Analisis biaya rawat jalan pasien DM tipe 2 peserta askes yang menggunakan antidiabetik oral di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009 - USD Repository
ANALISIS BIAYA RAWAT JALAN PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 PESERTA ASKES YANG MENGGUNAKAN ANTIDIABETIK
ORAL DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
PERIODE JANUARI - JUNI 2009
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Elysabeth Frederika Yulia Jayani
06 8114 081
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ANALISIS BIAYA RAWAT JALAN PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 PESERTA ASKES YANG MENGGUNAKAN ANTIDIABETIK
ORAL DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
PERIODE JANUARI - JUNI 2009
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Elysabeth Frederika Yulia Jayani
06 8114 081
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
“ Bersukacitalah dalam pengharapa sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa” (Roma 12 : 12)
Terkadang aku merasa sendirian...Menyerah terhadap keadaan…
Akan tetapi, aku sadar Dia selalu ada disamping kitasetiap langkah kita, menuntun kita, dan Dia selalu ada di segala situasi
Keyakinan akan percaya bahwa aku bisa melakukan yang terbaik h dalam pengharapan kesesakan h dalam doa”
Terkadang aku merasa sendirian...Menyerah terhadap keadaan…
Akan tetapi, aku sadar Dia selalu ada disamping kita, memperhatikan
setiap langkah kita, menuntun kita, dan Dia selalu ada di segala situasi
apapunyang sedang kita hadapi…
Keyakinan akan Kuasa dan kasih-Nya membuat aku bangkit dan
bahwa aku bisa melakukan yang terbaik dengan doa dan usahaSkripsi ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria danSanto Y Yang tercinta Bapak, Ibu, kakak dan adikku Yang tersayang ”Miyn Heart” Bagi teman dan sahabatku, terima kasih atas dan dukungannya baik dalam suka maupun
Terkadang aku merasa sendirian...Menyerah terhadap keadaan…
, memperhatikansetiap langkah kita, menuntun kita, dan Dia selalu ada di segala situasi
Nya membuat aku bangkit dan dengan doa dan usaha. danSanto Yusuf adikku ima kasih atas perhatian ka maupun duka.
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Gusti Yesus Kristus Sang Juru Selamat atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Biaya Rawat Jalan Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Peserta Askes yang Menggunakan Antidiabetik Oral di RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari–Juni 2009” ini. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Atas bimbingan, pengarahan dan bantuan yang telah diberikan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terlaksana, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bimbingannya selama penulis melakukan proses pembelajaran di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing atas dukungan, arahan, serta semangat yang diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
3. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi atas dukungan, arahan, kritik, dan masukan serta semangat yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi atas dukungan, arahan, kritik, dan masukan serta semangat yang diberikan kepada
5. Direktur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang telah memberikan izin untuk penulis dapat melakukan penelitian.
6. Kepala beserta staf Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit) dan Bagian Rekam Medik Rawat Jalan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Apoteker dan staf apotek yang ditunjuk RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten (Bu Yuniar, Mas Agus, dan Mba Wenny) atas bantuan dan dukungannya.
7. Kedua orangtuaku Yulius Suranto Catur Warsito dan Sri Rahayu Purnawati yang dengan tulus ikhlas memberikan dukungan berupa kasih sayang, doa, nasehat maupun materi dalam setiap langkah hidup penulis.
8. Kakak dan adikku, Maria Rahayu Wijayanti dan Martinus Charlie Andrianto (Upin), yang telah memberikan doa, dukungan dan semangatnya demi selesainya skripsi ini.
9. Avit Nurcahyo, selaku kekasih penulis atas kasih sayang, dukungan dan semangat yang sangat menguatkan.
10. Mamah, Papah, Om John atas doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Oma Dora yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini.
12. Seluruh keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu atas dukungan, kasih sayang dan doanya.
13. Sahabat-sahabatku, Dian Verina Indriani (Cherry) yang memberi semangat, kasih sayang dan dukungan serta kebersamaan yang telah dilalui dalam suka dan duka bersama penulis.
14. Teman-temanku, Firman (Ipin), Esti, Cyndi, Sita, Ipal, Aan, Yuyun, Melia, Nony, Oki, Mas Faiz, Mas Ongko, Mas Panggih, Mas Anwar, Mas Sayed, dan semua teman yang telah memberi semangat dan bantuan pada penulis.
15. Teman-teman KKN (Doan”Becak”, Manto, Ance, Via, Puput, Dimon, Yakob, dan Agnes) dan teman-temanku di Kost Muria (Rere, Novi, Lita, Mela, Dita, Lia, Dewi, Gety, Grace, Rosa, Rosi, Dewi dll.) yang selalu mendukung dan mendoakanku.
16. Seluruh teman-teman Farmasi angkatan ‘06 pada umumnya, teman-teman FKK ’06 pada khususnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang menjadi teman belajar dan diskusi baik selama kuliah, praktikum, maupun selama penyusunan skripsi.
17. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Semoga Yesus Kristus Sang Juru Selamat kita selalu berkenaan memberikan petunjuk dan berkat kepada kita semua.
Yogyakarta, 27 Januari 2010 Penulis
INTISARI Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang diderita seumur hidup.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran biaya rawat jalan pada pasien DM tipe 2 termasuk biaya untuk mengatasi komplikasi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari–Juni 2009.
Penelitian ini non eksperimental, dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Data diperoleh dari unit rekam medik, unit keuangan, dan unit farmasi. Biaya rawat jalan yang dihitung adalah biaya medik langsung meliputi biaya antidiabetik oral, biaya komplikasi, biaya pemeriksaan laboratorium, dan biaya administrasi.
Kasus DM tipe 2 yang berkunjung selama 6 kali di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009 sebanyak 33 pasien (198 kasus). Persentase umur terbesar pada umur 50-59 tahun yaitu 48,5%, 57,6% untuk wanita, penyakit komplikasi terbanyak yaitu hipertensi (38,9%), penyakit penyerta yaitu osteoarthritis dan hiperuricemia (3,1%). Obat oral anti DM ditemukan dalam bentuk kombinasi (69,7%). Kombinasi oral yang banyak
® ®
digunakan yaitu kombinasi Glucodex Metformin+Glucobay (41 kasus), oral
®
tunggal yang paling banyak digunakan yaitu Lodem (11 kasus), kombinasi oral-
® ®
injeksi yaitu Mixtard +Metformin (10 kasus), monoterapi insulin yaitu Mixtard (10 kasus). Gambaran biaya rawat jalan meliputi biaya antidiabetik Rp 155.956,00, biaya komplikasi Rp 79.993,00, biaya pemeriksaan laboratorium Rp 40.888,00, dan biaya administrasi Rp 16.012,00.
Kata kunci
: biaya rawat jalan, diabetes melitus tipe 2
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a disease which suffering all one’s life. This research is proposed to give the reader a kind of cost images for DM patient including cost to cure complication disease in RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten in January-June 2009 period.
This is a non experimental research using retrospectively descriptive evaluative research plan. The data are gathered from medical record, finance, pharmacy unit. Cost for outpatient is counted from direct medical cost covering oral anti diabetic, complication cost, laboratory checkup cost, and administration cost.
There are 33 DM type 2 patients (198 cases) who are checking for six times in RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten in January-June 2009 period. The highest age presentation of DM type 2 patients is 50 years old until 59 years old (48.5%). 57.6% from the patients are female. The highest rank of complication disease is hypertension (38.9%). The highest rank disease are osteoarthritis and hyperuricemia (3.1%). Oral medicines anti diabetic usually found in combination form (69.7%). Oral combination medicines that become the most being used are
®+ ®
Glucodex Metformin+Glucobay (41 cases). The most used single medicine is
® ®
Lodem (11 cases). Oral injection combination are Mixtard +Metformin (10
®
cases). Mono therapy insulin that is being used is Mixtard (10 cases). The image of outpatient cost that is covering oral anti diabetic Rp 155.956,00, complication cost Rp 79.993,00, laboratory checkup cost Rp 40.888,00, and administration cost Rp 16.012,00.
Key word : cost for outpatient, diabetes mellitus type 2
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi LEMBAR PUBLIKASI .................................................................................. vi PRAKATA ....................................................................................................... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... x
INTISARI ........................................................................................................ xi
ABSTRACT
...................................................................................................... xii DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I PENGANTAR
............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1. Permasalahan ........................................................................ 4
2. Keaslian penelitian ................................................................ 4
3. Manfaat penelitian ................................................................. 5
B. Tujuan penelitian ....................................................................... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Farmakoekonomi ...................................................................... 8
B. Diabetes Melitus (DM) .......................................................... ... 11
1. Definisi .............................................................................. 11
2. Klasifikasi ......................................................................... 11
3. Epidemiologi ....................................................................... 12
4. Patofisiologi......................................................................... 13
5. Tanda dan gejala.................................................................. 15
6. Diagnosis............................................................................. 16
7. Pengelolaan DM.................................................................. 17
8. Komplikasi DM................................................................... 21
C. Agen Hipoglikemik Oral ......................................................... 23
1. Sulfonilurea ....................................................................... 23
2. Meglitinid........................................................................... 24
3. Biguanid ............................................................................. 24
4. Thiazolidinedion ............................................................... 25
5. Penghambat Glukosidase-alfa ........................................... 25
D. Insulin........................................................................................ 25
E. Askes ........................................................................................ 27
F. Keterangan Empiris ................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
........................................................... 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 33
B. Definisi Operasional ................................................................. 33
D. Bahan Penelitian ....................................................................... 36
E. Lokasi Penelitian ...................................................................... 37
F. Jalannya Penelitian .................................................................... 37
G. Tata Cara Pengolahan Hasil Penelitian ..................................... 38
H. Kesulitan Penelitian.................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
.................................................. . 45
A. Gambaran Karakteristik Pasien ............................................... 45
1. Persentase Umur ................................................................ 45
2. Jenis Kelamin .................................................................... 46
3. Distribusi Kasus DM Tipe 2 ............................................. 46
B. Gambaran Penggunaan Antidiabetik Oral .............................. 49
C. Analisis Biaya............................................................................ 53
1. Biaya Antidiabetik Oral dan Biaya Komplikasi.................. 53
2. Biaya Laboratorium............................................................. 65
3. Biaya Administrasi.............................................................. 67
4. Biaya Rawat Jalan ............................................................... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
................................................... 70
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................... 72
LAMPIRAN
................................................................................................... 76
BIOGRAFI PENULIS
.................................................................................. 106
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I Kategori Status Glukosa ............................................................. 17 Tabel II Target Terapi DM ...................................................................... 20 Tabel III Farmakokinetik Insulin yang Digunakan Secara Subkutan ....... 26 Tabel IV Persentase Komplikasi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan
Diagnosis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ........................................................................ 47
Tabel V Distribusi Jenis Penyakit Penyerta Kasus DM Tipe 2 Berdasarkan Diagnosis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ............................................... 49
Tabel VI Distribusi Pola Penggunaan Antidiabetik Oral yang Diberikan Pada Pasien DM Tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ............................................... 50
Tabel VII Distribusi Pola Penggunaan Antidiabetik Oral Pada Pasien DM Tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ........................................................................ 52
Tabel VIII Total Biaya Pola Penggunaan Antidiabetik Oral dan Obat Komplikasi Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ............ 54 Tabel IX Data Harga Penggunaan Obat Antidiabetik Oral dan
Komplikasi yang Diberikan Pada Pasien DM Tipe 2 Peserta
Askes di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ....................................................................... 61
Tabel X Biaya Laboratorium Pada Pasien DM Tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 .......................... 66
Tabel XI Gambaran Biaya Rawat Jalan yang Ditanggung PT. Askes dan Pasien DM Tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ........................................................... 68
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Algoritma Kontrol Glikemik DM Tipe 2 Pada Anak-anak dan Dewasa............................................................................. 19 Gambar 2 Hubungan Pihak-pihak Dalam Asuransi Kesehatan………... 27 Gambar 3 Diagram Persentase Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur... 45 Gambar 4 Diagram Persentase Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis
Kelamin ................................................................................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Surat Selesai Penelitian ............................................................ 75 Lampiran 2 Data Peresepam Pasien Selama 6 Bulan.. ................................ 76 Lampiran 3 Total Biaya Pola Penggunaan Antidiabetik Oral dan Obat Komplikasi Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009 ......... 95 Lampiran 4 Tarif Pemeriksaan Laboratorium Pasien Rawat Jalan ............. 104 Lampiran 5 Biaya Administrasi Pasien ....................................................... 105
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) di dunia terus meningkat,
pada tahun 1995 prevalensinya 4,0% dan diperkirakan pada tahun 2025 menjadi 5,4%. Data WHO menyebutkan, angka kejadian DM di Indonesia mendekati 4,6%, padahal di negara berkembang, DM menyerang masyarakat yang berada pada usia produktif, yaitu sekitar 45 sampai 65 tahun (Triplitt, Reasner & Isley, 2005).
Prevalensi global DM tipe 2, oleh WHO diperkirakan akan meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta pada tahun 2030. Negara dengan kasus DM terbanyak secara berurutan yaitu India, Cina, dan Amerika Serikat. Indonesia berada di urutan ke-4 terbanyak kasus diabetes di dunia.
International Diabetes Federation (IDF) menyatakan, tahun 2003 terdapat 194 juta orang terkena diabetes (Anonim, 2005a).
Hasil penelitian epidemiologi di Jakarta membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7 % pada tahun 1982 menjadi 5,7% tahun 1993. Peningkatan prevalensi DM juga terjadi di Makassar yang meningkat dari 1,5% pada tahun 1981 menjadi 2,9% tahun 1998 dan 12,5% pada tahun 2005 (Anonim, 2008).
Biaya pelayanan kesehatan khususnya biaya obat semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain perubahan pola penyakit, perubahan pola pengobatan, penggunaan teknologi yang semakin canggih, dan meningkatnya permintaan akan pelayanan kesehatan. Peningkatan biaya pelayanan kesehatan ini menjadi salah satu hambatan utama dalam upaya pelayanan kesehatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan semakin terbatas sehingga dibutuhkan cara agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
American Diabetes Association menyatakan bahwa biaya ekonomi total
tahunan untuk penyakit diabetes pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 174 milyar Dolar. Pengeluaran medis total 116 milyar Dolar yang terdiri dari 27 milyar Dolar untuk perawatan diabetes, 58 milyar Dolar untuk diabetes kronik yang berhubungan dengan komplikasi yang menyertai penyakit diabetes, dan 31 milyar Dolar diluar biaya medis umum (ADA, 2008).
Suatu terapi pengobatan yang baik dan benar akan sangat menguntungkan bagi pasien, baik dari segi kesehatan atau kesembuhan penyakit yang diderita, biaya yang harus dikeluarkan, dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat tersebut, terutama sekali bagi pasien yang harus mengkonsumsi obat dalam waktu lama, bahkan seumur hidupnya, seperti penyakit DM. Oleh karena itu efisiensi dan efektivitas penggunaan obat dan biayanya merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan (Andayani, 2006). Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit DM. Adanya obat-obat antidiabetes hanya berfungsi sebagai pengendali DM. Dengan demikian, pengobatan dan pengelolaan yang baik memang sangat diperlukan, dengan memperhatikan kondisi dan efisien.
Asuransi kesehatan (Askes) yang telah diadakan pemerintah diharapkan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat peserta asuransi kesehatan terkait biaya kesehatan. Sehingga masyarakat dapat terbebas dari kesulitan penyediaan dana tunai dan tidak terbebani oleh biaya kesehatan yang saat ini semakin mahal (Andayani, 2006).
DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya cukup besar di dunia dan terlebih di negara berkembang seperti Indonesia. DM dapat menimbulkan komplikasi penyakit lain apabila kadar glukosa darah tidak terkendali dengan baik sehingga membutuhkan terapi yang adekuat. Hal ini mengakibatkan kebutuhan biaya terapi pasien DM akan semakin besar seiring dengan meningkatnya progresivitas penyakit. Oleh karena itu, diperlukan penelitian berkaitan dengan besarnya biaya terapi yang dibutuhkan pasien DM agar dapat menjadi masukan bagi pihak Askes yang bertindak sebagai penanggung dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan alokasi dana bagi peserta asuransi kesehatan khususnya penderita DM tipe 2.
Penelitian ini bertempat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten karena RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten merupakan rumah sakit pendidikan kelas B yang memiliki visi menjadi rumah sakit yang berkualitas mandiri dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian di bidang kesehatan. Selain itu, penyakit DM tipe 2 merupakan salah satu dari 10 penyakit rawat jalan terbanyak di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tahun 2008.
Berdasarkan pada uraian di atas maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Analisis Biaya Rawat Jalan Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Peserta Askes yang Menggunakan Antidiabetik Oral di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari–Juni 2009”.
1. Permasalahan
Masalah yang dapat dirumuskan mengenai analisis biaya rawat jalan penggunaan antidiabetik oral pada pasien DM tipe 2 peserta Askes di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009 adalah: a. Seperti apa karakteristik pasien DM tipe 2 peserta Askes di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009 dan kekhronisan dari penyakit atau ada tidaknya komplikasi? b. Seperti apa gambaran penggunaan antidiabetik oral yang diresepkan kepada pasien DM tipe 2 peserta Askes di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009?
c. Apa saja komponen dan berapa besarnya jumlah biaya rawat jalan yang digunakan untuk mengobati pasien DM tipe 2 peserta Askes di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009 termasuk biaya untuk mengatasi komplikasi?
2. Keaslian penelitian
Banyak penelitian yang telah dilakukan menyangkut gambaran biaya terhadap pasien DM tipe 2 antara lain : a. “Analisis Biaya Terapi Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan
Peserta Asuransi Kesehatan Sosial yang Mendapat Terapi Kombinasi Tiga
Antidiabetik Oral di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” oleh Krisnaningsih (2008).
b. “Analisis Biaya Terapi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juli-Desember 2007” oleh Kusumawati (2008).
c. “Analisis Biaya Terapi Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta” oleh Andayani (2006).
d. “Analisis Biaya Penggunaan Antidiabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta Pada Bulan Agustus 2005” oleh Putri (2006).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah pada penelitian tersebut di atas kesemuanya melakukan polling untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dokter, perawat, dan farmasis untuk memberikan pelayanan sehingga nantinya didapatkan biaya jasa pelayanan yang meliputi biaya pemeriksaan, biaya motivasi, dan biaya penyiapan obat. Pada penelitian ini tidak dilakukan polling, biaya rawat jalan merupakan jumlah biaya antidiabetik oral, biaya komplikasi, biaya laboratorium dan biaya administrasi rumah sakit.
3. Manfaat penelitian
Manfaat praktis:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan evaluasi bagi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mengenai gambaran biaya rawat jalan yang dikeluarkan pasien DM tipe 2, sehingga diharapkan rumah sakit dapat memberikan pilihan obat yang lebih efisien bagi pasien.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi pada pihak Askes atas biaya rawat jalan yang dibutuhkan oleh pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009 terkait dengan pertimbangan alokasi dana Askes.
c. Bagi masyarakat luas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perkiraan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien penderita DM tipe 2 dalam menjalani terapi pengobatan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya rawat jalan pasien DM tipe 2 peserta Askes di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode
Januari-Juni 2009 termasuk biaya untuk mengatasi komplikasi.
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita DM tipe 2 peserta Askes di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009 yang meliputi usia, jenis kelamin, dan ada tidaknya komplikasi.
b. Untuk mengetahui gambaran penggunaan antidiabetik oral yang diberikan pada pasien DM tipe 2 peserta Askes di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009.
c. Untuk mengetahui komponen, besar biaya rawat jalan, dan biaya komplikasi
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari-Juni 2009.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Farmakoekonomi Farmakoekonomi didefinisikan sebagai gambaran dan analisis biaya
pengobatan pada sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat. Lebih spesifik, penelitian farmakoekonomi merupakan proses identifikasi, pengukuran membandingkan biaya, akibat dan manfaat dari program, pelayanan, atau terapi serta menentukan pilihan mana yang memberikan outcome kesehatan terbaik untuk sumber yang diinvestasikan (Sanchez, 2005).
Ekonomi kesehatan merupakan ekonomi yang diaplikasikan pada kesehatan dan pada umumnya digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam penentuan pilihan. Ekonomi kesehatan meliputi persediaan dan permintaan pelayanan kesehatan serta menyediakan kerangka pemahaman tentang keputusan dan konsekuensinya. Evaluasi farmakoekonomi menggunakan teknik evaluasi kesehatan dalam konteks manajemen obat (Walley, Haycox & Bolland, 2004).
Pharmaceutical care didefinisikan sebagai pemberian terapi obat yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat mencapai outcome yang diharapkan.
Dengan adanya paradigma atau visi dari profesi farmasis, farmasis bertanggungjawab untuk mengelola agar terapi obat yang diberikan memberikan
outcome yang baik (Sanchez, 2005).
Biaya (cost) diartikan sebagai nilai atas sumber yang dikonsumsi atau
Beberapa tipe biaya yaitu:
1. Biaya medis langsung Biaya medis langsung merupakan biaya yang dibayar atau dikeluarkan secara langsung untuk produk medik dan pelayanan kesehatan yang digunakan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati penyakit. Biaya medis langsung meliputi biaya obat, peralatan medis, tes diagnostik dan laboratorium, biaya dokter, dan biaya opname (Sanchez, 2005).
2. Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung merupakan biaya yang ditanggung oleh pasien atau masyarakat sebagai akibat dari sakit ataupun kematian misalnya kehilangan produktivitas kerja (Sanchez, 2005).
3. Biaya tak teraba (intangible cost) Biaya tak teraba meliputi rasa sakit, kekhawatiran, atau kesedihan yang dialami pasien dan atau keluarganya yang sulit untuk diukur secara kuantitatif
(Sanchez, 2005).
Beberapa metode evaluasi ekonomi dalam farmakoekonomi, yaitu:
1. Cost Minimization Analysis (CMA) Metode ini meliputi penentuan alternatif biaya yang paling kecil dengan membandingkan dua atau lebih alternatif terapi (Sanchez, 2005).
Perspektif pada metode ini pada umumnya adalah pelayanan kesehatan;
cost minimization analysis hanya dapat diukur apabila manifestasi dari alternatif
pengobatan yang dibandingkan identik (Walley, et al., 2004).2. Cost-Effectiveness Analysis (CEA) Metode ini membandingkan alternatif terapi yang memiliki outcomes yang dapat diukur dalam unit natural yang sama. Cost effectiveness analysis merupakan bentuk evaluasi ekonomi yang paling sering digunakan termasuk dalam terapi obat (Walley, et al., 2004).
3. Cost-Utility Analysis (CUA)
Cost utiliy analysis merupakan metode yang membandingkan alternatif
terapi dengan outcomes yang diinginkan adalah quality adjusted life year (QALY) (Walley, et al., 2004).
4. Cost-Benefit Analysis (CBA) Metode ini merupakan metode yang membandingkan alternatif terapi yang menilai manfaat terapi dengan unit biaya. Analisis cost benefit digunakan untuk mengevaluasi pengobatan dengan hasil pengobatan yang sulit untuk diukur dengan menggunakan analisis cost effectiveness, sebagai contoh kepuasan pasien terhadap terapi pengobatan. Pada metode ini keuntungan diukur berdasarkan keuntungan ekonomi atas suatu intervensi, oleh sebab itu biaya dan keuntungan dinilai dalam bentuk mata uang (Walley, et al., 2004).
Metode evaluasi ekonomi ada 2 yaitu sebagai berikut :
1. Partial Economic Evaluation Evaluasi ekonomi ini meliputi tabulasi deskriptif sederhana dari hasil atau sumber yang dihabiskan dan hingga membutuhkan waktu dan usaha yang minimum.
2. Full Economic Evaluation Evaluasi ekonomi ini meliputi analisis cost-minimization, cost-benefit,
cost-effectiveness, dan cost-utility. Setiap metode ini digunakan untuk
membandingkan alternatif program atau pengobatan yang kompeten (Sanchez, 2005).
B. Diabetes Melitus (DM)
1. Definisi
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2005).
Menurut Triplitt, et al. (2005), DM merupakan suatu kelompok gejala penyimpangan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein, karena kurangnya sekresi insulin, sensitivitas tubuh terhadap insulin atau keduanya dan ditandai dengan naiknya kadar gula dalam darah. DM dapat berakibat pada komplikasi kronik meliputi penyakit mikrovaskular, makrovaskular dan neuropatik.
2. Klasifikasi
Klasifikasi DM menurut Triplitt, et al. (2005) adalah sebagai berikut :
a. DM tipe 1 Merupakan diabetes sebagai akibat dari destruksi sel beta pankreas, yang umumnya akan mengakibatkan defisiensi insulin absolut baik melalui proses imunologik maupun idiopatik. Diabetes ini dapat muncul di segala usia. Prevalensi terjadinya diabetes tipe 1 tergolong rendah pada populasi umum.
b. DM tipe 2 DM tipe 2 disebabkan resistensi insulin dan kekurangan sekresi insulin.
Sebagian besar penderita DM tipe 2 juga menunjukkan obesitas abdominal yang dapat juga menyebabkan resistensi insulin.
c. DM gestational DM gestational merupakan DM yang terjadi karena intoleransi glukosa selama kehamilan. Deteksi klinik sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas perinatal.
d. DM tipe lain DM yang disebabkan olek kerusakan genetik fungsi sel
β-pankreas, kerusakan genetik aksi insulin, penyakit pankreas, endokrinopati, induksi obat atau senyawa kimia, infeksi, atau karena sindrom genetik lainnya.
3. Epidemiologi
Tingkat prevalensi dari DM semakin meningkat. Diduga terdapat sekitar 10 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik (Price dan Wilson, 1995).
Jumlah DM tipe 2 mencapai 90% dari semua kasus DM, dan keseluruhan prevalensi DM tipe 2 di Amerika Serikat hampir 8,7% berusia 20 tahun atau lebih (Triplitt, et al, 2005).
Meningkatnya prevalensi DM di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup (Misnadiarly, 2006). Di Indonesia jumlah penderita DM terus meningkat. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita DM mencapai 5 juta lebih. Ini berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes (Misnadiarly, 2006).
Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskular. Komplikasi yang paling utama adalah serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren. Selain itu, kematian neonatal intrauterine pada ibu-ibu yang menderita diabetes meningkat (Price dan Wilson, 1995).
Dampak ekonomi pada diabetes jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, di samping konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskular (Price dan Wilson, 1995).
4. Patofisiologi
Handoko dan Suharto (1995) menyebutkan bahwa dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dikonsumsi mengalami metabolisme sempuna menjadi CO
2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40%
diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak.
Glukosa tidak dengan segera diubah dalam bentuk energi, namun disimpan di hati dan otot sebagai glikogen. Jika energi dibutuhkan, glikogenolisis akan mengubah glikogen simpanan menjadi glukosa. Kelebihan glukosa juga dapat disimpan dalam sel lemak. Trigliserida mengalami lipolisis menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Sedangkan protein juga dapat diubah menjadi glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis. Homeostasis normal dicapai melalui keseimbangan metabolisme glukosa, asam lemak bebas, asam amino untuk menjaga kadar glukosa darah cukup untuk menyediakan suplai glukosa yang tak henti-henti ke otak (Cook, Johnson & Wade, 2008).
DM tipe 2 ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya, tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikatkan dirinya pada reseptor- reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien DM tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif terhadap insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dalam sistem transport glukosa (Price dan Wilson, 1995).
5. Tanda dan gejala
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai tanda kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar).
Selain itu, seringpula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Anonim, 2005b).
Pada DM tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit). Pada DM tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Anonim, 2005b).
Harris dan Greene (2000) menyebutkan bahwa terjadinya hiperosmolaritas yang parah dapat menyebabkan menurunnya tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan bola mata dan lensa mata mengalami perubahan bentuk yang kemudian berakibat pada penurunan penglihatan menjadi buram (blurred
6. Diagnosis
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita (Anonim, 2005a).
Kriteria diagnosis DM menurut Triplitt, et al. (2005) :
a. Gejala diabetes disertai kadar glukosa dalam plasma darah pada keadaan biasa ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Keadaan biasa disini maksudnya setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir. Gejala klasik diabetes adalah polidipsia, polisuria, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
b. Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
Puasa disini maksudnya adalah tidak ada masukan kalori selama minimal 8 jam.
c. Kadar glukosa dalam plasma selama 2 jam setelah pemberian glukosa ≥ 200 mg/dL ditetapkan dengan OGTT (oral glucose tolerance test)
OGTT harus dilakukan dengan proses seperti yang diberikan WHO, yaitu menggunakan cairan glukosa yang setara dengan 75 g glukosa yang dilarutkan dalam air.
Tabel I. Kategori Status Glukosa
Normal Impaired Diabetes Gula darah puasa < 100 mg/dL 100-125
≥ 126 (fasting plasma glucose (FPG)) mg/dL mg/dL 2 jam setelah makan < 140 mg/dL 140-199
≥ 200 (oral glucose tolerance test mg/dL mg/dL
(OGTT))
(Triplitt et al., 2005) Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala dan tanda DM. Sedangkan untuk pemeriksaan penyaring dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala yang memiliki risiko DM. Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok salah satu risiko DM, antara lain pasien dengan usia > 45 tahun, memiliki berat badan > 110% BB idaman atau
2 IMT > 23 kg/m , hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg), terdapat riwayat
DM dalam garis keturunan, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB bayi lahir > 4000 gram, atau kolesterol HDL
≤ 35 mg/dL dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dL (Misnadiarly, 2006).
7. Pengelolaan DM
a. Edukasi Keberhasilan pengelolaan diabetes membutuhkan partisipasi aktif dari pasien, keluarga, masyarakat, dan tim kesehatan. Tim kesehatan harus mendampingi pasien di dalam pengobatan dengan memberikan edukasi dan motivasi sehingga pasien merubah pola hidup dan perilaku menjadi lebih baik (Misnadiarly, 2006). b. Terapi diet Pentingnya diet dalam penatalaksanaan diabetes bervariasi menurut tipe diabetes. Pada pasien tergantung insulin, komposisi diet tidak terlalu penting karena penyesuaian insulin dapat mengatasi variasi makanan yang luas. Pada pasien yang tidak tergantung insulin yang diterapi dengan insulin eksogen, diperlukan diet yang lebih ketat karena cadangan insulin endogen terbatas (Foster, 2000).
c. Latihan fisik Latihan fisik juga mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah penderita diabetes. Latihan akan mempermudah transport glukosa ke dalam sel (Price dan Wilson, 1995). Aktivitas fisik berupa olahraga dapat memperbaiki resistensi insulin dan mengontrol glukosa pada sebagian besar individu dan dapat menurunkan faktor risiko kardiovaskular, juga dapat menurunkan dan memelihara berat badan serta memperbaiki kesehatan (Triplitt, et al., 2005).
d. Terapi obat Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya (Anonim, 2005b). e. Algoritma DM Tipe 2
f. Kriteria tujuan terapi DM Dibawah ini merupakan target terapi DM yang direkomendasikan olehAmerican Diabetes Association:
LDL HDL Trigliserida