Pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat pasien rawat jalan di Poli Geriatri RSUP DR Sardjito Yogyakarta periode Februari-Maret 2010 - USD Repository
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN
MINUM OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI POLI GERIATRI
RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MARET
2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Mudengsia Gaguk
NIM : 068114157
FAKULTAS FARMASI
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN
MINUM OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI POLI GERIATRI
RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MARET
2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Mudengsia Gaguk
NIM : 068114157
FAKULTAS FARMASI
THE EFFECT OF DOSES MEDICATION GIVING TO TOWARD THE
OUTPATIENTS COMPLIANCE AT POLI GERIATRI OF RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA PERIOD FEBRUARY-MARCH 2010
SKRIPSI
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement
to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy
By:
Maria Mudengsia Gaguk
NIM : 068114157
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan memberi Pelangi di setiap air mata..
Alunan merdu di setiap helaan nafas..
Berkat di setiap cobaan..
Dan jawaban indah di setiap doa.
Karya ini Kupersembahkan untuk:
- Tuhan Yesus dan Bunda Maria sebagai ungkapan Syukur Bapa n Mama sebagai wujud hormat dan bhaktiku
- K’Vina, k’Mbeik, k’Tian n Adik An
Seseorang yang istimewah yang sudah membuat hari-hariku indah
- Sahabat-sahabatku
- Semua yang menyayangiku
- Almamaterku
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Mudengsia GagukNomor Mahasiswa : 068114157
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul :
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN
MINUM OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI POLI GERIATRI
RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MARET 2010
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 20 Agustus 2010 ( Maria Mudengsia Gaguk)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudusdan Bunda Maria, atas segala berkat dan kasih kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Jumlah Pemberian Obat Terhadap
Ketaatan Minum Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta periode Februari-Maret 2010”. Skripsi ini disusun guna memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu
Farmasi Universitas Sanata Dharma.Jumlah lanjut usia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Lanjut usia
mengalami penurunan fisik dan psikis dan penyakitnya bersifat multipatologis
sehingga dalam terapi diberikan obat dalam jumlah yang cukup banyak. Salah
satu faktor penentu keberhasilan terapi adalah ketaatan minum obat pasien.Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
saran, kritik, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Bapak Ipang Djunarko,M.Sc.,Apt. yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Drs. Mulyono, Apt . Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk memberi bimbingan, saran, kritik dan semangat dalam proses penyusunan skripsi.
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji yang telah
4. Rita Suhadi, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan kepada penulis
5. Kepala Bagian Divisi pendidikan dan Penelitian RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
6. Kepala Poliklinik geriatri dr. I Dewa Putu Ramantara S,Sp, PD yang berkenan
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di poli geriatri, Pak Heru, Bu Nanik, Bu Sera dan seluruh karyawan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta atas bantuan, saran dan kritik yang diberikan selama proses pengambilan data di Poli geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
7. Seluruh pasien rawat jalan di Poli geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta yang
secara tidak langsung mendukung proses pengambilan data di Poli geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
8. Kedua orang tua terkasih Bapak Mikhael Kashadi Gaguk dan Ibu Yustina
Hibur atas semua doa, kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
9. Kakak Vina sekeluarga, Kakak Beben, Kakak Tian, dan adik An atas
dukungan yang diberikan kepada penulis.
10. Seseorang yang telah banyak memberi dukungan dan semangat dan cinta
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
11. Kakak Thomas, Kakak Puji, Adik Ria, Brian, Aldo, Kakak Minus, Kakak
Hendra, dan Kakak Hendri atas semua bantuan dan dukungannya.
INTISARI
Jumlah lanjut usia meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit pada pasienlanjut usia biasanya bersifat multipatologis sehingga diterapi dengan obat dalam
jumlah yang banyak. Ketaatan minum obat pasien merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan terapi. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketaatan
minum obat pasien adalah faktor obat yaitu jumlah obat yang diberikan kepada
pasien. Ketaatan minum obat pasien rawat jalan tidak dapat dikontrol secara
langsung oleh pihak rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana jumlah pemberian obat mempengaruhi ketaatan minum obat pasien.Penelitian ini termasuk penelitian non-Eksperimental dengan rancangan
analitik dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif, menggunakan bahan
berupa rekam medis, lembar kerja yang mencatat jumlah total obat, jumlah
golongan obat dan jumlah jenis obat yang diterima pasien, dan lembar kerja yang
mencatat sisa obat pasien. Data juga dikumpulkan dari hasil wawancara
terstruktur dengan pasien. Data dianalisis menggunakan statistik dengan taraf
kepercayaan 95 % (p>0,05).Penelitian melibatkan 93 pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara jumlah jenis
obat, jumlah golongan obat dan jumlah keseluruhan obat yang diberikan kepada
pasien dengan ketaatan pasien adalah signifikan. Pengaruh jumlah pemberian obat
terhadap ketaatan pasien adalah signifikan.Kata kunci: Ketaatan minum obat, Pasien rawat jalan, Lanjut usia
ABSTRACT
The number of elderly increases every year. Diseases of elderly patient’susually have various characteristics which are treated by using in the significant
amount drug theraphy. Patient compliance of taking medicine is one of the
determinants of successful therapy. One of the factors affecting patient’s
compliance of taking medication is drug factor, which the number of drug
medication is given to the patients. Outpatients compliance of taking medicine is
not controlled directly by the hospital. This study is aim to know how are number
of giving medication to affect for patient’s compliance to taking medication.This study included non-experimental research that is analytic system
and collect of data prospective, data used materials, such as: medical records, job
sheets that recorded the total number of drugs, the number of drug classes, and the
number of drugs received by the patients, and worksheets that recorded patient of
remaining drugs. The data was also collected from structured interviews with
patients. The data were analyzed use by statistically in accuracy of 95% (p> 0.05).
The study involved 93 outpatients at Poli Geriatri of RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. The result of the study is show a correlation between the number of
drug types, drug classes and the total of drug’s which were given to the patients
with the patient’s compliance rate that was significant. The effect of giving
medication doses toward the patient’s compliance was significant
Key words: Compliance, outpatients, elderly patientDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................ii
PAGE TITLE .....................................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................vii
PRAKATA.......................................................................................................viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................xi
INTISARI..........................................................................................................xii
ABSTRACT .......................................................................................................xiii
DAFTAR ISI....................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...........................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xix
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 11. Permasalahan........................................................................................... 5
2. Keaslian Penelitian.................................................................................. 5
3. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................. 8
A. Pharmaceutical Care .................................................................................... 8B. Lanjut Usia…………………………………………………………………9
C. Ketaatan Minum Obat Pasien (Patient Compliance) .................................. 18
D. Pasien Rawat Jalan...................................................................................... 20
E. Landasan Teori............................................................................................ 21
F. Hipotesis...................................................................................................... 22
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................. 23B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 23
C. Definisi Operasional.................................................................................... 23
D. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 24
E. Subjek Penelitian......................................................................................... 24
F. Bahan Penelitian.......................................................................................... 26
G. Instrumen Penelitian.................................................................................... 26
H. Jalannya Penelitian...................................................................................... 26
1. Tahap Persiapan .................................................................................... 26
2. Tahap Pengambilan Data ...................................................................... 26
3. Tahap Pengolahan Data......................................................................... 27
I. Tata Cara Analisis Hasil.............................................................................. 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 30
B. Pengaruh Jumlah Jenis Obat Yang Diberikan Terhadap Ketaatan Minum Obat
Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito…………………34
C. Pengaruh Jumlah Golongan Obat Yang Diberikan Terhadap Ketaatan Minum
Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito……………36
D. Pengaruh Jumlah Total Obat Yang Diberikan Terhadap Ketaatan Minum
Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito…………….38
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 41 A. Kesimpulan ................................................................................................. 41 B. Saran............................................................................................................ 42 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 44 LAMPIRAN...................................................................................................... 47 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………74
DAFTAR TABEL
Tabel I. Profil Umur Pasien............................................................31 Tabel II. Profil Jenis Kelamin Pasien.................................................
32 Tabel III. Data Pasien Yang Memiliki Sisa Obat …………....................
32 Tabel IV. Faktor Yang Menyebabkan Sisa Obat …..................................
32 Tabel V. Profil Ketaatan dan ketidaktaatan pasien ………………
33 Tabel VI. Gambaran Golongan obat yang diberikan kepada pasien …
36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur pasien Rawat Jalan Peserta Askes ................................20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara…………………………................47 Lampiran 2. Data Karakteristik Pasien.........…………………………...
48 Lampiran 3. Data Jumlah Total Obat yang Diberikan kepada Pasien dan sisanya pada akhir bulan………………….
51 Lampiran 4. Data Jumlah Jenis Obat yang Diberikan kepada Pasien dan
sisanya pada akhir bulan...............………………….
55 Lampiran 5. Data Jumlah Golongan Obat yang Diberikan kepada Pasien dan sisanya pada akhir bulan ………………………...
59 Lampiran 6. Data obat yang diberikan kepada pasien……………..
63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah lanjut usia (lansia) perlu mendapat perhatian karena jumlahnya
yang terus bertambah setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah orang lanjut usia tidak lepas dari keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional terutama dalam bidang medis atau bidang kesehatan seperti majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi, dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi (Nugroho, 2000).
Data BPS menunjukkan bahwa jumlah lanjut usia terus meningkat dari 5,3 jiwa (1971), meningkat menjadi 14,4 juta (2000) dan diperkirakan pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa. Selain itu data lain juga menunjukkan pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia adalah sekitar 16 juta dan pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48% dari total penduduk saat itu. Kesehatan para lanjut usia semakin menurun sehingga perlu mendapat perhatian khusus (Tapan, 2009 dan Kuntari, 2002).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut, 14 persen di antaranya berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang merupakan daerah paling tinggi lansianya. Disusul Provinsi Jawa Tengah (11,16 persen), Jawa Timur (11,14
Meningkatnya populasi lanjut usia membuat kita perlu mengantisipasi terjadinya peningkatan jumlah pasien lanjut usia yang memerlukan bantuan dan perawatan medis. Dengan bertambahnya usia tidak dapat dihindari terjadinya penurunan kondisi fisik, baik berupa berkurangnya kekuatan fisik yang menyebabkan individu menjadi cepat lelah maupun menurunnya kecepatan reaksi yang menyebabkan gerak-geriknya menjadi lamban (Anonim, 2009).
Lanjut usia mengalami penurunan kesehatan fisik dan psikis. Penurunan fisik ditandai dengan serangan penyakit dan munculnya keluhan mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indera dan menurunnya konsentrasi. Menurunnya fungsi psikis ditandai dengan penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Fungsi kognitif meliputi meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat, sedangkan fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, dan koordinasi yang menyebabkan lanjut usia menjadi kurang cekatan ( Anonim, 2009).
Sepuluh penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah: Stroke (15,10%), hipertropi prostat (11,83%), diabetes melitus (9,79%), kanker (9,39%), penyakit jantung (7,76%), hipertensi (6,53%), pneumonia (5,71%), asma bronkhial (3,67%), gagal ginjal (2,86%) dan gastritis (2,48%) ( Jamal, Hestining, dan Raharni, 2000).
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) Lansia biasanya menggunakan obat lebih banyak dibanding kelompok usia lain. Mereka mengkonsumsi 30 % obat yang diresepkan dan 40 % obat bebas. Masalah biasanya timbul ketika terjadi interaksi obat, efek obat multipel, polifarmasi dan ketidakpatuhan.
Diagnosa dan pemilihan obat yang benar dari tenaga kesehatan belum menjadi jaminan keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata- rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya 50% sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah (Anonim, 2006).
Pasien lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan menderita berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat dengan jumlah dan macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan terjadinya ketidaktaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan obat. Di samping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat (Akhmadi, 2010).
Penyakit yang diderita pasien lanjut usia biasanya bersifat multipatologis, sehingga membutuhkan terapi yang kompleks. Penggunaan obat pada pasien lanjut usia memerlukan perhatian khusus karena adanya perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik obat terkait proses penuaan. Efek samping dan interaksi obat meningkat seiring bertambahnya jumlah obat yang dikonsumsi. Banyaknya jenis golongan obat dan kompleksitas rejiment pengobatan membuat pasien geriatri yang memiliki kemampuan kognitif dan fisik yang sudah menurun menjadi tidak taat terhadap rejimen pengobatan yang telah ditetapkan (Trisna, 2009).
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kataatan minum obat pasien geriatri seperti faktor dari luar pasien misalnya faktor lingkungan, faktor sosial ekonomi dan faktor kompleksitas rejimen pengobatan dan faktor dari dalam diri pasien misalnya sering timbul rasa tidak yakin akan khasiat obat, lupa, bosan karena obat diberikan dalam jumlah banyak, gejala penyakit sudah hilang, adanya efek samping, takut ketergantungan, rasa obat yang tidak enak, adanya keterbatasan kemampuan fisik, gangguan kesehatan jiwa, atau kurangnya pemahaman tentang penyakit dan obat yang digunakannya ( Anonim, 2006 dan Trisna, 2009).
RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pendidikan yang berorentasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Sebagai rumah sakit pendidikan, RS Dr. Sardjito sering digunakan sebagai tempat pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat dan teknik pengobatan baru. Di sana tersedia segala fasilitas dan tenaga ahli yang kompeten di bidangnya. Rumah sakit umum pemerintah Dr. Sardjito memiliki Poli geriatri yaitu unit pelayanan yang khusus melayani pengobatan pasien usia lanjut yang menjalani pengobatan rawat jalan.
Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah
sakit, secara berkala datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan, atau pasien
rawat inap yang telah keluar dari rumah sakit namun masih harus menjalani
pemeriksaan dan pengobatan secara berkala. Ketaatan minum obat pasien rawat jalan
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah ada hubungan antara jumlah pemberian obat dengan ketaatan minum
obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
b. Apakah jumlah pemberian obat mempengaruhi ketaatan minum obat pada
pasien rawat jalan di poli geriatri?
c. Apakah ada hubungan antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien
dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
d. Apakah jumlah jenis obat yang diberikan mempengaruhi ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri?
e. Apakah ada hubungan antara jumlah golongan obat yang diberikan kepada
pasien dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
f. Apakah jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien mempengaruhi
ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan
minum obat pada pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito sebelumnya
pernah dilakukan oleh Perwitasari (2002) dengan judul hubungan antara jumlah
pemberian obat terhadap kepatuhan minum obat pasien rawat jalan usia lanjut peserta
asuransi kesehatan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yang membedakan
Penelitian sebelumnya mengkaji jumlah total obat dan jumlah golongan obat pada
sistem kardiovaskular, sedangkan penelitian ini mengkaji jumlah total obat, jumlah
jenis obat dan jumlah golongan obat yang digunakan pasien di poli geriatri RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Perbedaan lainnya adalah waktu penelitian dan pendekatan teori
dalam memecahkan masalah. Penelitian tentang kepatuhan yang juga pernah
dilakukan adalah Sirait (2003) penelitian kepatuhan penggunaan obat DM tipe-2 di
instalasi rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta.3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses
terapi oleh farmasis terutama dalam hal pemberian obat terhadap pasien rawat jalan di
poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan terapi obat.b. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk
mendeskripsikan pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh jumlah
pemberian obat terhadap ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui hubungan antara jumlah pemberian obat dengan ketaatan minum
obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
b. Mengetahui pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
c. Mengetahui hubungan antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien
dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
d. Mengetahui pengaruh jumlah jenis pemberian obat terhadap ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
e. Mengetahui hubungan antara jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien
dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
f. Mengetahui pengaruh jumlah golongan obat terhadap ketaatan minum obat pasien
rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pharmaceutical Care Menurut International Pharmaceutical Federation (FIP), Pharmaceutical
care
adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai timbulnya dampak yang jelas atau terjaganya kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian yang sering disebut
Pharmaceutical care
berdampak pada keadaan kesehatan pasien, meningkatkan kualitas kesehatan dan ketepatan biaya dalam sistem kesehatan. Apoteker memiliki tangung jawab terhadap obat yang diberikan sekaligus memberikan jaminan bahwa obat yang diberikan itu telah sesuai dengan standar pengobatan (Anonim, 2010 a).
Tujuan akhir dari pharmaceutical care adalah meningkatkan kualitas hidup pasien melalui pencapaian hasil terapi yang diinginkan secara optimal ( Trisna, 2010).
Hasil terapi yang diharapkan seperti sembuh dari penyakit, hilangnya gejala penyakit, diperlambatnya proses penyakit dan pencegahan terhadap suatu penyakit. Apoteker memiliki peranan dalam pharmaceutical care yaitu mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (DRP= Drug related problem), mengatasi DRP yang terjadi dan mencegah DRP.
Pelaksanaan pharmaceutical care untuk pasien usia lanjut berbeda dengan pasien usia dewasa. Umumnya pasien lanjut usia mempunyai banyak masalah kesehatan yang bersifat kronik dan mendapat banyak jenis obat. Penggunaan obat farmakokinetik dan farmakodinamik obat terkait proses penuaan. Resiko terjadinya reaksi yang tidak diharapkan (adverse drug reactions) dan interaksi obat akan meningkat seiring bertambahnya jumlah obat yang dikonsumsi. Banyaknya jenis obat dan rumitnya rejimen pengobatan membuat pasien lanjut usia, yang kemampuan kognitif dan fisiknya sudah mengalami penurunan, menjadi tidak patuh terhadap rejimen pengobatan yang telah ditetapkan. Selain itu, kondisi psikososial pasien lanjut usia sangat potensial memperburuk status kesehatannya ( Trisna, 2010).
B. Lanjut Usia
1. Definisi Lanjut Usia
Geriatri berasal dari kata geros yang berarti usia lanjut dan iatreia yang berarti mengobati. Jadi geriatri merupakan pengobatan yang dilakukan pada usia lanjut (Suryono, 2001). Geriatri merupakan bagian dari gerontologi yang mengkaji aspek-aspek klinis, preventif dan teraupetis pada lanjut usia. Nugroho (2000) menjelaskan tujuan keberadaan geriatri adalah mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia sehingga terhindar dari penyakit, memelihara kesehatan lanjut usia dengan aktivitas fisik dan mental, dan merangsang petugas kesehatan untuk menegakkan diagnosa yang tepat dan dini sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada para lanjut usia.
Menurut undang-undang No. 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas dan menurut
WHO, pembagian kategori usia lanjut adalah Elderly (60-74 tahun), old (75-90
tahun), dan very old (>90 tahun) (Nugroho, 2000).Lanjut usia merupakan golongan umur yang paling banyak mengkonsumsi
obat. Obat yang sering dikonsumsi adalah obat-obat kardiovaskular, antihipertensi,
analgesik dan anti-inflamasi. Meningkatnya jumlah obat yang harus diminum
medication errormengurangi kepatuhan pasien sehingga terjadi ( Info POM, 2009
dan Suryono, 2001).2. Proses Penuaan
Menurut (Tambayong, 2000) Penuaan merupakan suatu proses
multidimensional, yakni mekanisme perusakan dan perbaikkan di dalam tubuh yang
terjadi secara bergantian pada kecepatan dan saat yang berbeda-beda. Ada beberapa
teori penuaan yaitu: a. Teori Radikal Bebas Radikal bebas merupakan bagian dari molekul yang tidak utuh lagi karenasebagian telah lepas. Bagian yang telah lepas akan melekat pada molekul lain
kemudian merusak dan mengubah fungsi molekul yang bersangkutan. Dalam proses
menua, kecepatan pembentukan radikal bebas semakin cepat sehingga semakin
banyak molekul yang rusak.b. Teori Imun Teori imun menganggap proses penuaan itu sebagai proses autoimun artinya
sistem imun tubuh tidak dapat lagi mengenali sel-selnya sendiri. Respon autoimun
menurun dan mudah terkena berbagai penyakit infeksi, kanker, penyakit degeneratif,
dan penyakit auto-imun.c. Teori hubungan silang Teori silang juga sering disebut teori kolagen. Hubungan silang terjadi di
antara struktur yang biasanya terpisah yang ditandai dengan terjadinya perubahan
dalam jaringan ikat sehingga kolagen tua menjadi kurang larut, lebih kaku, dan
mengakibatkan turunnya permeabilitas sel. Turunnya permeabilitas sel mengahambat
penghantaran nutrien.3. Perubahan Sistem Tubuh akibat Penuaan
(Smeltzer dan Bare, 2002) mendeskripsikan perubahan sistem tubuh terkait dengan pertambahan usia sebagai berikut: a. Perubahan sistem kardiovaskular
Seiring dengan pertambahan usia, terjadi perubahan struktur normal jantung dan sistem vaskular yang mengakibatkan kemampuannya untuk untuk berfungsi secara efisien menurun. Jantung mengalami gangguan seperti penurunan curah jantung, penurunan kemampuan merespons stres, frekuensi jantung dan volume sekuncup tidak meningkat dengan kebutuhan maksimal, dan kecepatan pemulihan jantung lebih lambat. Gangguan pada sistem vaskular terjadi karena adanya timbunan kalsium dan lemak di dalam dinding arteri sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. b. Perubahan sistem pernafasan Pertambahan usia mempengaruhi kapasitas dan fungsional paru seperti peningkatan rigiditas paru, pengurangan luas permukaan alveoli, dan berkurangnya elastisitas otot pernafasan yang menyebabkan peningkatan volume residual paru, penurunan kapasitas pertukaran gas, dan kapasitas difusi. Aktivitas siliaris berkurang sehingga terjadi penurunan efisiensi batuk yang menyebabkan lansia rentan terhadap infeksi respirasi.
c. Perubahan integumen Integumen merupakan organ yang membatasi tubuh dengan lingkungan luar. Kulit memiliki fungsi yang penting seperti sebagai pelindung bagian dalam tubuh, melindungi tubuh dari perubahan suhu, indera peraba dan sebagai alat ekskresi. Dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit. Lapisan epidermis dan dermis kulit menjadi lebih tipis, serat elastik berkurang jumlahnya sehingga kolagen menjadi kaku. Kapiler di kulit berkurang mengakibatkan penurunan suplai darah. Perubahan- perubahan tersebut menyebabkan hilangnya kekenyalan kulit, kulit menjadi keriput dan bergelambir dan kulit akan kering sehingga rentan terhadap gatal-gatal dan iritasi.
d. Perubahan sistem reproduksi Pada wanita, produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium akan menurun saat monopause. Wanita lansia akan mengalami perubahan sistem reproduksi meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya penurunan keasaman vagina. Perubahan tersebut menyebabkan nyeri dan pendarahan vagina saat bersenggama. Pada pria lansia, ukuran penis dan testis berkurang dan kadar androgen juga berkurang.
e. Perubahan genitourinaria Sistem genitourinaria tetap berfungsi pada individu lansia, meskipun terjadi penurunan massa ginjal akibat kehilangan beberapa nefron sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal meliputi penurunan laju filtrasi, penurunan fungsi tubuler dengan penurunan efisiensi dalam resorbsi dan pemekatan urin, dan perlambatan restorasi keseimbangan asam basa terhadap stress. Ureter, kandung kemih dan uretra kehilangan otot tonus ototnya. Kapasitas kandung kemih berkurang dan individu lansia tidak mampu lagi megosongkan kandung kemihnya dengan sempurna. Retensi urin yang terjadi akan meningkatkan resiko infeksi.
f. Perubahan gastrointestinal Sepanjang hidup fungsi gastrointestinal tetap berjalan. Pada lansia, penyakit periodontal menyebabkan gigi berlubang dan ompong. Terjadi penurunan salivasi sehingga mereka mengalami kesulitan menelan makanan. Sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi sehingga pengosongan esofagus melambat. Penurunan motalitas gaster memperlambat pengosongan lambung. Konstipasi juga sering dialami individu lansia, karena kurangnya makanan berserat, penggunaan laksatif jangka panjang, menunda defekasi, efek samping pengobatan, masalah emosional, kurangnya masukkan cairan dan kelebihan makanan berlemak
.
g. Perubahan Muskulosletal
Individu lansia mengalami pengurangan kepadatan tulang, kehilangan ukuran dan kekuatan otot, dan degenerasi tulang rawan sendi.
h. Perubahan sistem saraf Struktur dan fungsi sistem saraf berubah dengan bertambahnya usia.
Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel saraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan sintesis dan metabolisme neurotransmiter utama. Implus saraf dihantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukan waktu lebih lama untuk merespon dan bereaksi. Kinerja sistem saraf otonom berkurang efisiensinya. Individu lansia cepat bingung saat sakit fisik, kehilangan orientasi lingkungan sering pingsan dan kehilangan keseimbangan.
i. Perubahan sensorik
Organ sensorik penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penciuman membantu kita berkomunikas dengan lingkungan. Pada lansia terjadi penurunan fungsi sensorik yang mengenai semua organ sensorik sehingga mengganggu hubungan mereka dengan lingkungan.
Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan lain yang terjadi pada lanjut usia adalah: a. Perubahan Sel Jumlah sel berkurang, ukuran selnya lebih besar, berkurangnya jumlah
otak, otot, ginjal, darah dan hati, jumlah sel otak menurun, dan terganggunya
mekanisme perbaikan sel.b. Perubahan sistem Endokrin Produksi hampir semua hormon menurun, menurunnya aktivitas tiroid,
menurunnya BMR= Basal Metabolic Rate, menurunnya produksi aldosteron, dan
menurunya sekresi hormon kelamin, seperti progesteron, estrogen dan testeron.c. Perubahan yang berhubungan dengan pemakaian obat Usia lanjut mengalami perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik.
Perubahan farmakokinetik seperti perubahan absorbsi obat, distribusi obat,
metabolisme dan perubahan ekskresi obat. Sedangkan perubahan farmakodinamik
terjadi karena penurunan respon homeostatis tubuh terhadap obat (Anonim, 2010).4. Penyakit Pada Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2000), penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia adalah: a. Penyakit sistem Paru Fungsi paru-paru mengalami kemunduran yang disebabkan berkurangnya
elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada. Berkurangnya fungsi paru-paru pada
lanjut usia menyebabkan menurunnya pasokan oksigen. Penyakit yang mengganggu
sistem paru seperti Pnemonia, Tuberkolosis, Bronkitis dan kanker paru.b. Penyakit Jantung dan pembuluh Darah Pada lanjut usia, terjasi arteriesklerosis yang dapat menghambat aliran darah
penghambatan aliran darah, pasokan oksigen ke jaringan juga terhambat. Kejadian ini
dapat menyebabkan Stroke, infark miokard akut, prinzmetal angina dan angina
pektoris.c. Penyakit pencernaan makanan
Penyakit pencernaan makanan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
Ulkus peptikum. Gastritis merupakan suatu proses inflansi pada lapisan mukosa dan
sub mukosa lambung. Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua.d. Penyakit pada sistem Urogenital
Perandangan pada sistem urogenital terutama dijumpai pada wanita lanjut
usia berupa peradangan pada kandung kemih karena adanya sisa air seni. Pada pria
lanjut usia, sisa air seni dalam kandung kemih dapat disebabkan pembesaran kelenjar
prostat.e. Penyakit gangguan endokrin
Penyakit metabolik pada lanjut usia pada umumnya karena menurunnya produksi hormon. Penyakit metabolik tersebut adalah DM dan osteoporosis.
f. Penyakit pada persendian dan tulang
Penyakit pada sendi timbul akibat degenerasi atau kerusakan pada
permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dialami oleh lanjut usia. Hampir 8 %
orang-orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendi-sendi, biasanya
persendian pada jari-jari, sendi-sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul) dan
tulang punggung. Nyeri akut pada persendian disebabkan oleh gout (pirai) karena
5. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemberian obat untuk lanjut
usiaPrinsip pengobatan pada pasien lanjut usia adalah selalu mengutamakan pengobatan non farmakologis apabila memungkinkan, karena dengan cara ini dapat mengurangi terjadinya efek samping. Apabila perlu diberikan obat, maka pemberian obat harus memperhatikan hal tertentu untuk mencegah terjadinya efek samping atau hal lain yang tidak diinginkan dalam proses terapi. Menurut Suryono (2001), hal-hal yang harus diperhatikan pada pemberian obat pasien lanjut usia adalah: a. Alasan pemberian obat harus kuat
Tidak semua penyakit memerlukan obat. Pada pasien usia lanjut, obat diberikan kepada mereka yang menderita penyakit yang benar-benar membutuhkan obat. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping.
b. Sebelum memberi obat, hal lain yang harus dilakukan adalah anamnesis terhadap kebiasaan pasien.
Perlu dipertimbangkan apakah pasien sebelumnya sering merokok, minum alkohol atau kofein, karena kebiasaan tersebut sering mempengaruhi obat-obatan.
c. Mengetahui efek farmakologi obat yang diberikan
d. Pemberian dimulai dengan dosis kecil Dosis yang dianjurkan oleh produsen sering terlalu tinggi untuk pasien lanjut usia. Hal tersebut dapat memberikan efek samping, mengingat organ-organ eliminasi lanjut usia mengalami penurunan fungsi.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
f. Evaluasi secara berkala Apabila pasien mendapat pengobatan jangka panjang, secara teratur dilakukan evaluasi kembali. Jika ada obat yang tidak diperlukan lagi, jangan diteruskan karena dapat menimbulkan efek yang tidak dinginkan. Obat-obat dengan rentang teraupetik sempit perlu diukur kadarnya dalam serum secara berkala.
g. Tidak melakukan pengobatan yang berlebihan
h. Jika kondisi pasien memburuk setelah mengkonsumsi obat, ditanyakan terlebih dahulu obat apa yang dikonsumsi pasien sebelumnya.