonesia hingga saat ini. Objek dari penelitian ini, lebih difokuskan pada kebijakan Departemen Agama pada masa menteri agama A. Mukti Ali. Sehingga rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Kebijakan Departemen Agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali di bidang pendidikan Islam? Dan Bagaimana Implikasi Kebijakan Departemen Agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali terhadap Pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru?

Penelitihan Tesis ini adalah studi pustaka (library research), sebab sumber data yang digunakan secara keseluruhan berasal dari perpustakaan atau dokumentatif. Sementara pendekatan penelitihan yang penulis pakai adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Proses analisis data dalam penelitihan ini menggunakan instrument analisis deduktif dan content analysis atau analisis isi.

Dan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan Departemen Agama pada masa A. Mukti Ali menjadi menteri agama adalah diterapkannya kurikulum baru ke dalam lembaga pendidikan Islam dengan porsi 70 % mata pelajaran umum dan 30 % mata pelajaran Agama. Hal ini berakibat pada Ijazah lembaga pendidikan Islam memiliki peran yang sama dengan Ijazah lembaga pendidikan umum. Serta lulusan dari madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat atau diatasnya. Dengan demikian, dampak dari kebijakan Departeman Agama tersebut masih terasa hingga saat ini


(7)

1

POLITIK PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

(Studi Tentang Kebijakan Departemen Agama Pada Masa A. Mukti Ali)

Fendi Teguh Cahyono

Perdebabatan seputar pendidikan memang tidak pernah pudar, seiring bertambahnya waktu serta mengarah ke masyarakat yang lebih mapan. Sejak sebelum merdeka hingga saat ini persoalan pendidikan masih tetap menarik untuk diperbincangkan. Keseriusan dalam memperbaiki pendidikan menjadi modal awal pemerintah untuk mensejahterakan rakyat, khususnya dari kalangan menengah ke bawah yang itu sebagian besar berada di bagian terluar wilayah Indonesia.

Salah satu keseriusan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan adalah dengan menyetarakan antara lembaga pendidikan Islam dengan lembaga pendidikan nasional. Kedua lembaga ini memiliki peran yang sama yaitu sama – sama sebagai wadah anak negeri untuk memperoleh pendidikan layak yang sesuai dengan kebutuhan dari setiap individu peserta didik tersebut.

Tokoh yang berpengaruh dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia salah satunya adalah A. Mukti Ali. Dia ketika menjadi menteri agama mampu memberikan kontribusi besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan Islam. Banyak kebijakan tentang pendidikan Islam yang dikeluarkan ketika menjadi menteri agama. Salah satu jasa yang tidak pernah terlupakan hingga saat ini adalah memasukkan mata pelajaran umum ke dalam lembaga pendidikan Islam begitupun sebaliknya.1 Selain aspek pendidikan A. Mukti Ali ini juga berperan besar terhadapat modernisasi lembaga Departemen Agama.2

Modernisasi yang dimaksud adalah perubahan paradigma yang digunakan untuk membaca permasalahan kebangsaan. Salah satunya adalah ketika tentang pembentukan lembaga MUI yang pada saat itu masih dianggap tabu. Disisi lain,

1

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 354

2

Departemen Agama adalah untuk bagian dari aparatur pemerintah negara republik Indonesia yang menangani bidang pembangunan dan kehidupan beragama dan dipimpin oleh menteri yang bertanggung jawab kepada presiden. Tugas pokoknya adalah menyelenggarakan sebagian dari tugas pemerintah dan pembangunan dibidang agama


(8)

2

lembaga tersebut sebagai alat pemerintah untuk mempersatukan umat Islam yang mayoritas masih dilanda perpecahan antar golongan serta kondisi pemerintahan yang masih belum stabil.

Untuk itu, Penelitian ini menjadi penting dikarenakan terkait dengan kebijakan departemen agama ke arah yang lebih mapan ketika dipimpin oleh A. Mukti Ali. Dengan pembahasan Bagaimana Kebijakan Departemen Agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali di bidang pendidikan Islam? Dan bagaimana Implikasi Kebijakan Departemen Agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali terhadap Pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru?

II

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari pada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya

Pendidikan adalah masa depan bangsa. Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan pendidikan adalah salah satu cara untuk memperolah sumberdaya manusia yang handal.3 Dalam hal ini manusia yang berkompeten dan mampu memajukan peradaban demi kebaikan bersama.

Dengan demikian, penguasa berperan penuh untuk membuat kebijakan demi mencapai tujuan yang diinginkan yaitu kesejahteraan dan keadilan. Peran andil pemerintah untuk mengembangkan pendidikan ini dapat dikategorikan sebagai politik4 pendidikan karena ada tujuan kolektif dalam pengembangan pendidikan tersebut.

Kebijakan pendidikan Islam merupakan bentuk dari buah pikir pemerintah untuk memproses, mengarahkan serta mengontrol pendidikan islam demi mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

3

Muhsin, Politik Hukum Dalam Pendidikan Nasional, (Surabaya: PT. Bina ilmu offset, 2007), 22

4

Politik dalam kamus ilmiah populer di jelaskan tentang ilmu kenegaraan/tata negara; sebagai kata kolektif yang menunjukkan pemikiran yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan


(9)

3

Sejarah kebijakan pendidikan Islam dapat dilihat dari masa kolonial, orde lama, orde baru dan reformasi. Sejak masa kolonial hingga awal reformasi kebijakan pendidikan Islam dinilai diskriminatif dan tidak berkeadilan. Baru kemudian pada masa reformasi dengan disahkannya undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 kebijakan pendidikan Islam menemukan babak baru, sebab secara eksplisit UU tersebut menyebutkan peran dan kedudukan pendidikan Islam (agama) sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional.5

Di Indonesia, masalah kesempatan pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi, mulai diperluas sejak dasawarsa 1970-an sampai akhir dasawarsa 1980-an dan diperkirakan akan terus terjadi pada dasawarsa 1990-an. Murid SD yang pada tahun 1970 berjumlah sekitar 11,4 juta, sepuluh tahun kemudian (1980) jumlah tersebut bertambah hampir dua kali lipat,yaitu sebanyak 23,1 juta, dan pada tahun1988/1989 terus bertambah 24,8 juta.6

III

A. Mukti Ali adalah menteri agama Indonesia yang ke-11, belia dilahirkan di daerah Cepu, Jawa Tengah. Dari keluarga seorang pedagang tembakau yang cukup sukses. Beliau sejak kecil sudah belajar agama sampai umur 8 tahun kemudian dilanjutkan ke Sekolah HIS dan sekaligus belajar di sekolah Diniah kemudian pada umur 16 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur.

Selama 6 tahun A. Mukti Ali belajar ilmu agama di pesantren yang diasuh oleh KH Abdul Hamid Dimyati ini. Kedekatan santri dan kiyai ini menjadikan beliau lebih mudah untuk mendapatkan ilmu agama dan terbukti dalam beberapa kesempatan dijelaskan, A. Mukti Ali sebagai seorang santri yang menonjol diandingkan dengan santri yang lain.

5

Hal senada sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Imam Machali M. Pd, dalam artikelnya pada tangga 7 februari 2012, yang berjudul kebijakan pendidikan Islam dari masa-kemasa.

6

Ace Suryadi, Analisis Kebijakan Pendidikan suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), 17.


(10)

4

Setelah menamatkan pendidikannya di pesantren Termas, Pacitan. A. Mukti Ali melanjutkan pendidikan di di Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta. Kemudian berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta. Pada tahun 1947 A. Mukti Ali diterima sebagai mahasiswa tingkat persiapan pada Fakultas Studi Agama di Perguruan Tinggi tersebut. Pada saat kuliah, A. Mukti Ali sangat mengidolakan Kiyai Mas Mansur sebagai dosen mengajarnya karena dianggap sebagai pembaharu Islam pada masa itu, pemikiran – pemikirannya bisa memberikan hal baru sehingga lebih terpacu untuk terus berdialektika di dunia akademisi.

Setelah menamatkan studinya di UII Yogyakarta, A. Mukti Ali kemudian melanjutkan pendidikannya di luar negeri, yang diawali di mekah yang hanya beberapa bulan kemudian melanjtukan di program sarjana muda di fakultas sastra Arab, universitas Karachi dan tamat dengan memperoleh gelar Ph. D. Kemudian dilanjutkan Studi di Institute of Islamic studies, McGill University, Montreal, Kanada.

Di universitas McGill inilah, pemahaman A. Mukti Ali tentang Islam berubah secara fundamental. Ini terutama dihasilkan dari perkenalannya dengan metode studi agama-agama, dan pertemanan yang sangat dekat dengan professor - profesor kajian Islam di Universitas itu, khususnya Wilfred Cantwell Smith7, seorang ahli islam berkebangsaan Amerika dengan pemahaman yang sangat simpatik terhadap Islam8

7

Wilfred Cantwell Smith adalah seorang pendeta pendiri Islamic Studies di McGill University yang memiliki reputasi internasional dalam diskursus studi agama-agama. Menurut Smith, pokok dan inti permasalahan dunia selama ini terletak pada terminologi “agama” itu sendiri. Pemahaman terhadap agama inilah yang memecah-belah umat manusia menjadi sekte-sekte dan kelompok-kelompok agama yang bermacam-macam dan berbeda-beda, bahkan saling bertentangan dan berseberangan. Setiap penganaut agama-agama tersebut menganggap diri mereka sebagai kebenaran tunggal. Oleh karena itu, Smith mengusulkan untuk membuang kata “agama” tersebut, menurutnya di dunia tidak ada agama. Apa yang dianggap agama selama ini tidak lain dari sekedar nama sekumpulan keyakinan-keyakinan yang terorganisir yang terus menerus berkembang dari masa ke masa yang sebenarnya tidak memiliki esensi sama sekali yang bisa dipahami dengan jelas tanpa perdebatan. Smith dalam hal ini memahami agama hanya dalam realias empiris, sesuai dengan pendekatan yang dia gunakan yaitu empiris kemanusiaan.

8 Abdurrahman, Burhanuddin Daya, Djam’annuri (ed.), Agama dan Masyarakat……, 34. A.

Mukti Ali mengaku terkagum-kagum kepada Smith, baik dari segi intelektual, kepribadian, maupun pengalaman keagamaan. Lihat juga: Ali Munhanif, prof. Dr. A. Mukti Ali; Modernisasi Politik Keagamaan Orde Baru, (Portal Kementerian Agama, 1997), 281.


(11)

5

IV

Terdapat empat poin penting terkait pemikiran dan kebijakan A. Mukti Ali, khususnya tentang pengembangan pendidikan Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai kebijakannya sebagai berikut.9

1. Kebijakan tentang pembenahan lembaga pendidikan Islam. Upaya ini antara lain dilakukan dengan mengambil inisiatif dengan merembuk berbagai rencana itu dengan departemen lain, khususnya departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah melalui proses panjang dan hati - hati, lahirlah surat keputusan bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri P&K dan Menteri Dalam Negeri, atau yang dikenal SKB tiga menteri, No.6 Tahun 1975, dan No. 037/U/a975.10 Dalam SKB tiga menteri tersebut ditegaskan: (1) agar ijazah madrasah dalam semua jenjang dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum; (2) agar lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat dan lebih di atas; (3) agar siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat, maka kurikulum yang diselenggarakan madrasah harus terdiri dari 70% pelajaran umum, dan 30% pelajaran agama.

Melalui kebijakan SKB11 ini paling kurang ada dua hal penting bagi masa depan pendidikan Islam di Indonesia. Pertama, dalam rangka integrasi pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional. Kedua, dengan memasukkan kurikulum pelajaran umum dalam jumlah jam yang besar, diharapkan pembenahan madrasah untuk di transformasikan menjadi lembaga pendidikan yang berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia Muslim akan dapat diwujudkan. Dengan cara demikian, pengakuan

9

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, …………. , 354. 10 Ali Munhanif, prof. Dr. A. Mukti Ali……….. , 313.

11

Dalam SKB Tiga Menteri ini. Terdapat pro dan kontra dikalangan masyarakat. Termasuk para ulama’ , ustad dan pengelola pendidikan Islam yang memang orang yang langsung berurusan dengan nasib madrasah. Mereka menolak dengan menganggap dapat mematika pendidikan islam dikarenakan porsi kurikulum mata pelajaran umum itu terlalu besar. Sehingga dikawatirkan akan menghilangkan misi lembaga pendidikan Islam sebagai tempat untuk menuntut ilmu agama.


(12)

6

masyarakat terhadap keberadaan lembaga pendidikan Islam di masa mendatang semakin kuat.

2. Kebijakan tentang modernisasi lembaga pesantren. Meskipun A. Mukti Ali menjaga kemandirian pesantren dengan mempertahankan sistem atau bahkan kurikulum yang sudah berjalan, keinginannya untuk membawa pesantren ke pusat perhatian Orde Baru sangat besar.

Melalui SKB Mentri Agama dengan Menteri Pertanian No. 34 A Tahun 1972, mengadakan program bersama dengan Departemen Pertanian untuk mengadakan pembinaan pondok pesantren dalam bidang pertanian dan perikanan. Kerja sama itu juga dilakukan dengan departemen - departemen lain, yang intinya ditujukan untuk memberi pembinaan - pembinaan manajerial bagi pengelolaan lembaga pendidikan Islam.

3. Kebijakan tentang pembenahan IAIN. Segera setelah Departemen Agama mencanangkan perluasan pendidikan tinggi bagi umat Islam, sebagaimana tercantum dalam Repelita I Tahun 1969 - 1973,12 umat Islam secara beramai-ramai entah atas nama yayasan agama, organisasi, pesantren atau pribadi, mendirikan IAIN13.

Menurut laporan Departemen Agama, disebutkan bahwa pada pertengahan tahun 1973, jumlah lembaga pendidikan tinggi Islam se Indonesia ada sekitar 112 IAIN, tersebar di seluruh pelosok tanah air. Ada yang di kota besar, dan ada juga yang di kota kecamatan, bahkan di pedesaan.

Mempertimbangkan perkembangan ini, A. Mukti Ali kemudian meneliti kelayakan IAIN yang berjumlah besar itu. Hasilnya berdasarkan Keputusan Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama (Bimperta) No. 32 Tahun 1975, dari 112 IAIN itu hanya 13, semuanya terdapat di kota provinsi,

12

Repelita 1 merupakan jargon kebijakan pada masa kabinet pembangunan 1, orde baru. Tujuan diselenggarakannya repelita 1 adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar – dasar bagi pembangunan dalam tahap pemerintah berikutnya. Sasaran dari repelita 1 ini adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.

13

Terhadap IAIN, A. Mukti Ali menanam kesadaran bersama bahwa IAIN memiliki tugas yang sama dengan perguruan tinggi lainnya. Artinya, IAIN harus melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yang meliputi usaha pengajaran dan pendidikan, penelitian serta pengabdian masyarakat.


(13)

7

dan yang memenuhi syarat - syarat menjadi lembaga pendidikan tinggi agama, diberi izin untuk beroperasi. Selebihnya ditutup. Sementara IAIN yang berada di kota kabupaten, seperti Cirebon, Serang, Malang, dan mataram, yang dipandang memenuhi syarat dijadikan IAIN cabang yang secara administratif berada di bawah supervisi IAIN yang di kota provinsi. A. Mukti Ali memandang kebijakan itu sebagai sesuatu yang mendasari rencana pengembangan IAIN selanjutnya.14

4. Kebijakan peningkatan mutu IAIN. Kebijakan ini dilakukan dengan cara meningkatkan mutu tenaga pengajar di IAIN. Dalam kaitan ini, Departemen Agama mulai mengirimkan dosen - dosen untuk belajar ke luar negeri, antara lain Timur Tengah, Amerika Serikat, Belanda, dan Kanada. Menurut catatan Departemen Agama, hingga 1972, jumlah dosen IAIN dan pejabat Departemen Agama yang dikirim ke Barat ada sekitar 55 orang.15

Dalam lingkungan di IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada periode 1973 - 1978 tercatat sebanyak 32 orang dosen dikirim untuk melanjutkan studi antara lain ke Australia 6 orang, Inggris 2 orang, Mesir 7 orang, Sudan 2 orang, Kanada 9 orang dan ke Belanda 8 orang. Dilain pihak, IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta semenjak tahun 1973 telah dikirim sejumlah orang dosen untuk melanjutkan pendidikan juga untuk studi banding meninjau pusat-pusat studi di Amerika, Kanada, Eropa dan Asia.16

V

Kebijakan Departemen agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali di bidang pendidikan Islam ini penulis ambil dari (SKB) 3 menteri yaitu: Menteri Agama, Menteri P&K dan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 1975, dan No. 037/U/a975. Dengan isi kebijakan sebagai berikut: Pertama, Agar ijazah madrasah dalam semua jenjang dapat mempunyai nilai yang sama

14 Ali Munhanif, Prof. Dr. A. Mukti Ali;……, 317. 15

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan……….., 354. 16

Fuad Jabali dkk, IAIN danModernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002), 19.


(14)

8

dengan ijazah sekolah umum. Kedua, Agar lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat dan lebih di atasnya. Ketiga, Agar siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat, maka kurikulum yang diselenggarakan madrasah harus terdiri dari 70% pelajaran umum, dan 30% pelajaran agama.

Kebijakan Departemen Agama pada masa A. Mukti Ali menjadi Menteri Agama ini berdampak besar pada pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan mata pelajaran umum hampir 70 % dimasukkan ke dalam kurikulum pengajaran lembaga pendidikan Islam. Secara keseluruhan, kebijakan menteri agama ini berdampak tidak hanya pada ranah pendidikan. Hemat penulis, kebijakan ini berdampak pada system kehidupan disegala bidang. Masyarakat Indonesia mulai masuk pada masa babak baru yang ditandai dengan modernisasi lembaga pemerintahan. Dalam ranah yang lebih konkrit adalah lembaga pemerintahan tidak hanya dikuasai oleh kelompok keagamaan tertentu.


(15)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUANPEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

PEDOMAN TRANSLASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan penelitian ... 9

E. Manfaat penelitian ... 10

F. Definisi Operasional ... 11

G. Kajian terdahulu ... 12

H. Metode penelitian ... 14

I. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA A. Pendidikan Islam ... 21

1. Pengertian Pendidikan Islam ...22

2. Karakteristik dalam Pendidikan Islam ...27

3. Tujuan Pendidikan Islam ...29

4. Mengapa diperlukan Pendidikan Islam ...34

B. Politik Pendidikan Islam di Indonesia ... 36


(16)

xiii

1. Pengertian kebijakan pendidikan Islam di Indonesia ...40

2. Sejarah kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia ...42

a. Sejarah kebijakan Islam pada masa Kolonial ...42

b. Sejarah kebijakan Islam pada masa Orde lama ...47

c. Sejarah kebijakan Islam pada masa Orde baru ...50

d. Sejarah kebijakan Islam pada masa Reformasi ...52

BAB III BIOGRAFI INTELEKTUAL A. MUKTI ALI A. Masa Kecil A. Mukti Ali ... 57

B. Riwayat Pendidikan A. Mukti Ali ... 58

C. Pengenalan Dunia Politik A. Mukti Ali ... 63

D. Pendidikan A. Mukti Ali di Luar Negeri ... 69

E. Pengabdian A. Mukti Ali di bidang Pendidikan ... 75

F. Karya A. Mukti Ali... 79

G. PemikiranA. Mukti Ali ... 81

1. Di bidang Pendidikan ... 81

2. Di bidang Politik... 83

3. Di bidang sosial - keagamaan ... 86

BAB IV KEBIJAKAN DEPARTEMEN AGAMA PADA MASA A. MUKTI ALI A. Sejarah berdirinya Kementerian Agama ... 88

B. A. Mukti Ali ketika menjadi Menteri Agama ... 96

C. Kebijakan Departeman Agama pada masa A. Mukti Ali menjadi menteri agama ... 106

D. Kritik Kebijakan Departeman Agama pada masa A. Mukti Ali ... 119

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

xiv

DAFTAR TABEL


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biografi Penulis 2. Surat Tugas 3. Kartu Konsultasi


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan pendidikan merupakan hal penting untuk memajukan sebuah Negara. Jika sistem pendidikan di suatu Negara baik maka secara otomatis Negara tersebut digolongkan sebagai Negara maju. Terdapat benang merah antara kemapanan sistem pendidikan dengan kesuksesan roda pemerintahan. Sebenarnya semua persoalan yang ada di sebuah Negara akan dapat diatasi dengan kematangan pendidikan di sebuah Negara tersebut.

Krisis pendidikan dan kebudayaan akan berdampak pada krisis di segala bidang. Hal ini dikarenakan kerusakan dunia pendidikan akan mempengarui tatanan sosial yang lain termasuk sektor ekonomi, politik, agama, hukum. Maka dari itu, persoalan pendidikan menjadi hal penting untuk mensejahterakan masyarakat. Menjadi persoalan adalah banyak yang menganggap jika tanpa kesejahteraan maka pendidikan akan sulit di raih. Seperti isu lama yang sering dikumandangkan oleh para aktivis pendidikan seputar orang miskin dilarang sekolah.1

Perdebabatan seputar pendidikan memang tidak pernah pudar, seiring bertambahnya waktu serta mengarah ke masyarakat yang lebih mapan. Sejak sebelum merdeka hingga saat ini persoalan pendidikan masih tetap menarik untuk diperbincangkan. Keseriusan dalam memperbaiki pendidikan menjadi

1

Persoalan demikian pernah diulas oleh Darmaningtias dalam bukunya, Pendidikan Rusak – Rusakan. (Yogyakarta: LKIS, 2015) dan Wiwik Prasetio, Orang Miskin dilarang Sekolah (Yogyakarta: Diva Press, 2009)


(20)

2

modal awal pemerintah untuk mensejahterakan rakyat, khususnya dari kalangan menengah ke bawah yang itu sebagian besar berada di bagian terluar wilayah Indonesia.

Salah satu keseriusan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan adalah dengan menyetarakan antara lembaga pendidikan Islam dengan lembaga pendidikan nasional. Kedua lembaga ini memiliki peran yang sama yaitu sama – sama sebagai wadah anak negeri untuk memperoleh pendidikan layak yang sesuai dengan kebutuhan dari setiap individu peserta didik tersebut.

Tokoh yang berpengaruh dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia salah satunya adalah A. Mukti Ali. Dia ketika menjadi menteri agama mampu memberikan kontribusi besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan Islam. Banyak kebijakan tentang pendidikan Islam yang dikeluarkan ketika menjadi menteri agama. Salah satu jasa yang tidak pernah terlupakan hingga saat ini adalah memasukkan mata pelajaran umum ke dalam lembaga pendidikan Islam begitupun sebaliknya. 2 Selain aspek pendidikan A. Mukti Ali ini juga berperan besar terhadapat modernisasi lembaga Departemen Agama.3

Modernisasi yang dimaksud adalah perubahan paradigma yang digunakan untuk membaca permasalahan kebangsaan. Salah satunya adalah

2 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008), 354

3 Departemen Agama adalah untuk bagian dari aparatur pemerintah negara republik

Indonesia yang menangani bidang pembangunan dan kehidupan beragama dan dipimpin oleh menteri yang bertanggung jawab kepada presiden. Tugas pokoknya adalah menyelenggarakan sebagian dari tugas pemerintah dan pembangunan dibidang agama


(21)

3

ketika tentang pembentukan lembaga MUI yang pada saat itu masih dianggap tabu. Disisi lain, lembaga tersebut sebagai alat pemerintah untuk mempersatukan umat Islam yang mayoritas masih dilanda perpecahan antar golongan serta kondisi pemerintahan yang masih belum stabil.

Persoalan pendidikan Islam menjadi perhatian yang serius, karena dianggap mampu untuk memperbaiki tatanan nilai masyarakat Indonesia. Apalagi agama Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas diantara sekian banyak agama yang diakui oleh pemerintah. Informasi terbaru adalah terdapat 7 agama4 yang diakui oleh pemerintah dan ini bisa hidup berdampingan dengan saling menghormati.

Dalam tesis Max Weber (1864 - 1920) disebutkan bahwa agama dengan seperangkat ajarannya adalah spirit untuk menentukan harmoni sosial dalam kehidupan bermasyarakat (Sosio - Kultural). Sedangkan dalam tesis Emile Durkheim (1857 - 1917) dinyatakan bahwa realitas sosial (Harmoni Sosial) adalah spirit untuk menentukan tata kelola kehidupan keagamaan.5

Dengan demikian, meskipun Islam adalah agama mayoritas namun pola keberagaman yang dibangun oleh masyarakat multikultural di Indonesia adalah upaya untuk membangun keharmonisan sosial. Praktik keberagaman yang mereka kembangkan adalah upaya pengejawantahan prinsip ajaran agama masing - masing. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan

4 Pemerintah Indonesia sekarang menambah daftar agama baru yang secara resmi diakui.

Setelah Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Khonghucu, pemerintah menyatakan bahwa Baha'i merupakan agama yang keberadaannya diakui konstitusi. Lihat: http:// www. republika.co.id /berita /dunia -islam/islam-nusantara/14/07/25/n97 vws -menag-akui-bahai-sebagai-agama-baru-di-indonesia

5 Kunawi Basyir, Pola Kerukunan Antarumat Islam dan Hindu di Denpasar Bali


(22)

4

bahwa upaya membangun kerukuan antar umat beragama tidak banyak ditentukan oleh semangat keagamaan, akan tetapai struktur sosial atau lingkungan sekitar yang berperan dalam membangun pola keberagaman.6

Namun yang perlu digaris bawahi adalah, kondisi heterogenitas bangsa Indonesia ibarat pedang bermata ganda, di satu sisi kemajemukan bisa menjadi kekuatan konstruktif - produktif dalam rangka membangun bangsa. Hal ini bisa dilakukan ketika kita memiliki cetak – biru yang bisa dijadikan sebagai acuan normatif dalam mengelola heterogenitas sosial - budaya kita. Sejauh ini, Indonesia cukup teruji dalam menghadapi berbagai rintangan dan ujian yang dapat memorakporandakan bangunan kebangsaan kita. Kita memang patut berbangga atas prestasi yang sudah kita raih. Tetapi kita tidak boleh lengah terhadap hadirnya “tangan - tangan jahil” yang tidak menghendaki Indonesia utuh dan berjaya. 7

Di sisi lain, jika heterogenitas kebangsaan kita tidak bisa dikelola dengan baik, maka ia bisa menjelma menjadi kekuatan destruktif yang bisa mencabik - cabik bangunan kebangsaan yang sudah sedemikian lama terbangun di bawah panji - panji Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).8 Seperti yang terjadi pada akhir - akhir ini, banyak terjadi konflik horizontal yang mengatasnamakan agama. Entah itu dalam lingkaran se-agama atau beda se-agama. Kasus yang pertama adalah antara konflik Sunni - Syiah yang berada di Sampang, Madura pada pertengahan tahun 2013 lalu,

6 Ibid, 5 - 6

7 Masdar Hilmy, Islam, Politik & Demokrasi (Surabaya: Imtiyaz, 2014), 22. 8 Ibid, 22


(23)

5

dan di daerah Pasuruan. Kemudian kasus yang kedua adalah konflik horizontal antara Islam – Kristen di daerah Poso, Maluku dan Ambon.

Konflik yang di dasari atas nama suku adalah konflik horizontal antara etnis Madura - Dayak di daerah Sampit sekitar awal tahun 2001. Kemudian juga konflik horizontal di daerah Sambas sekitar tahun 1999. Akibat dari konflik tersebut tidak sedikit yang merenggut nyawa. Serta banyak insfrastuktur di daerah konflik yang rusak sehingga perlu ada penanganan yang serius dari pemerintah.

Problem di atas kemudian menimbulkan suatu pertanyaan. Mengapa hal itu bisa terjadi?, padahal di dalam ajaran semua agama mengajarkan kebaikan kepada sesama, selain itu tidak sesuai dengan adat ketimuran yang cenderung sopan, ramah dan gotong - royong. Ataukah tidak ada peran pemerintah untuk mencegah atau meredam konflik horizontal tersebut?

Di sini, menjadi penting untuk mengkaji masalah kebijakan pemerintah dalam memberikan tatanan nilai kepada rakyat Indonesia karena ini menjadi tonggak dasar untuk menjadikan bangsa ini bisa hidup beragam dengan mengangkat nilai - nilai pendidikan. Tetapi perlu juga untuk disampaikan bahwa arah kemanusiaan - pendidikan – pemerintah menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan karena sebenarnya menjadi suatu sistem yang saling melengkapi.

Sebenarnya, sejak A. Mukti Ali menjadi menteri agama, banyak upaya yang dilakukan demi terjadinya masyarakat yang minim konflik. Hal ini dikarenakan basis akademik beliau yang mahir dalam bidang perbandingan


(24)

6

agama. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil terbukti pada beberapa tahun kemudian setelah orde baru tumbang, banyak terjadi konflik horizontal namun kebanyakan masih sebatas dalam ruang lingkup SARA.

Dalam ranah Pendidikan Islam, dijelaskan bahwa ajaran Islam ini bersifat rahmatan lil alamin. Sehingga misi kebenaran yang diangkat adalah bagaimana bisa berhubungan baik kepada sesama manusia, alam dan Tuhan. Jika kesadaran seperti ini dimiliki oleh rakyat Indonesia maka konflik horizontal tidak akan terjadi.

Kemudian dalam kebijakan pendidikan Islam yang sebenarnya berdampak positif pada dinamika pendidikan di Indonesia karena perubahan penentu kebijakan, pemerintahan, pemimpin, sistem dan secara tidak langsung juga perubahan dalam pengambilan kebijakan sehingga ini menjadi penting untuk diteliti secara mendalam.

Dalam masa orde baru, pendidikan Islam sudah memiliki lembaga formal yang mumpuni seperti IAIN. Lembaga ini mulai diperhitungkan dalam mengembangkan peradaban nasional. Tokoh pelopor IAIN ini adalah A. Mukti Ali yang kala itu menjadi menteri agama.9

Hal menarik lain dalam kebijakan departemen agama ketika di pimpin oleh menteri agama A. Mukti Ali adalah penyetaraan lembaga pendidikan Islam dengan lembaga pendidikan umum. Memang ketika menteri agama K. H. Wahid Hasyim sudah ada tetapi ketika dipimpin oleh A. Mukti Ali, penyamaan setatus ini merata di sebagian besar Lembaga Pendidikan Islam di


(25)

7

Indonesia. Contoh konkrit adalah ketika K. H. Wahid Hasyim memimpin Departemen Agama, metode pembelajaran agama di pesantren (Pendidikan Islam) menggunakan bahasa Indonesia10 dan pada praktiknya berlaku hanya di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Namun ketika A. Mukti Ali memimpin departemen agama, pemberlakuan 70% Pelajaran Umum dan 30% Pelajaran Agama di hampir seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

Penulis menganggap penting untuk mengkaji perkembangan pendidikan Islam di masa orde baru dari sisi politik pendidikan Islamnya yang mengarah kepada proses pengambilan kebijakan Departemen Agama. Sehingga sisi yang selama ini menjadi penting dan tidak terungkap akan berusaha penulis kaji dengan orientasi yang mendalam.

Dalam pembahasan masalah kebijakan pendidikan penulis mengangkat isu - isu konseptual dan teoritik yang mampu memberikan kerangkan pemahaman utuh. Kebijakan11 bisa menunjuk kepada seperangkat tujuan, rencana atau usulan, program - program, keputusan - keputusan, menghadirkan sejumlah pengaruh, serta undang - undang atau peraturan-peraturan12 yang ini masih dalam rangkaian sistem kebijakan pendidikan Islam yang ada, khususnya pada masa A. Mukti Ali menjadi menteri agama.

10 Kebijakan departemen agama pada masa menteri agama K. H. Wahid Hasyim ini

tertuang dalam undang-undang R.I. No. 12/ 1954 pasal 5 ayat 1. Yang berbunyi, Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah bahasa pengantar di sekolah-sekolah diseluruh indonesia.

11 James E. Anderson memberikan pengertian kebijakan sebagai serangkaian tindakan

yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Lihat: James E. Anderson, Public Policy Making, (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1984, cet. ke-3), 3.

12Mudjia Rahardjo, Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer (Malang:


(26)

8

Di sinilah studi pengambilan kebijakan pendidikan Islam pada masa A. Mukti Ali menjadi penting karena didasarkan pada formulasi awal pembentukan bangsa Indonesia yang mengenal nilai - nilai pluralisme baragama yang saat itu bangsa Indonesia mengalami gejolak sosial - politik.

Dengan berimplikasi pada arah dan tujuan pendidikan secara umum. Apalagi tokoh yang diambil dalam penelitian ini merupakan sosok yang sangat berpengaruh dan keberadaannya membawa dampak yang sangat besar dalam mengarahkan bangsa Indonesia menuju peradaban yang lebih mapan. Oleh karena itu, penulis memberikan judul dalam penelitian ini adalah; Politik Pendidikan Islam di Indonesia (Studi tentang Kebijakan Departemen Agama pada masa A. Mukti Ali)

B. Batasan Masalah

Supaya penelitian ini menjawab fokus inti serta tidak memunculkan bias, maka penulis membatasi masalah pada:

Pertama, dalam pembahasan mengenai politik pendidikan Islam peneliti membatasi hanya pada ranah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan yang mengarah pada perkembangan pendidikan islam. Sehingga dengan maksud agar dapat diketahui mengenai motif pengambilan kebijakan, kondisi sosial-politik yang mempengaruhinya serta dampak dari kebijakan yang diambil.

Kedua, agar penelitian ini tetap fokus, maka peneliti membatasi pada masa orde lama kabinet pembangunan II dengan transisi waktu 28 maret 1973 sampai 29 maret 1978 pada saat itu dipimpin oleh presiden Suharto dan


(27)

9

menteri agama A. Mukti Ali, hal ini menjadi menarik karena kondisi sosial - politik yang melatar belakanginya. Dengan demikian, peneliti tidak membahas era lain yang sekiranya menjadi rangkaian sistem pendidikan sampai saat ini.

Melalui identifikasi dan batasan masalah ini, peneliti berharap dalam penelitian ini akan tetap fokus dan sistematis sehingga tidak melebar dan meluas ke arah pembahasan lain.

C. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan pusat perhatian dalam sebuah penelitian. Untuk itu, sesuai dengan latar belakang masalah sebagaimana dijabarkan di atas, maka masalah penelitian ini berusaha menjawab persoalan tentang:

1. Bagaimana Kebijakan Departemen Agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali di bidang pendidikan Islam?

2. Bagaimana Implikasi Kebijakan Departemen Agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali terhadap Pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan point rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan meneliti lebih dalam Kebijakan Departemen Agama di bidang pendidikan Islam pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali.


(28)

10

2. Sekaligus Implikasi Kebijakan Departemen Agama pada masa Menteri Agama A. Mukti Ali terhadap Pendidikan islam di Indonesia pada masa orde baru.

E. Manfaat Penelitian

Dalam kerangka penelitian ini paling tidak terdapat manfaat yang dapat diambil, diantaranya:

1. Manfaat Secara Teoritis

Dalam penelitian ini, setidaknya akan bermanfaat dalam memberikan motivasi untuk digalakkannya pembahasan lebih lanjut tentang pentingnya periode awal negara indonesia dalam mengembangkan nilai pluralisme dengan penentuan kebijakan politik pendidikan islam. Sebab, pada saat itu mengalami dinamika yang luar biasa akibat dari kondisi sosial - politik masa itu.

Penelitian ini juga berguna sebagai salah satu bahan pemikiran untuk menentukan kebijakan pemerintah dalam masyarakat. Dengan kata lain, hasil penelitian ini sebagai modal dan rekomendasi untuk kemudian diterapkan dalam perkembangan masyarakat saat ini dan dikemudian hari. 2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi pemerintah yang bertanggung jawab untuk membuat kebijakan, khususnya kebijakan dalam lembaga pendidikan Islam agar tidak salah arah dan semaunya sendiri yang itu berdampak pada instabilitas sistem pendidikan. Dengan kata lain jika pemerintah memahami jerih payah membumikan nilai pluralisme dalam pembuatan kebijakan


(29)

11

pendidikan yang pada saat itu kondisi sosial-politik yang tidak menentu.

b. Kemudian bagi praktisi pendidikan agar bisa memahami bahwa pada saat orde baru pendidikan pluralism ini diperjuangkan dan diformulasikan dengan jerih payah, sehingga ketika menjalankan tugasnya tidak terkesan asal - asalan

c. Bagi masyarakat secara umum agar memahami dan mempelajari betul kebijakan pemerintah dalam ranah pendidikan sehingga bisa mengontrol ketentuan yang ditelurkan oleh pemerintah.

F. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai dengan arah dari judul penelitian ini, maka perlu kiranya penulis menjelaskan beberapa unsur istilah yang terdapat dalam judul Tesis ini, di antaranya:

1. Politik Pendidikan Islam

Dalam penelitian ini, politik pendidikan Islam dimaknai sebagai suatu proses pendekatan atau metode untuk mencapai tujuan pendidikan islam yang dikehendaki, sesuai dengan nilai - nilai keislaman yang selama ini menjadi prinsip hidup. Semisal tentang anggaran pendidikan, kebijakan pemerintah serta partisipasi masyarakat, sehingga terbentuknya manusia Indonesia yang berkualitas, penyangga ekonomi nasional serta pembentuk bangsa yang berkarakter.


(30)

12

Kebijakan yang dimaksud dalam hal ini adalah kebijakan yang menunjuk pada seperangkat tujuan, rencana atau usulan, program-program, keputusan-keputusan, menghadirkan sejumlah pengaruh, serta undang-undang atau peraturan - peraturan,13 sehingga Bertolak dalam pemahaman ini, kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan pemerintah dalam ranah pendidikan sehingga rangkaian sistem yang dimaksud di atas adalah bagian dalam kebijakan pendidikan yang diemban oleh pemerintah.

Dengan demikian maka term atau makna dari judul Tesis: “Politik Pendidikan Islam di Indonesia (Studi tentang Kebijakan Departemen Agama pada masa A. Mukti Ali)” adalah meninjau tentang pengambilan kebijakan oleh pemerintah dalam mengembangkan pendidikan islam yang ini difokuskan pada masa menteri agama A. Mukti Ali.

G. Kajian Terdahulu

Pada sub bab kajian terdahulu ini dengan Tesis yang berjudul; Politik Pendidikan Islam di Indonesia (Studi tentang Kebijakan Departemen Agama pada masa A. Mukti Ali). Fokus pada dua pembahasan pertama adalah kajian kepustakaan yang berkaitan dengan kebijakan Departemen Agama dan yang kedua adalah kajian tentang pemikiran A. Mukti Ali dalam berbagai bidang. 1. Penelitian yang membahas tentang kebijakan Departemen Agama penulis

menemukan beberapa diantaranya adalah:


(31)

13

a. Pesantren dan Madrasah dalam Politik Pendidikan Islam di

Indonesia.14Penelitian ini berupa Thesis yang ditulis oleh Wahyudi

pada Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri. Konsentrasi bidang Pendidikan agama islam. Penelitian ini mencoba memberikan gambaran, bagaimana pesantren dan madrasah bisa muncul sebagai lembaga pendidikan yang mampu memberikan arahan dan pengembangan rakyat pribumi dan merupakan embrio dari pendidikan modern masa kini.

b. Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebijakan Pendidikan

Agama Islam dari Praproklamasi ke Reformasi.15Karya abd rachman

assegaf ini merupakan buku yang diterbitkan dari hasil Desertasinya di Program Pasca Sarjana UIN Jogjakarta. Buku terbitan kurnia kalam ini menjelaskan rangkaian kebijakan pemerintah dalam pendidikan agama islam serta menggambarkan rangkaian sejarahnya.

c. Politik Pendidikan Islam di Indonesia: Studi Analisis Kebijakan

Pendidikan Islam Pasca Orde Baru.16 Karya Choirul Mahfud ini

merupakan desertasi di program pasca sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam desertasi ini menjelaskan tentang fenomena perpolitikan bangsa Indonesia pasca 1998 terhadap pendidikan islam, serta relasi politik dengan pendidikan secara umum.

14 Wahyudi, Pesantren dan Madrasah dalam politik Islam di Indonesia, (Tesis STAIN

Kediri, 2002)

15 Abd. Rachman Assegaf, Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebijakan Pendidikan Agama Islam dari Praproklamasi ke Reformasi, (Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005)

16 Choirul Mahfud, Politik Pendidikan Islam di Indonesia; Studi Analisis Kebijakan Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, (Desertasi - IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013)


(32)

14

2. Penelitian yang membahas tentang pemikiran A. Mukti Ali diantaranya adalah:

a. A. Mukti Ali; Modernisasi Politik - Keagamaan Orde Baru17. Karya

Ali Munhanif ini adalah merupakan artikel kementerian agama yang menjelaskan tentang perjalanan kementerian agama ketika dipimpin oleh A. Mukti Ali, seperti: kebijakan politik, arah modernisasi kelembagaan, pembaharuan kurikulum lembaga pendidikan islam.

b. Studi Agama Dalam Perspektif H. A. Mukti Ali18. Karya Siti

Khamnah ini merupakan sekripsi di jurusan Perbandingan Agama Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Yang menjelaskan tentang kajian perbandingan agama di Indonesia mulai dari pemahaman akan keberagaman sampai pemahaman akan kebenaran universal dari setiap agama.

Dari uraian kajian kepustakaan diatas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa masih belum ada penelitian yang mengkaji tentang; Politik Pendidikan Islam di Indonesia (Studi tentang Kebijakan Politik Pendidikan Islam Pada Masa A. Mukti Ali).

H. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan, mengolah dan menganalisis data, maka langkah-langkah yang harus dijelaskan terkait dengan hal-hal teknis dalam metodologi penelitian ini, adalah sebagai berikut:

17 Ali Munhanif, A. Mukti Ali; Modernisasi Politik - Keagamaan Orde Baru, (kementerianagama, 1997)

18 Siti Khamnah, Studi Agama Dalam Perspektif H. A. Mukti Ali, (Sekripsi - UIN Sunan


(33)

15

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library reseach). Mengacu pada term penelitian kepustakaan sendiri adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah data penelitian.19Melihat dari segi jenisnya, penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif20, yakni penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.21

2. Pendekatan penelitian

Penelitian ini bercorak historis – faktual22karena mengarah pada pengambilan kebijakan masa lalu. Serta deskribtif - analisis23yaitu dengan memberikan gambaran secara utuh tentang kebijakan politik pendidikan Islam. kemudian dianalisis berdasarkan konsep prinsip – prinsip politik pendidikan islam di indonesia.

3. Sumber Data yang digunakan

a. Sumber Primer

19 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, cet.

Ke-3, 2004), 3.

20 Sugiyono menjelaskan penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang

berbeda-beda. Salah satunya adalah untuk meneliti sejarah perkembangan kehidupan seorang tokoh atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif.

21 Nana SyaodihSukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Jakarta: PT. Remaja Rosda

karya, 2007), 60.

22 Anton Barker, MetodeMetode Filsafat, (Jakarta: Galia Indonesia, 1984), 136.

23 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, Cet. Ke-7,


(34)

16

Penulis mengkaji pemikiran A. Mukti Ali, tentang politik dan pendidikan yang terdapat pada beberapa karya ilmiahnya baik berupa artikel maupun buku, antara lain;

1) Mukti Ali, Etika Agama dalam Pembinaan Kepribadian Nasional

dan Pemberantasan Kemiskinan dari Segi Agama Islam,

Yogyakarta; yayasan Nisa, 1971

2) Mukti Ali, Masalah Komunikasi Ilmu Pengetahuan dalam Rangka

Pembangunan Nasional, Yogyakarta; Yayasan Nida, 1971

3) Mukti Ali, Dialog Antar Agama, Yogyakarta: Yayasan Nida, 2970 4) Mukti Ali, Beberapa Masalah Pendidikan Agama di Indonesia,

Yogyakarta: Yayasan Nida, 1971

5) Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: rajawali press, 1981

6) Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Bandung: Mizan, 1988

7) Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, Jakarta: Bulang Bintang, 1991

8) Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan, 1991

9) Mukti Ali, Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer, Yogyakarta: Yayasan Nida, 1997


(35)

17

Adapaun sumber sekunder diambil dari karya tulis diambil dari buku maupun artikel yang secara konsen mengkaji tentang departemen agama pada masa A. Mukti Ali, antara lain;

1) Ali Munhanif, A. Mukti Ali; Modernisasi Politik Keagamaan Orde Baru, Portal Kementerian Agama, 1997

2) Abdurrahman, Burhanuddin Daya, Djam’annuri (ed.), Agama dan

Masyarakat; 70 tahun H. A. Mukti Ali, Yogyakarta: IAIN Sunan

Kalijaga Prees, 1993

3) Abd. Rachman Assegaf, Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebijakan Pendidikan Agama Islam dari Praproklamasi ke

Reformasi, Jogjakarta: Kurnia Kalam, 2005

4) Mudjia Rahardjo, Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer, Malang: UIN-MALIK PRESS, 2010

5) Masdar Hilmy, Islam, Politik & Demokrasi, Surabaya: Imtiyaz, 2014

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, yaitu mencari atau mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable penelitian yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, prasasti, rapat, leger, dan penelitian ini bersifat kepustakaan.

Oleh karena itu langkah yang dapat ditempuh peneliti sebagai upaya menyelaraskan metode documenter tersebut, antara lain:


(36)

18

a. Reading, yaitu dengan membaca dan mepelajari literature - literatur yang

berkenaan dengan tema penelitian.

b. Writing, yaitu membuat catatan data yang berkenaan dengan penelitian.

c. Editing, yaitu memeriksa validitas data secara cermat mulai dari

kelengkapan referensi, arti dan makna, istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan dan semuacatatan data yang telah dihimpun.

d. Untuk keseluruhan data yang diperlukan agar tekumpul, maka tindakan analisis data yang bersifat kualitatif dengan maksud mengorganisasikan data.24yang kemudian proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dalam berbagai sumber.25

5. Teknik Analisis Data

Adapun tehnik analisis data dari penelitian ini adalah menggunakan instrument analisis deduktif dan content analysis atau analisa isi26. Dengan menggunakan analisis deduktif, langkah yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah dengan cara menguraikan beberapa data yang bersifat umum yang kemudian ditarik keranah khusus atau kesimpulan yang pasti.27

Content analysis penulis perguanakan dalam pengolahan data dalam

pemilahan pembahasan dari beberapa gagasan atau yang kemudian dideskripsikan, dibahas dan dikritik. Selanjutnya dikelompokan dengan data

24Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ……, 103. 25Ibid., 193.

26 Peneliti menganggap bahwa, penelitian ini menggunakan tekhnik analisis data (Content Analisis), karena penelitihan ini berangkat dari studi tokoh yang di dapatkan dari data-data tempo dulu (naskah). Sehingga ada yang mengatakan bahwa ini merupakan penelitihan naskah.

27Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet.


(37)

19

yang sejenis, dan dianalisa isinya secara kritis guna mendapatkan formulasi yang kongkrit dan memadai, sehingga pada akhirnya penulis pergunakan sebagai langkah dalam mengambil kesimpulan sebagaijawaban dari rumusan masalah yang ada.

Maksud penulis dalam penggunanaan teknik Content analysis ialah untuk memper tajam maksud dan inti data-data, sehingga secara langsung memberikan ringkasan pada tentang fokus utama pola kebijakan politik pendidikan islam, analisis ini penting untuk dijadikan rambu-rambu agar uraian yang ditulis dalam penelitian ini tidak jauh melebar dari fokus inti pembahasan.28

I. Sistematika Pembahasan

Agar penyusunan penelitian ini selaras dengan fokus bidang kajian, maka dibutuhkan sistematika pembahasan. Adapun rancangan sistematika pembahasan dalam penyusunan penelitian ini antara lain:

Bab pertama, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, batasan masalah, metode penelitian yang meliputi: (jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data), sistematika pembahasan.

Bab kedua, Kajian teori. Dalam bab ini dibahas tentang teori atau konsepsi pembahasan politik pendidikan. Adapun kajian pada bab ini

28Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Raka Sarasin, 2000),


(38)

20

mencakup: teori politik pendidikan Islam dan teori kebijakan politik pendidikan Islam menurut berbagai tokoh.

Bab ketiga, membahas tentang profil dari A. Mukti Ali dan menjelaskan sejarah intelektual beliau sejak masa kanak - kanak sampai menjadi orang yang berpengaruh untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Bab ke empat, membahas tentang kebijakan politik pendidikan Islam yang ini dibatasi pada masa orde baru kabinet pembangunan II dengan transisi waktu 28 Maret 1973 sampai 29 Maret 1978 pada saat itu dipimpin oleh presiden Suharto dan menteri agama A. Mukti Ali. Selain itu juga diuraikan mengenai hal menarik yang mempengaruhi kebijakan – kebijakan tersebut, serta pengaruhnya pada masa sesudahnya.

Bab ke lima, tentang penutup yaitu menguraikan tentang kesimpulan dan saran - saran. Diteruskan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.


(39)

122

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemaparan bab demi bab mengenai “Politik Pendidikan Islam di Indonesia; Stadi tentang Kebijakan Departemen Agama pada masa A Mukti Ali” ketika menjadi menteri agama telah sampailah dalam sebuah penarikan kesimpulan yang akan saya deskribsikan sebagai berikut:

1. Mukti Ali menjadi menteri pada masa orde lama yaitu pada kabinet pembangunan II dengan transisi waktu 28 maret 1973 sampai 29 maret 1978. Pada masa itu, banyak perubahan yang telah dilakukan dan itu memberikan dampak besar terhadap pendewasaan berfikir masyarakat Indonesia. Langkah konkrit yang dilakukan adalah memodernisasi lembaga departemen agama dengan mengusung jargon pengembangan manusia seutuhnya. Maksud dari pengembangan manusia seutuhnya ini adalah keselarasan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum bagi masyarakat Indonesia. Melalui (SKB) 3 menteri yaitu: Menteri Agama, Menteri P&K dan Menteri Dalam Negeri. A. Mukti Ali memberikan bukti dalam upayanya mereformulasi sistem pendidikan Islam di Indonesia. Karena sejak saat itu sampai sekarang. Istilah dikotomi pendidikan antara pendidikan Islam dan pendidikan umum sedikit demi sedikit dihilangkan. Bahkan melalui jasanya pula, lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Departemen Agama mulai diperhitungkan. Adapun isi kebijakan dari SKB tiga menteri No.6 Tahun 1975, dan No. 037/U/a975. Sebagai berikut: Pertama, Agar ijazah


(40)

123

madrasah dalam semua jenjang dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum. Kedua, Agar lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat dan lebih di atasnya. Ketiga, Agar siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat, maka kurikulum yang diselenggarakan madrasah harus terdiri dari 70% pelajaran umum, dan 30% pelajaran agama.

Kemudian, kebijakan tentang modernisasi lembaga pesantren. Melalui SKB Mentri Agama dengan Menteri Pertanian No. 34 A Tahun 1972, mengadakan program bersama dengan Departemen Pertanian untuk mengadakan pembinaan Pondok Pesantren dalam bidang pertanian dan perikanan. Melalui kebijakan ini, A. Mukti Ali berusaha untuk memberi pembinaan - pembinaan manajerial bagi pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Di sisi lain, memberikan kemandirian terhadap lembaga pendidikan pesantren dengan mengembangkan sistem ekonomi yang berbasis pada pedesaan. Serta, Kebijakan tentang pembenahan IAIN sebagai bentuk pemenuhan pendidikan Islam pada tataran perguruan tinggi. Serta peningkatan mutu IAIN dengan cara meningkatkan mutu tenaga pengajar di IAIN.

2. Kebijakan Departemen Agama pada masa A. Mukti Ali menjadi Menteri Agama ini berdampak besar pada pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan mata pelajaran umum hampir 70 % dimasukkan ke dalam kurikulum pengajaran lembaga pendidikan Islam. Secara keseluruhan, kebijakan menteri agama ini berdampak tidak hanya pada ranah


(41)

124

pendidikan. Hemat penulis, kebijakan ini berdampak pada system kehidupan disegala bidang. Masyarakat Indonesia mulai masuk pada masa babak baru yang ditandai dengan modernisasi lembaga pemerintahan. Dalam ranah yang lebih konkrit adalah lembaga pemerintahan tidak hanya dikuasai oleh kelompok keagamaan tertentu.

B. Saran-saran

Peneliti menyadari bahwa terdapat banyak ketidak sempurnaan dalam penulisan Tesis ini. Disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam berbagai hal. Namun peneliti mempunyai harapan dan ingin memberikan sedikit saran demi perbaikan penelitihan selanjutnya.

Pertama, penelitihan ini merupakan hasil dari jerih payah penulis

untuk mengetahu seberapa besar pengaruh A. Mukti Ali terhadap pendidikan Islam ketika beliau menjabat sebagai menteri agama. Dan ternyata sangat besar, maka untuk mengetahui hal tersebut, perlu kiranya untuk membaca secara keseluruhan Tesis ini. Kedua, Apabila dikemudian hari ada pihak yang hendak meneliti tentang hal serupa dengan penelitian ini, maka akan lebih baik apabila hal tersebut direfleksikan dalam konteks kekinian. Dihubungkan dan diperkaya dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli kebijakan politik pendidikan Islam.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Depag RI., Alqur’an dan Terjemahnya, Semarang : Kumudasmoro Grafindo,1994 Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Buku Pedoman Penulisan

Makalah, Proposal, Tesis, dan Disertasi Program Pascasarjana IAIN

Sunan Ampel Surabaya, 2011

Darmaningtias, Pendidikan Rusak – Rusakan, Yogyakarta: LKIS, 2015

Wiwik Prasetio, Orang Miskin dilarang Sekolah, Yogyakarta: Diva Press, 2009 Nata. Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008

Hilmy. Masdar, Islam, Politik & Demokrasi, Surabaya: Imtiyaz, 2014

Anderson. James E., Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart and Winston, cet. ke-3, 1984,

Rahardjo. Mudjia, Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer, Malang: UIN-MALIK PRESS, 2010

Assegaf. Abd. Rachman, Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebijakan

Pendidikan Agama Islam dari Praproklamasi ke Reformasi, Jogjakarta:

Kurnia Kalam, 2005

Munhanif. Ali, Prof. Dr. A. Mukti Ali; Modernisasi Politik - Keagamaan Orde

Baru, KementerianAgama, 1997

Zed. Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, cet. Ke-3, 2004

Sukmadinata. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosda karya, 2007

Barker. Anton, Metode – Metode Filsafat, Jakarta: Galia Indonesia, 1984

Moleong. Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, Cet. Ke-7, 2002


(43)

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke- 10, , 2009

Muhajir. Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Raka Sarasin, 2000

Muhaimin - Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: PT Trigenda Karya, 1993

Al - Naquib Al-Attas. Muhammad, konsep pendidikan dalam Islam Bandung: Mizan, cet VI, 1994

Ali. Mukti, Penelitian Agama di Indonesia dalam Mulyanto Sumardi Penelitian

Agama Masalah dan Pemikiran, Jakarta: Sinar Harapan, 1982

Muhsin, Politik Hukum Dalam Pendidikan Nasional, Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 2007

Suryadi. Ace, Analisis Kebijakan Pendidikan suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994

Sirozi. Muhammad, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran

tokoh-tokoh Islam dalam penyusunan UU No. 2/1989, Jakarta: - , 2004

Mustafa, Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Untuk Fakultas

Tarbiyah Komponen MKK, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998

Zuhairini, et al, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Djamas. Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, Jakarta: Rajawali Press, 2008

Kam Hing. Lee, Education and Politics in Indonesia 1945-1965. Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1995

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos, 1999

Husein. Machnun, Pendidikan Islam dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981


(44)

Nata. Abudin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2011

Poerbakawatja. Soegarda, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1970

Sumardi. Muljanto, Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: LPIAK bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Depag, 1977

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003

Hisbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya

terhadap penyelanggaraan Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2010

Darmaningtiyas dkk, Membongkar Ideoogi Pendidikan, Jelajah Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Resolusi Press, 2004

Abdurrahman, Burhanuddin Daya, Djam’annuri (ed.), Agama dan Masyarakat; 70

tahun H. A. Mukti Ali Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Prees, 1993

Lukman, Studi Kritis Terhadap Konsep Perbandingan Agama Abdul Mukti Ali, Tesis UIKA, 2013

Masdar Hilmi, Studi Islam;Dinamika Baru, Surabaya: Arkola, 2005

Ali. Mukti, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga Press, 1990

Benda. Harry J, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, terj. Daniel Dakhidae dari The Crescent and The Rising Sun, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984

Hasan. Kamil, Muslim Intelectuals Responses To “New Order” Modernization In

Indonesia Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian

Pelajaran Malaysia, 1982


(45)

Kayo. Bahrun, Agama dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama, 1973

Moertopo. Ali, Akselerasi Modernisasi Indonesia, Jakarta: CSIS, 1975 Moertopo. Ali, Strategi Pembangunan Indonesia, Jakarta: CSIS, 1975

Nasution. Khairuddin, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan

perbandingann hukum perkawinan di dunia Muslim, 2009

Jabali. Fuad, dkk, IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002

Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2005

Mahfud. Choirul, Politik Pendidikan Islam di Indonesia; Studi Analisis Kebijakan

Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, Desertasi - IAIN Sunan Ampel

Surabaya, 2013

Kahsim. Muhsin, Wahid Hasyim dan pendidikan agama (kajian historis), Yogyakarta: - Tesis Sarjana Pendidikan, UINSUKA , 1998

Wahyudi, Pesantren dan Madrasah dalam politik Islam di Indonesia, Tesis – STAIN Kediri, 2002

Khamnah. Siti, Studi Agama Dalam Perspektif H. A. Mukti Ali, Sekripsi - UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2003

Wahyudi, Pesanteren dan Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, Sejarah Pendidikan Islam, Kediri: - 2011

Lukman, Studi Kritis Terhadap Konsep Perbandingan Agama Abdul Mukti Ali, Tesis UIKA, 2013

Basyir. Kunawi, Pola Kerukunan Antarumat Islam dan Hindu di Denpasar Bali, Surabaya: ISLAMICA, Jurnal Studi Keislaman, Volume 8, Nomer 1, September 2013


(46)

Ridwan. Kaprawi, “Langkah peningkatan pendidikan Islam, dalam lokakarya penyusunan kurikulum dan dana logistik pondok pesantren,” Departemen Agama RI, di Jakarta, 19-22 Agustus 1976

Munhanif. Ali, “Islam and The Struggle for Religious Pluralism: A Reading of the

Religious Thought of Mukti Ali,” dalam Studi Islamika, Vol. 3 No. 1, 1996

Alfian, Suharto and The Question of Political Stability, Pacific Community, Vol. II, No. 3, April, 1971

E. Ward. Kennet, The 1971 Election In Indonesia, Monash University Papers on Southeast Asia, No 2, 1974

Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia Edisi Revisi 2011 Hasil Rakernas MUI Tahun 2011, Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2011

Profil Majelis Ulama Indonesia: Pusat dan Sumatera Utara, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara, 2006

http:// www. republika.co.id /berita /dunia -islam/islam-nusantara/14/07/25/n97 vws -menag-akui-bahai-sebagai-agama-baru-di-indonesia

http://www.artikelbagus.com/2012/04/pendidikan-islam.html (diakses pada tanggal 01 Juli 2015)

http://www.kompasiana.com/www.outlook.com/menelisik-pendidikan-islam-di-indonesia 54f92544a33311fc078b477c (di akses pada tanggal 01 Juli 2015)

https://islamiced.wordpress.com/tugas/ilmu-pendidikan-islam/pengertian-dasar-dan-tujuan-pendidikan-islam/ (di akses pada tanggal 01 Juli 2015)

http://anwarbook.blogspot.com/2011/11/pemikiran-pendidikan-prof-dr-h-mukti.html (di akses 14 desember 2014)

http://leliana85.blogspot.com/2011/02/kebangkitan-dan-pertumbuhan-madrasah.html (di akses pada tanggal 01 Juli 2015)


(47)

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Agama_Indonesia (di akses tanggal 19 April 2015)

http://id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-Inlandsche_School (di akses pada tanggal 23 november 2014)

Lihat; http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Syuro_Muslimin_Indonesia (di akses pada tanggal 23 November 2014).

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Agama_Indonesia (di akses tanggal 19 April 2015)

http://mansalatiga.sch.id/info-100-perayaan-milad-man-salatiga-ke-25.html (di akses pada tanggal 5 September 2015)


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Depag RI., Alqur’an dan Terjemahnya, Semarang : Kumudasmoro Grafindo,1994

Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Buku Pedoman Penulisan

Makalah, Proposal, Tesis, dan Disertasi Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011

Darmaningtias, Pendidikan Rusak – Rusakan, Yogyakarta: LKIS, 2015

Wiwik Prasetio, Orang Miskin dilarang Sekolah, Yogyakarta: Diva Press, 2009

Nata. Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008

Hilmy. Masdar, Islam, Politik & Demokrasi, Surabaya: Imtiyaz, 2014

Anderson. James E., Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart and

Winston, cet. ke-3, 1984,

Rahardjo. Mudjia, Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer, Malang:

UIN-MALIK PRESS, 2010

Assegaf. Abd. Rachman, Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebijakan

Pendidikan Agama Islam dari Praproklamasi ke Reformasi, Jogjakarta: Kurnia Kalam, 2005

Munhanif. Ali, Prof. Dr. A. Mukti Ali; Modernisasi Politik - Keagamaan Orde

Baru, KementerianAgama, 1997

Zed. Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

cet. Ke-3, 2004

Sukmadinata. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja

Rosda karya, 2007

Barker. Anton, Metode – Metode Filsafat, Jakarta: Galia Indonesia, 1984

Moleong. Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, Cet. Ke-7,


(2)

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,

Cet. Ke- 10, , 2009

Muhajir. Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Raka Sarasin,

2000

Muhaimin - Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: PT Trigenda

Karya, 1993

Al - Naquib Al-Attas. Muhammad, konsep pendidikan dalam Islam Bandung:

Mizan, cet VI, 1994

Ali. Mukti, Penelitian Agama di Indonesia dalam Mulyanto Sumardi Penelitian

Agama Masalah dan Pemikiran, Jakarta: Sinar Harapan, 1982

Muhsin, Politik Hukum Dalam Pendidikan Nasional, Surabaya: PT. Bina Ilmu

Offset, 2007

Suryadi. Ace, Analisis Kebijakan Pendidikan suatu Pengantar, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1994

Sirozi. Muhammad, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran

tokoh-tokoh Islam dalam penyusunan UU No. 2/1989, Jakarta: - , 2004

Mustafa, Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Untuk Fakultas

Tarbiyah Komponen MKK, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998

Zuhairini, et al, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Djamas. Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,

Jakarta: Rajawali Press, 2008

Kam Hing. Lee, Education and Politics in Indonesia 1945-1965. Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1995

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos, 1999

Husein. Machnun, Pendidikan Islam dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Nur


(3)

Nata. Abudin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2011

Poerbakawatja. Soegarda, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Jakarta:

Gunung Agung, 1970

Sumardi. Muljanto, Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:

LPIAK bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Depag, 1977

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003

Hisbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya

terhadap penyelanggaraan Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010

Darmaningtiyas dkk, Membongkar Ideoogi Pendidikan, Jelajah Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Resolusi Press, 2004

Abdurrahman, Burhanuddin Daya, Djam’annuri (ed.), Agama dan Masyarakat; 70 tahun H. A. Mukti Ali Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Prees, 1993

Lukman, Studi Kritis Terhadap Konsep Perbandingan Agama Abdul Mukti Ali,

Tesis UIKA, 2013

Masdar Hilmi, Studi Islam;Dinamika Baru, Surabaya: Arkola, 2005

Ali. Mukti, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Yogyakarta, IAIN Sunan

Kalijaga Press, 1990

Benda. Harry J, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, terj. Daniel Dakhidae dari The

Crescent and The Rising Sun, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984

Hasan. Kamil, Muslim Intelectuals Responses To “New Order” Modernization In

Indonesia Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1982


(4)

Kayo. Bahrun, Agama dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Departemen

Agama, 1973

Moertopo. Ali, Akselerasi Modernisasi Indonesia, Jakarta: CSIS, 1975

Moertopo. Ali, Strategi Pembangunan Indonesia, Jakarta: CSIS, 1975

Nasution. Khairuddin, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan

perbandingann hukum perkawinan di dunia Muslim, 2009

Jabali. Fuad, dkk, IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002

Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2005

Mahfud. Choirul, Politik Pendidikan Islam di Indonesia; Studi Analisis Kebijakan

Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, Desertasi - IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013

Kahsim. Muhsin, Wahid Hasyim dan pendidikan agama (kajian historis),

Yogyakarta: - Tesis Sarjana Pendidikan, UINSUKA , 1998

Wahyudi, Pesantren dan Madrasah dalam politik Islam di Indonesia, Tesis –

STAIN Kediri, 2002

Khamnah. Siti, Studi Agama Dalam Perspektif H. A. Mukti Ali, Sekripsi - UIN

Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2003

Wahyudi, Pesanteren dan Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia,

Sejarah Pendidikan Islam, Kediri: - 2011

Lukman, Studi Kritis Terhadap Konsep Perbandingan Agama Abdul Mukti Ali,

Tesis UIKA, 2013

Basyir. Kunawi, Pola Kerukunan Antarumat Islam dan Hindu di Denpasar Bali,

Surabaya: ISLAMICA, Jurnal Studi Keislaman, Volume 8, Nomer 1, September 2013


(5)

Ridwan. Kaprawi, “Langkah peningkatan pendidikan Islam, dalam lokakarya

penyusunan kurikulum dan dana logistik pondok pesantren,” Departemen Agama RI, di Jakarta, 19-22 Agustus 1976

Munhanif. Ali, “Islam and The Struggle for Religious Pluralism: A Reading of the Religious Thought of Mukti Ali,” dalam Studi Islamika, Vol. 3 No. 1, 1996

Alfian, Suharto and The Question of Political Stability, Pacific Community, Vol.

II, No. 3, April, 1971

E. Ward. Kennet, The 1971 Election In Indonesia, Monash University Papers on Southeast Asia, No 2, 1974

Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia Edisi Revisi 2011 Hasil Rakernas MUI Tahun 2011, Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2011

Profil Majelis Ulama Indonesia: Pusat dan Sumatera Utara, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara, 2006

http:// www. republika.co.id /berita /dunia -islam/islam-nusantara/14/07/25/n97 vws -menag-akui-bahai-sebagai-agama-baru-di-indonesia

http://www.artikelbagus.com/2012/04/pendidikan-islam.html (diakses pada

tanggal 01 Juli 2015)

http://www.kompasiana.com/www.outlook.com/menelisik-pendidikan-islam-di-indonesia 54f92544a33311fc078b477c (di akses pada tanggal 01 Juli 2015)

https://islamiced.wordpress.com/tugas/ilmu-pendidikan-islam/pengertian-dasar-dan-tujuan-pendidikan-islam/ (di akses pada tanggal 01 Juli 2015)

http://anwarbook.blogspot.com/2011/11/pemikiran-pendidikan-prof-dr-h-mukti.html (di akses 14 desember 2014)

http://leliana85.blogspot.com/2011/02/kebangkitan-dan-pertumbuhan-madrasah.html (di akses pada tanggal 01 Juli 2015)


(6)

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Agama_Indonesia (di akses tanggal 19 April 2015)

http://id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-Inlandsche_School (di akses pada tanggal 23 november 2014)

Lihat; http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Syuro_Muslimin_Indonesia (di akses pada tanggal 23 November 2014).

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Agama_Indonesia (di akses tanggal 19 April 2015)

http://mansalatiga.sch.id/info-100-perayaan-milad-man-salatiga-ke-25.html (di