PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS DI BANK JATIM SYARIAH CAPEM GRESIK.

(1)

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DALAM

MENINGKATKAN PROFITABILITAS DI BANK JATIM

SYARIAH CAPEM GRESIK

JURNAL SKRIPSI

Oleh:

VIDYA DWI PUTRI APRILIANI C74211180

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

v ABSTRAK

Sebagai lembaga keuangan yang bergerak di bidang perbankan syariah, fungsi utama dari bank syariah adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Salah satu produk penyaluran dana adalah pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu produk yang paling diminati oleh nasabah perbankan syariah sebagai penggerak di sektor usaha. Dengan tingkat pertumbuhan pembiayaan yang semakin meningkat maka perlunya perbankan syariah dalam menerapkan manajamen risiko dalam menjaga kesehatan keuangan bank sebagai upaya dalam mengolah risiko pembiayaan yang dihadapi. Skripsi ini berjudul “Penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik” untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik dan bagaimana cara meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.

Penelitian ini dilakukan di Bank Jatim Syariah Cabang Pembantu Gresik yang merupakan peneltian kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Gresik dalam meningkatkan profitabilitas. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data di penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Bank Jatim Syariah Capem Gresik telah menerapkan manjemen risiko pembiayaan dalam kegiatan operasionalnya. sebagai UUS Bank Jatim penerapan manajemen risiko di BJS dipimpin oleh seorang Direktur Kepatuhan. Yang membedakan adalah adanya kewenangan DPS yang mengawasi secara langsung semua transaksi agar sesuai dengan prinsip syariah.

Dalam pengolahan risiko di BJS Capem Gresik telah sesuai dengan arahan dan pedoman dari Bank Jatim Syariah. Penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah meliputi proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian. Analisis pembiayaan yang digunakan menggunakan 5C. Dengan pengolahan risiko tersebut Bank Jatim Syariah secara efektif dapat meningkatkan profitabilitas. Dengan total pembiayaan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan Bank Jatim Syariah Capem Gresik dari tahun 2011-2014 masing-masing 8,375%, 20,592%, 30,581% dan 54,902% namun BJS Capem Gresik tetap menjaga perolehan NPF yang tidak melebihi 5% yang masing-masing pada tahun 2011-2014 perolehan NPF sebesar 0,00%, 0,06%, 0,08%, dan 0,00%. Keadaan ini berdampak positif terhadap peolehan ROA di Bank Jatim Syariah yang setiap tahunnya mengalami peningkatan masing-masih pada tahun 2011-2014 sebesar -5%, 2%, 2%, dan 3%.

BJS Capem Gresik diharapkan untuk tetap memperhatikan pengolahan risiko pembiayaan karena dengan perolehan profitabilitas yang semakin meningkat, diharapkan BJS Capem Gresik agar tetap menjaga tingkat kesehatan keuangan bank dalam mengelola risiko pembiayaan yang bertujuan untuk menarik investor dalam menanamkan modal.


(6)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI. ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi dan batasan masalah ... 10

C. Rumusan masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan penelitian ... 13

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 13

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Risiko ... 24

1. Pengertian Manajemen ... 24

2. Pengertian Risiko ... 29

3. Pengertian Manajemen Risiko ... 31

B. Manajemen Risiko Pembiayaan ... 37

1. Pengertian Pembiayaan... 37

2. Jenis Pembiayaan ... 37

3. Risiko Pembiayaan ... 38


(7)

x

C. Profitablitas Bank Syariah ... 55

1. Pengertian Profitabilitas ... 55

2. Profitabilitas dalam perbankan syariah ... 56

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DI BANK JATIM SYARIAH CAPEM GRESIK A. Profil Bank Jatim Syariah ... 60

1. Sejarah dan gambaran umum Bank Jatim Syariah ... 60

2. Visi dan misi Bank Jatim Syariah ... 63

3. Strategi ... 64

4. Motto ... 64

5. Produk dan layanan Bank Jatim Syariah ... 64

6. Manajemen Bank Jatim ... 66

7. Struktur organisasi Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 66

B. Penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 69

C. Meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik... 81

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS DI BANK JATIM SYARIAH CAPEM GRESIK A. Analisis Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 87

B. Analisis Meminimalisir Risiko Pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 100

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, perbankan menjadi suatu tempat yang tidak lepas dari segala bentuk transaksi perokonomian terutama yang berhubungan dengan keuangan. Kondisi perbankan yang sehat dalam negara mencerminkan bahwa negara tersebut mengalami kestabilan perokonomian. Maka tidak mengherankan bahwa pemerintah disetiap negara memberikan perhatian yang khusus dalam perbankan.

Lembaga perbankan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu bank umum yang bersifat konvensional dan bank umum yang bersifat syariah. Bank umum yang bersifat konvensional adalah bank yang pelaksanaan operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee), sedangkan bank umum yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini berkembang dengan sanagt pesat. Terbukti dengan semakin tumbuhanya jumlah bank syariah di Indonesia, bersarkan data terakhir Bank Indonesia per Januari 2015


(9)

2

terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah, dan 164 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Untuk mengetahui seberapa besar perkembangan perbankan syariah selama 5 tahun terakhir, mari kita lihat tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Asset Gabungan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (milyar rupiah)

Tahun Keterangan

2010 97.519

2011 145.467

2012 195.018

2013 242.276

2014 272.343

Januari 2015 263.468

Sumber : Bank Indonesia1

Dari data dari Bank Indonesia tersebut dapat diketahui bahwa setiap tahunnya perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Dengan total perolehan asset gabungan di BUS dan UUS akhir tahun 2014 sebesar Rp 263.468 milyar tumbuh 12,4% dibandingkan pada tahun 2013 yang senilai Rp 24.276 milyar.

Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi pada bisnis, dunia perbankan seringkali dihadapkan pada kegiatan yang mengandung risiko. Dengan memperhatikan tingkat persaingan industri perbankan yang semakin ketat, institusi itu harus mampu menunjukkan daya saing yang tinggi. Tingkat risiko yang tinggi dan pengelolahan risiko di lembaga perbankan

1 Neraca Gabungan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam www.bi.go.id/ (tahun


(10)

3

tersebut akan menentukan perkembangan perbankan syariah dalam menghadapi persaingan secara global.

Manajemen risiko perbankan di Indonesia pada mulanya kurang mendapat perhatian yang serius hingga akhir terjadinya krisis moneter di Indonesia. Hal ini terindikasi dari kurangnya perhatian bank untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko sebagai bagian dari manajemen perbankan, sedikit bank yang membentuk komite manajemen risiko dan menempatkannya pada posisi strategis bank. Bisnis adalah berbagi risiko, bukan hanya berbagi keuntungan. Dalam bisnis perbankan ketika ingin mencapai return yang tinggi maka akan berhadapan dengan risiko yang tinggi. Hal lain yang kurang diperhatikan adalah bahwa risiko bisa berakibat buruk dalam bisnis perbankan.

Belajar dari krisis perbankan pada tahun 1997, maka memasuki tahun 2003 manajemen risiko menjadi perhatian yang sangat serius di Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum, merupakan wujud keseriusan Bank Indonesia dalam masalah manajemen risiko perbankan. Keseriusan tersebut lebih dipertegas lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.7/25/PBI/2005 pada Agustus 2005 tentang sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank umum yang mengharuskan seluruh pejabat


(11)

4

bank dari tingkat terendah hingga tertinggi memiliki sertifikasi manajemen risiko sesuai dengan tingkat jabatannya.2

Kedua peraturan tersebut dilengkapi dengan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 yang disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang menunjukkan keseriusan Bank Indonesia dalam meminta pengurus perbankan agar taat untuk agar taat untuk menerapkan manajemen risiko gunua melindungi stakeholders.3 Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat penting bagi perbankan untuk menerapkan manajemen risiko untuk mengidentifikasi risiko mungkin dapat timbul dari kegiatan pembiayaan khususnya bank syariah.

Tabel 1.2 Pembiayaan UUS Bank Jatim4

Keterangan

Tahun Kenaikan/Penurunan 2014 Kontribusi

(%)

2013 Selisih % Multiguna Syariah 18.212 3,37% 11.593 6.619 57,09% Pembiayaan Umum 288.265 53,37% 146.657 141.608 96,56% KPR Griya

Barakah

128.085 23,72% 74.244 53.841 72,52% Pembiayaan

Keppres

26.429 4,89% 10.195 16.234 159,23% Talangan Haji

Al-Mabrur

44,953 8,32% 39.775 5.178 13,02%

Umroh iB Maqbula 182 0,03% - 182 -

Emas iB Barokah 26,374 4,88% 22.362 4.012 17,94%

KLE 9 0,00% 31 -22 -70,97%

KUR Syariah 7.588 1,40% 14.214 -6.26 -46,62% Jumlah 540.097 100,00% 319.071 221.026 69,27%

2 Ferry Idroes N. Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan

Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2008), 45.

3Ibid., 67.


(12)

5

Jumlah pembiayaan pada tahun 2014 teralisasi sebesar Rp540.097 juta, naik 69,27% dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp319.071 juta yang terdiri dari Multiguna Syariah, Pembiayaan Umum, KPR iB Griya Barokah, Pembiayaan KEPPRES, Talangan Haji Al Mabrur, Umroh iB Maqbula, Emas iB Barokah, KLE-Kepemilikan Logam Emas, dan KUR Syariah. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan pembiayaan umum 96,56%, kenaikan KPR iB Griya Barokah 72,52%, dan kenaikan pembiayaan KEPPRES 159,23%.

Komposisi pembiayaan tahun 2014 dikontribusikan terbesar oleh pembiayaan umum 53,37% dan diikuti oleh KPR iB Barokah 23,72% dari jumlah pembiayaan. Pertumbuhan jumlah pembiayaan juga diikuti dengan bertambahnya jumlah debitur, dimana sampai dengan akhir tahun 2014 jumlah Bank Jatim tercatat sebanyak 5.765 debitur, meningkat 60,18% atau 2.166 debitur dibanding dengan tahun 2013 sebanyak 3.599 debitur. Peningkatan jumlah debitur pada tahun 2014 terutama didorong oleh peningkatan jumlah debitur Emas iB Barokah yang meningkat 191,91%, diikuti oleh jumlah debitur pembiayaan umum yang meningkat 140,67% dan kemudian jumlah debitur Talangan Haji Al-Mabrur 22,86%. Berikut data jumlah debitur UUS Bank Jatim pada tahun 2013-2014.


(13)

6

Tabel 1.3 Debitur Pembiayaan UUS Bank Jatim5

Keterangan Tahun Kenaikan/penurunan

2014 2013 Selisih %

Multiguna Syariah 193 161 32 19,88%

Pembiayaan Umum 929 386 534 140,67%

KPR Griya Barakah 813 507 306 60,36%

Pembiayaan Keppres 35 8 27 337,50%

Talangan Haji Al-Mabrur

2.322 1.890 432 22,86%

Umroh iB Maqbula 4 - - -

Emas iB Barokah 1.372 470 902 191,91%

KLE 5 6 (1) -16,67%

KUR Syariah 92 171 (79) -46,20%

Jumlah 5.765 3.599 2.166 60,18%

Dengan total pembiayaan dan jumlah debitur yang meningkat setiap tahunnya diperlukan prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut dengan manajemen risiko. Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar dan terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank.6

Manajemen risiko dalam Bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-bank yang beroperasi secara syariah.

5 Ibid.,

6 Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Ketiga, (Jakarta: PT


(14)

7

Dengan kata lain, perbedaan antara bank Islam dengan bank konvensional bukan terletak bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure). Perbedaan tersebut tampak terlihat dalam proses manajemen risiko operasional bank Islam yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko dan monitoring risiko.7

Perbedaan penerapan manajemen risiko di Bank Syariah juga terdapat pada adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah menjamin kepastian hukum bagi stakeholders dan sekaligus memberikan keyakinan kepada masyarakat yang masih meragunakan kesyariahan operasional dalam menggunakan produk dan jasa Bank Syariah dalam pemenuhan prinsip syariah (sharia compliance).

Peran DPS di Bank Jatim Syariah yaitu agar kegiatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung riba>, maysir, gha>rar, haram, dan zalim.8 Dewan Pengawas

Syariah diangkat melalui RUPS dan telah mendapat persetujuan dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta. Seluruh produk dan layanan yang diberikan Bank Syariah mendapatkan pengesahan dari DSN sebelum dipasarkan kepada masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak bertentangan dengan prinsip serta fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan DSN.9

7 Ibid., 256.

8 Wawancara, Bapak Anto Bagian Analis Pembiayaan Bank Jatim Syariah Capem Gresik 08 Juli

2015.

9 Bank Jatim, Laporan Tahunan 2014 Annual Report, (Surabaya: PT Bank Jatim, 2014), dalam


(15)

8

Kajian mengenai manajemen risiko pembiayaan bank syariah adalah sesuatu yang penting. Dalam kehidupan sehari-hari manusia yang melakukan kegiatan akan dihadapkan pada kegiatan yang dapat menimbulkan risiko. Hal ini dijelaskan Allah dalam surat Luqman ayat 34 tentang sesuatu yang kemungkinan terjadi di hari esok, yang kemungkinan dapat kita perkirakan karena risiko tersebut tidak dapat dihilangkan. Oleh karena itu, diperlukan penerapan manajemen risiko pada bank syariah agar risiko pembiayaan tersebut dapat dihadapi dengan baik. firman Allah dalam alquran Surat Luqman ayat 34 :

                                                

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”10

Dalam ayat tersebut, Allah telah memperingatkan bahwa tidak ada satupun manusia yang dapat mengetahui kejadian pada hari esok. Tidak ada seorang manusiapun yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, tahun berapa, bulan apa, malam atau siang. Lebih lanjut Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kita tidak akan mengetahui apa yang akan kita usahakan besok, apakah yang kita usahakan akan mendapatkan hasil yang baik atau yang


(16)

9

buruk. Bahkan dalam hal kematiannya sendiri manusia juga tidak akan mengetahuinya, kapan dan dimana seseorang akan mati.11

Secara umum, perbankan akan menghadapi beberapa risiko yaitu risiko kredit, likuiditas, pasar, opersaional, hukum, reputasi, strategik, dan kepatuhan. Salah satu kajian yang penting dalam risiko perbankan syariah adalah risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan yang dihadapi oleh perbankan syariah merupakan salah satu risiko yang perlu dikelola secara tepat karena kesalahan dalam pengelolaan risiko pembiayaan dapat berakibat fatal pada peningkatan NPF (Non Performance Financing).

Sebagai objek penelitian Bank Jatim Syariah merupakan salah salah Unit Usaha Syariah yang mempunyai kinerja keunagan yang bagus. Melihat fenomena tersebut maka sangatlah penting bagi Bank Jatim Syariah untuk tetap menekan tingkat NPF yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan melalui pembiayaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menjadi tertarik ingin meneliti tentang manajemen risiko di Bank Jatim Syariah dalam sebuah penelitian yang berjudul “ Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam Meningkatkan Profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.”

11 Muhammad, bin Abdillah bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsiir Min Ibni


(17)

10

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dari Latar Belakang di atas, dapat diperoleh identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Peran Perbankan Syariah dalam memberikan pembiayaan kepada masyarakat muslim.

b. Ketaatan perbankan syariah terhadap UU Perbankan. c. Penerapan manajemen risiko pembiayaan di bank syariah. d. Cara meningkatkan profitabilitas di bank syariah.

e. Cara meminimalisir risiko pembiayaan. 2. Batasan Masalah

Agar peneltian ini lebih terfokus maka dibutuhkan adanya batasan masalah. Penelitian ini terfokus pada penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik. Bagaimana cara dan upaya yang dilakukan oleh manajemen risiko dalam meningkatkan profitabilitas agar tidak terjadi kerugian yang berdampak pada penurunan nilai pendapatan pada bank tersebut.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam upaya meningkatkan protabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik?

2. Bagaimana cara meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik?


(18)

11

D. Kajian Pustaka

Dalam melakukan penilitan ini, penulis melakukan rujukan terhadap berbagai judul skripsi dan penelitian yang berkaitan dengan apa yang hendak diteliti.

A.M Rihzal Tarebang (2011) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit Terhadap Peningkatan Laba Pada Bank Sulawesi Selatan Cabang Utama Bone”.12 Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu dengan mencari keterkaitan antar variabel yaitu antara variabel x yaitu manajemen risiko kredit dengan variabel y yaitu peningkatan laba. Perbedaannya adalah terletak pada teknik penelitian serta perbedaan subjek dan objek penelitian.

Fauzan Fahrul, Muhammad Arfan, Darwanis (2011) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musha>rakah Dan Pembiayaan Mura>bah}ah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah (Study Pada Bank Aceh Syariah Cab. Banda Aceh)”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat risiko pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah terhadap tingkat profitabilitas Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 tahun pembiayaan musha>rakah dan pembiayaan mura>bah}ah yaitu dari tahun 2007

12 A.M Rihzal Tarebang, Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit Terhadap Peningkatan

Laba Pada Bank Sulawesi Selatan Cabang Utama Bone (Skripsi--Universitas Hasanudin,


(19)

12

sampai dengan tahun 2011.13 Perbedaan dengan skripsi ini adalah subjek serta objek penelitian. Namun terdapat kesamaan adanya risiko pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas.

Mahmal Rizal (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Meminimalisir Risiko Pembiayaan Untuk UKM Produktif Di Perbankan Syariah (Study Kasus Bank DKI Syariah Cabaag Wahid Hasyim)”. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif analisis. Dalam penelitian ini membahas tentang cara meminimalir risiko pembiayaan untuk UKM produktif. Disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan UKM yang berkualitas perlu serta peran dari pemerintah, bank, dan Departemen Koperasi dan UKM dalam memberikan modal kegiatan UKM.14 Perbedaan dengan penelitian ini adalah membahas tentang peran manajemen risiko dalam meningkatkan profitabilitas bank. Persamaannya adalah peran serta manajemen risiko pembiayaan di perbankan.

Aunul Muizz Achady (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam Menjaga Likuiditas Bank (Studi di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surabaya)”. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini membahas tentang pengelolan serta penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surabaya. Dari hasil penelitian ini,

13 Fauzan Fahrul et al, “Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah (Study Pada Bank Aceh Syariah Cab. Banda Aceh)”, (2011).

14 Mahmal Rizal, Meminimalisir Risiko Pembiayaan Untuk UKM Produktif Di Perbankan

Syariah (Study Kasus Bank DKI Syariah Cabaag Wahid Hasyim,) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009).


(20)

13

disimpulkan bahwa pengelolaan risiko pembiayaan telah sesuai dengan arahan, pedoman, dan kebijakan dari Bank Muamalat Indonesia Pusat.15 Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini membahas tentang penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam hal ini berkaitan dengan likuiditas bank. Sedangkan penelitian ini berkaitan dengan penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas.

E. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam upaya meningkatkan protabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.

2. Untuk mengetahui cara meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna dalam dua aspek:

1. Aspek keilmuan (teoritis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dalam bertransaksi di Bank Syariah.

15 Aunul Muizz Achady, Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam Menjaga Likuiditas

Bank (Studi Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surabaya)” (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).


(21)

14

2. Aspek terapan (praktis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi perbankan syariah dalam mempertimbagkan risiko yang kemungkinan kecil atau besar terjadi dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah. Hal ini disebabkan karena risiko pembaiayaan dapat mempengaruhi profitabilitas di Bank Syariah. G. Definisi Operasional

Penelitian yang berjudul “Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam meningkatkan Profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.” Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan antara lain:

1. Manajemen risiko

Manajemen risiko yaitu suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.16

Dapat dikatakan bahwa manajemen risiko merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak internal bank dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya suatu kegagalan atau kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan pendanaan oleh bank.

2. Pembiayaan

Pembiayaan merupakan kegiatan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah kepada masyarakat. Jenis kegiatan pembiayaan

16 Ferry Idroes N. Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan

Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo


(22)

15

khususnya pada perbankan syariah meliputi penyediaan dana atau tagihan kepada nasabah dengan kewajiban mengembalikan dana atau tagihan tersebut sesuai dengan perjanjian adanya jatuh tempo dan sesuai kesepakatan dengan penetapan bagi hasil (margin). Dengan adanya kegiatan utama bank melalui pembiayaan ini, diperuntukan bagi masyarakat khususnya nasabah dalam melaksanakan kegiatan perokonomian yang dilakukannya. Kegiatan pembiayaan pada bank syariah berbeda dengan sistem kredit yang digunakan oleh bank konvensional dalam menyalurkan dana kepada masyarkat. Karena dalam perbankan syariah tidak adanya sistem bunga.

3. Profitabilias

Profitabilas merupakan kemampuan bank syariah dalam memperoleh laba dalam waktu atau periode tertentu. Tingkat profitabilias yang dihasilkan selama periode tertentu dihasilkan dari pengambilan keputusan pembiayaan dan invetasi yang dilakukan.

Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atau investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.


(23)

16

Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini.17

H. Metodologi Penelitian 1. Data Yang Dikumpulkan

a. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang penerapan manajemen risiko di bidang pembiayaan yang ada di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.

b. Data yang dikumpulkam dari penelitian ini adalah data tentang penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam kaitannya dengan profitabilitas dari buku, jurnal, artikel dan skripsi terdahulu.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan secara langsung18 atau lebih dikenal dengan interview (wawancara). Data primer ini diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara dengan pengurus Bank Jatim Syariah Capem Gresik yaitu Pak Anto dibagian Analis Pembiayaan dan Pak Juan bagian Administrasi Pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.

17 Djarwanto, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta:BPFE, 1997), 129.


(24)

17

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data pendukung yang berasal dari seminar, buku-buku maupun literatur lain meliputi:

1) Dokumen, yaitu suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam suatu masalah atau persoalan. Sedangkan dokumentasi adalah kegiatan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen.19

2) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara memperoleh dari kepustakaan dimana peneliti mendapatkan teori-teori dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi yang ada hubungannya dengan penelitian ini.20 Buku-buku yang menjadi sumber refrensi antara lain:

a) PBI No.13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

b) PBI No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah

c) Buku Perspektus Bank Jatim

d) Prof. Dr. H. Veithzal Rivai dan Ir. H. Arviyan Arifin” Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi”.

19 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 129.

20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,


(25)

18

e) Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Ketiga.

f) Bambang Rianto Rustan: Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia

g) Sunarto Zulkifli: Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah

h) Dan lain-lain. 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.21 Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mengamati keadaan sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif, yaitu peneliti tidak ikut secara langsung dalam suatu kegiatan namun hanya mengamati berdasarkan laporan dokumen.


(26)

19

b. Wawancara

Yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.22 Penulis menggunakan pengumpulan data metode wawancara dengan melakukan komunikasi secara langsung pada pihak terkait dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data dan informasi secara jelas dan lengkap, yang dalam hal ini adalah Pak Anto dibagian Analis dan Pak Juan Divisi Administrasi Pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik. c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulan dan menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan manjemen risiko yang khusus menangani pembiayaan serta perannya dalam meningkatkan profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah data berhasil dihumpun dari lapangan atau penulisan, maka penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data


(27)

20

yang ada dan relevansi dengan penelitian.23 Dalam hal ini, peneliti akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengn rumusan masalah secara sistematis.24 Peneliti melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa data.

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.25

5. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu proses analisa data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara dari sumber informasi secara langsung maupun kepustakaan disusun secara sistematis. Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah metode kualitatif, dimana memerlukan data-data untuk menggambarkan suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga benar salahnya,

23 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 243.

24 Ibid., 245.


(28)

21

sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian ilmiah karena semua data yang diambil merupakan fenomena apa adanya. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan untuk lanjut dengan penelitian analitis.

Kemudian data tersubut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga memecahkan pesoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.

Fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian berupa hasil penelitian yang berkaitan dengan peran manajemen risiko khususnya pembiayaan yang dilakukan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik dalam upaya meningkatkan profitabilitas.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya adalah:

Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metodologi penelitian (meliputi metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan


(29)

22

data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data) serta sistematika pembahasan.

Bab dua adalah landasan teori yaitu dasar kajian yang memuat tentang permasalahan serta menjawab permasalahan yang mendasari mengangkat penelitian ini. Dalam bab ini juga memuat tentang bahasan mengenai teori-teori berdasarkan tema penelitian yang diangkat. Hal ini merupakan studi liteatur dari berbagai refrensi. Dalam bab ini berisi manajemen risiko dalam perspektif Islam, manajemen risiko pembiayaan, profitabilias bank, dan hubungan manajemen risiko pembiayaan dengan profitabilitas bank.

Bab tiga adalah deskripsi tentang penerapan manajemen risiko pembiayaan memuat deskripsi data yang berkenaan dengan variabel yang diteliti secara obyektif, meliputi gambaran mengenai Bank Jatim Syariah Capem Gresik secara umum, sejarah berdirinya, visi dan misi, struktrur organisasi, proses pembiayaan di Bank Jatim Syariah. Diharapkan setelah mengetahui gambaran umum objek penelitian tersebut dapat membantu dalam proses penelitian khususnya proses analisis data.

Kemudian pada bab empat menganalisis dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang mengacu pada rumusan masalah. Pertama, tentang bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas di BJS Capem Gresik dan cara meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.


(30)

23

Bab lima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat bagi banyak pihak. Khususnya dalam tujuan penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilias di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Risiko

1. Pengertian Manajemen

Secara umum, pengertian manajemen adalah “kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan orang-orang lain” (Getting things done throgh the effort of other people)”.1

Sedangkan manajemen (idarah) dalam pandangan Islam adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek.2

Dalam pandangan Islam, terdapat unsur-unsur yang ada dalam manajemen Bank Islam yang menjadi landasan dalam pengorganisasian antara lain:

a. Perencanaan

Semua dasar dan tujuan dalam suatu manajemen adalah terintegritas, konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dalam manajemen haruslah didahului oleh proses perencanaan yang baik. Proses perencanaan

1 Khoirul Umam, Manajemen Perbankan Syariah. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), 39.


(32)

25

manajemen yang baik akan berdampak pada alur atau tujuan manajemen berikutnya dalam mengambil suatu kebijakan. Allah berfirman dalam Surah Al-Hasyr ayat 18.

                                

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.3

Penjelasan dari potongan ayat diatas adalah segala sesuatu yang akan dikerjakan pada hari esok dalam hal ini berkaitan dengan manajemen haruslah dikerjakan dengan sesuai dengan perencanaan, agar mempunyai arah dan tujuan yang pasti.

Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan, antara lain meliputi hal sebagai berikut:

1) Forecasting

Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu di masa yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan yang rasional atas fakta yang ada.4 Hal ini dimaksudkan dalam memberikan informasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan

3 Departemen Agama, al quran dan terjemah (Tri Karya, Surabaya, 2004), 548.

4 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.


(33)

26

keputusan bagi seorang manajer dalam menentukan arah kebijakan sebuah usaha.

2) Objective

Objective atau tujuan adalah nilai yang ingin dicapai atau diinginkan oleh seseorang atau badan usaha.5 Pencapaian tujuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para stake holder selain itu juga untuk memperkenalkan dan mengembangkan prinsip-prinsip syariah dari suatu organisasi. 3) Policies

Policies adalah suatu rencana kegiatan atau pedoman yang dipakai oleh suatu Badan usaha untuk menentukan kegiatan yang telah dilakukan. Keputusan mengenai policies ini ditentukan oleh top manajemen atau chief executive officer atau Board of Directors dari suatu badan usaha. Kebiajakan policies ini wajib dipatuhi oleh semua jajaran organisasi secara menyeluruh.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian atau perencanaan dan pengembangan organisasi adalah meliputi pembagian kerja yang logis, penetapan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas, pengukuran dan prestasi yang dicapai.6 Pengorganisasian dalam Islam sudah diatur dalam alquran. Dijelaskan bahwa setiap orang yang diberikan jabatan

5 Ibid., 531.

6 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.


(34)

27

haruslah menjaga amanah tersebut. Dijelaskan dalam QS al-Baqarah ayat 2.               

Artinya: Kitab al-Quran ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. al-Baqarah ayat 2)7

Maksud dari potongan ayat diatas adalah kita sebagai seorang muslim wajib untuk mematuhi segala perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangann-Nya. Ini termasuk dalam menjaga amanah yang telah diberikan orang lain kepada kita. Agar kita tidak tersesat dalam menjalankan perintah yang telah di amanahkan kepada kita. 1) Struktur organisasian

Struktur organisasi pada bank umum dan Bank Syariah berbeda. Perbedaan ini terletak pada adanya Dewan Pengawas Syariah dan adanya Usaha Unit Syariah (UUS).

Dismping memiliki Dewan Komisaris dan Direksi, Bank Umum Syariah dan BPR Syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah. Anggota DPS ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Sementara bagi bank umum konvensional yang membuka kantor cabang syariah, selain memiliki DPS juga diwajibkan membentuk Unit Usaha Syariah.UUS merupakan satuan kerja di kantor pusat bank umum yang berfungsi sebagai kantor induk bagi kantor-kantor cabang syariah. Dalam pelaksanaan tugas


(35)

28

hari, DPS wajib mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dari prinsip syariah.8 Berikut bagan organisasi dalam Usaha Unit Syariah.

Sumber: Bank Indonesia 20029 2) Perencanaan Organisasi

Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang logis dari kegiatan-kegiatan bank, menurut hasil yang ingin dicapai yang menunjukkan dengan jelas tanggung jawab dan wewenang atas suatu tindakan.10 Pengelompokan harus ditetapkan

8 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2014), 90.

9 Ibid., 12.

10 Ibid., 93.

Kantor Cabang Syariah

Kantor Cabang Syariah

Kantor Cabang Syariah

Kantor Cabang Syariah Dewan Komisaris

RUPS

Direksi

Dewan Pengawas Syariah


(36)

29

dengan dengan jelas dan hati-hati sehingga dapat dipertanggung jawabkan segala tugas serta tanggung jawab yang telah diberikan. 3) Pengawasan

Pengawasan (controling) bagi suatu organisasi sangat penting. Pengawasan dilakukan oleh manajemen puncak (top management) sebagai penanggung jawab suatu organisasi. Pengawasan dapat meliputi kegiatan penelitian, pengamatan, pengukuran berdasarkan tugas yang telah diberikan.

2. Pengertian Risiko

Pengertian risiko menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi BUS dan UUS adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. 11 Dapat diartikan risiko adalah suatu kemungkinan yang dapat timbul dari kegiatan usaha yang dapat berdampak kerugian usaha yang berlangsung.

Penerapan manajemen risiko di Bank Syariah wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan, usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Kompleksitas usaha adalah keragaman dalam jenis transaksi/jasa dan jaringan usaha. Sementara itu, kemampuan bank meliputi kemampuan keuangan, infrastruktur pendukung, dan kemampuan sumber daya insani.

Menurut PBI No.13/23/PBI/2011 Pasal 5 ayat (1) tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

11 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:


(37)

30

Syariah dalam kegiatan pendanaan di Bank Syariah, terdapat jenis-jenis risiko antara lain:12

a. Risiko Kredit, adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

b. Risiko pasar, adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. c. Risiko likuiditas, adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

d. Risiko operasional, adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang memengaruhi operasional bank.

e. Risiko hukum, adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.

12PBI No.13/PBI/2011 Pasal 5 ayat (1) Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum


(38)

31

f. Risiko reputasi, adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan para pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

g. Risiko strategis, adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

h. Risiko kepatuhan, adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksankan peraturan perundang-undangan dan ketentuan berlaku serta Prinsip Syariah.

i. Risiko imbal hasil (rate of return risk), adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat memengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga.

j. Risiko investasi (equity investment risk), adalah risiko akbiat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil.13

3. Pengertian Manajemen Risiko

Dalam meningkatkan good governance pada peningkatan kinerja bank, diwajibkan bagi bank untuk menerapkan manajemen risiko. Ketentuan penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah telah diatur dalam PBI No. 13/23/PBI/ 2011 tentang


(39)

32

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur dan memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya peristiwa (events) tetentu.14

Menurut Karim, manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan.15

Dari pengertian manajemen risiko diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah suatu rangkaian prosedur pengidenfitasi, penilaian, serta pengendalian risiko yang ditetapkan oleh bank untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya suatu kegagalan pembayaran oleh nasabah dalam kegiatan pembiayaan.

a. Wewenang Manajemen Risiko

Seluruh Bank Syariah wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab jelas pada setiap tingkatan jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko. Wewenang dan tanggung jawab

14 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),

86.

15 Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Ketiga, (Jakarta: PT


(40)

33

dewan komisaris, direksi, dan DPS secara jelas yang ditetapkan oleh BI.16

1) Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris adalah sebagai berikut:

a) Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko. b) Mengevaluasi pertanggung jawaban direksi atas pelaksanaan

kebijakan manajemen risiko dilakukan minimal triwulan. 2) Wewenang dan tanggung jawab direksi antara lain:

a) Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif.

b) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebiajakan manajemen risiko eksposur risiko yang diambil oleh bank secara keseluruhan.

c) Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan direksi.

d) Memastikan peningkatan kompetensi sumber daya insani yang terkait dengan manajemen risiko, peningkatan kompetensi sumber daya insani antara lain melalui program pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan mengenai penerapan manajemen risiko.

e) Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen, maksudnya adalah pemisahan fungsi antara

16 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:


(41)

34

satuan kerja manajemen risiko yang melakukan identifikasi, pengukuran, dan pemantauan risiko dengan satuan kerja yang melakukan dan menyelesaikan transaksi.

f) Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan: (1) Keakuratan metodologi penilaian risiko;

(2) Kecukupan implementasi SIM (Sistem Informasi Manajemen) risiko;

(3) Ketepatan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit risiko. 3) Wewenang Dewan Pengawas Syariah

a) Melakukan kaji ulang atas kebijakan manajemen risiko yang terkait pemenuhan prinsip syariah.

b) Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.

b. Proses Manajemen Risiko

Pada proses pelaksanaan manajemen risiko, ada tahap-tahap yang dilakukan oleh Bank Syariah dalam mengenal dan memahami risiko yang timbul dalam kegiatan pendanaan. Adapun proses dalam manajemen risiko perbankan syariah umum adalah sebagai berikut:17 1) Identifikasi risiko

Tujuan identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional

17 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT


(42)

35

yang berpotensi merugikan Bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:18

a) Bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif

b) Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional) c) Menganalisa informasi sumber informasi risiko

d) Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensinya.

2) Pengukuran risiko

Pengukuran risiko ini dimaksudkan untuk mengendalikan risiko bank agar tidak terjadi kerugian yang besar. Pengukuran risiko ini wajib dilakukan secara berkala dalam segala aktivitas bank keseluruhan. Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan:19

a) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko b) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila

terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat internal.

Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara kuantitatif dan /atau kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat berupa metode yang ditetapkan oleh BI dalam penilaian risiko,

18 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 954.

19 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT


(43)

36

baik perhitungan modal maupun metode yang dikembangkan sendiri oleh bank. Pemilihan metode pengukuran disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan bank. 20

3) Pemantauan risiko

Pemantauan risiko dilakukan bank dengan cara mengevaluasi besarnya eksposur risiko yang terjadi. Pihak bank harus memiliki teknologi informasi dan sistem informasi manajemen yang efektif. Pemantauan risiko dalaksanakan dengan melakukan:21

a) Evaluasi terhadap eksposure risiko

b) Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan sistem informasi manajemen yang bersifat material.

4) Pengendalian risiko

Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan Bank untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahakan kelangsungan usaha Bank.

20 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:

Salemba Empat, 2013), 46.

21 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT


(44)

37

b) Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh Bank, antara lain dengan cara hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.22

B. Manajemen Risiko Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan kegiatan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah kepada masyarakat. Jenis kegiatan pembiayaan khususnya pada perbankan syariah meliputi penyediaan dana atau tagihan kepada nasabah dengan kewajiban mengembalikan dana atau tagihan tersebut sesuai dengan perjanjian adanya jatuh tempo dan sesuai kesepatan dengan penetapan bagi hasil (margin).

2. Jenis Pembiayaan

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

22 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.


(45)

38

b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.23

3. Risiko Pembiayaan

a. Pengertian risiko pembiayaan

Para ahli ekonomi Islam khususnya di bidang perbankan Islam mendefinisikan risiko pembiayaan dengan berbagai pendapat dan istilah. Berikut definisi risiko pembiayaan menurut berbagai sumber dan menurut para ahli serta undang-undang.

Menurut Karim, risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam Bank Syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.24

Sedangkan menurut Muhamad, risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan/atau bagi hasil/margin/pendapatan sewa dari pembiayaan yang dibeikannya atau investasi yang sedang dilakukannya.25

23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Tazkia Cendekia,

2001), 160.

24 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2006). 260.


(46)

39

Risiko kredit (pembiayaan) adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang telah disepakti.26

Simpulannya adalah bahwa risiko pembiayaan merupakan risiko yang timbul akibat nasabah yang mengalami kegagalan dalam memenuhi kewajbannya. Disebabkan karena mudahnya bank dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah sehingga berpengaruh pada kesehatan keuangan bank dan berakibat pada terjadinya pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance).

b. Faktor-faktor risiko pembiayaan

Dalam kegiatan pembiayaan sering kali bank dihadapkan pada risiko yang kemungkinan akan terjadi. Dalam dunia perbankan konvensional istilah pembiayaan disebut juga dengan kredit. Menurut Karim27 timbulnya risiko pembiayaan setidaknya disebabkan oleh 3 faktor yaitu:

1) Risiko yang timbul dari perubahan kondisi bisnis nasabah setelah pencairan pembiayaan. Risiko ini meliputi:

a) Over tranding, yakni kurangnya dukungan dana bagi nasabah yang ingin meningkatkan volume bisnisnya.

26 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),

86.

27 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT


(47)

40

b) Adverse trading, risiko yang terjadi karena sikap nasabah yang ingin mengembangkan bisnis dengan biaya yang besar namun dengan tingkat penjualan yang rendah dan berisiko tinggi. c) Liquidity run, risiko yang terjadi karena nasabah mengalami

masalah likuiditas karena pendapatannya yang menurun. 2) Risiko yang timbul dari komitmen kapital yang berlebihan.

Sebuah perusahaan mungkin saja mengambil komitmen kapital yang berlebihan dan menandatangani kontrak untuk pengeluaran berskala besar. Apabila tidak mampu untuk menghargai komitmennya, bank dapat dipaksa untuk dilikuidasi. Bank maupun para suplier pembiayaan perdagangan seringkali tidak mampu untuk mengontrol suatu pengeluaran yang berlebihan dari sebuah perusahaan. Namun demikian, bank dapat mencoba untuk memonitornya dengan melihat, misalnya neraca perusahaan tersebut yang terakhir dipublikasikan, dimana komitmen pengeluaran kapital harus diungkap.

3) Risiko yang timbul dari lemahnya analisis bank

Terdapat 3 macam risiko yang timbul dari lemahnya analisis bank, yakni:

a) Analisa pembiayaan yang keliru

Risiko ini terjad bukan karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga, tetapi memang sejak awal nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi. Keputusan


(48)

41

pembiayaan bisa jadi adalah keputusan yang tidak valid. Kesalahan pengambilan keputusan ini biasanya bersumber dari informasi yang tersedia.

b) Creative Accounting

Creative accounting merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang memberikan keterangan menyesatkan tentang suatu laporan posisi keuangan perusahaan.

c) Karakter nasabah

Kurangnya informasi yang objektif tentang karakter nasabah yang melakukan pembiayaan macet.28

Menurut pendapat Rustam29risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisinis bank. Pada sebagian besar bank, pemberian pembiayaan merupakan sumber risiko kredit yang terbesar. Selain pembiayaan, bank menghadapi risiko kredit dari berbagai instrumen keuangan seperti surat berharga, akseptasi, transaksi pembiayaan perdagangan, trnsaksi nilai tukar, dan derivatif, serta kewajiban dan kontigensi.

28 Ibid., 270

29 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:


(49)

42

c. Proses pembiayaan

Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses pembiayaan. Menurut Zulkifli30, proses pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan atau bahkan lebih.

Menurut Zulkifli prosedur atau proses pemberian pembiayaan adalah sebagai berikut:31

1) Permohonan Pembiayaan

Tahap awal pada pembiayaan adalah proses pembiayaan. Secara formal, permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis oleh nasabah kepada officer bank. permohonan juga dapat dilakukan secara lisan terlebih dahulu untuk kemudian ditindaklanjuti dengan permohonan tertulis menurut officer bank usaha yang dimaksud layak dibiayai.

2) Pengumpulan data dan investigasi

Data yang diperlukan oleh officer bank didasari pada kebutuhan dan tujuan pembiayaan produktif, data yang diperlukan adalah data yang dapat menggambarkan usaha nasabah untuk melunasi pembiayaan. Data yang diperlukan antara lain:

a) Akta pendirian usaha berikut perubahannya yang sesuai dengan ketentuan pemerintah. Hal ini perlukan untuk

30 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cetakan Ketiga, 145.


(50)

43

mengetahui orang berwenang mengambil keputusan di dalam perusahaan. Data tersebut kemudian didukung oleh data identitas para pengambil keputusan seperti KTP dan paspor. b) Legalitas usaha diperlukan untuk mengetahui pengakuan

pemerintah atas usaha yang dimaksud. Hal ini diperlukan untuk mencegah pembiayaan terhadap usaha yang dilarang pemerintah.

c) Identitas pengurus dibutuhkan untuk mengetahui pengalaman pengurus dalam usaha sejenis. Untuk usaha yang baru berdiri, data ini diperlukan selain studi kelayakan usaha.

d) Laporan keuangan 2 tahun terakhir diperlukan untuk melihat kinerja dan pengalaman usaha.

e) Past performance 1 tahun terakhir juga diperlukan untuk melihat kinerja perusahaan. Hal ini dapat tercermin dari mutasi rekening koran calon nasabah.

f) Bisnis plan diperlukan untuk melihat rencana peningkatan usaha dan rencana alternatif jika terjadi hal-hal diluar kendali. g) Data jaminan harus betul-betul meng-cover pembiayaan

tersebut sehingga data jaminan harus meliputi harga objek jaminan dan lokasinya sert dilengkapi dengan foto objek jaminan.


(51)

44

3) Analisa Pembiayaan

Analisa pembiayaan dilakukan dengan tujuan pembiayaan yang diberikan mencapai sasaran dan aman.

Artinya, pembiayaan tersebut harus diterima pengembaliannya secara tertib, teratur, dan tepat waktu, sesuai dengan perjanjian antara bank dan customer sebagai penerima dan pemakai pembiayaan.32 Dijelaskan pada QS. A<li Imra<n ayat 75.

                                                      

Artinya: Di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu

mempercayakan kepadanya harta yang banyak,

dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi Kami terhadap orang-orang ummi. mereka berkata Dusta terhadap Allah, Padahal mereka mengetahui. (QS. A<li Imra<n ayat 75)33

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan persiapan pembiayaan, yaitu dengan mengumpulkan informasi dan data untuk bahan analisis. Kualitas hasil analisis bergantung pada kualitas SDM, data yang diperoleh, dan teknik analisis. Dalam menganalisis pembiayaan, hal pertama yang harus perhatikan adalah kemauan dan kemampuan customer untuk memenuhi

32 Khoirul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), 233.


(52)

45

kebutuhannya faktor lainnya adalah perekonomian atau aktivitas usaha pada umumnya.34 Dikarenakan risiko pembaiayaan yang selalu ada, maka harus disertai dengan jaminan barang.

Adapun yang dilakukan dalam melakukan analis pembiayaan dengan menggunakan pendekatan 5C’s yang meliputi:35

a) Character

Penilaian ini dilakukan denagn mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan jaminan, sehingga tidak menyulitkan bank dikemudian hari

b) Capital

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang., sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan clon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

c) Capacity

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang yang tepat, sehingga calon debitur dalam jangka

34 Ibid., 233


(53)

46

waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjaman.

d) Colleteral

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon nasabah umunya menyediakan jaminan berupa agunan yang berkulitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.

e) Condition Of Economic

Bank juga harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil proyek atau usaha calon nasabah debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.36 4) Analisa Rasio Perusahaan37

a) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membiayai operasional usaha dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya.

36 Ibid., 117.

37 Sunarto Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cetakan Ketiga. (Jakarta:


(54)

47

b) Rasio Laverage

Rasio laverage adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva yang dibiayai dari hutang. c) Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan dalam melakukan penjualan, penagihan piutang, maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.

d) Rasio Profitabilitas atau Rasio Rentabilitas

Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakaan untuk memperoleh laba tersebut

5) Persetujuan pembiayaan

Proses persetujuan pembiayaan disetujui atau tidaknya sebuah pembiayaan usaha. Proses persetujuan ini tergantung pada komite pembiayaan. Komite pembiayaan merupakan tingkat paling akhir persetujuan sebuah proposal. Hasil akhir dari komite pembiayaan adalah penolakan, penundaan, ataupun persetujan pembiayaan.

6) Pengikatan dan pencairan

Setelah semua persyaratan dapat dipenuhi, proses selanjutnya adalah pengikatan pembiayaan maupun pengikatan


(55)

48

jaminan yang akan ditindaklanjuti dengan pencairan. Menurut Zulkifli38, secara garis besar pengikatan terdiri dari dua macam yaitu pengikaan di bawah tangan dan pengikatan notariel. Pengikatan di bawah tangan adalah antara bank dan nasabah. Sedangkan pengikatan notriel adalah proses penandatangan akad yang disaksikan oleh notaris. Jenis pengikatan terdiri dari:

a) Hak tanggungan, untuk jaminan terhadap tanah. Dasar hukumnya UU No. 4 Tahun 1996 tanggal 9 April tentang hak tanggungan.

b) Hipotik, untuk jaminan berupa barang tidak bergerak selain tanah dan kapal berukuran 20 meter dasar hukumnya adalah kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1162.

c) FEO (Fiducia Eigendoms Overdrach) atau fiducia, untuk jaminan berupa barang bergerak. Dasar hukumnya UU No.42 Tahun 1999 tentang jaminan fiducia.

d) Gadai, untuk jaminan berupa barang perniagaan, surat berharga, dan logam mulia yang penugasannya ada di tangan bank. Pengikatan gadai ini biasanya diserti dengan surat kuasa mencairkan. Dasar hukumnya adalah kitab Undnag-undnag Hukum Perdata pasal 1152.

e) Cessie, untuk jaminan berupa piutang. Dasar hukumnya adalah kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 613.


(56)

49

f) Brought, untuk jaminan berupa personal guarantee (jaminan pribadi). Setalah setelah proses pencairan, maka harus dilakukan pemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai posisi komite pembiayaan. apabila semua persyaratan telah dilengkapi maka proses pencairan dapat diberikan.

d. Dokumentasi dan Administrasi Pembiayaan

Dokumentasi pembiayaan adalah seluruh dokumen yang diperlukan dalam rangka pemberian yang merupakan bukti perjanjian atau ikatan hukum antara bank dengan nasabah pembiayaan dan bukti kepemilikan barang agunan serta dokumen-dokumen pembiayaan lainnya yang merupakan perbuatan hukum atau mempunyai kegiatan hukum.39

Dokumen pembiayaan mencakup pembiayaan dokumen permohonan pembiayaan, dokumen yang merekam setiap tahapan dalam proses pemberian pembiayaan (analisa dan evaluasi, rekomendasi dan putusan pembiayaan, dokumen pencairan, dokumen yang diperoleh dalam kegiatan pembinaan selama berjalannya pembiayaan sampai pembiayaan tersebut lunas.

Sedangkan administrasi pembiayaan dilakukan dengan tujuan untuk mendukung langkah-langkah pembinaan atau penilaian atas perkembangan pembiayaan yang telah diberikan atau perkembangan

39 Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, (Yogyakarta: YKPN, 2003),


(57)

50

usaha nasabah dan pengawasan pembiayaan sehingga kepentingan bank terlindungi.40

Setiap tahapan dalam proses pemberian pembiayaan harus diadministrasikan secara tertib, mulai dari tahap permohonan pembiayaan, tahap prakrasa dan analisa pembiayaan, tahap rekomendasi pembiayaan, tahap putusan pembiayaan, tahap pencairan pembiayaan, tahap pengawasan dan pembinaan, tahap angsuran sampai pembiayaan lunas, tahap penyelamatan pembiayaan tersebut bermasalah sampai tahap penghapus bukuan pembiayaan macet harus diadministrasikan secara tertib dalam registernya masing-masing. 1) (Monitoring) dan Pembinaan Pembiayaan

Pengawasan pembiayaan adalah kegiatan

pengawasan/monitoring terhadap tahapan-tahapan proses pemberian pembiayaan. Sedangkan pembinaan pembiayaan adalah upaya pembinaan yang berkesinambungan (mulai dari pencairan pembiayaan sampai dengan pembiayaan dibayar lunas termasuk pemecahan masalahnya) dan dilakukan oleh pejabat pembiayaan yang berkennang.

Menurut Zulkifli41, monitoring dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian target usaha dengan bisnis plan yang telah dibuat sebelumnya. Jika tareget usaha tidak tercapai,

40 Ibid., 225

41 Sunarto Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cetakan Ketiga. (Jakarta:


(58)

51

maka officer bank harus segera melakukan tindakan penyelamatan. Tindakan penyelamatan awal adalah dengan langsung turun ke lapangan menemui nasabah untuk mengetahui permasalahan utama yang dialami oleh nasabah, untuk kemudian memberikan advis penyelesaian masalah.

Monitoring dapat dilakukan dengan cara: a) Memantau mutasi rekening koran nasabah b) Memantau pelunasan angsuran

c) Melakukan kunjungan rutin ke lokasi usaha nasabah untuk memantau langsung operasional usaha dan perkembangan usaha. Ini dapat bermanfaat untuk memantau kemungkinan terjadinya side streaming atau penyimpangan tujuan penggunaan dana dan pencapaian target sesuai bisnis plan. d) Melakukan pemantauan terhadap perkembangan usaha sejenis

melalui media massa ataupun media lainnya.

e) Pengolahan pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank setelah yang diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan.42 Pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance) di Bank Syariah terbagi atas kurang lancar (golongan III), diragukan (golongan IV), macet (golongan V).

42 Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, (Yogyakarta: YKPN, 2003),


(59)

52

4. Pengendalian Risiko Pembiayaan

Bank Syariah dan UUS dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank syariah dan/atau UUS serta kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya.

Penyaluran dana oleh bank syariah mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah.43

a. Upaya-Upaya Bersifat Prefentif

1) Memelihara Kesehatan dan Meningkatkan Daya Tahan Bank. Dijelaskan pada Pasal 37 ayat (1) UU Perbankan Syariah ditegaskan bahwa untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahan bank syariah diwajibkan menyebar risiko dengan mengatur penyaluran pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas sedemikian rupa sehingga tidak terusat pada satu nasabah atau kelompok nasabah penerima fasilitas tertentu.44

2) Kelayakan Penyaluran Dana

Upaya yang bersifat untuk menanggulangi risiko pembiayaan wajib dilakukan oleh bank sebelum memberikan

43 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),

97.


(60)

53

pembiayaan. Hal ini dimaksudkan agar bank mempunyai keyakinan tentang penyaluran dana kepada nasabah.

Untuk memperoleh keyakinan mengenai kelayakan penyaluran dana maka bank syariah/UUS:

a) Harus mempunyai keyakinan atas “kemauan” dan “kemampuan” calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh keseluruhan pada waktunya, sebelum bank syariah/UUS menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas.

b) Wajib melakukan penilian yang seksama terhadap watak (character), kemampuan (capacity), modal (capital), agunan (collateral), dan prospek usaha (condition of economic) dari calon nasabah penerima fasilitas. Atau disebut juga dengan istilah 5C.

Analis (penilaian) terhadap faktor “five C’s dilakukan oleh petugas analis pembiayaan suatu bank syariah sebelum pembiayaan diberikan, meliputi aspek yuridis dan non yuridis (aspek financial) yang terkait dengan faktor “five C’s” tersebut. 45 b. Upaya-Upaya yang bersifat Represif/kuratif

Upaya-upaya penanggulangan yang bersifat represif adalah upaya-upaya penanggulangan bersifat penyelamatan dan penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah (Non Performing Financings/NPF).


(61)

54

Pembiayaan bermasalah dari segi produktivitasnya yaitu kemampuan menghasilkan pendapatan bagi bank, sudah mulai berkurang/menurun dan mungkin sudah tidak ada lagi. Bahkan dari segi bank, sudah tentu mengurangi pendapatan, memperbesar biaya pencadangan, yaitu PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif), sedangkan dari segi nasional, mengurangi kontribusinya terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.46

Setiap terjadi pembiayaan bermasalah maka bank syariah akan berupaya untuk menyelamatkan pembiayaan berdasarkan PBI No. 13/9/PBI/2011 tentang berubahan atas PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah maka bank syariah, yaitu:47

1) Penjadwalan kembali (rescheduling) yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, dan

2) Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.

3) Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan oleh bank kepada nasabah.

46 Fathurahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012),64.


(1)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut:

1. Bank Jatim Syariah Capem Gresik telah menerapkan manajamen risiko pembiayaan sesuai dengan PBI No.23/13/PBI 2011 pada setiap jenjang yang terkait dengan proses manajemen risiko. Hal ini terbukti dari data tingkat kualitas pembiayaan dari tahun ke tahunnya, dengan diterapkan proses pembiayaan yang sesuai dengan prosedur. Wewenang dan tanggung jawab manajemen risiko di Bank Jatim Syariah adalah Komisaris, Direksi Unit Usaha Syariah (Direktur Agrobisnis dan Usaha Syariah), dan Dewan Pengawas Syariah yang berada di Kantor Cabang Syariah Bank Jatim.

Penerapan manajemen risiko UUS Bank Jatim menjadi satu kesatuan dengan BUK Bank Jatim yang membedakan yakni adanya kewenangan DPS dalam mengawasi transaksi di Bank Jatim Syariah. Pengolahan manajemen risiko di Bank Jatim dipimpin oleh seorang Direktur Kepatuhan dengan dibantu oleh SKMR.

Dalam menerapkan manajemen risiko pembiayaan Bank Jatim Syariah menggunakan penerapan ERM yang mana berisi program kerja mengenai pengolahan risiko yang akan diarahkarn pada setiap komponen


(2)

106

manajerial di Bank Jatim Syariah. Risiko pembiayaan berkaitan dengan proses pembiayaan. Dalam pengolahan risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik adalah menjadi tanggung jawab marketing, analis, dan admin pembiayaan dalam menyalurkan pembiayaan. Proses penyaluran pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Bank Jatim Syariah.

Penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik dinilai dengan sangat efektif sehingga dapat meningkatkan profitabilitas. Hal ini dapat dibuktikan dalam komitmen Bank Jatim Syariah dalam meningkatkan profitabilitas yang didapatkan. Tingkat profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik dapat diketahui dengan perolehan rasio ROA BJS Capem Gresik yang setiap tahunnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada akhir tahun 2014 perolehan ROA yang didapatkan BJS Capem Gresik sebesar 3% dari total pendapatan bersih yang didapatkan dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.

Meskipun dengan total pembiayaan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan Bank Jatim Syariah Capem Gresik dari tahun 2011-2014 masing-masing 8,375%, 20,592%, 30,581% dan 54,902% namun BJS Capem Gresik tetap menjaga perolehan NPF yang tidak melebihi 5% menurut ketentuan BI yang masing-masing pada tahun 2011-2014 perolehan NPF sebesar 0,00%, 0,06%, 0,08%, dan 0,00%.


(3)

107

2. Dalam upaya meminimalisir risiko pembiayaan Bank Jatim Syariah Capem Gresik yang dilakukan adalah dengan menerapkan manajemen risiko pembiayaan yang meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan.

Yang kedua dengan melakukan analisis pembiayaan yaitu dengan memperhatikan faktor yang muncul akibat analisa pembiayaan yang keliru seperti penilaian terhadap faktor karakter nasabah, creative accounting.

B. Saran

1. Penerapan manajemen risiko pembiayaan yang diterapkan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik telah sesuai dengan pedoman dari Bank Jatim Syariah pusat. Oleh karena itu perlu dipertahankan dan ditingkatkan, khususnya dalam proses analisa pembiayaan.

2. Dalam meningkatkan profitabilitasnya disarankan bagi BJS Capem Gresik lebih efisien dalam penggunaan aktiva perusahaan agar dapat menarik investor dalam menanamkan modal di Bank Jatim Syariah. 3. Karena keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian, diharapkan

bagi peneliti yang selanjutnya agar menemukan kesinambungan yang baru antara manajemen risiko pembiayaan dengan rasio keuangan yang lainnya dalam meningkatkan profitabilitasnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achady, Aunul Muizz. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam Menjaga Likuiditas Bank (Studi Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surabaya. Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya: Surabaya, 2013.

Anto (Karyawan, Analis Pembiayaan Bank Jatim Syariah Capem Gresik), Wawancara 04 Januari 2015.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Tazkia Cendekia, 2001.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cetakan VIII 2007.

Bank Inodnesia. “Neraca Gabungan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah” dalam www.bi.go.id/ (diakses 22 Mei 2015).

Bank Jatim “ Laporan Tahunan Bank Jatim 2014” dalam

http://www.bankjatim.id/files/iru/laporan_tahunan/2014/bank_jatim_annua l_report_2014.pdf (diakses pada 21 Februari 2015). (Surabaya: PT Bank Jatim, 2014).

---“Manajemen Bank Jatim Syariah” dalam

http://bankjatim.id/id/informasi/tentang-bankjatim/manajemen (diakses 09 Januari 2015).

---“Sejarah Bank Jatim Syariah” dalam http://bankjatim.id/id/syariah/profil (diakses 09 Januari 2015).

---“Visi dan Misi Bank Jatim Syariah” dalam http://bankjatim.id/id/informasi/tentang-bankjatim/visi-dan-misi (diakses 09 Januari 2015).

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Departemen Agama. Alquran Dan Terjemah. Surabaya: Tri Karya, 2004.

Djamil, Fathurahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.


(5)

Fahrul, Fauzan dkk. Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah (Study Pada Bank Aceh Syariah Cab. Banda Aceh). Jurnal Penelitian: Aceh, 2011.

Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional. Jakarta: Rajawali Perss, 2009.

Idroes, N Ferry. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Juan (Karyawan, Administrasi Pembiayaan Bank Jatim Syariah Capem Gresik), Wawancara, Gresik, 07 Januari 2015.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Muhamad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press, 2014.

Peraturan Bank Indonesia, “ Penilaiaan Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah” dalam http://www.ojk.go.id/peraturan-bank-indonesia-nomor-9/1/pbi.2007 (diakses 18 Maret 2015).

---, “Penerapan Manajemen Risiko”, dalam http://www.ojk.go.id/peraturan-bank-indonesia-nomor-13-23-pbi-2011

Rahardjo, Budi. Akuntansi dan Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan. Yogyakarta: ANDI, 2001.

Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.

Rizal, Mahmal. Meminimalisir Risiko Pembiayaan Untuk Ukm Produktif Di Perbankan Syariah (Study Kasus Bank DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim). Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2009.

Rustan, Bambang Rianto. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 30.


(6)

Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.

---. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

Suhardjono. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah. Yogyakarta: YKPN, 2003.

Sumar’in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah .Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Syahatah, Husein. Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam. Jakarta: Akbar Media

Eka Sarana, 2001.

Syaikh, Muhammad bin Abdillah bin Abdurrahman bin Ishaq Alu. Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsir, terjt, Goffar, Abdul dkk. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8, Pustaka Imam Syafi’i, 2005.

Taberang, A.M Rihzal. Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit Terhadap Peningkatan Laba Pada Bank Sulawesi Selatan Cabang Utama Bone, Skripsi Universitas Hasanudin: Sulawesi Selatan, 2011.

Umam, Khoirul. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia, 2013.

Wangsawidjaja, A. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cetakan Ketiga. Jakarta: Zikrul Hakim, 2007.