DOCRPIJM d6816ade5f BAB V5. BAB V PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

v
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Di dalam Bab Ini Diuraikan Tentang Profil, Sasaran, Permasalahan Serta
Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman di
Kabupaten Aceh Jaya.

5.1.

KONDISI UMUM
Penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman termasuk kegiatan pemanfaatan

lahan yang paling dominan di Kabupaten Aceh Jaya. Pembangunan perumahan di Kabupaten Aceh
Jaya dapat dibedakan dalam 2 (dua) kelompok:


Perumahan yang tumbuh dan berkembang tidak tertata dalam skala ruang yang relatif
kecil atau yang lazim disebut perkampungan.




Perumahan yang tumbuh dan berkembang dibangun secara massal oleh perusahaan
pengembang dalam skala ruang yang relatif besar dengan berbagai kelengkapannya, yang
umumnya disebut komplek perumahan.

kebutuhan rumah dari tahun ketahun terus meningkat Meskipun demikian, dengan melihat
perkembangan tingkat daya beli masyarakat yang cenderung fluktuatif serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingginya harga rumah (nilai lahan), maka diperkirakan kemampuan masyarakat
menengah kebawah untuk membeli rumah akan menurun. Untuk itu telah dilakukan upaya
antisipasi, yaitu dengan bantuan NGO Internasional dengan membuat rumah bagi korban tsunami.
Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya telah membangun rumah duafa dan rumah sangat sederhana bagi
masyarakat kurang mampu. Kebutuhan akan perumahan berbanding lurus dengan pertambahan
jumlah penduduk. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Aceh Jaya, dalam lima tahun
terakhir mengakibatkan permintaan akan penyediaan perumahan semakin besar. Pemenuhan
kebutuhan perumahan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga oleh developer atau
swasta. Penyediaan perumahan yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun rumah
duafa dan rumah sangat sederhana yang ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah dengan
asumsi

kebutuhan


perumahan

untuk

masyarakat

kelompok

lain

telah

dipenuhi

oleh

developer/swasta dan individu.
5.2.

GAMBARAN UMUM


5.2.1. Prasarana dan Sarana Dasar
A.

Gambaran Umum Perumahan
Kelayakan huni suatu rumah akan mempengaruhi kondisi perumahan di kawasan tersebut.

Penilaian suatu rumah termasuk layak huni atau tidak, didasarkan kriteria pada Kebijakan dan
Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman oleh Dirjen Perumahan dan Permukiman,
Departemen Pekerjaan Umum. Kriteria yang digunakan adalah (1) Luas lantai minimal 7-9 m2 per
kapita; (2) Adanya jaminan hak atas tanah untuk bermukim (land tenure security); (3) Terpenuhinya
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 2

pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan; dan (4) Kualitas struktur konstruksi bangunan
yang memenuhi persyaratan teknis. Terkait dengan pengadaan rumah oleh pengembang perumahan,
saat ini terdapat permasalahan dalam penyediaan fasum dan fasos perumahan. Permasalahan
tersebut terletak pada tidak memenuhinya fasum dan fasos yang telah dibangun oleh pengembang
di dalam perumahan terhadap persyaratan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya. Tidak tersedianya

fasum dan fasos termasuk prasarana lingkungan di suatu perumahan dapat mempengaruhi kualitas
kelayakan huni rumah tersebut dan kondisi lingkungan setempat.
B.

Sanitasi
Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau

lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Area beresiko dideskripsikan dengan mengklasifikasi dan memetakan area-area yang berada
dalam lingkup kabupaten/ kota berdasarkan tingkat/ derajat resiko sanitasi. Dalam hal ini unit area
digunakan adalah desa/ kelurahan.
Pendekatan area beresiko dilakukan dengan 3 metode, yaitu :
a.

Study EHRA mencakup : Kondisi kesehatan, meliputi : sistem penyediaan air, layanan
pembuangan sampah, ketersediaan jamban dan saluran pembuangan limbah dan perilaku
dengan higienitas dan sanitasi, meliputi : cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan
kotoran anak dan pembuangan sampah. Studi EHRA ini dilakukan di 20 desa dari 172 desa dari 9
kecamatan sesuai dengan klastering hasil kesepakatan anggota pokja yang tidak lepas dari
kriteria dan sumber data primer serta sekunder seperti : Kepadatan penduduk, Angka

kemiskinan, Jamban keluarga, SR dan HU air bersih serta IR penyakit diare.

b.

Data Sekunder merupakan pendekatan resiko sanitasi dengan menggunakan data, dokumen,
catatan yang terekam dalam buku, file atau modul untuk kemudian dianalisis menjadi area
beresiko. Indikator yang digunakan dalam data sekunder ini adalah : Kepadatan penduduk,
tingkat kemiskinan, tingkat layanan air minum; kepemilikan jamban; dan Jika tersedia luas
genangan banjir.

c.

Persepsi SKPK ini merupakan pendapat subjektif SKPK yang menjadi anggota Pokja Sanitasi
Kabupaten Aceh Jaya termasuk di dalamnya telah mempertimbangkan fungsi tata ruang di
masa mendatang dengan mendasarkan pada persepsi, keahlian profesi, dan pengetahuan
praktis. Dari gabungan pendapat SKPK ini didapat konklusi mengenai tingkat resiko masingmasing area desa/ gampong.

Hasil akhir penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Aceh Jaya telah ditetapkan oleh
kelompok kerja Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya berdasarkan skor penilaian terhadap data sekunder,
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018


V - 3

data EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) terkait Sektor AMPL serta
melakukan serangkaian observasi dan kunjungan lapangan pada desa yang menjadi sampel survey
study EHRA.
Tabel V.1. Area Beresiko Sanitasi
No.
A.

Desa/Kecamatan

Tingkat

Perkotaan/

Kebutuhan Penanganan/

Resiko


Pedesaan

Penyebab Utama Resiko

Resiko Sangat Tinggi

1.

Kec. Jaya

01

Meunasah weh

Sangat Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

PHBS


02

Cot dulang

Sangat Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Genangan Air, PHBS

2.

Kec. Indra Jaya

01

Ujong muloh

Sangat Tinggi


Perkotaan/Pedesaan

Sumber Air

3.

Kec. Sampoiniet

01

Seumantok

Sangat Tinggi

Pedesaan

Genangan Air, PHBS

02


Ligan

Sangat Tinggi

Pedesaan

Air Limbah Domestik,

4.

Kec. Darul Hikmah

01

Paya santeut

Sangat Tinggi

Pedesaan


PHBS

02

Patek

Sangat Tinggi

Pedesaan

Sumber Air

03

Krueng tho

Sangat Tinggi

Pedesaan

Sumber Air

5.

Kec. Setia Bakti

01

Gampong baro

Sangat Tinggi

Pedesaan

PHBS

02

Paya laot

Sangat Tinggi

Pedesaan

PHBS

6.

Kec. Krueng Sabee

01

Buntha

Sangat Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Genangan Air, PHBS

02

Mon mata

Sangat Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Genangan Air, PHBS

7.

Kec. Panga

01

Keude panga

Sangat Tinggi

Pedesaan

Sumber Air

02

Panton krueng

Sangat Tinggi

Pedesaan

Sumber Air

8.

Kec Teunom

01

Tanoh anou

Sangat Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

PHBS

02

Pasi tulak bala

Sangat Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Sumber Air

Genangan Air

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 4

03

Alue ambang

9.

Kec. Pasie Raya

01

Alue krueng

B.

Resiko Tinggi

1.

Kec. Jaya

01

Sangat Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Air Limbah Domestik,
Genangan Air

Sangat Tinggi

Pedesaan

Genangan Air, PHBS

Meunasah weh

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Sampah, Genangan Air

02

Cot dulang

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Sampah

2.

Kec. Indra Jaya

01

Ujong muloh

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Air Limbah Domestik

3.

Kec. Sampoiniet

01

Seumantok

Tinggi

Pedesaan

Sampah

4.

Kec. Darul Hikmah

01

Cot pange

Tinggi

Pedesaan

Sampah

02

Paya santeut

Tinggi

Pedesaan

Sampah, Genangan Air

03

Patek

Tinggi

Pedesaan

Air Limbah Domestik

04

Krueng tho

Tinggi

Pedesaan

Air Limbah Domestik

5.

Kec. Setia Bakti

01

Gampong baro

Tinggi

Pedesaan

Sampah, Genangan Air

02

Paya laot

Tinggi

Pedesaan

Sampah, Genangan Air

6.

Kec. Krueng Sabee

01

Buntha

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Sampah

02

Mon mata

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Sampah

7.

Kec. Panga

01

Keude panga

Tinggi

Pedesaan

Air Limbah Domestik

02

Panton krueng

Tinggi

Pedesaan

Air Limbah Domestik

8.

Kec Teunom

01

Batee roo

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Sampah

02

Tanoh anou

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Sampah, Genangan Air

03

Pasi tulak bala

Tinggi

Perkotaan/Pedesaan

Air Limbah Domestik

9.

Kec. Pasie Raya

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 5

01

Alue krueng

Tinggi

Pedesaan

Sampah

Sumber: Analisis StudiEHRA dan Buku Putih Sanitasi
C.

Air Bersih
Kebutuhan masyarakat terhadap air minum (air bersih) di Kabupaten Aceh Jaya diperoleh

melalui sistem perpipaan (Layanan PDAM) dan sistem non perpipaan (sumur gali atau sumur pompa).
Pelayanan air bersih melalui sistem perpipaan diperoleh dari pelayanan BLUD SPAM Tirta Mon Mata
PDAM Kabupaten Aceh Jaya. Permasalahan dalam distribusi dan jangkauan pelayanan air minum di
Kabupaten Aceh Jaya, terkait dengan masih rendahnya tingkat jangkauan pelayanan air bersih PDAM
kepada masyarakat. Walau demikian, Pemerintah Kabupaten tetap berupaya -sungguh untuk
meningkatkan persentase penduduk yang memiliki akses dan menggunakan air bersih, terutama
melalui sambungan langsung PDAM. Akses terhadap air bersih menjadi salah satu faktor penunjang
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya untuk meningkatkan distribusi pelayanan air bersih
kepada masyarakat dilakukan antara lain melalui pembangunan sejumlah Terminal Air (TA) atau
yang lebih dikenal dengan Hidran Umum (HU). Sumber air bersih yang digunakan dalam sarana
penyediaan air bersih (HU atau TA) tidak berasal dari air PDAM, namun menggunakan sumur bor
dengan memanfaatkan air tanah. Pemanfaatan air tanah tersebut untuk menekan biaya pengeluaran
air masyarakat setiap bulannya, karena program penyediaan sarana air bersih tersebut ditujukan
untuk masyarakat miskin. Penggunaan air tanah sebagai bahan baku penyediaan air bersih juga tidak
dapat dibenarkan seutuhnya, karena pemanfaatan yang tidak terkontrol dan terus menerus dapat
menurunkan kualitas serta kuantitas air tanah. Pada akhirnya dapat membawa bencana penurunan
muka tanah (land subsidence) seperti yang telah terjadi di kota-kota besar lainnya.
D.

Drainase
Kondisi drainase khususnya di lingkungan perumahan dan permukiman di beberapa

kawasan masih menjadi masalah yang perlu mendapatkan penanganan. Hal ini ditandai dengan
adanya genangan di beberapa kawasan pada musim hujan. Permasalahan genangan secara umum
disebabkan oleh belum memadai fasilitas saluran drainase, sementara fasilitas saluran yang ada
belum semuanya berfungsi dikarenakan perilaku buang sampah sembarangan oleh masyarakat.
Permasalahan prioritas yang dihadapi terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan
antara lain tidak optimalnya fungsi drainase, belum sinkronnya antara bangunan drainase dengan
tata ruang daerah dan kontruksi drainase masih belum permanen.

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 6

Sistem jaringan drainase di Kabupaten Aceh Jaya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem
drainase makro/drainase alam, yaitu sungai yang berfungsi sebagai badan air penerima dan sistem
drainase mikro meliputi saluran primer, sekunder, dan tersier sementara sistem drainase makro
Kabupaten Aceh Jaya meliputi 2 (dua) buah wilayah sungai (WS) yaitu: WS Teunom-Lambeusoi dan
WS Woyla Batee, Kedua WS tersebut mempunyai daerah tangkapan air yang cukup luas dengan
muara berakhir ke Laut.
Kabupaten Aceh Jaya memiliki potensi genangan dan banjir, karena kondisi topografi kota
yang cenderung datar dan buruknya kondisi saluran drainase terutama untuk saluran drainase
sekunder. Akibat dari kurang terpeliharanya saluran drainase baik makro maupun mikro, maka
genangan atau banjir menjadi permasalahan yang cukup mendesak di Kabupaten Aceh Jaya. Luas
genangan banjir pada tahun 2014 adalah 304 Ha yang tersebar di 18 titik lokasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya genangan banjir di Kabupaten Aceh Jaya adalah :
1.

Berubahnya fungsi tata guna lahan, dari yang semula merupakan daerah resapan air, menjadi
bangunan, perumahan, industri/pabrik, pertokoan, pergudangan, dan sebagainya. Kondisi ini
mengakibatkan semakin berkurangnya areal yang berfungsi sebagai tempat penampungan air
sebelum menuju saluran pembuangan.

2.

Kurangnya sarana dan sistem drainase yang memadai sebagai pengganti lahan yang
mengalami perubahan fungsi tersebut, terlebih apabila perubahan tersebut tidak disertai
dengan analisa dampak lingkungan.

3.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan dan pemeliharaan terhadap sarana
drainase lingkungan yang menyebabkan sistem drainase lingkungan tidak dapat berfungsi
dengan optimal.

4.

Penyempitan sungai/saluran pembuang diakibatkan pendangkalan, sedimentasi ataupun
pemanfaatan secara liar, sehingga kapasitas daya tampung sungai semakin berkurang.

Dilihat dari standar pelayanan minimal fasilitas drainase maka luas daerah genangan banjir di daerah
perkotaan maksimal hanya 10 Ha. Sedangkan pada tahun 2014 genangan air di Kabupaten Aceh
Jaya telah mencapai luas 304 Ha, jauh melebihi standar yang berlaku. Pemerintah Kabupaten Aceh
Jaya dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Subdin Pengairan telah melaksanakan beberapa
program/kegiatan untuk mencegah dan meminimalisir banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh Jaya.
Salah satunya adalah program pembangunan turap, rumah pompa, dan pintu air yang tersebar di 9
Kecamatan Kabupaten Aceh Jaya.
Kegiatan tersebut dinilai masih belum berhasil, karena terbukti hingga saat ini Kabupaten
Aceh Jaya masih mengalami bencana banjir. Secara fisik program pembangunan tersebut tercapai,
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 7

namun belum dapat mencapai tujuan yang diinginkan, hal tersebut dikarenakan kurangnya
koordinasi antara pemerintah Pusat dan Daerah.
E.

Persampahan
Pengelolaan persampahan merupakan bagian terpenting dalam mewujudkan kondisi sanitasi

yang baik khususnya bagi kawasan permukiman dan perumahan. Penanganan program pengelolaan
persampahan di Kabupaten Aceh Jaya dilaksanakan oleh kantor KLHKP2K.
Pengelolaan persampahan di perdesaan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat sendiri
dengan cara penimbunan dan pembakaran mengingat secara umum lahan mereka masih mencukupi
untuk pengelolaan dengan cara tersebut. Permasalahan prioritas yang dihadapi terkait dengan
pengelolaan persampahan dapat dilihat pada tabel V.2. di bawah ini.
Tabel V.2. Permasalahan persampahan
A. Sistem Persampahan :
1.Aspek
Pengembang
an Sarana
dan
Prasarana

Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:
 Tingkat layanan penanganan sampah RT: 3.4 % dikumpulkan dan dibuang ke
TPS dan dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang, 6.6 % tidak
diangkut Tukang Sampah (dikubur, dibuang ke sungai, dibuang ke lahan
kosong dsb)
 Pengelolaan Sampah pada RT:

User
Interface:

Keterangan:
- Produksi Sampah Kabupaten Aceh Jaya per hari = 837m3/Hari
- Timbulan Sampah Wil. Perkotaan per hari = 490 m3/hari
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 8

-

Pelayanan Sampah 3,4 % per hari = 28.5m3/hari.

Praktek Pemilahan Sampah oleh RT:

Pengumpula
n setempat

Penampunga
n Sementara
(TPS):
Pengangkuta
n:
Semi)
Pengolahan
Akhir
Terpusat
Daur Ulang /
TempatPemr
osesan Akhir:
Perencanaan
 Lain-lain:
Aspek
Kelembagaa
n:

Aspek
Pendanaan:

Keterangan:
 Pemilahan sampah yang sudah dilakukan oleh RT : 5.9 % (49.4 m3/Perhari)
 Pengurangan sampah dari sumbernya (RT) : 8.1 % (67.8 m3/Perhari)
 Sampai saat ini telah tersedia : 2 unit gerobag dorong, kapasitas angkut: @ 3
m3/hari (total: 6 m3/hari).
 Sampai saat ini telah tersedia : 9 unit Truk, kapasitas angkut: @ 8 m3/hari
(total: 72 m3/hari).
 Sampai saat ini tersedia: 62 unit TPS
 Sampai saat ini tersedia: 25 unit Container, kapasitas total: 450 m3/hari atau
setara dengan 87 % dari timbulan sampah Kabupaten Aceh Jaya
 Saat ini Pengangkutan yang dilakukan mengunakan truck Kap. @ 8 m3/hari
 Sampai saat ini Sampah di Kabupaten Aceh Jaya 94.1 % masih belum
melakukan pemilahan
 Terdapat TPA 2 yang dibangunan tahun2008 Sampai saat ini masih berfungsi
dan pengelolaannya masih menggunakan system Open Dumping
 Belum tersedianya Outline Plan dan dokumen perencanaan lainnya
 Belum tersedia kebijakan yang jelas terkait hubungan kerjasama dengan pihak
swasta/investor dalam pengelolaan Persampahan
 Kurangnya sosialisasi pemahaman tentang pentingnya pengelolaan
persampahan
 Kelembagaan pengelolaan tingkat masyarakat desa/kelurahan belum ada
 Rendahnya alokasi pendanaan persampahan dari Pemerintah
 Terjadinya rasionalisasi anggaran yang berdampak pada kurang sesuainya
kecukupan anggaran dengan kebutuhan riil di lapangan sehingga berpengaruh
dalam pelaksanakan kegiatan fisik yang harus memenuhi standar teknis

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 9


Aspek Peran
Serta
Masyarakat
dan Dunia
Usaha /
Swasta:
Aspek
Peraturan
Perundangan
dan
penegakan
hukum:





perencanaan
Anggaran subsector persampahan belum menjadi prioritas oleh para
pengambil kebijakan
Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis
Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi
Belum adanya skema strategi untuk kerjasama dengan swasta/kelompok
masyarakat dalam pengelolaan persampahan.

 Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Aceh Jaya
Belum Efektif dilaksanakan oleh pemangku kepentingan
 Belum adanya kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya
dalam penyediaan layanan pengeloaan sampah
 Belum adanya kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah
 Belum adanya peraturan terkait kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk
mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah dan
membuang ke TPS
 Belum adanya kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan
komersial / fasilitas sosial / fasilitas umum untuk mengurangi sampah,
menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS
 Belum adanya pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari
TPS ke TPA, pengelolaan di TPA da pengaturan waktu pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA
 Belum adanya peraturan terkait kerjasama Pemerintah Kabupaten dengan
swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah
(sumber referensi: BPS )
5.2.2. Parameter Teknis
Kontur wilayah perkotaan Kabupaten Aceh Jaya yang cenderug landai sehingga menyebabkan
Kabupaten Aceh Jaya tidak memiliki permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan fisik.
5.2.3. Aspek Kelembagaan
Seluruh kegiatan pengembangan dan pembangunan permukiman di Kabupaten Aceh Jaya dikelola
dan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Jaya.
5.2.4. Aspek Pendanaan
Program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Aceh
Jaya dibiayai oleh APBN yang berasal dari pemerintah pusat dan APBA dan APBK yang bersumber
dari pemerintah daerah.
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 10

5.3.

SASARAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN

A.

Sasaran RPJP Nasional 2005-2025 :



Pertumbuhan perkotaan yang tidak seimbang ini ditambah dengan adanya kesenjangan
pembangunan antarwilayah menimbulkan urbanisasi yang tidak terkendali. Secara fisik, hal
itu ditunjukkan oleh (1) meluasnya wilayah perkotaan karena pesatnya perkembangan dan
meluasnya kawasan pinggiran (fringe-area) terutama di kota-kota besar dan metropolitan; (2)
meluasnya perkembangan fisik perkotaan di kawasan ‘sub-urban’ yang telah ‘mengintegrasi’
kota-kota yang lebih kecil di sekitar kota inti dan membentuk kon-urbasi yang tak terkendali;
(3) meningkatnya jumlah desa-kota; dan (4) terjadinya reklasifikasi (perubahan daerah rural
menjadi daerah urban, terutama di Jawa). Kecenderungan perkembangan semacam itu
berdampak negatif terhadap perkembangan kota-kota besar dan metropolitan itu sendiri
maupun kota-kota menengah dan kecil di wilayah lain.



Wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi SDA yang cukup
besar serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan negara.
Walaupun demikian, pembangunan di beberapa wilayah perbatasan masih sangat jauh
tertinggal dibandingkan dengan pembangunan di wilayah negara tetangga.

B.

Target MDGS



Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah satu dolar
per hari menjadi setengahnya antara 1990-2015;



Target 11 : Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di
permukiman kumuh pada tahun 2020. Indikator yang digunakan untuk target 11 adalah
proporsi rumah tangga yang memiliki atau menyewa rumah.

C.

Sasaran Pembangunan Permukiman Kabupaten Aceh Jaya:

Kebijakan Pembangunan Permukiman sesuai dengan RPJP Daerah Kabupaten Aceh Jaya Tahun 20052025 adalah:
1)

Peningkatan ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Dengan arahan:
 Pengembangan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
 Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
 Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
 Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 11

2)

Penataan dan revitalisasi kawasan kumuh permukiman
Dengan arahan:
 Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
 Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman.

5.4.

PERMASALAHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Permasalahan perumahan dan permukiman di Kabupaten Aceh Jaya adalah:
1.

Penyediaan permukiman pekerja industri. Dapat dilihat dari kondisi eksisting yang menunjukkan
bahwa tingkat kepadatan permukima yang sangat tinggi di kawasan industri, kondisi sanitasi
lingkungan yang cukup buruk, dan terbatasnya ketersediaan air bersih.

2.

Minat investasi yang kurang tepat lokasinya seperti di kawasan industri, di lokasi banjir.

3.

Adanya kebijakan Pemerintah Pusat tentang pembangunan rumah susun milik.

4.

Menurunnya kualitas permukiman. Asumsi rencana jumlah penduduk yang digunakan ketika
merancang kawasan ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan yang terjadi, hal ini
mengakibatkan dimensi infrastruktur sudah tidak dapat menampung kebutuhan warga seperti
saluran drainase, pengelolaan air limbah sistem perpipaan, air bersih, sampah, dan kemacetan
lalu lintas. Kecenderungan penetrasi kegiatan perdagangan dan jasa pada fungsi permukiman.

5.

Banyaknya lokasi perumahan yang terkena banjir.

Sedangkan potensi pada sektor perumahan dan permukiman di Kabupaten Aceh Jaya adalah:
1.

Adanya minat investasi dari pengembang perumahan sederhana sehat pada kawasan yang tidak
terlalu besar.

2.

Adanya alokasi dana APBK, APBA, APBN dan BLN untuk program perbaikan kampung (kumuh).

3.

Kawasan bahaya kecelakaan dan kawasan kebisingan tingkat tiga sebaliknya dibebaskan dari
kawasan terbangun.

4.

Relokasi permukiman ke lokasi yang lebih aman.

5.

Mengembalikan fungsi kawasan sebagai areal resapan air.

5.5.

PROYEKSI KEBUTUHAN RUMAH
Dengan proyeksi pertambahan penduduk sekitar lebih kurang 900 ribu jiwa dalam 20 tahun

mendatang Maka harus disediakan sekitar 225.000 unit rumah baru. Dengan asumsi kepadatan
brutto 200 jiwa per hektar (perumahan horizontal atau landed housing beserta infrastruktur dan
fasilitasnya), maka dibutuhkan lahan seluas 4.500 hektar untuk pengembangan perumahan baru.

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 12

5.6.

ANALISIS LOKASI PERUMAHAN BARU

5.6.1. Skenario Program Pembangunan Permukiman
Sesuai dengan dokumen RPJM Daerah Kabupaten Aceh Jaya, program pembangunan
permukiman dilaksanakan untuk memenuhi misi yaitu “Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas
Infrastruktur dan Pelayanan Publik”. Misi ini mempunyai tujuan yaitu: “Meningkatkan penyediaan
dan pelayanan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas permukiman dan perkotaan” dengan
sasaran yaitu Tersedianya perumahan dan pelayanan dasar perkotaan yang layak dan terjangkau.
Seluruh skenario ini didukung oleh strategi-strategi yaitu:
1.

Peningkatan penyediaan dan penataan perumahan rakyat
a. Meningkatkan akses pelayanan penyediaan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Program: Pengembangan perumahan.
b. Meningkatkan upaya perbaikan kualitas permukiman dan lingkungannya. Program:
Pengembangan perumahan; Lingkungan sehat perumahan.

2.

Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan permukiman dan infrastruktur kota yang
berkualitas yaituMendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk lebih mandiri dalam
perbaikan kualitas permukiman melalui Program: Pemberdayaan komunitas perumahan.

3.

Peningkatan penyediaan dan pemeliharaan kapasitas infrastruktur pelayanan perkotaan
yang adil dan merata yaitu Meningkatkan penyediaan dan pemeliharaan kapasitas prasarana
dan sarana melalui Program: Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
Lingkungan sehat perumahan; Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah; Penyediaan dan pengolahan
air baku; Penataan, penguasaan, pemilihan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;
Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan.

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

V - 13