Optimasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) merk `Kiranti` dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)- densitometri - USD Repository

  

OPTIMASI METODE PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM

SEDIAAN CAIR OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) MERK

“KIRANTI ® ” DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

  

(KLT)-DENSITOMETRI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Dewi Elizabeth Himawan NIM : 078114077

  

OPTIMASI METODE PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM

SEDIAAN CAIR OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) MERK

“KIRANTI ® ” DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

  

(KLT)-DENSITOMETRI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Dewi Elizabeth Himawan NIM : 078114077

  

Halaman Persembahan

Ability is what you're capable of doing. Motivation determines what

you do. Attitude determines how well you do it. -Lou Holtz! ~

  

Upsets and failures always contain the gift of

learning. Stay strong to unwrap the package. Be

thankful and keep moving! JC bless  God is a friend who is close beside us.

  Everytime you ’re feeling lost, Keep your faith strong and believe that His light will surely guide you!

  Karya ini aku dedikasikan kepada: My Great DAD and MOM

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan bimbingan- Nya yang penuh kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi berjudul ”Optimasi Metode Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sediaan Cair Obat Herbal Terstandar (OHT) Merk Kiranti

  ®

  dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri”.

  Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini sendiri tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, arahan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan evaluasi kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

  3. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji, atas bimbingan, arahan, dan penjelasannya.

  4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji dan dosen pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan dan arahan pada penulis selama menjalani masa kuliah.

  6. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi.

  7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan pengalaman yang berharga sehingga berguna dalam proses penyusunan skripsi.

  8. Yunita dan Veny sebagai rekan kerja, terima kasih atas kerja sama yang solid, atas kebersamaannya untuk membantu kerja penulis di laboratorium.

  9. Seno, Tere, Lilis, Pakdhe, Katrin, Upil, Pace, Benny, Lala sebagai teman satu lantai yang sering melakukan penelitian bersama, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan.

  10. Mas Bimo, Mas Wagiran, Mas Parlan, Mas Kunto dan seluruh staf laboran yang telah bersedia membantu penulis mengerjakan penelitian.

  11. Venny, Nana, Vivi, Sasa, Frissa, Helen, terima kasih telah menjadi sahabat yang baik penulis dan atas semangat dan pengertian yang telah diberikan dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

  12. Ci Eva telah menjadi kakak kos yang baik dan atas berbagai pengalaman yang telah dibagikan pada penulis.

  13. Nana, Evina, Mala, Daniel, Ridho, Andy, Wawan, Mba Ririn sebagai teman yang sering satu kelompok telah memberikan pengetahuan, pengalaman berharga dan semangat.

  14. Teman-teman FST 07 yang luar biasa kekompakannya, serta terima kasih atas kebersamaan dan kegilaan bersama kalian, kalian memberi warna

  16. Ci Kaka, Ci Iren, Ci Reni, Ci Wiwit, Ci Linda, Ci Nisia, Ci Eka, Ci Nana dan teman-teman kos dewi yang menjadi teman seperjuangan penulis terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan.

  17. Teman-teman KKN kel 1 XL yang telah menjadi teman yang baik selama 1 bulan KKN di Pailihan, Bantul.

  18. Seluruh teman angkatan 2007, atas suka duka, kenangan dan kebersamaan yang membuat saat-saat kuliah menjadi saat-saat yang indah.

  19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya hingga penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua bantuannya.

  Penulis menyadari bahwa penulis tidak luput dari kekurangan dalam penulisan naskah skripsi ini mengingat segala keterbatasan wawasan dan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis membuka diri untuk adanya kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi semua pihak, terutama untuk kemajuan pengetahuan dalam bidang ilmu Farmasi.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...................... vi i i DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv i

  i

  

i

  1

  4

  

  1. Tinjauan Umum ....................................................................................... 11

  2. Standarisasi Simplisia ............................................................................... 12

  

  

  13

  1. Tinjauan Umum ....................................................................................... 13

  2. Kromatografi Lapis Tipis ......................................................................... 14

  3. Sistem KLT .............................................................................................. 16

  4. KLT-Densitometri ................................................................................... 19

  5. Optimasi Metode ...................................................................................... 19

  23

  ...................................................................................................... 24

  25 C. Definisi Operasional .................................................................................... 26

  27

  27

  27

  ................................................................. 28

  28

  28

  ...................................................................................... 29

  ...................... 29

  

  35 D. Optimasi Pemisahan Kurkumin dalam Sampel OHT Cair Merk

  ®

  “Kiranti ” secara KLT-Densitometri............................................................

  36

  39

  3. Optimasi Pemisahan Kurkumin pada Masing-Masing Fraksi Metanol

  a. Pemisahan Kurkumin dengan Fase Gerak Kloroform p.a. : Etanol

  p.a . : Aquadest dengan Perbandingan 25:0,96:0,04 ........................... 41

  b. Pemisahan Kurkumin dengan Fase Gerak Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial p.a. dengan Perbandingan 9,75:0,25 ........................... 43 c.

  Pemisahan Kurkumin dengan Fase Gerak Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial p.a. dengan Perbandingan 9,50:0,50 ........................... 44

  d. Pemisahan Kurkumin dengan Fase Gerak Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial p.a . : Heksana p.a . dengan Perbandingan 8,50:1,00:0,50 ..................................................................................... 45

  

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Fase Diam dan Substansi yang Dipisahkan ................................................. 17 Tabel II. Indeks Polaritas Larutan Kimia................................................................... 18 Tabel III. Hubungan antara Peak Asymmetry Factor dan Tailing Factor ............... 21 Tabel IV. Perbandingan Fase Gerak.......................................................................... 27 Tabel V. Perbandingan Fase Gerak dan Indeks Polaritas......................................... 32 Tabel VI. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Seri Larutan Baku . 38 Tabel VII. Tabel Nilai R dan Resolusi Larutan Sampel Kurkumin pada Berbagai

  f

  Komposisi Fase Gerak............................................................................ 41

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur kurkumin, demetoksikurkumin dan bis-demetoksi kurkumin..

  6 Gambar 2. Isomer geometrik cis-trans dari bis-demetoksikurkumin.......................

  7 Gambar 3. Struktur kimia kurkumin dalam berbagai pH.......................................... 8 Gambar 4. Contoh produk degradasi kurkumin pada pH alkali ………….............

  9 Gambar 5. Produk fotodegradai kurkumin.............................................................

  10 Gambar 6. Logo obat herbal terstandar (OHT)........................................................ 12

  ®

  Gambar 7. Sampel OHT cair merk “Kiranti ”........................................................ 13 Gambar 8. Pengukuran tailing peak.......................................................................

  20 Gambar 9. Pemisahan dua senyawa.......................................................................

  22 Gambar 10. Gugus metilen aktif pada kurkumin ..................................................

  35 Gambar 11. Gugus kromofor dan auksokrom pada kurkumin................................ 37 Gambar 12. Pola spektra seri larutan baku pada pengukuran panjang gelombang maksimum ........................................................................................

  38 Gambar 13. Gugus nonpolar dan polar kurkumin..................................................

  40 Gambar 14. Interaksi kurkumin dengan fase diam .................................................. 40 Gambar 15. Pemisahan kurkumin dari berbagai senyawanya dengan fase gerak kloroform p.a. : etanol p.a : aquadest (25:0,96:0,04) ......................... 42 Gambar 16. Pemisahan kurkumin dari berbagai senyawanya dengan fase gerak kloroform p.a. : asam asetat glasial p.a (9,75:0,25) ............................ 43 Gambar 17. Pemisahan kurkumin dari berbagai senyawanya dengan fase gerak kloroform p.a. : asam asetat glasial p.a. (9,50:0,50) ............................45 Gambar 18. Pemisahan kurkumin dari berbagai senyawanya dengan fase gerak kloroform p.a. : asam asetat glasial p.a : heksana p.a.

  (8,50:1,00:0,50).................................................................................. 46

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Pernyataan Jaminan Keaslian Bahan Kurkumin Standar Hasil Sintesis................................................................................................. 56

  Lampiran 2. Data Penimbangan Bahan..................................................................... 57 Lampiran 3. Spektrum Stabilitas Kurkumin pada pH 4............................................ 58 Lampiran 4. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak ......……........................................ 60 Lampiran 5. Sistem KLT-Densitometri yang Digunakan....................................... 61 Lampiran 6. Kromatogram pada Fase Gerak Kloroform p.a. : Etanol p.a. :

  Aquadest (25: 0,96 : 0,04)................................................................... 63 Lampiran 7. Kromatogram pada Fase Gerak Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial

  p.a . (9,75 : 0,25) ................................................................................. 65

  Lampiran 8. Kromatogram pada Fase Gerak Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial

  p.a . (9,50 : 0,50) ................................................................................. 67

  Lampiran 9. Kromatogram pada Fase Gerak Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial

  p.a . : Heksana p.a. (8,50 : 1,00 : 0,50) ................................................ 69

  Lampiran 10. Kromatogram Pemisahan Kurkumin dengan Fase Gerak Optimum Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial p.a. (9,50 : 0,50) Replikasi I.. 71

  Lampiran 11. Kromatogram Pemisahan Kurkumin dengan Fase Gerak Optimum Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial p.a. (9,50 : 0,50) Replikasi II ........................................................................................ 73

  Lampiran 12. Kromatogram Pemisahan Kurkumin dengan Fase Gerak Optimum Kloroform p.a. : Asam Asetat Glasial p.a. (9,50 : 0,50) Replikasi III ...... ..................................... .......................................... 75

  Lampiran 13. Contoh Perhitungan As (Peak Asymmetry Factor), Resolusi Pemisahan Campuran Kurkumin dengan Fase Gerak Kloroform

  p.a. : Asam Asetat Glasial p.a. (9,50 : 0,50) dan Perhitungan CV.... 77

  

INTISARI

  Kurkumin merupakan zat warna kuning yang berasal dari tanaman kunyit (Curcumae domesticae Val.). Dalam rimpang kunyit terdapat senyawa aktif yang sering digunakan sebagai obat tradisional berupa kurkuminoid yang berguna untuk mengatasi analgesik misalnya nyeri haid. Kurkuminoid terdiri dari tiga senyawa yaitu kurkumin, demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan senyawa terbesar, yaitu 50- 60% dari total kurkuminoid. Kurkumin memiliki sifat fisika-kimia yang kurang stabil terhadap suhu, cahaya dan pH.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif dua tingkat karena pada subyek uji diberikan dua perlakuan berupa perbedaan jenis dan perbandingan komposisi fase gerak. Sistem KLT yang digunakan adalah fase normal menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel G

  60 dan fase gerak

  berupa kloroform p.a. : asam asetat glasial p.a. dan kloroform p.a. : asam asetat glasial p.a. : heksana p.a. dengan berbagai komposisi.

  Parameter yang dioptimasi adalah jenis dan komposisi fase gerak. Kondisi optimum hasil penelitian yang diperoleh adalah fase gerak kloroform p.a. : asam asetat glasial p.a. (9,5 : 0,5) ditunjukkan dengan bentuk peak kromatogram yang runcing dilihat dari nilai peak asymmetry factor (As) antara 0,9-1,2, nilai retardasi faktor (R f ) antara 0,2-0,8 , resolusi ≥ 1,5 dan CV ≤ 2.

  Kata kunci : kurkumin, obat tradisional, KLT-densitometri, optimasi metode.

  

ABSTRACT

  Curcumin is the yellow pigment derived from turmeric plant (Curcumae

  

domesticae Val.). In turmeric rhizome contained active compounds that are often

  used as traditional medicine in the form of curcuminoids are useful to overcome the analgesic such as menstrual pain. Curcuminoids consists of three components, namely curcumin, demetoksikurkumin and bisdemetoksikurkumin. Of the three compounds are curcuminoids, curcumin is the largest component, 50-60% of total curcuminoids. Curcumin has the physical-chemical properties that are less stable to temperature, light and pH.

  This study is a descriptive experimental two levels because the test subjects are given two treatments consisted of different types and comparison of mobile phase composition. TLC system used was a normal phase using the stationary phase TLC plate silica gel G

  60 and a mobile phase chloroform p.a. : acetic acid glacial p.a. and chloroform p.a. : acetic acid glacial p.a. : hexane p.a.

  with various compositions.

  The parameters optimized are the type and composition of mobile phase. The optimum conditions obtained research results are a mobile phase of chloroform p.a. : acetic acid glacial p.a. (9,5 : 0,5), indicated by the shape of a pointy peak chromatogram that the value of peak asymmetry factor (As) between 0.9-1.2, the value of retardation factor (R f ) between 0.2 to 0.8, resolution

  ≥ 1.5 and CV ≤ 2.

  Key words: curcumin, traditional medicine, TLC-densitometry, optimization methods.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kurkumin merupakan zat warna kuning yang berasal dari tanaman

  kunyit (Curcumae domesticae Val.) ( Chattopadhyay, Biswas, Bandyopadhyay,

  

Banerjee, 2004 Dalam tanaman kunyit khususnya pada rimpang kunyit terdapat

).

senyawa aktif yang sering digunakan sebagai obat tradisional berupa kurkuminoid

yang terdiri dari 3 senyawa yaitu kurkumin (diferuloilmetan), demetoksikurkumin

dan bis-demetoksikurkumin yang diindikasikan sebagai analgesik (Gaikar, Dandekar,

2001).

  Pemakaian kurkuminoid sebagai bahan obat sudah dikenal sejak dahulu dalam berbagai sediaan obat tradisional dan telah dikonsumsi oleh masyarakat luas misalnya untuk mengurangi nyeri haid (Orang Tua Group, 2005).

  Penggunaan kurkumin sebagai bahan obat atau campuran obat dalam sediaan obat tradisional harus diberikan dengan dosis tepat mengingat kebanyakan sediaan obat tradisional yang beredar di pasaran hanya mencantumkan jumlah simplisia dalam satuan bobot tertentu sehingga tidak diketahui secara pasti kandungan kurkumin yang memberikan aktivitas farmakologis. Selain itu, kurkumin memiliki sifat fisika-kimia yang kurang stabil terhadap cahaya dan pH.

  Oleh karena itu, harus diketahui kadar kurkumin secara tepat dengan menggunakan metode analisis yang tepat (Martono, 1996).

  Salah satu obat tradisional yang diindikasikan sebagai analgesik serta pemanfaatan obat tradisional (OT) yang berupa sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan

  ®

  bahan bakunya telah distandarisasi. Kiranti merupakan sediaan cair yang mengandung berbagai ekstrak yaitu Curcumae domesticae Rhizoma (30g),

  

Tamarindi Pulpa (6g), Kaempferiae Rhizoma (3g), Arengae pinnata Fructose

  (3g), Zingiberis Rhizoma (0,8g), Paullinia cupana (0,23g) dan Cinnamomi

  ®

Cortex (0,1g). Dalam OHT cair merk “Kiranti ” belum dilakukan penjaminan

  mutu berupa penetapan kadar bahan berkhasiatnya yaitu kadar kurkumin. Dengan adanya alasan tersebut, maka perlu dilakukan analisis terhadap kadar kurkumin

  ®

  dalam OHT cair merk “Kiranti ”. Penjaminan mutu perlu dilakukan agar kadar kurkumin dalam OHT yang telah diuji praklinik dapat memenuhi persyaratan kadar sehingga dapat dipertanggungjawabkan khasiat dan keamanannya.

  Metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar kurkumin yang terdapat dalam ekstrak Curcumae domesticae Rhizoma adalah metode Kromatgrafi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau lebih dikenal dengan High Performance Liquid Chromatography (Martono, 1996; Zhang, Jinnnai, Ikeda, Wada, Hayashida, Nakashima, 2009).

  Dalam penelitian ini dipilih analisis dengan metode KLT-Densitometri karena metode KLT-Densitometri merupakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk analisis senyawa multikomponen dalam sampel berupa campuran senyawa. KLT cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi

  Sebelum dilakukan penetapan kadar kurkumin yang terdapat dalam sampel, perlu dilakukan optimasi untuk mengetahui sistem optimum untuk penetapan kadar kurkumin dari berbagai senyawa dalam OHT cair merk

  ®

  “Kiranti ”. Penelitian ini merupakan penelitian berkelanjutan berupa optimasi,

  ®

  validasi dan penetepan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT merk “Kiranti ” secara KLT - Densitometri.

  Optimasi ini perlu dilakukan terutama karena dalam penelitian ini menggunakan metode KLT-Densitometri dengan sistem yang baru yaitu penggunaan komposisi fase gerak yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal

  

®

  tersebut karena OHT cair merk “Kiranti ” yang digunakan sebagai sampel belum pernah diteliti sebelumnya sehingga untuk pemisahan kurkumin dari senyawa lain dibutuhkan sistem baru pula. Kondisi sistem KLT-Densitometri yang optimum perlu dicari agar diperoleh hasil pemisahan yang baik dari campuran kurkumin dan senyawa lain. Kondisi optimum dapat diperoleh dengan optimasi fase gerak yang digunakan dalam sistem KLT-Densitometri. Optimasi fase gerak yang dalam hal ini adalah optimasi jenis dan komposisi dari fase gerak.

  Pemilihan fase gerak untuk pemisahan kurkumin dari berbagai senyawa

  ®

  dalam OHT cair merk “Kiranti ” berdasarkan penelitian sebelumnya yang melakukan pemisahan kurkumin yang tercampur dengan turunan demetoksinya dalam sampel serbuk kunyit dan E. Merck menggunakan fase gerak campuran kloroform : etanol : aquadest (25:0,96:0,04) yang memiliki indeks polaritas 4,15 kepolaran dengan penambahan heksana p.a. atau peningkatan kepolaran dengan penambahan aquadest atau asam asetat glasial p.a.

  Parameter dari kondisi optimum dari sistem KLT yang diteliti adalah diperoleh hasil peak kromatogram runcing dilihat dari harga peak asymmetry

  

factor (As = b/a) antara 0,9-1,2 (Synder, Kirkland, Glajh, 1997), kemiripan R

f

  sampel-baku dan nilai R f antara 0,2-0,8 (Sherma,J., et.al., 2003). Dari R f sampel didapat resolusi ≥ 1,5 (Sherma,J., et.al., 2003) serta dari resolusi dihitung CV ≤ 2

  (Harmita, 2004) pada tiga kali replikasi pada komposisi fase gerak optimum yang didapat.

  1. Perumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana jenis dan perbandingan komposisi fase gerak dari sistem KLT yang diteliti sehingga didapatkan parameter optimum berupa bentuk peak kromatogram yang runcing dilihat dari nilai peak asymmetry factor (As) antara 0,9-1,2, R f antara 0,2-0,8, resolusi (Rs)

  ≥ 1,5, dan CV ≤ 2 untuk memisahkan

  ® kukumin dari berbagai senyawa dalam OHT cair merk “Kiranti ”.

  2. Keaslian penelitian

  Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang penetapan kadar kurkumin secara KLT-Densitometri pernah dilakukan oleh Sudibyo Martono (1996) berupa aquadest (25:0,96:0,04) dan fase diam silica gel 60 F 254 diketahui memiliki selektivitas, sensitivitas dan ketelitian yang cukup tinggi. Paramasivam et al.

  (2008) pernah melakukan penelitian mengenai Occurrence of curcuminoids in

  

Curcuma longa : A quality standardization by HPTLC . Gupta et al. (1999)

  melakukan penelitian tentang Simultaneous determination of curcuminoids in

  

curcuma samples using HPTLC . Penelitian mengenai kurkumin dalam OHT cair

® “Kiranti ” menggunakan metode KLT-Densitometri belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat metodologis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah pengetahuan mengenai penggunaan metode penetapan kadar kurkumin secara KLT-Densitometri khususnya optimasi.

  b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode untuk analisis campuran multikomponen kurkuminoid dalam suatu obat tradisional.

B. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang muncul maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan perbandingan komposisi fase gerak dari sistem KLT yang diteliti sehingga didapatkan parameter optimum berupa bentuk peak kromatogram yang runcing dilihat dari nilai peak asymmetry

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Kurkumin Kurkumin merupakan zat warna kuning yang berasal dari tanaman kunyit

  (Curcumae domesticae Val.). Kurkumin (diferuloilmetan) memiliki turunan/ derivat berupa demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin. Ketiga senyawa ini disebut kurkuminoid secara keseluruhan. Dalam kurkuminoid, kandungan kurkumin sebesar 77%, demetoksikurkumin 17% dan bis-demetoksikurkumin 3% (Anggarwal, 1995). Sifat kepolaran dari yang paling polar sampai yang non polar adalah

  • sebagai berikut kurkumin, demetoksikurkumin, kemudian bis demetoksikurkumin (Aggarwal, et.al., 2006).
Kurkumin yang memiliki nama lain 1,7-bis-(4`-hidroksi-3`-metoksifenil)

  • 1,6-heptadiena-3,5-dion, merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman Curcuma

  

sp dan telah berhasil dikembangkan sintesisnya oleh Pabon (1964). Kurkumin

  telah diketahui memiliki aktivitas biologis seperti analgesik, antioksidan, antikanker dan antimutagenik (Gaikar et al., 2001).

  Sifat-sifat kurkumin adalah memiliki berat molekul = 368,37 g/mol (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %), berwarna kuning muda, titik lebur 183 C dan larut dalam pelarut organik (metanol, etanol atau benzena), asam asetat glasial serta tidak larut dalam air (Tonnesen, Karlsen, 1985).

  Selain konstituen mayor (kurkumin, demetoksi kurkumin dan bis demetoksi kurkumin), konstituen minor juga dapat diisolasi yang memiliki bentuk isomer geometrikal dari bis-demetoksikurkumin (Gambar 1). Satu diantaranya berbentuk isomer geometrik cis-trans (Gambar 2) memiliki titik lebur, stabilitas dalam larutan dan cahaya yang lebih rendah (Stankovic, 2004).

  • ).

  berwarna merah yang diindikasikan terjadi protonasi dengan membentuk (H

  4 A

  Pada pH 1-7, sebagian besar diferuloilmetan berada dalam bentuk netral (H

  3 A).

  Pada pH ini kelarutannya dalam air sangat rendah dan larutan berwarna kuning. Pada pH >7,5 warna berubah menjadi merah. Nilai pKa untuk disosiasi tiga proton asam pada senyawa kurkumin (bentuk H

  • , HA

  2 A

  2-

  dan A

  3-

  ) secara berturut- turut adalah 7,8; 8,5 dan 9,0 (Stankovic, 2004).

  OH O OCH H 3 OH 3 CO HO OH OH OCH H 3 O 3 CO HO H OH O OCH H 3 O 3 CO HO OH O OCH H 3 O 3 CO O O O OCH H 3 O 3 CO O H 4 A + H 3 A H 2 A - HA 2- A 3- kimia pada pH basa terhadap senyawa kurkumin (Tonnesen,et.al., 1985), produk dekomposisi pada pH 7-10 ditentukan secara HPLC. Produk degradasi terbentuk setelah 5 menit dan kromatogram diperoleh setelah 28 jam pada pH 8,5 menunjukkan degradasi alkali sehingga terbentuk asam ferulat dan feruloilmetan.

  Feruloilmetan secara cepat terbentuk produk kondensasi warna kuning sampai kuning kecoklatan. Produk degradasi pada pH alkali yang terbentuk adalah feruloilmetan adalah vanilin dan aseton serta jumlahnya meningkat seiring bertambahnya waktu (Stankovic, 2004).

  

Gambar 4. Contoh produk degradasi kurkumin pada pH alkali (Stankovic, 2004)

  Selain pH lingkungan, sifat kurkumin yang tidak kalah penting adalah sensitivitasnya pada cahaya. Bila kurkumin terkena cahaya, akan terjadi fotodegradasi kurkumin misalnya adalah asam vanilat, vanilin dan asam ferulat (Sasaki, Sat, Abe, Sugimoto, Maitani, 1998).

  

Gambar 5. Produk fotodegradasi kurkumin (Tonnesen, Greenhill, 1992)

  Karena sifatnya yang tidak stabil, kurkumin harus segera diukur menggunakan densitometer (TLC Scanner) sesaat setelah pengembangan selesai.

  Analisis penetapan kadar kurkumin dilakukan pada panjang gelombang (Mohammad, Ahmad, Daud, 2007).

  maks ) visibel yaitu pada 425 nm

  maksimum (λ

B. Obat Herbal Terstandar (OHT)

1. Tinjauan Umum

  Obat herbal terstandar (Scientific based herbal medicine) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. OHT harus memenuhi kriteria: a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Aman memiliki arti berada di dalam jendela terapi antara kadar efek maksimum (KEM) dan kadar toksik minimum (KTM).

  b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/pra-klinik. Pembuktian ilmiah ini berupa penelitian pra-klinik meliputi standarisasi kandungan bahan berkhasiat, standarisasi pembuatan ekstrak tanaman obat, standarisasi pembuatan obat tradisional yang higienis serta uji toksisitas akut maupun kronis.

  c. Telah dilakukan standardisasi bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.

  d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

  e. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium (Badan POM RI, 2004).

  Standarisasi dan pengukuran regulasi digunakan untuk kontrol kualitas dari OHT. Mutu suatu sediaan obat bahan alam tidak dapat terjadi begitu saja tetapi perlu dilakukan suatu langkah yang menyeluruh meliputi :

  a. Mutu harus direncanakan. Hal ini diwujudkan dengan penetapan metode dan b. Mutu harus dibangun selama proses fabrikasi berjalan, yaitu sejak dari bahan baku sampai terbentuknya sediaan obat bahan alam yang dimaksud.

  c. Melakukan kontrol (Depkes RI, 1987).

  Gambar 6. Logo obat herbal terstandar (OHT) (PT Phapros, 2010)

2. Standarisasi Simplisia

  Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia dan ekstrak (sediaan galenik), karena khasiat suatu tanaman tergantung pada kandungan kimianya, dimana kandungan kimia ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tempat tumbuh, iklim, curah hujan, panen. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (Hanani, 2009).

  Standarisasi bahan baku simplisia yang dilakukan meliputi penetapan kadar minyak atsiri, penetapan kadar abu, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar abu larut air, penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan bahan organik asing dan penetapan kadar tanin (Dirjen POM RI, 1995b). akhir mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu (Badan POM RI, 2005).

  ®

C. Kiranti

  ®

  Kiranti merupakan Obat Herbal Terstandar yang memiliki indikasi untuk mengatasi rasa nyeri, perasaan letih, bau badan tak sedap saat haid serta keputihan (Orang Tua Group, 2010).

  ®

Gambar 7. Sampel OHT cair merk “Kiranti ” (Orang Tua Group, 2010)

  Kiranti merupakan sediaan cair yang mengandung berbagai ekstrak yaitu

  

Curcumae domesticae Rhizoma (30g), Tamarindi Pulpa (6g), Kaempferiae

Rhizoma (3g), Arengae pinnata Fructose (3g), Zingiberis Rhizoma (0,8g),

Paullinia cupana (0,23g) dan Cinnamomi Cortex (0,1g) (Orang Tua Group,

2010).

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1. Tinjauan Umum

  tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaaan mobilitas disebabkan perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion (Dirjen POM RI, 1995a).

  Teknik kromatografi umumnya membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat menjadi zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel dan resin penukar ion. Dalam praktek, sering kali pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi efek adsorpsi dan partisi (Dirjen POM RI, 1995a).

  Kromatografi merupakan cara pemisahan yang berdasarkan partisi cuplikan antara fase gerak dan fase diam. Kromatografi mempunyai beberapa keuntungan antara lain:

  a. Metode pemisahan cepat dan mudah

  b. Menggunakan peralatan yang murah dan sederhana

  c. Membutuhkan campuran cuplikan yang sedikit d. Pekerjaan dapat diulang (Hardjono, 1983).

2. Kromatografi Lapis Tipis

  Kromatografi lapis tipis adalah suatu cara pemisahan yang berdasarkan kromatografi lapis tipis (KLT) sering digunakan karena prosedurnya sederhana, pemisahan lebih cepat dan baik serta dapat memisahkan dalam jumlah yang relatif kecil sampai beberapa mikrogram (Stahl, 1969).

  Dalam pemisahan suatu senyawa harus dipilih fase diam, fase gerak dan cara kerja yang sesuai. Pemisahan yang lebih baik dapat diperoleh dengan mengadakan perubahan-perubahan pada fase diam, fase gerak dan cara kerja yang antara lain meliputi kejenuhan, temperatur dalam bejana kromatografi, cara pengembangan dan keadaan permukaan (Stahl, 1969).

  Fase diam yang digunakan dalam KLT adalah bahan penjerap (adsorbent). Dua sifat penting yang harus diperhatikan untuk KLT adalah besar dan kecilnya partikel penyerap serta homogenitasnya. Sebab daya lekat pada pendukung sangat ditentukan oleh kedua sifat tersebut. Fase gerak adalah suatu medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Pemilihan suatu pelarut untuk digunakan sebagai fase gerak sama pentingnya dengan pemilihan fase diam. Fase gerak tidak hanya tersusun sebagai sarana pengangkutan tetapi juga mempengaruhi koefisien pembagian melalui daya larutnya. Di samping kelarutan relatif zat terlarut dalam fase gerak perlu dipertimbangkan pula persaingan antara zat terlarut dengan pelarut terhadap bidang adsorbsi pada permukaan fase diam.

  Pelarut yang mengelusi terlalu cepat tidak akan dapat memisahkan dengan baik, sebaliknya pelarut yang bergerak terlalu lambat akan memberikan waktu elusi yang terlalu panjang (Stahl, 1969). jarak migrasi senyawa dengan jarak migrasi fase gerak. Baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif dapat ditentukan kebenaran analit dengan membandingkan harga R f standar dan baku. Harga R f ini adalah tetapan fisika yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tebal lapisan, kelembaban udara, fase gerak, bahan penyerap, dan suhu (Sastrohamidjojo, 1985). Harga R dapat

  f

  ditentukan dengan: Angka R f berkisar antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hR adalah angka R dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai

  f f berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985).

3. Sistem KLT

  a. Fase diam. Fase diam yang sering digunakan dalam KLT adalah bahan penjerap (adsorben). Silika gel merupakan penjerap yang paling banyak digunakan dalam KLT. Pada umumnya ditambah dengan bahan pengikat untuk memberikan kekuatan perlekatan pada pendukungnya. Bahan pengikat yang sering digunakan adalah gipsum, dan silika gel yang diberikan tambahan senyawa, ini dikenal dengan istilah ”silika gel G”. Bahan penjerap lain yang digunakan adalah alumina, selulosa, sefadex, poliamida, kieselguhr, dan amilum (Harborne, 1973).

  Beberapa substansi bahan kimia dapat dipisahkan dengan fase diam seperti pada tabel berikut sebagai salah satu alternatif.

  

Tabel I. Fase diam dan substansi yang dipisahkan (Mulja, Suharman, 1995)

Adsorben Mekanisme Substansi yang dapat dipisahkan pemisahan

  

Silika gel Absorpsi Steroid, asam amino, lemak, alkohol,

hidrokarbon, alflatoksin, asam empedu, vitamin, alkaloida

Silika gel-reve rsed phase RP Asam lemak, vitamin, hormon steroid,

karotenoid

Selulosa, kilserguhr Partisi Karbohidrat, gula, alkohol, asam

karboksilat, asam lemak

Aluminium oksida Adsorpsi Amina, alkohol, steroid, lemak, aflatoksin,

asam empedu, vitamin, alkaloid

Poliamide (Floresie) selulosa Pertukaran ion Asam nukleat, nukleotida, purin, pirimidin

  Mg silikat Absorpsi Steroid pestisida, lemak alkaloid

  b. Fase gerak. Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan berpori karena ada gaya kapiler. Yang digunakan adalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multikomponen, maka harus berupa suatu campuran sederhana terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).

  Komposisi fase gerak yang digunakan dapat mempengaruhi variasi retensi analit untuk pemisahan yang optimum. Sehingga fase gerak dapat disesuaikan komposisinya agar diperoleh kepolaran relatif yang mirip dengan sampel untuk memperoleh pemisahan yang optimum (Willard, Merrit, Dean, Settle, 1988).

  Kepolaran pelarut merupakan ukuran kekuatan pelarut untuk mengelusi suatu senyawa. Kepolaran pelarut dinyatakan dalam bentuk indeks polaritas (IP).

  Besarnya polaritas campuran pelarut dapat dihitung dengan persamaan berikut:

  Pentana 0,0 Heptana 0,1 Heksana 0,1 Iso-oktana 0,1 Petroleum eter 0,1 Sikloheksana 0,2 n

  

Tabel II. Indeks Polaritas Larutan Kimia (Burdick, Jackson, 2010)

Indeks Polaritas (IP)

  • butil klorida 1,0 Toluen 2,4 Metil t-butil eter 2,5 Klorobenzena 2,7

  o

  • diklorobenzena 2,7 Diklorometana 3,1 Etilen diklorida 3,5

  n

  • butil alkohol 3,9 Isopropil alkohol 3,9

  n

  • butil asetat 4,0 Isobutil alkohol 4,0 Tetrahidrofuran (THF) 4,0 Kloroform 4,1 Metil isobutil keton 4,2 Etil asetat 4,4

  Metil n-propil keton 4,5 Metil etil keton 4,7 1,4-dioksan 4,8 Aseton 5,1 Metanol Etano

  5,1 5,2 Piridin 5,3 2-metoksietanol 5,5 Asetonitril 5,8 Propilen karbonat 6,1 Asam asetat glasial 6,2 Dimetil asetamid 6,5 N

  • metil pirolidon 6,7 Dimetil sulfoksida 7,2 Air 10,2

  Untuk KLT fase normal, kekuatan interaksi dari pelarut dilakukan dengan pengurangan kepolaran dengan pelarutan heksana p.a. atau peningkatan dengan penambahan air atau asam asetat glasial p.a. sehingga nilai R f berada dalam range

  4. KLT-Densitometri KLT-Densitometri merupakan salah satu metode analisa kuantitatif.

  Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara KLT. Pada umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi bersama-sama (Hardjono, 1985).

  Metode densitometri mempunyai cara kerja yang sederhana dan cepat. Pada metode densitometri diperlukan adsorben dan fase gerak yang murni. Untuk memperoleh hasil yang baik lazimnya digunakan adsorben siap pakai yang telah mengalami pra pencucian (Gritter, 1991).

  Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang gelombang maksimum, karena perubahan konsentrasi pada bercak sedikit saja sudah terdeteksi (Mintarsih, 1990). Bercak yang kecil dan intensif akan menghasilkan suatu puncak kurva absorbsi yang sempit dan tajam, sebaliknya bercak yang lebar akan menghasilkan puncak kurva absorbsi yang melebar dan tumpul (Sudjadi, 1988).

  5. Optimasi Metode

  Parameter – parameter yang digunakan untuk optimasi metode dalam KLT-Densitometri adalah :

  a. Sensitivitas (sensitivity) adalah kemampuan untuk mendeteksi atau mengukur analit yang berukuran mikro (kecil). c. Efisiensi (efficiency) adalah keruncingan peak dibandingkan panjangnya waktu dari senyawa kontak dengan fase diam. Analisis KLT-Densitometri mencari kondisi yang menghasikan puncak simetris karena puncak yang asimetris dapat menghasilkan perhitungan yang tidak teliti, penurunan derajat resolusi serta waktu keluarnya peak yang tidak reprodusibel.

  

Gambar 8. Pengukuran tailing peak (Synder et.al., 1997)

  Parameter yang digunakan untuk menilai bentuk peak kromatogram adalah peak asymmetry factor (As) yang diukur pada 10% tinggi puncak.

  Puncak yang simetri memiliki nilai As sama dengan 1, sedangkan puncak dengan nilai As pada rentang 0,9-1,2 masih dikatakan baik. Parameter lain yang dapat

  Untuk nilai keasimetrisan kurang dari 2, As dan Tf nilainya mirip. Berikut tabel hubungan antara As dan Tf (Synder et.al., 1997).

  

Tabel III. Hubungan antara peak asymmetry factor dan tailing factor (Synder, et.al., 1997)

Peak asymmetry factor Peak tailing factor

  

(pada 10%) (pada 5%)

1,0 1,0

1,3 1,2

1,6 1,4

1,9 1,6

2,2 1,8

2,5 2,0

  d. Nilai retardasi faktor (R f ) adalah nilai rasio dari jarak migrasi center of a zone analit dibagi jarak migrasi pelarut, keduanya diukur dari permulaan perambatan.

  R f dapat dihitung dengan persamaan: Harga R f yang baik antara 0,2-0,8. Hal ini dikarenakan pada R f ini didapatkan resolusi optimum dimana peningkatan resolusi pada KLT dalam pengembangan satu dimensi untuk meningkatkan selektivitas dengan berbagai komposisi fase gerak (Sherma, et.al., 2003).

  e. Faktor resolusi (Rs) adalah ukuran pemisahan dari dua puncak yang berdekatan dapat diukur dengan persamaan: Pemisahan dua senyawa dapat digambarkan sebagai berikut:

  Gambar 9. Pemisahan dua senyawa (Johnson dan Stevenson, 1978)

  Harga Rs ≥ 1,5 disebut baseline resolution, yaitu pemisahan sempurna dari dua puncak yang berdekatan. Dalam prakteknya, pemisahan dengan harga Rs = 1,0

  (kedua puncak berhimpit lebih kurang 2%) dianggap memadai (Pescok, Shields, Caims, 1976). Untuk pemisahan yang baik Rs harus

  ≥ 1,5 karena berarti pemisahan kedua senyawa ≥ 99,7% (Sastrohamidjojo, 2002).

  f. Coefficient of corelation (CV) adalah nilai absolut dari standar deviasi, nilainya biasa dalam bentuk persentase. CV ini biasa digunakan dalam kimia analisis untuk mengekspresikan presisi dan keterulangan dari suatu analisis. Cara menghitungnya adalah standar deviasi dari seri replikasi analisis sampel dibagi rata-rata, hasilnya dikali 100. Rumusnya :

E. Landasan Teori

  Kurkumin merupakan zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman kunyit. Stabilitas dari kurkumin sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan dan cahaya sehingga kurkumin harus dijaga pada pH kurang dari 7 dan diperhatikan sensitivitasnya terhadap cahaya. Kurkumin merupakan salah satu contoh senyawa kimia yang terkandung dalam OHT. Kurkumin banyak digunakan dalam OHT karena memiliki aktivitas farmakologis yang bermacam-macam, misalnya analgesik, antioksidan, antikanker dan antimutagenik. OHT dapat dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik, telah mengalami standarisasi bahan baku, memenuhi kriteria aman, memenuhi persyaratan mutu yang berlaku serta jenis klaim penggunaan sesuai tingkat pembuktian umum dan

  ®

  medium. Kiranti merupakan OHT cair yang mengandung kurkumin sebagai senyawa aktif dan diindikasikan sebagai analgesik.

  ®

  Kurkumin yang terdapat dalam OHT cair merk “Kiranti ” dianalisis menggunakan metode KLT-Densitometri, yang merupakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang dapat digunakan untuk analisis senyawa multikomponen dalam sampel yang berupa campuran senyawa. Metodenya sederhana, kecepatan pemisahan tinggi, sensitif artinya dapat menganalisis suatu senyawa dengan kadar yang sangat kecil dan selektif terhadap senyawa yang akan dianalisis. Parameter yang optimum dari optimasi metode ini adalah hasil peak kromatogram runcing dilihat dari nilai peak asymmetry factor (As) antara 0,9-1,2;

F. Hipotesis

  ®

  Kurkumin yang terdapat dalam OHT cair merk “Kiranti ” dapat dipisahkan dari berbagai senyawa lainnya dengan metode KLT-Densitometri dengan menggunakan jenis dan perbandingan komposisi fase gerak optimum dari sistem KLT yang diteliti dengan parameter bentuk peak kromatogram yang runcing dilihat dari nilai peak asymmetry factor (As) antara 0,9-1,2; nilai R f antara 0,2-0,8; resolusi

Dokumen yang terkait

Optimasi metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-densitometri pada penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak etanol daun binahong.

0 1 1

Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanolik buah cabai rawit merah dengan metode DPPH dan penetapan kadar kapsaisin secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) densitometri

0 2 103

Validasi metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-densitometri pada penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) Kiranti - USD Repository

0 0 90

Validasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 118

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak Obat Herbal Terstandar (OHT) rheumakur yang beredar di pasaran menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik - USD Repository

0 0 99

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) merk Kiranti dengan metode kromatografi lapis tipis-densitometri - USD Repository

0 0 132

Optimasi metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak Obat Herbal Terstandar (OHT) rheumakur - USD Repository

0 1 120

Optimasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) Kiranti dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik - USD Repository

0 4 140

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 117

Optimasi pemisahan kurkumin dalam kapsul lunak Obat Herbal Terstandar (OHT) Rheumakur dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri - USD Repository

0 0 108