Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN CAIR OBAT

  ®

HERBAL TERSTANDAR MERK KIRANTI SECARA

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Martinus Supriyadi Krisantoro NIM : 078114065

FAKULTAS FARMASI

PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN CAIR OBAT

  ®

HERBAL TERSTANDAR MERK KIRANTI SECARA

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Martinus Supriyadi Krisantoro NIM : 078114065

FAKULTAS FARMASI

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Lebih baik hidup daripada tidak hidup Lebih baik berjuang dan gagal daripada tidak berjuang samasekali

  (Henri J.M. Nouwen)

  Semua usaha dan jerih lelahku ini Kupersembahkan untuk

  Seluruh keluarga, Sahabat,

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 1 Juni 2011 Penulis

  Martinus Supriyadi Krisantoro

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Martinus Supriyadi Krisantoro Nomor Mahasiswa : 07 8114 065

  Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN CAIR OBAT

  ®

  HERBAL TERSTANDAR MERK KIRANTI SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK. beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 11 Juli 2011 Yang menyatakan (Martinus Supriyadi Krisantoro)

  

PRAKATA

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih karena atas berkat, kasih karunia, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sediaan

  ®

  Cair Obat Herbal Terstandar Merk Kiranti secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam proses penyusunan skripsi ini banyak bantuan dan dukungan yang penulis terima dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mendampingi serta memberikan masukan, kritik, solusi dan semangat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  3. Jefrry Julianus, M.Si. dan Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Penguji atas saran dan kritik yang diberikan.

  4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan semangat dan selalu memberikan motivasi.

  5. Rini Dwi Astuti, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium.

  6. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. yang telah memberikan senyawa kurkumin baku untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

  7. Petugas Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang selalu membantu penulis selama melakukan penelitian di laboratorium Kimia Analisis Instrumental.

  8. Petugas sekretariat Fakultas Farmasi Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bantuanya untuk mengurus segala keperluan administrasi skripsi.

  9. Segenap dosen, karyawan dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

  10. Katiti Dwi Krisnayanti dan Marsella Widjaja, sebagai teman satu tim penulis dalam melakukan penelitian, atas kebersamaan, kerja sama, dan bantuan yang diberikan. Terima kasih atas smua dukungan dan semangat yang selalu diberikan.

  11. Tim penelitian kurkumin dalam sediaan OHT, atas dukungan, semangat dan kebersamaan selama penelitian di laboratorium serta sharing ilmu yang berguna dalam penelitian ini.

  12. Teman-teman FST 2007 atas segala candaan dan kekonyolannya selama ini yang memberikan motivasi dan hiburan dalam setiap kepenatan.

  13. Patrisia Dian Anggraini yang selalu memberikan dukungan, dorongan dan motivasi kepada penulis.

  14. Yohanes Suryanto, Petrus Sonny Santoso Putro dan semua teman-teman Mudika St. Ignatius de Loyola yang telah memberikan warna dalam hidup penulis.

  15. Semua orang yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dan tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan.

  Penulis menyadari tentunya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna penulis dalam perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga Tuhan selalu memberikan berkat bagi kita semua yang menyembahnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amrih Mulya Dalem Gusti .

  Yogyakarta, 1 Juni 2011 Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………… v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH …………….. vi PRAKATA ……………………………………………………………..... vii DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xvii

  INTISARI ……………………………………………………………….. xviii

  

ABSTRACT ……………………………………………………………… xix

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………...

  1 A. Latar Belakang ………………………………………………

  1 1. Permasalahan …………………………………………….

  4 2. Keaslian penelitian ……………………………………….

  5 3. Manfaat penelitian ……………………………………….

  6 B. Tujuan Penelitian …………………………………………….

  6 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA …………………………………...

  7

  B. Sediaan Cair Obat Dalam …………………………………...

  10 C. Obat Herbal Terstandar …………………………………......

  10 D. Cara Pembuatan Obat Taradisional yang Baik (CPOTB)…...

  11 1. Personalia ………………………………………………..

  12 2. Bangunan ………………………………………………...

  12

  3. Peralatan …………………………………………………

  13 4. Sanitasi dan higiene ……………………………………..

  13 5. Penyiapan bahan baku …………………………………...

  13 6. Pengolahan dan pengemasan …………………………….

  13 7. Pengawasan mutu ………………………………………..

  14 8. Inspeksi diri ……………………………………………...

  14 9. Dokumentasi ……………………………………………..

  15 10. Keluhan, laporan dan penarikan kembali produk ……..

  15

  ® E. Kiranti ……………………………………………………...

  16 F. Spektrofotometri …………………………………………….

  17 G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ……………………….....

  19 1. Definisi dan instrumentasi ……………………………….

  19 2. Kromatografi partisi ……………………………………..

  22

  3. Waktu retensi dan pemisahan puncak dalam kromatografi

  23 4. Analisis kualitatif dan kuantitatif ………………………..

  25 H. Landasan Teori ……………………………………………..

  26 I. Hipotesis ……………………………………………………

  37

  A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………

  28 B. Variabel Penelitian …………………………………………

  28 1. Variabel bebas …………………………………………..

  28 2. Variabel tergantung …………………………………….

  28

  3. Variabel pengacau terkendali ……………………………

  28 C. Definisi Operasional ……………………………………….

  28 D. Bahan-bahan Penelitian ……………………………………

  29 E. Alat-alat Penelitian …………………………………………

  29 F. Tata Cara Penelitian ………………………………………..

  30

  1. Pembuatan fase gerak KCKT ……………………………

  30 2. Pembuatan pelarut metanol pH 4 ………………………..

  30

  3. Pembuatan larutan baku kurkumin ………………………

  30

  4. Penentuan panjang gelombang maksimum

  31 (λ) kurkumin..

  5. Pembuatan kurva baku kurkumin ……………………….

  31 6. Pemilihan sampel ………………………………..............

  32 7. Optimasi waktu ekstraksi kurkumin dari sediaan ……….

  32

  8. Preparasi sampel …………………………………………

  32 9. Penetapan kadar kurkumin dalam sampel ……………….

  33 G. Analisis Hasil ……………………………………………….

  33 1. Uji parametrik Shapiro-Wilk …………………………….

  33

  2. Independent sample One Way Anova dengan taraf

  34 kepercayaan 95%

  A. Pemilihan sampel …………………………………………...

  35 B. Pembuatan Fase Gerak ……………………………………...

  37 C. Pembuatan Pelarut …………………………………………..

  38 D. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ………………..

  38 E. Analisis Kulitatif Berdasarkan Waktu Retensi (t ) Kurkumin

  40 R F. Pembuatan Kurva Baku ……………………………………..

  44

  ®

  G. Optimasi Waktu Ekstraksi Kurkumin dalam Sedian Kiranti

  46

  ®

  H. Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sediaan Kiranti ………

  49 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………...

  55 A. Kesimpulan ………………………………………………….

  55 B. Saran ………………………………………………………...

  55 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

  56 LAMPIRAN ……………………………………………………………...

  61 BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………...

  97

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Keseragaman Volume Kiranti

  ®

  ……………………………

  36 Tabel II. Penentuan Kurva Baku Kurkumin …………………………

  44 Tabel III. Penentuan Kurva Baku Kurkumin Modifikasi …………….

  45 Tabel IV. Respon AUC pada masing-masing waktu ekstraksi ……….

  48 Tabel V. Kadar Kurkumin dalam sampel Kiranti

  ®

  pada setiap nomor batch ……………………………………………………….

  50 Tabel VI. Nilai normalitas data dari batch 1, 2 dan 3 ………………..

  52 Tabel VII. Uji Homogenitas Data ……………………………………..

  52 Tabel VIII. Uji Anova ………………………………………………….

  53 Tabel IX. Uji Post Hoc ……………………………………………….

  53

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kurkuminoid ……………………………………..

  39 Gambar 12. Spektra panjang gelombang maksimum kurkumin ………..

  43 Gambar 17. Kurva baku kurkumin ……………………………………...

  …………………

  18

  43 Gambar 16. Interaksi kurkumin dengan fase diam C

  42 Gambar 15. Interaksi kurkumin dengan fase gerak metanol : asam asetat glasial 2% (90 : 10) ………………………………...

  41 Gambar 14. Gugus polar dan gugus nonpolar pada struktur kurkumin…

  …………………………

  ®

  40 Gambar 13. Kromatogram kurkumin baku (A) dan Kromatogram kuekumin dalam sampel Kiranti

  ≤ 2) ………….. 38 Gambar 11. Gugus kromofor dan auksokrom pada struktur kurkumin ...

  7 Gambar 2. Keto-enol tautomeri ……………………………………….

  18 oleh HCL (pH

  24 Gambar 10. Reaksi degradasi kolom C

  23 Gambar 9. Kromatogram hasil pemisahan dua senyawa secara KCKT..

  20 Gambar 8. Reaksi silanisasi ……………………………………………

  18 Gambar 7. Skema instrumentasi KCKT ……………………………….

  16 Gambar 6. Diagram tingkat energy elektronik ………………………...

  10 Gambar 5. Kiranti Sehat Datang Bulan ………………………………..

  8 Gambar 4. Logo Obat Herbal Terstandar (OHT) ……………………...

  8 Gambar 3. Reaksi degradasi kurkumin dalam suasana basa ………….

  46 Gambar 18. Kromatogram waktu ekstraksi 5 menit (A), 10 menit (B),

  Gambar 19. Kurva optimasi waktu ekstraksi kurkumin dalam sampel

  ®

  Kiranti ……………………………………………………

  49 Gambar 20. Kromatogram baku kurkumi, sampel, dan sampel adisi …..

  52

DAFTAR LAMPIRAN

  ® ……………………………………...

  95 Lampiran 14. Contoh Perhitungan %CV Kadar Kurkumin dalam tiga

  ® …………………………………………….

  94 Lampiran 13. Contoh perhitungan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT Kiranti

  …

  ®

  86 Lampiran 12. Data kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT Kiranti

  84 Lampiran 11. Kromatogram hasil penetapan kadar …………………….

  Lampiran 1. Pernyataan jaminan keaslian bahan kurkumin standar hasil sintesis ……………………………………………...

  62 Lampiran 2. Spektra panjang gelombang maksimum kurkumin ………

  82 Lampiran 9. Contoh perhitungan resolusi pemisahan kurkumin dalam sampel ……………………………………………………

  80 Lampiran 8. Nilai AUC hasil Optimasi waktu ekstraksi dan kurva baku hubungan antara waktu ekstraksi dengan nilai AUC.

  79 Lampiran 7. Kromatogram optimasi waktu ekstraksi ………………….

  78 Lampiran 6. Persamaan dan gambar kurva baku kurkumin …………...

  67 Lampiran 5. Perolehan AUC seri baku kurkumin ……………………..

  65 Lampiran 4. Kromatogram baku kurkumin ……………………………

  63 Lampiran 3. Hasil uji stabilitas kurkumin pada pH 3-5 ………………… 64 Lampiran 3. Kromatogram pelarut metanol pH 4 (blanko) ...............

  83 Lampiran 10. Perhitungan kadar kurkumin teoritis dalam setiap botol OHT merk Kiranti

PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN CAIR OBAT

  ®

HERBAL TERSTANDAR MERK KIRANTI SECARA

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

  

INTISARI

®

  Kiranti merupakan salah satu jenis sediaan cair obat herbal terstandar (OHT) yang diproduksi oleh PT Ultra Prima Abadi (Orang Tua Group). Kunyit

  ®

  merupakan komponen utama yang terdapat dalam Kiranti . Senyawa aktif yang menyusun sebagian besar kunyit adalah kurkumin. Kurkumin dapat ditetapkan kadarnya menggunakan metode Kromatografi Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik.

  Penelitian ini bersifat noneksperimental deskriptif karena tidak terdapat manipulasi dan perlakuan terhadap subjek uji. Kurkumin dianalisis secara kuantitatif dengan sistem KCKT fase terbalik dengan kolom oktadesilsilan (C18) dan detektor Ultraviolet-Visible (UV-VIS) pada panjang gelombang 432 nm serta menggunakan fase gerak campuran metanol dan asam asetat glasial 2% (90:10 v/v). Metode yang digunakan dalam penelitian ini telah dioptimasi dan divalidasi.

  Penetapan kadar kurkumin yang ada di dalam sediaan cair OHT merk

  ®

  Kiranti dilakukan untuk melihat kesesuaian kadar kurkumin terukur dengan kadar kurkumin yang tertulis pada label dan kesamaan kadar kurkumin dalam tiga

  ® ® batch sediaan Kiranti . Kadar rata-rata kurkumin dalam tiga batch Kiranti

  berturut-turut sebagai berikut batch 1 sebesar 14,0364±0.2033 mg/ml; batch 2 sebesar 36,1886±0,6878 mg/ml; dan batch 3 sebesar 17,0578±0,2546 mg/ml. Kadar tersebut lebih tinggi daripada kadar teoritis kurkumin dalam sampel

  ® ® Kiranti . Kadar kurkumin dalam ketiga batch Kiranti tersebut tidak sama.

  ® Kata Kunci: Kiranti , kurkumin, KCKT, kadar kurkumin.

  

QUANTIFICATION OF CURCUMIN IN LIQUID DOSAGE FORM OF

SCIENTIFIC BASED HERBAL MEDICINE KIRANTI® USING HIGH

PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRPHY REVERSE PHASE

ABSTRACT

  ®

  Kiranti is the one of scientific based herbal medicine liquid dosage form which produced by PT Ultra Prima Abadi (Orang Tua Group). Turmeric is the

  ® main component in Kiranti . The main active compound in turmeric is curcumin.

  Curcumin can be quantified by reverse phase of High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) method.

  This experiment was descriptive non-experimental because there were no manipulation and treatment to the test subject. Curcumin was determined quantitatively by reverse phase of High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) method. The experiment was using octadecylsilane (C18) column and ultraviolet- visible (UV-Vis) Detector. The maximum wavelength was 432 nm. Methanol and Glacial acetic acid (2%) mixture (90:10 v/v) were used as mobile phase in HPLC. The method that used in this experiment, was optimized and validated.

  The determination of curcumin in Kiranti was done for inspecting the compatibility of determined curcumin concentration with curcumin concentration which written in the label. Besides that, the similarity of curcumin concentration in three batches Kiranti was inspected too. The average of curcumin concentration in first batch was 14,0364±0.2033 mg/ml; in second batch was 36,1886±0,6878 mg/ml; and the third batch was 17,0578±0,2546 mg/ml. The concentration was higher than curcumin concentration theoretically in Kiranti. The curcumin concentration in three batches Kiranti was not similar.

  ® Keywords: Kiranti , curcumin, HPLC, curcumin concentration.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tren pengobatan yang berkembang di masyarakat saat ini adalah

  pengobatan dengan obat-obat tradisional memanfaatkan sumber daya alam yang ada (back to nature). Masyarakat umum beranggapan bahwa pengobatan menggunakan Obat Tradisional (OT) lebih aman daripada pengobatan dengan menggunakan obat-obat modern karena OT efek sampingnya relatif lebih kecil.

  Dari segi efek samping dapat dikatakan bahwa OT memiliki efek samping relatif kecil dibandingkan obat modern, tetapi perlu dipertimbangkan bahwa belum ada penjaminan mutu yang dilakukan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif dan konsistensinya (Katno dan Pramono, 2004).

  Obat Tradisional terdiri atas tiga macam jenis, yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah melalui uji praklinik dan

  b bahan bakunya telah di standarisasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005 ).

  Dari pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa yang menjadi syarat utama OHT hanya terbatas pada keamanan, klaim khasiat yang dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik dan standarisasi bahan baku. Dari beberapa penelitian untuk bentuk sediaan dengan obat herbal sebagai bahan baku yang berkembang saat ini juga hanya difokuskan pada isolasi, identifikasi, dan studi farmakologi zat aktif, stabil setelah distribusi sangat jarang ditemukan (Musfiroh, Indriyanti, Susilawati, dan Percekawati, 2009). Penjaminan reprodusibilitas kadar ini perlu dilakukan terutama jika penggunaan obat tradisional ini akan diarahkan pada pelayanan kesehatan formal.

  Simplisia yang banyak digunakan dalam OT yang beredar di Indonesia adalah kunyit (Curcumae domesticae). Kunyit memiliki senyawa yang bertanggung jawab terhadap respons biologis berupa zat warna, yaitu kurkuminoid. Kurkuminoid di antaranya merupakan campuran kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-demetoksikurkumin (Batubara, Rafi, dan Darusman, 2005). Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar sehingga sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin (Sumiati, 2003). Kurkumin memiliki sifat fotosensitif, terutama jika berada dalam bentuk larutan, sehingga stabilitasnya sangat dipengaruhi oleh adanya cahaya. Selain itu, stabilitas kurkumin juga sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan. Kurkumin stabil pada pH asam dan mudah terurai pada pH di atas netral.

  Salah satu produk OT yang menggunakan kunyit sebagai komponen

  ® ®

  utama untuk menimbulkan efek yang diinginkan adalah Kiranti . Kiranti merupakan salah satu jenis sediaan cair obat herbal terstandar (OHT) yang diproduksi oleh PT Ultra Prima Abadi (Orang Tua Group). Dalam satu botol

  ®

  Kiranti kemasan 150 ml mengandung Curcumae domesticae Rhizoma (30g),

  

Tamarindi Pulpa (6g), Kaempferiae Rhizoma (3g), Arengae pinnata Fructose

  ®

  (0,1g), Air (sampai dengan 150ml). Kiranti memiliki klaim khasiat untuk memperlancar haid serta mengatasi keluhan haid seperti nyeri, letih, lesu, keputihan serta bau badan, membuat tubuh terasa bersih, sehat dan segar (Anonim, 2011).

  ®

  Kiranti merupakan produk yang sangat diminati masyarakat terutama kaum wanita untuk mengatasi keluhan-keluhan yang timbul ketika haid. Sebagai produk yang sangat diminati masyarakat maka menuntut produksi dalam skala

  ®

  yang besar dari Kiranti . Hal ini menuntut pula dilakukannya pengendalian mutu sediaan yang mana akan memberikan jaminan bahwa sediaan akan memberikan efek yang sama pada setiap kemasan.

  ®

  Penjaminan mutu terhadap produk Kiranti juga perlu dilakukan terkait dengan stabilitas bahan aktif kurkumin yang menjadi komponen utama dalam

  ®

  sediaan Kiranti . Penjaminan mutu ini dapat dilakukan dengan menetapkan kadar

  ®

  kurkumin yang terkandung dalam sediaan Kiranti . Penetapan kadar kurkumin dapat digunakan untuk mengetahui stabilitas kurkumin selama proses produksi,

  ®

  dan penyimpanan Kiranti . Kadar yang sama dalam setiap kemasan menggambarkan bahwa stabilitas kurkumin tetap terjaga sehingga setiap kemasan sediaan tersebut akan memberikan efek yang sama pula.

  Analisis kuantitatif kurkumin membutuhkan suatu metode analisis yang cepat dan tepat. Metode analisis kuantitatif yang saat ini banyak digunakan adalah analisis dengan metode spektroskopi, metode Kromatografi Lapis Tipis- Desitometri (KLT-Densitometri) dan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi memungkinkan untuk melakukan analisis kuantitatif menggunakan sistem fase terbalik dengan kolom oktadesilsilan (C18), fase gerak asetonitril:asam asetat 2% (45:55) dan detektor Ultraviolet-Visible (UV-VIS) (Musfiroh dkk., 2009). Pada penelitian ini, sistem KCKT yang digunakan adalah sistem KCKT fase terbalik, dengan kolom oktadesilsilan (C18) dan fase gerak campuran metanol p.a dan asam asetat glasial p.a 2%.

  Penelitian ini merupakan tahap akhir dari rangkaian penelitian “Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sediaan Cair Obat Herbal Terstandar (OHT)

  ®

  Merk Kiranti secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik” yang meliputi tahap optimasi, validasi dan aplikasi. Dari hasil optimasi didapatkan sistem KCKT yang optimum menggunakan fase gerak campuran metanol p.a. dan asam asetat glasial p.a. 2% (90:10 v/v, pH 4), fase diam oktadesilsilan (C18) dengan kecepatan alir 0,5 ml/menit (Krisnayanti, 2011). Sistem ini juga memenuhi syarat parameter validitas yang baik, meliputi selektivitas (Rs = 1,4383, linearitas (r = 0,9992), akurasi dan presisi (pada konsentrasi 3,030 ppm) (Widjaja, 2011).

1. Permasalahan

  Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut antara lain:

  ®

  a. apakah kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT merk Kiranti yang ditetapkan dengan metode KCKT fase terbalik sesuai dengan kadar yang b. apakah ada perbedaan kadar kurkumin dalam tiga nomor batch sediaan cair

  ®

  OHT merk Kiranti yang diteliti?

2. Keaslian penelitian

  Sejauh pengetahuan penulis dari penulusuran pustaka dan jurnal, belum pernah dilakukan penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair sirup OHT Merk

  ®

  Kiranti menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan fase diam kolom C

  18

  dan fase gerak campuran asam asetat glasial p.a 2% dan metanol p.a untuk melihat reprodusibilitas kadar sediaan. Beberapa penelitian analisis kurkumin yang telah dilakukan menggunakan metode kromatografi antara lain: KLT dengan detektor visibel (Dwivedi, Raman, Seth, dan Sarin, 1992; Tonnesen dan Karlsen, 1986; Martono, 1996), kromatografi elektrokinetik mikroemulsi (Nhujak, Saisuwan, Srisaart, dan Petsom, 2006), KCKT dengan kolom Nucleosil NH

  2

  detektor UV-Vis dan fluorometri (Tonnesen dan Karlsen, 1983), KCKT dengan

  a

  kolom RP dan Nucleosil NH detektor UV-Vis (Tonnesen dan Karlsen, 1985 ),

  18

  2 KCKT dengan kolom RP 18 dan Nucleosil NH 2 detektor UV-Vis dan fluoresensi

  (Tonnesen, 1986), KCKT dengan kolom C

  18 detektor fluoresensi (Tonnesen dan

  Karlsen, 1986), KCKT dengan kolom Nucleosil NH

  2 detektor UV (Khurana dan

  Ho, 1988), KCKT dengan kolom C

  18 detektor visibel (Jayaprakasha, Rao, dan

  Sakariah, 2002), KCKT dengan kolom ODS menggunakan detektor UV (Smith dan Witowska, 1984), KCKT menggunakan kolom HiQ-Sil C

  18

  (Rungphanichkul, 2004), KCKT menggunakan kolom C

  18 detektor UV (Heath, detektor visibel (Jadhav dkk., 2007), KCKT dengan kolom amino-bonded detektor visibel (Sumule, 2007), kromatografi high-speed countercurrent (Inoue, Nomura, Ito, Nagatsu, Hino, dan Oka, 2008), Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) dengan detektor visibel (Paramasivam, Aktar, Poi, Banerjee, dan Bandyopadhyay, 2008).

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat metodologis . Memberikan informasi tentang penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik

  b. Manfaat praktis. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang

  ® keberadaan dan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT Merk Kiranti .

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. mengetahui kesesuaian kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT merk

  ®

  Kiranti yang ditetapkan dengan metode KCKT fase terbalik dengan kadar yang tertera pada label kemasan.

  2. mengetahui reprodusibilitas kadar kurkumin dalam tiga nomr batch sediaan

  ® cair OHT merk Kiranti .

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Kurkumin Kurkumin adalah serbuk kristal oranye-kuning yang praktis tidak larut dalam air dan eter namun larut dalam etanol, dimetilsulfoksida, dan aseton. Rumus molekul kurkumin adalah C

21 H

  

20 O

6 dengan titik didih 183

  C, dan bobot molekul 368,37 g/mol. Kurkumin komersial mengandung sekitar 77% kurkumin, 17% demetoksikurkumin, dan 3% bis-demetoksikurkumin sebagai komponen utama (Shishodia, Chaturvedi, dan Aggarwal, 2007).

  A B C

Gambar 2. Struktur kurkuminoid (Aggarwal, Kumar, Aggarwal dan Shishodia, 2005)

  

Keterangan: A = kurkumin (77%), B = demetoksikurkumin (17%), C = bis-demetoksikurkumin

(3%) serapan maksimum (λmax) 430 nm. Dalam bentuk cairan komponen utama kurkumin akan mengalami keto-enol tautomeri dan lebih dari 95% berada dalam bentuk enol, tergantung dari solven yang digunakan (Stankovic, 2004).

  keto enol

Gambar 2. Keto-enol tautomeri (Stankovic, 2004)

  Komponen warna utama kurkumin relatif stabil pada pH asam, tetapi akan cepat terurai di atas pH netral. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tonnesen dan Karlsen, dalam suasana basa (pH 7 – 10) kurkumin akan terdegradasi menghasilkan produk asam ferulat dan feruloil metan. Feruloil metan ini secara cepat akan membentuk produk kondensasi yang berwarna kuning muda sampai kuning kecoklatan. Selanjutnya feruloil metan akan mengalami hidrolisis menghasilkan produk degradasi berupa vanilin dan aseton (Stankovic, 2004).

  Menurut Sasaki dkk. (cit Stankovic, 2004), kurkumin juga tidak stabil terhadap cahaya, terutama jika kurkumin berada dalam bentuk cairan. Setelah terjadi paparan cahaya, maka akan terbentuk produk siklisasi serta produk dekomposisi seperti asam vanilat, vanilin, dan asam ferulat.

  Kurkumin dalam kunyit banyak digunakan sebagai pewarna makanan. Selain itu, dalam bidang kesehatan secara tradisional sering digunakan sebagai anti inflamasi, untuk mengobati perut kembung, penyakit kuning, melancarkan haid, hematuria, perdarahan, dan kolik. Saat ini penelitian tentang kurkumin banyak difokuskan untuk mengetahui daya antioksidan, hepatoprotektif, anti inflamasi, anti kanker, dan antimikroba dari kurkumin serta daya untuk mengobati penyakit kardiovaskular dan gangguan gastrointestinal (Thorne Research, 2002)

  Kurkumin dapat diisolasi dari tanaman famili Zingiberaceae terutama pada tanaman Curcuma longa, Curcuma mangga, Curcuma zedoaria, Costus

  

speciosus, Curcuma xanthorrhiza, Curcuma aromatica, Cucruma phaeocaulis,

Etlingera elatior dan Zingiber cassumunar. Kurkumin merupakan senyawa

  fitokimia yang memberikan warna kuning untuk kunyit dan saat ini dipercaya sebagai senyawa yang bertanggung jawab untuk sebagian besar efek terapi dari kunyit. Diperkirakan bahwa 2-5% dari kunyit merupakan kurkumin. Kurkumin diisolasi pertama kali dari kunyit pada tahun 1815, dan struktur kurkumin digambarkan pertama kali pada tahun 1910 sebagai diferuloilmetan (Aggarwal dkk., 2006)

  B.

  

Sediaan Cair Obat Dalam

  Cairan obat dalam obat tradisional adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air, bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat dalam. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk cairan obat dalam obat tradisional antara lain dalam hal keseragaman volum, angka lempeng total tidak lebih dari 10, angka kapang khamir tidak lebih dari 10, mikroba patogen negatif, aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj, bahan tambahan, wadah dan penyimpanan, penandaan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1994) C.

  

Obat Herbal Terstandar

  Menurut keputusan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi Jamu, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004).

  

Gambar 4. Logo obat herbal terstandar (OHT) (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004).

  Obat herbal terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah b bahan bakunya telah distandarisasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005 ).

  Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, No: HK. 00.05.4.2411, OHT harus memenuhi beberapa criteria, yakni aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/uji pra klinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004).

  Untuk dapat memiliki izin edar obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka harus memenuhi kriteria sebagai berikut: menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan/khasiat; dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku; penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka

  b pendaftaran (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005 ).

D. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)

  Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut proses pembuatan obat tradisional. CPOTB bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani (Badan Pengawas Obat dan Makanan,

  a

  2005 ).

  1. Personalia

  Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan tanggungjawab satu sama lain.

  Hendaklah dijabarkan kewenangan dan tanggungjawab personil-personil lain yang ditunjuk untuk menjalankan Pedoman CPOTB dengan baik. Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan hendaklah dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara Pembuatan yang Baik.

  Pelatihan CPOTB hendaklah dilakukan secara berkelanjutan dan dievaluasi secara

  a

  periodik (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005 ).

  2. Bangunan

  Bangunan industri obat tradisional hendaklah menjamin aktifitas industri dapat berlangsung dengan aman, berada di lokasi yang bebas dari pencemaran dan tidak mencemari lingkungan serta memenuhi persyaratan higienis dan sanitasi

  a (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005 ).

  3. Peralatan

  Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaknya memiliki rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari batch ke batch, serta untuk memudahkan pembersihan dan

  a

  perawatannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005 ).

  4. Sanitasi dan higiene

  Dalam pembuatan produk hendaknya diterapkan tindakan sanitasi dan higiene pada setiap bangunan, peralatan dan perlengkapan, personalia, bahan dan wadah serta faktor lain sebagai sumber pencemaran produk (Badan Pengawas

  a

  Obat dan Makanan, 2005 ).

  5. Penyiapan bahan baku

  Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah memenuhi persyaratan yang berlaku mulai dari data penerimaan bahan baku simplisia, pelabelan, sortasi, pencucian, pengeringan, penyimpanan sampai pada

  a

  bahan baku siap untuk diolah (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005 ).

  6. Pengolahan dan pengemasan

Dokumen yang terkait

Penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi pemutih kulit merek ``X`` secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik.

2 21 125

Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merk ``X``.

0 10 99

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek "X".

1 1 114

Penetapan kadar Bensorsak dalam okky jelly drink secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

0 0 12

Penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 78

Penetapan kadar aspartam dalam minuman serbuk beraoma merek ``X`` secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 83

Validasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 118

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) merk Kiranti dengan metode kromatografi lapis tipis-densitometri - USD Repository

0 0 132

Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 94

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak obat herbal terstandar merk Rheumakur yang beredar di pasaran dengan metode kromatografi lapis tipis-densitometri - USD Repository

0 2 107