Rencana PembangunanInfr astruktur Cipta

  Rencana

PembangunanInfr

astruktur Cipta

  

7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP)

KABUPATEN KUTAI TIMUR

7.1.1 Kondisi Eksisting

7.1.1.1 Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh Kabupaten Kutai Timur

  

Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur sesuai dengan SK. Bupati

Kabupaten Kutai Timur, ditetapkan berlokasi di 3 (tiga) wilayah Kecamatan, antara lain

Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Bengalon. Kawasan kumuh perkotaan yang

berlokasi di Kecamatan Sangatta Utara meliputi; Desa Sangatta Utara, dengan luas

keseluruhan kawasan 45,10 Ha. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan

Sangatta Selatan meliputi; Desa Sangatta Selatan dan Desa Singa Geweh. Luas keseluruhan

kawasan 31,76 Ha. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan Bengalon

meliputi; Desa Sepaso dan Sepaso Timur. Luas keseluruhan kawasan 45,20 Ha.

A. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan Kabupaten Kutai Timur:

  

Secara spesifik isu strategis pembangunan permukiman perkotaan Kabupaten Kutai Timur,

antara lain sebagai berikut :

1. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Sangatta Utara

  Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Utara. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara, sebagai berikut :

  a. Kondisi Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara dalam kondisi rusak. Konstruksi jalan sebahagian aspal dan sebahagian pengerasan.

b. Kondisi sistem jaringan drainase tidak berfungsi dengan baik akibat sedimentasi dan penumpukan sampah disaluran drainase.

  c. Kondisi pengelolaan persampahan tidak berjalan dengan baik, terdapat bak sampah namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bak sampah yang ada, sampah yang dihasilkan dibuang kesaluran drainase dan sungai. d. Kondisi sistem jaringan air minum yang dimanfaatkan sebahagian masyarakat bersumber dari air PDAM dan air yang bersumber dari sumur tanah dangkal dan air permukaan

  e. Kondisi sistem sanitasi, khususnya limbah rumah tangga umumnya memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan.

  f. Hunian masyarakat menggunakan material bahan bangunan dari kayu dengan kondisi semi permanen dan temporer. Disamping itu hunian masyarakat berfungsi ganda, selain sebagai rumah tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat berjualan (toko/warung) g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya.

2. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Sangatta Selatan

  Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh, sebagai berikut : a. Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh sebahagian besar mengalami kerusakan, khususnya pada jalan dengan konstruksi aspal. Sedangkan kondisi jalan dengan konstruksi beton (jalan setapak) dan pengerasan umumnya baik.

b. Kondisi sistem jaringan drainase tidak berfungsi dengan baik akibat sedimentasi dan penumpukan sampah disaluran drainase.

  c. Kondisi pengelolaan persampahan tidak berjalan dengan baik, terdapat bak sampah namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bak sampah yang ada, sampah yang dihasilkan dibuang kesaluran drainase, sungai dan pekarangan rumah.

  d. Kondisi sistem jaringan air minum yang dimanfaatkan masyarakat bersumber dari air PDAM dan air yang bersumber dari sumur tanah dangkal dan air permukaan (kualitas keruh) e. Kondisi sistem sanitasi, khususnya limbah rumah tangga umumnya memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan, sebagian kecil masyarakat memiliki septic tank

  f. Hunian masyarakat menggunakan material bahan bangunan dari kayu dengan kondisi semi permanen dan temporer. Disamping itu hunian masyarakat berfungsi ganda, selain sebagai rumah tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat berjualan (toko/warung)

g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya.

3. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Bengalon

  Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Bengalon berlokasi di Desa/Kelurahan Sepaso dan Desa/Kelurahan Sepaso Timur. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Desa/Kelurahan Sepaso Timur, sebagai berikut :

  

a. Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan

Sepaso Timur terdiri dari jalan lingkungan dengan konstruksi beton, aspal dan pengerasan, umumnya dalam kondisi baik.

  

b. Kawasan kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur tidak memiliki

sistem jaringan drainase, akibatnya terjadi luapan dan genangan air pada saat musim hujan.

  

c. Kondisi pengelolaan persampahan tidak berjalan dengan baik, terdapat bak sampah

namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bak sampah yang ada, sampah yang dihasilkan dibuang kesaluran drainase, sungai dan pekarangan rumah.

  

d. Kondisi sistem jaringan air minum yang dimanfaatkan masyarakat bersumber dari air

PDAM (tidak maksimal untuk keseluruhan kawasan) dan air yang bersumber dari sumur tanah dangkal dan air permukaan (kualitas keruh)

  

e. Kondisi sistem sanitasi, khususnya limbah rumah tangga umumnya memanfaatkan

sungai sebagai tempat pembuangan, sebagian kecil masyarakat memiliki septic tank

f. Hunian masyarakat menggunakan material bahan bangunan dari kayu dengan kondisi

semi permanen dan temporer. Disamping itu hunian masyarakat berfungsi ganda, selain sebagai rumah tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat berjualan (toko/warung)

g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya.

  Umumnya kebakaran terjadi akibat arus pendek listrik.

B. Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur:

  

Berdasarkan pengamatan lapangan, karakteristik permukiman kumuh perkotaan di

Kabupaten Kutai Timur, diklasifikasikan menjadi: permukiman kumuh daerah bantaran

sungai (Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Bengalon) serta permukiman kumuh pusat

kota/pusat kegiatan sosial ekonomi (Sangatta Utara dan Sangatta Selatan).

Pendekatan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur

dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan penanganan dalam bentuk; Property

Development , Community Based Development, Guided Land Development. Pendekatan

penanganan ini dirumuskan dengan mempertimbangkan kriteria pembentuk kawasan

permukiman kumuh.

  

1. Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Property

Development Pendekatan ini berangkat dari pemahaman bahwa kawasan permukiman kumuh perkotaan akan dikelola secara komersial agar ekonomi lokasi yang tinggi dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kepentingan kawasan dan daerah. Dalam hal ini masyarakat penghuni kawasan berkedudukan sebagai kelompok sasaran perumahan, pemerintah sebagai pemilik aset (tanah) dan swasta sebagai investor.

  

2. Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Community

Based Development Kawasan kurang bahkan tidak mempunyai nilai ekonomis komersial. Dalam hal ini kemampuan masyarakat penghuni sebagai perhatian utama. Masyarakat didudukan sebagai pemeran utama penanganan.

  

3. Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Guided Land

Development Kawasan kurang bahkan tidak mempunyai nilai ekonomis komersial. Dalam hal ini penekanan lebih mengarah dan melindungi hak penduduk asal untuk tetap tinggal pada lokasi semula.

  

Lokasi kawasan kumuh perkotaan berdasarkan SK. Bupati Kabupaten Kutai Timur terdiri dari :

  a. Permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sungai Sangatta dan Bengalon)

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan

Sangatta Utara

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Singa

Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur di

Kecamatan Bengalon

  b. Permukiman kumuh pusat kegiatan sosial ekonomi

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan

Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan Sangatta Utara

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso Kecamatan Bengalon

  c. Permukiman kumuh pusat kota

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan

Sangatta Selatan

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan

Sangatta Utara

Bentuk penanganan yang dapat dilakukan pada kawasan permukiman kumuh perkotaan

Kabupaten Kutai Timur, sebagai berikut :

1. Permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sungai Sangatta dan Bengalon)

  

Untuk menangani kumuh di daerah bantaran Sungai Sangatta dan Bengalon dapat

direkomendasikan antara lain :

 Pemindahan (relokasi) dari sempadan sungai ke housing stock terdekat, dengan

menetapkan kawasan sempadan sungai merupakan kawasan lindung yang tidak boleh

dibanguni perumahan.

  

 Pendekatan penanganan pada rumah bantaran sungai ini adalah berupa urban renewal atau peremajaan kawasan permukiman.

 Ketegasan Pemerintah Daerah dalam Pemanfaatan Ruang dan status lahan terutama lahan bantaran sungai.

 Pengembalian aturan sempadan Sungai Sangatta dan Bengalon dengan penetapan aturan

Garis Sempadan Sungai (GSS) dan pembuatan batas GSS dan jalan inspeksi dengan penetapan sempadan sungai 15 meter (termasuk kategori sungai sedang berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990).

  2. Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi

Beberapa hal yang direkomendasikan untuk menangani kumuh di pusat kegiatan sosial

ekonomi (Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan

Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara) :  Penegasan pemanfaatan ruang khususnya pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi  Pengaturan sempadan perumahan

 Peningkatan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan pusat kegiatan sosial

ekonomi  Peningkatan kualitas perumahan pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi  Bantuan usaha ekonomi kawasan seperti dana bergulir yang bersifat stimulatif  Pendampingan untuk penanganan dan penataan perumahan

  3. Permukiman kumuh pusat kota

Untuk menangani kumuh di kawasan pusat kota (Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan

Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara) dapat

direkomendasikan antara lain :

 Peremajaan Kawasan (Urban Renewal) adalah pengembangan rumah bagi masyarakat

setempat dengan memperbaiki kondisi hunian, infrastruktur jalan lokal, drainase,

pengelolaan sampah, sanitasi, penyediaan air minum dan penanggulangan kebakaran.

  

 Penataan dan pembangunan rumah dengan memanfaatkan Program Perumahan Swadaya.

 Peningkatan infrastruktur menitikberatkan pada rehabilitasi dan peningkatan kualitas

jalan lingkungan, saluran drainase, pengelolaan sampah dan penyediaan air minum.

   Pengembangan Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

C. Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan kabupaten Kutai Timur

  

Berdasarkan data yang diperoleh, sebaran kawasan kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur

tersebar di 3 (tiga) wilayah kecamatan, antara lain Kecamatan Sangatta Utara

(Desa/Kelurahan Sangatta Utara), Kecamatan Sangatta Selatan (Desa/Kelurahan Sangatta

Selatan dan Singa Geweh) dan Kecamatan Bengalon (Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso

  

Timur). Karakteristik kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur

tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7.1 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur

  

No Nama Kawasan Karakteristik Luas (Ha)

  1

  2

  3

  4 A Kecamatan Sangatta Utara

  1 Desa Sangatta Utara Kumuh Bantaran Sungai 45,10

  B Kecamatan Sangatta Selatan

  1 Desa Sangatta Selatan Kumuh Bantaran Sungai 31,76

  2 Desa Singa Geweh

  C Kecamatan Bengalon

  1 Sepaso Kumuh Bantaran Sungai 45,20

  2 Sepaso Timur

  Jumlah 122,06 Sumber : Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur, 2016

Gambar 7.1 Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur

D. Analisis Tipologi Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur

  

Analisis tipologi permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur, pada dasarnya

dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kekumuhan kawasan permukiman kumuh yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, melalui SK. Bupati Kabupaten Kutai

Timur. Tingkat kekumuhan suatu kawasan permukiman antara lain; kumuh barat, kumuh

sedang, kumuh ringan dan tidak kumuh. Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten

Kutai Timur berlokasi di 3 (tiga) wilayah kecamatan yakni; Kecamatan Sangatta Utara,

  

Sangatta Selatan dan Bengalon. Tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten

Kutai Timur, sebagai berikut :

a. Kecamatan Sangatta Utara

  

Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara berlokasi di

Desa/Kelurahan Sangatta Utara.  Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Utara

Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara,

sebagai berikut :

1. Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

   Kepadatan Bangunan

  a. Ketidakteraturan bangunan :76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

   Kondisi Jalan Lingkungan

  a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

   Kondisi Penyediaan Air Minum

  a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

   Kondisi Drainase Lingkungan

  a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan

  c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

   Kondisi Pengelolaan Air Limbah

  a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

   Kondisi Pengelolaan Persampahan

  a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

  b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 76% - 100% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara

   Kondisi Proteksi Kebakaran

  a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

2. Identifikasi Pertimbangan Lain

   Pertimbangan Lain

  a. Nilai strategis lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/ibukota kabupaten

  b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

  c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara.

3. Identifikasi Legalitas Lahan

   Legalitas Lahan

a. Kejelasan status penggunaan lahan : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR.

Tabel 7.2 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan

  

Kawasan Permukiman Kumuh Sangatta Utara

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  1

  2

  3

  4

  5

  6 A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

   Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau 76% - 100% bangunan pada  Tidak memenuhi ketentuan a.Ketidakteratur lokasi tidak

  5 tata bangunan dan tata an Bangunan kualitas lingkungan dalam memiliki keteraturan

  RTBL, meliputi pengaturan blok bangunan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.  KDB melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL  KLB melebihi ketentuan dalam

  76% - 100% Kondisi

  RDTR, dan/atau RTBL; bangunan

  1 Bangunan

  b. Tingkat dan/atau memiliki Gedung

  Kepadatan

  5  Kepadatan bangunan yang kepadatan

  Bangunan tinggi pada lokasi, yaitu : o tidak sesuai Untuk kota metropolitan dan ketentuan o kota besar ≥ 250 unit/Ha

  Untuk kota sedang dan kota kecil ≥ 200 unit/Ha Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :  Pengendalian dampak lingkungan

  c. Ketidak 76% - 100% sesuaian  Pembangunan bangunan bangunan pada dengan gedung di atas dan/atau di lokasi tidak

  5 bawah tanah, air dan/atau persyaratan memenuhi teknis prasarana/sarana umum persyaratan bangunan  Keselamatan bangunan gedung teknis

  (BG)  Kenyamanan BG  Kemudahan BG

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  c. Ketidak terhubungan dengan Sistem drainase perkotaan

  a. Ketidak mampuan mengalirkan limpasan air

  Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun

  51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

  3

  b. Ketidak tersediaan drainase

  Tidak tersedianya saluran drainase lingkungan pada lingkungan perumahan atau permukiman, yaitu saluran tersier dan/atau saluran lokal

  51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan

  3

  Saluran drainase lingkungan tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan

  3

  51% - 75% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya

  3

  d. Tidak terpeliharany a drainase

  Tidak dilaksanakannya pemeliharaan saluran drainase lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman,baik :  Pemeliharaan rutin ; dan/atau  Pemeliharaan berkala

  51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

  3

  e. Kualitas konstruksi drainase

  Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis

  51% - 75% area memiliki kualitas

  4 Kondisi drainase lingkungan

  51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

  1

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  2 Kondisi jalan lingkungan a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan

  Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis

  25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

  b. Kualitas permukaan jalan lingkungan

  Kebutuhan air minum masyarakat pada lokasi perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari

  Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman

  25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

  1

  3 Kondisi penyediaan air minum

  a. Ketidakt ersediaan Akses aman air minum

  Masyarakat pada lokasi perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

  51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

  3

  b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum

  3

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

  76% - 100% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

  Pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :  Pewadahan dan pemilahan domestik;  Pengumpulan lingkungan;  Pengangkutan lingkungan;  Pengolahan lingkungan

  b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar seknis

  5

  76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

   Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan  Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan

  (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;

  Prasarana dan Sarana Persampahan pada lokasi perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :  Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;  Tempat pengumpulan sampah

  a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis

  6 Kondisi pengelolaan persampahan

  5

  Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman dimana :  Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;  Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat

  1

  b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis

  5

  76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

  Pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset yang tidak terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.

  a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis

  5 Kondisi pengelolaan air limbah

  atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan konstruksi drainase lingkungan buruk

  6

  5

  4

  3

  2

  5

  1

  5

   Sangat padat yaitu kepadatan penduduk diatas 400 jiwa/ha Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

   Rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150  jiwa/ha;  Sedang yaitu kepadatan penduduk antara 151 – 200 jiwa/ha  Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201

  b. Kependuduka n Pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi perumahan atau permukiman dengan klasifikasi :

  5

  Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/ibukota kabupaten

  Lokasi Pertimbangan letak lokasi perumahan atau permukiman pada:  Fungsi strategis kota; atau  Bukan fungsi strategis kota

  8 Pertimbangan lain a. Nilai Strategis

  74 B Idenfikasi Pertimbangan Lain

  5 NILAI

  76% - 100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

   Alat Pemadam Api Ringan (APAR);  Mobil pompa;  Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan  Peralatan pendukung lainnya

  Tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :

  b. Ketidaktersedi aan Sarana Proteksi Kebakaran

  76% - 100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  Tidak tersedianya prasarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :  Pasokan air;  Jalan lingkungan;  Sarana komunikasi;  Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan  Bangunan pos kebakaran

  Proteksi Kebakaran

  7 Kondisi proteksi kebakaran a. Ketidaktersedi aan Prasarana

  5

  76% - 100% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara

  Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan pada lokasi perumahan atau permukiman, baik :  Pemeliharaan rutin; dan/atau  Pemeliharaan berkala

  c. Tidak terpeliharany a sarana dan prasarana pengelolaan Persampahan

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  • – 400 jiwa/ha

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  9 Legalitas lahan

  (-)

  Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/pe rmukiman sesuai RTR

  Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang (RTR), dengan bukti Izin Mendirikan bangunan atau Surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota (SKRK)

  b. Kesesuaian RTR

  (+)

  Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain

  (termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain

  Kejelasan terhadap status penguasaan lahan berupa :  Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau  Kepemilikan pihak lain

  a. Kejelasan status penguasaan lahan

  7 C. Idenfikasi Legalitas Lahan

  1

  1 NILAI

   Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya tertentu yang dimiliki masyarakat setempat Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara

   Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;  Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat;

  Pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :

  c. Kondisi Sosial, ekonomi dan budaya

  6

  5

  4

  3

  2

  Sumber : Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015

Dari Tabel di atas disimpulkan bahwa permukiman kumuh Kawasan Sangatta Utara termasuk

dalam kategori kumuh berat dengan nilai indikator 74, dan terletak pada fungsi strategis

kota/ibukota kabupaten.

Gambar 7.2 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta UtaraGambar 7.3 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Utara

b. Kecamatan Sangatta Selatan

  Kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Singa Geweh.  Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Selatan Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Selatan, sebagai berikut :

1. Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

   Kepadatan Bangunan

  a. Ketidakteraturan bangunan :76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

   Kondisi Jalan Lingkungan

  a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

   Kondisi Penyediaan Air Minum

  a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

   Kondisi Drainase Lingkungan

  a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan

  c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

   Kondisi Pengelolaan Air Limbah

  a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis

: 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

   Kondisi Pengelolaan Persampahan a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

  b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 51% - 75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 51% - 75% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara

   Kondisi Proteksi Kebakaran

  a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

2. Identifikasi Pertimbangan Lain

   Pertimbangan Lain

  

a. Nilai strategis lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/pusat kota

  b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

  c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara

3. Identifikasi Legalitas Lahan

Tabel 7.3 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh Sangatta Selatan

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  a. Kejelasan status penggunaan lahan : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR

  2

  3

  4

  5

  6 A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

  1 Kondisi Bangunan Gedung

  b. Ketidakt eraturan Bangunan

   Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

  5

   Legalitas Lahan

  1

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

  51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air

  Masyarakat pada lokasi perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas

  Ketidaktersedia an Akses aman air minum

  3 Kondisi penyediaan air minum a.

  3

  51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

  Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman

  d. Kualitas permukaan jalan lingkungan

  3

  51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

  Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis

  2 Kondisi jalan lingkungan c. Cakupan pelayanan jalan lingkungan

  5

  (BG)  Kenyamanan BG  Kemudahan BG

  1

  Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :  Pengendalian dampak lingkungan  Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum  Keselamatan bangunan gedung

  e. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan

  5

  76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

  Untuk kota metropolitan dan kota besar ≥ 250 unit/Ha o Untuk kota sedang dan kota kecil ≥ 200 unit/Ha

  RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau  Kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi, yaitu : o

   KDB melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL  KLB melebihi ketentuan dalam

  d. Tingkat Kepadatan Bangunan

  tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau  Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam RTBL, meliputi pengaturan blok bangunan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.

  6

  5

  4

  3

  2

  3

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

  3

  d. Tidak terpeliharanya drainase

  Tidak dilaksanakannya pemeliharaan saluran drainase lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman,baik :  Pemeliharaan rutin ; dan/atau  Pemeliharaan berkala

  51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

  3

  e. Kualitas konstruksi drainase

  Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan

  3

  Saluran drainase lingkungan tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan

  5 Kondisi pengelolaan air limbah

  a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis

  Pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset yang tidak terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.

  76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

  5

  b. Prasarana dan sarana Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada

  76% - 100% area memiliki

  51% - 75% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya

  c. Ketidak terhubungan dengan sistem drainase perkotaan

  1

  51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

  2

  3

  4

  5

  6

  tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa minum yang aman b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum

  Kebutuhan air minum masyarakat pada lokasi perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari

  3

  3

  4 Kondisi drainase lingkungan

  a. Ketidak mampuan mengalirkan limpasan air

  Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun

  51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

  3

  b. Ketidak tersediaan drainase

  Tidak tersedianya saluran drainase lingkungan pada lingkungan perumahan atau permukiman, yaitu saluran tersier dan/atau saluran lokal

  51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan

  5

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis

  76% - 100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

  Tidak tersedianya prasarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :  Pasokan air;  Jalan lingkungan;  Sarana komunikasi;

  Ketidaktersedia an Prasarana Proteksi Kebakaran

  7 Kondisi proteksi kebakaran a.

  3

  51% - 75% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara

  Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan pada lokasi perumahan atau permukiman, baik :  Pemeliharaan rutin; dan/atau  Pemeliharaan berkala

  c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan Persampahan

  3

  51% - 75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

  Pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :  Pewadahan dan pemilahan domestik;  Pengumpulan lingkungan;  Pengangkutan lingkungan;  Pengolahan lingkungan

  5

  1

  76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

   Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan  Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan

  (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;

  Prasarana dan Sarana Persampahan pada lokasi perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :  Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;  Tempat pengumpulan sampah

  a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis

  6 Kondisi pengelolaan persampahan

  pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis lokasi perumahan atau permukiman dimana :  Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;  Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

  6

  5

  4

  3

  2

  5

  

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

  8 Pertimbangan lain a. Nilai Strategis Lokasi

  Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara

  Pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :  Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;  Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat;  Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya tertentu yang dimiliki masyarakat setempat

  c. Kondisi Sosial, ekonomi dan budaya

  1

  Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

  Kependudukan Pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi perumahan atau permukiman dengan klasifikasi :  Rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150  jiwa/ha;  Sedang yaitu kepadatan penduduk antara 151 – 200 jiwa/ha  Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201 – 400 jiwa/ha  Sangat padat yaitu kepadatan penduduk diatas 400 jiwa/ha

  5 b.

  Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/pusat kota

  Pertimbangan letak lokasi perumahan atau permukiman pada:  Fungsi strategis kota; atau  Bukan fungsi strategis kota

  73 B Idenfikasi Pertimbangan Lain

  1

  5 NILAI

  76% - 100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran