Bab 9 - 1 - DOCRPIJM dac48f9679 BAB IX9. BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN PEMB CK

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

BAB
IX

ASPEK PEMBIAYAAN
PEMBANGUNANAN
BIDANG CIPTA KARYA
DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota,

diamanatkan


bahwa

kewenangan

pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong
untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana bidang Cipta Karya agar
kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun
prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga mengalokasikan anggaran belanja
untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah
terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal
dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.
Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan dari pemerintah
pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen.
Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan
minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor
swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya
yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai
keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan

investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM pada dasarnya bertujuan untuk:
a.

Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya;

b.

Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 1

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)


dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya;
c.

Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan
dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi
daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.


2.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah:
untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan
Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai
pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005.
Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi
Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan
DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.
Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan Bidang Cipta Karya


Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 2

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.
Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum,
kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
Tentang

Pembagian


Urusan

Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota:
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan
urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang
pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan
secara

bertahap

dan


ditetapkan

oleh

Pemerintah.

Urusan

wajib

pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah
disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,
serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011.
Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah,
Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta

Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat.
Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%
penerimaan APBD Tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit
2,5%;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari pemerintah;

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 3

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)


e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6.

Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005.
Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 dan Perpres 56/2010):
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha
dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum,
infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan
Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri
dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja TidakLangsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.

8.

Peraturan Menteri PU Nomor 15 Tahun 2010.
Petunjuk

Teknis

Penggunaan

Dana

Alokasi

Khusus


(DAK)

Bidang

Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya. Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK
bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir
dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK
diutamakan untuk program
dan

memenuhi

percepatan

pengentasan

kemiskinan

sasaran/ target Millenium Development Goals

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 4

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

(MDGs) yang mempertimbangkan:
-

Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

-

Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi
(air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK
Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:

9.

-

Kerawanan sanitasi;

-

Cakupan pelayanan sanitasi.

Peraturan Menteri PU Nomor 14 Tahun 2011.
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum
yang merupakan Kewenanangan Pemerintah dan dilaksanakan sendiri:
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian
PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana
program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus
mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah
disepakati.

Gubernur

sebagai

wakil

Pemerintah

mengkoordinasikan

penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam
rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas
sektor.
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada
Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana
Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi Dana Daerah untuk Urusan Bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 5

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan
bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah
kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala
kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS), maupun skema Corporate Social

Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar
negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2 Profil APBD Kabupaten Tapanuli Utara
Bagian ini menggambarkan APBD Kabupaten Tapanuli Utara selama 5 Tahun
terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5
Tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 adalah Belanja Daerah, Pendapatan Daerah, dan
Pembiayaan Daerah.
Sistem pengelolaan keuangan atau sistem penganggaran pemerintah termasuk
didalamnya pemerintah daerah juga mengalami reformasi dan penguatan
dengan terbitnya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Struktur Pendapatan daerah berdasarkan peraturan perundangundangan yang baru tersebut terdiri dari:
1)

Pendapaan Asli Daerah;

2)

Dana Perimbangan, dan;

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 6

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

3) Lain-lain Penerimaan yang sah. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari:
a)

Pajak Daerah;

b) Retribusi Daerah;
c)

Bagian Laba BUMD, dan;

d) Lain-lain PAD yang sah. Dana Perimbangan terdiri dari:


Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak;



Dana Alokasi Umum (DAU), dan (3) Dana Alokasi Khusus (DAK).

Rasio perbandingan antara jumlah realisasi dan anggaran pendapatan daerah
atau sering disebut sebagai rasio pengumpulan (collection ratio) menunjukkan
bahwa upaya penggalian pendapatan daerah masih belum efisien dan efektif. Hal
itu nampak pada rasio pengumpulan pendapatan daerah yang rata-rata masih di
bawah 100 persen, artinya realisasi belum dapat melampauai target yang
direncanakan. Pengelolaan dan pengembangan pendapatan daerah terutama
yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah masih menghadapi beberapa
permasalahan antara lain:
a.

Penentuan target atau anggaran pendapatan dari Tahun ke Tahun lebih
didasarkan pada kaidah incremental (dinaikkan persentase tertentu dari
pencapaian Tahun sebelumnya), dan kurang didasarkan pada kondisi potensi
masing-masing jenis pendapatan;

b.

Ketersediaan dan pengelolaan data base potensi untuk masing-masing jenis
pendapatan

masih

belum

optimal

dilakukan

oleh

masing-masing

instansi/dinas penghasil;
c.

Penilaian tingkat keberhasilan dan kinerja instansi/dinas penghasil lebih pada
ukuran rasio pengumpulan (collection ratio), dan kurang dipadukan dengan
rasio cakupan (coverage ratio), sehingga tingkat keberhasilan yang
didapatkan masing-masing instansi masih relative semu;

d.

Upaya peningkatan dan pengembangan pendapatan lebih dianggap sebagai
kegiatan rutin yang dilakukan oleh masing-masing instansi/dinas penghasil,
dan bukan merupakan program atau kegiatan yang dilakukan secara terpadu
dan berkesinambungan dari waktu ke waktu;

e.

Upaya peningkatan dan pengembangan pendapatan masih sering terkendala
dengan upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian, sehingga

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 7

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

karena alasan agar tidak terjadi kontra produktif terhadap dunia usaha,
upaya peningkatan pendapatan lebih dikesampingkan.

Belanja Daerah
Belanja Daerah terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
Belanja Daerah (local expenditure) diprioritaskan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah.

Perlindungan

dan

peningkatan

kualitas

kehidupan

masyarakat

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta
mengembangkan sistim jaminan sosial.
Belanja daerah mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga dan
pelayanan umum minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Belanja Kepala Daerah dan Wakil Daerah serta pimpinan dan anggota
DPRD diatur dalam Perda (Peraturan Daerah) yang berpedoman pada undangundang dan peraturan pemerintah.
Untuk

membiayai

penyelenggaraan

pemerintah

daerah

kalau

memang

dibutuhkan dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank
dan masyarakat.

Pemerinatah dalam persetujuan DPRD dapat menerbitkan

obligasi daerah untuk membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan
daerah. Selain itu bahwa pemerintah daearah juga dapat melakukan pinjaman
yang berasal dari penerusan pinjaman hutang luar negeri dan Menteri Keuangan
atas nama Pemerintah setelah memperoleh pertimbangan Menteri dalam Negeri.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9.1, Tabel 9.2, dan Tabel 9.3 berikut.

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 8

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.1. Perkembangan Pendapatan Daerah di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010-2014
PENDAPATAN DAERAH
(1)
Pendapatan Asli Daerah

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

15,499,925,147.47

2.78

23,104,103,678.54

3.42

34,023,120,252.85

4.69

37,952,077,661.95

4.45

6,211,733,472.83

2.17

a. Pajak Daerah

3,317,407,499.00

0.59

4,693,287,500.00

0.69

5,097,600,087.50

0.70

6,022,333,998.00

0.71

1,974,615,341.00

0.69

b. Retribusi Daerah

2,557,071,842.00

0.46

3,910,588,519.00

0.58

16,448,581,542.00

2.27

17,636,231,882.00

2.07

1,450,755,820.00

0.51

c. Hasil
Pengolahan
Kekayaan Daerah yang
dipisahkan

4,009,384,307.00

0.72

6,923,114,521.87

1.02

6,566,169,608.00

0.90

7,195,245,251.00

0.84

0

0.00

d. Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah

5,616,061,499.47

1.01

7,577,113,137.67

1.12

5,910,769,015.35

0.81

7,098,266,530.95

0.83

2,786,362,311.83

0.98

445,304,912,221.00

79.78

488,402,686,687.00

72.23

567,953,425,913.00

78.27

637,547,710,918.00

74.81

257,000,705,000.00

89.94

28,011,295,221.00

5.02

25,788,562,258.00

3.81

30,387,273,913.00

4.19

29,306,489,918.00

3.44

0

0.00

b. Dana Alokasi Umum

369,275,117,000.00

66.16

405,822,524,429.00

60.02

487,345,532,000.00

67.16

552,463,211,000.00

64.83

248,683,845,000.00

87.03

c. Dana Alokasi Khusus

48,018,500,000.00

8.60

56,791,600,000.00

8.40

50,220,620,000.00

6.92

55,778,010,000.00

6.54

8,316,860,000.00

2.91

Lain-Lain
Pendapatan
Daerah yang sah

97,326,948,579.00

17.44

164,665,391,934.00

24.35

123,633,852,011.00

17.04

176,733,922,612.00

20.74

22,523,019,600.00

7.88

a. Pendapatan Hibah

16,339,871,096.00

2.93

12,959,052,030.00

1.92

2,628,113,670.00

0.36

5,564,966,194.00

0.65

1,289,259,600.00

0.45

b. Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah
Daerah Lainnya

10,751,917,552.00

1.93

14,790,553,093.00

2.19

10,300,261,341.00

1.42

7,770,794,418.00

0.91

0

0.00

Dana Perimbangan
a. Dana
Bagi
Pajak/Bagi Hasil
Pajak

Hasil
bukan

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 9

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

PENDAPATAN DAERAH
(1)

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

dan

60,866,679,931.00

10.91

130,216,075,080.00

19.26

65,514,039,000.00

9.03

116,344,568,000.00

13.65

21,233,760,000.00

7.43

d. Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya

9,368,480,000.00

1.68

6,699,711,731.00

0.99

45,191,438,000.00

6.23

47,053,594,000.00

5.52

0

0.00

558,131,785,947.47

100

676,172,182,299.54

100

725,610,398,176.85

100

852,233,711,191.95

100

285,735,458,072.83

100

c. Dana Penyesuaian
Otonomi Khusus

Total Pendapatan

Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara, 2014

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 10

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.2. Perkembangan Pendapatan Daerah di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010-2014

BELANJA DAERAH
(1)

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Belanja Tidak langsung

337,599,107,824.00

61.59

367,495,767,623.71

52.12

422,893,049,403.00

57.33

471,481,408,239.00

56.51

140,818,835,627.00

86.91

a. Belanja Pegawai

317,571,086,912.00

57.93

343,495,627,792.00

48.71

398,850,040,853.00

54.07

428,183,336,252.00

51.32

127,291,773,917.00

78.56

1,212,120.00

0.00

1,225,513.71

0.00

0

0.00

0

0.00

0

0.00

995,135,000.00

0.18

935,510,000.00

0.13

1,067,444,000.00

0.14

0

0.00

0

0.00

d. Belanja Hibah

3,416,258,142.00

0.62

6,724,945,700.00

0.95

8,552,199,000.00

1.16

24,572,248,119.00

2.94

11,690,355,210.00

7.22

e. Belanja Bantuan Sosial

3,010,669,150.00

0.55

3,631,658,268.00

0.52

788,158,000.00

0.11

3,147,781,000.00

0.38

272,266,000.00

0.17

f.

9,999,950,000.00

1.82

10,056,674,350.00

1.43

11,237,812,550.00

1.52

11,528,994,868.00

1.38

1,521,340,500.00

0.94

2,604,796,500.00

0.48

2,650,126,000.00

0.38

2,397,395,000.00

0.32

4,049,048,000.00

0.49

43,100,000.00

0.03

210,567,683,736.00

38.41

337,627,372,972.00

47.88

314,807,001,646.00

42.67

362,903,291,344.15

43.49

21,207,863,791.00

13.09

a. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi
Hasil bukan Pajak

19,231,613,644.00

3.51

38,571,007,671.00

5.47

21,794,016,012.00

2.95

23,851,993,447.00

2.86

2,110,126,156.00

1.30

b. Dana Alokasi Umum

95,570,145,655.00

17.43

110,912,757,726.00

15.73

121,504,815,422.00

16.47

132,155,775,281.00

15.84

11,219,563,785.00

6.92

c. Dana Alokasi Khusus

95,765,924,437.00

17.47

188,143,607,575.00

26.68

171,508,170,212.00

23.25

206,895,522,616.15

24.80

7,878,173,850.00

4.86

Total Pendapatan

548,166,791,560.00

100

705,123,140,595.71

100

737,700,051,049.00

100

834,384,699,583.15

100

162,026,699,418.00

100

b. Belanja bunga
c. Belanja Subsidi

Bantuan
keuangan dari
provinsi/pemerintah daerah
lainnya

g. Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung

Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara, 2014

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 11

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dalam 5 Tahun Terakhir
PEMBIAYAAN DAERAH
(1)

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Surflus/devisit(Pendapatan
Daerah-Belanja Daerah)

(-28.935.958.296,17)

Penerimaan Pembiayaan

17.000.705.534,60

59.927.980.644,83

69.927.154.364,56

37.831.305.879,63

35.491.051.138,58

a. Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran
Tahun
Anggaran
Sebelumnya
(SILPA)

17.000.705.534,60

59.027.980.664,83

53.927.154.364,56

36.831.305.879,63

24.687.881.729,48

Dana

-

-

16.000.000.000,00

-

-

c. Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan

-

-

-

-

-

d. Penerimaan
Daerah

Pinjaman

-

-

-

-

-

e. Penerimaan
Kembali
Pemberian Pinjaman

-

-

-

-

-

f.

-

-

-

1.000.000.000,00

10.803.169.409,10

1.563.134.547,48

20.575.572.042,63

4.112.081.386,76

720.000.000,00

2.973.912.050,00

Dana

-

16.000.000.000,00

-

-

-

Modal

500.000.000,00

4.566.884.307,00

4.094.705.917,50

700.000.000,00

2.935.449.050,00

b. Pencairan
Cadangan

Penerimaan
Daerah

Piutang

Pengeluaran Pembiayaan
a. Pembentukan
Cadangan
b. Penyertaan
(Investasi) Daerah

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 12

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

PEMBIAYAAN DAERAH
(1)

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

Rp.

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

259.153.247,48

8.687.735,63

17.375.469,26

20.000.000,00

38.463.000,00

Pinjaman

-

-

-

-

-

e. Lainnya
(Pembayaran
Hutang atas Barang dan
Jasa)

803.981.300,00

-

-

-

-

59.027.980.664,83

53.927.154.364,56

36.831.305.883,63

-

-

c. Pembayaran Pokok Utang
d. Pemberian
daerah

Sisa Lebih
Anggaran
Berkenaan

Pembiayaan
Tahun

Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara, 2014

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 13

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Pos-pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk grafik proporsi
untuk melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran
selama lima Tahun terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP Nomor
71 Tahun 2010). Berikut gambar 9.1. Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan
dan Belanja dalam APBD Kabupaten Tapanuli Utara.

Gambar 9.1. Grafik Perkembangan Proporsi
Pendapatan dan Belanja dalam APBD Kabupaten Tapanuli Utara
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 14

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

9.3

Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten
Tapanuli Utara

9.3.1 Perkembangan

Investasi

Pembangunan

Bidang

Cipta

Karya

Bersumber Dari APBN
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab
Pemerintah Daerah, Ditjen. Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan
infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi Standar
Pelayanan Minimum (SPM). Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen. Cipta
Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT)
sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU Nomor 14 Tahun 2011).
Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk
melihat trend alokasi anggaran Ditjen. Cipta Karya dan realisasinya di daerah
tersebut.

Tabel 9.4. Perkembangan APBN Bidang Cipta Karya di Kabupaten
Tapanuli Utara dalam 5 Tahun Terakhir
Rp. X 1000
No.

Sektor (SKPD)

Alokasi
2009

Alokasi
2010

Alokasi
2011

Alokasi
2012

Alokasi
2013

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

1

Dinas Cipta Karya
dan Perumahan

2

Kantor
Hidup

Lingkungan

Total

2.567.780.

1.328.680.

1.183.350.

1.213.220.

1.781.990.

644.450.

646.560.

697.900.

917.060.

1.003.600.

3.212.230.

1.975.240.

1.881.250.

2.130.280.

2.785.590.

Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara 2014

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen. Cipta Karya kepada SNVT di daerah,
untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 15

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan
air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir
dan

permukiman

nelayan.

Sedangkan

DAK

Sanitasi

digunakan

untuk

memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase)
yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum,
Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 4
(empat) tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 9.5. Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten
Tapanuli Utara dalam 4 Tahun Terakhir

Rp. X 1000
No.

Jenis DAK

Alokasi
2009

Alokasi
2010

Alokasi
2011

Alokasi
2012

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1

DAK Air Minum

717.683

1.212.300

875.900

1.069.810

2

DAK Sanitasi

478.149

1.065.000

1.091.890

712.180

Sumber: RPIJM Kabupaten Tapanuli Utara 2014

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 16

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber d ari
APBD Kabupaten Tapanuli Utara dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara memiliki tugas untuk membangun
prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah
dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis
proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah
dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.
Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel 9.6. Perkembangan Alokasi APBD untuk
Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 (lima) Tahun Terakhir di Kabupaten
Tapanuli Utara berikut.

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 17

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.6. Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kabupaten Tapanuli Utara

No.

Sektor (SKPD)

(1)

(2)

Tahun 2009

1

Pengembangan
Minum

2

Pengembangan PPLP

3

Pengembangan
Permukiman

4

Penataan Bangunan
dan Lingkungan

5

Total Belanja APBD

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Alokasi (Rp)

%

Alokasi (Rp)

%

Alokasi (Rp)

%

Alokasi (Rp)

%

Alokasi (Rp)

%

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Air

Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya

Sumber: …………………………..

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 18

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Gambar 9.2. Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 19

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana
Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan
APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah
daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel 9.7. Perkembangan DDUB dalam 5 (lima)
Tahun Terakhir di Kabupaten Tapanuli Utara berikut.

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 20

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.7. Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir Kabupaten Tapanuli Utara

No.

Sektor (SKPD)

(1)

(2)

Tahun 2009

1

Pengembangan
Minum

2

Pengembangan PPLP

3

Pengembangan
Permukiman

4

Penataan Bangunan
dan Lingkungan

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Air

Total
Sumber: …………………………..

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 21

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Kabupaten Tapanuli
Utara Bidang Cipta Karya Dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu
untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social

oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai
sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa
perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya,
seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan
investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan
perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah
satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang
Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan
aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah
ditetapkan BPP- SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki
status sehat, kurang sehat atau sakit. Di samping itu, pada bagian ini
dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan
pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan
daerah yang ada di kabupaten dalam 3-5 tahun terakhir.

9.3.4 Perkembangan Investasi

Pembangunan Cipta Karya

Bersumber

dari Swasta Dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang
pemerintah,

maka

dunia

usaha

perlu

dilibatkan

secara

aktif

dimiliki
dalam

pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah
dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate

Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum
pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres Nomor 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 22

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

serta Permen PPN Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Di Kabupaten Tapanuli Utara, belum adanya kerja sama antara Pemerintah
Daerah dengan pihak swasta khususnya bidang Cipta Karya. Untuk ke
depannya diharapkan agar terjalin kerja sama dalam menanggulangi kebutuhan
masyarakat Tapanuli Utara dalam bidang Cipta Karya melalui skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery
atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery.
Berikut tabel 9.8 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dlam 5 Tahun Terakhir
di Kabupaten Tapanuli Utara.

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 23

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.8. Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir di Kabupaten Tapanuli Utara
Kegiatan

Tahun

Komponen KPS

Satuan Volume

Nilai (Rp)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Skema KPS

Ket.

Pengembangan Air Minum
a. b. Pengembangan PPLP
a. b. Pengembangan Permukiman
a. b. Penataan Bangunan dan Lingkungan
a. b. Sumber: ……………………..

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 24

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

9.4

Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tapanuli Utara
Untuk

melihat

kemampuan

keuangan

daerah

dalam

melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka
waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD
Kabupaten.

9.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun ke Depan
Proyeksi APBD Kabupaten Tapanuli Utara dalam lima tahun ke depan dilakukan
dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam
lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah
diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut
sebagai berikut:
1.

Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
Y0 = Nilai tahun ini
Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam

menentukan

presentase

pertumbuhan

dihitung

setiap

pos

pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH),
dan Lain-lain pendapatan yang sah.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 25

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

2.

Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan:

Yn=Y0 (1+r) n
Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat
dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan
rumus proyeksi geometris sebagai berikut:
Keterangan:
Yn = Nilai pada tahun n
Y0 = Nilai pada tahun ini
r

= % pertumbuhan

n = tahun ke n (1-5)
3.

Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung
kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 9.9. Proyeksi Pendapatan APBD
dalam 5 Tahun ke Depan berikut.

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 26

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.9. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Realisasi (Rp.)
Komponen APBD
(1)
1. Pendapatan Asli

2012 (Y-2)

2013 (Y-1)

2014 (Y0)

%
Pertum
buhan

(2)

(3)

(4)

(6)

34,023,120,252.85

37,952,077,661.95

6,211,733,472.83

a. DAU

487,345,532,000.00

552,463,211,000.00

248,683,845,000.00

b. DBH

30,387,273,913.00

29,306,489,918.00

0

c. DAK

50,220,620,000.00

55,778,010,000.00

8,316,860,000.00

123,633,852,011.00

176,733,922,612.00

22,523,019,600.00

Proyeksi (Rp.)
2015 (Y1)

2016 (Y2)

2017 (Y3)

2018 (Y4)

2019 (Y5)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

2. Dana Perimbangan:

- DAK Air Minum
- DAK Sanitasi
3. Lain Lain Pendapatan
yang Sah
Total APBD

Sumber:………………

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 27

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah
dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah
(DSCR).

Net Public Saving (NSP)
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat.
Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk
pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan
untuk bidang Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS
dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah
berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah
sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban
Daerah)
 Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari
oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja
pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil
serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
 Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran
kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan
daerah yang berlaku.

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.
Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat
(obligasi). Berdasarkan PP Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 28

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

a.

Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;

b.

Memenuhi

ketentuan

rasio

kemampuan

keuangan

daerah

untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c.

Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman;

d.

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah
Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan
atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt

Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal
adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar
pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPI2JM dengan rumus sebagai berikut:

DSCR 

PAD  DAU  DBH  DBHDR  Belanja Wajib
Pokok Pinjam  Bunga  Biaya Lain

Keterangan:
PAD

= Pendapatan Asli Daerah

DAU

= Dana Alokasi Umum

DBH

= Dana Bagi Hasil

DBHDR = DBH Dana Reboisasi

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 29

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam
bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun
persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki
rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini
dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan
pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka
waktu RPI2-JM.

9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah
perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema
kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke
pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi
usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi
dan finansial dari program tersebut.

Tabel 9.10. Proyek Potensial yang dapat dibiayai dengan KPS
dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama

Deskripsi

Biaya

Kelayakan

Kegiatan

Kegiatan

Kegiatan (Rp)

Finansial

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

-

-

-

IRR=

-

-

-

-

-

-

Ket.

Keterangan: IRR: Internal Rate of Return
Sumber: …………………….

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 30

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

9.5

Analisis

Tingkat

Keterpaduan

Strategi

Peningkatan

Investasi

Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta
Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan
daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan
strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan
mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program
dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitung melalui hasil analisis
yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:
a.

Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan

menggunakan

asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya;
b.

Proyeksi

dana

dari

pemerintah

daerah

(APBD)

berdasarkan

hasil

perhitungan;
c.

Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis;

d.

Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS).

9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan
untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program
yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu
set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur
permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM daerah agar
merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 31

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:
1.

Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi;

2.

Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan
anggaran;

3.

Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

4.

Strategi

peningkatan

peran

masyarakat

dan

dunia

usaha

dalam

pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;
5.

Strategi

pendanaan

untuk

operasi,

pemeliharaan

dan

rehabilitasi

infrastruktur permukiman yang sudah ada;
6.

Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

Dalam mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) merupakan
komitmen bersama internasional yang bersifat umum dan global dalam rangka
mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat yang salah satunya adalah
menambah pelayanan kemudahan akses air minum dan sanitasi untuk 50%
penduduk yang belum mendapatkannya serta berbagi bidang ke Cipta Karya-an
lainnya seperti pengembangan pemukiman, pengelolaan sampah, drainase
hingga manajemen sumber daya manusia. Untuk mencapai sasaran ayang
termuat dalam MDGs, selain adanya ketersediaan dan kelayakan program serta
kegiatan dengan ketersediaan pendanaan yang tidak sedikit jumlahnya, akan
diperlukan berbagai alternatif sumber pembiayaan yang potensial yang dapat
digunakan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan dalam Renstra
Cipta Karya 2015-2019 sebagai garis besar program Direktorat Jenderal Cipta
Karya untuk mendukung pencapaian sasaran yang termuat dalam MDGs.
Regulasi yang ada, baik yang berbentuk UU, PP, Perpres maupun Permen
memberi kesempatan bagi masyarakat dan swasta untuk terlibat aktif dalam
pengembangan pembangunan dan pengelolaan bidang air minum dan sanitasi.
Menurut Husnan (1996) proyek investasi merupakan suatu rencana untuk
menginvestasikan sumber-sumber daya baik proyek raksasa ataupun proyek
kecil untuk memperoleh manfaat pada masya akan datang. Pada umumnya
manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan
uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Oleh sebab itu,
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 32

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari
modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang
akan datang.
Skema investasi pada dasarnya disusun untuk melihat berbagai kemungkinan
sumber pendanaan, model kelembagaan dan sistem operasional yang bisa
digunakan dalam kegiatan pengembangan pembangunan di Bidang Cipta
Karya. Skema pendanaan disusun dengan asumsi bahwa infrastruktur di bidang
Cipta Karya merupakan obyek bisnis yang mempunyai daya jual dan
menguntungkan secara finansial.
A. Air Minum dan Sanitasi
Investasi bidang air minum dan sanitasi yang saat ini sudah terlaksana
adalah menggunakan sumber pendanaan dari pemerintahan, pihak swasta
dan masyarakat ataupun kesinergisan di antara ke 3 pelaku sumber
pendanaan tersebut yaitu pendanaan dari Pemerintah dan Swasta,
Pemerintah dan masyarakat atau swasta dan masyarakat. Sumber
pendanaan dari Pemerintah biasanya digunakan mendanai investasi untuk
proyek yang bersifat non cost recovery sedangkan pendanaan dari sumber
swasta untuk proyek yang bersifat cost recovery. Kerjasama swasta pada
pelaksanaan pembangunan air minum dan sanitasi dapat terselenggara di
seluruh tahapan pengelolaan ataupun hanya sebagian saja.
Investasi bidang air minum dan sanitasi merupakan sebuah pola yang
menggambarkan berlangsungnya pelaksanaan investasi yang dimulai dari
tahap pra konstruksi, konstruksi dan paska konstruksi. Terdapat 3 (tiga)
pemangku kepentingan dalam skema pendanaan ini, yaitu Pemerintah,
swasta dan masyarakat, dimana masing-masing mempunyai peran yang
berbeda di setiap tahapan pelaksanaan investasi.

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020

Bab 9 - 33

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA)

Tabel 9.11. Skema Pendanaan Air Minum dan Sanitasi

No.
1

Pemangku
Kepentingan
Pemerintah

Pra Konstruksi






Pihak Swasta

Menawarkan
kepada
pihak
swasta
proyek
pengembangan,
pembangunan
dan
pengelolaan infrastruktur
air minum dan sanitasi
yang mempunyai nilai
bisnis.
Menyiapkanlahan untuk
pelaksanaan
proyek,
yang selanjutnya dapat
diakui sebagai (1) capital
sharing pemerintah atau
(2)
subsidi
kepada
masyarakat

Konstruksi




Pasca Konstruksi

Menyiapakan
sarana
dan
prasarana
pendukung
pengembangan,
pembangunan dan
pengelolaan
investasi bidang air
minum
dan
sanitasi.
Monitoring
pengawasan.



Monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan
kerjasama investasi.



Merencanakan
tarif
yang akan diberlakukan.

dan

Menyiapkan dana proyek
pengembangan,
pembangunan
dan
pengelolaan infrastruktur
air minum dan sanitasi
yang bsia diakui sebagai
(1)
capital
sharing
pemerintah
atau
(2)
subsidi
kepada
masyarakat.

 Menyiapkan FS, DED,
AMDAL
IMB
Proyek
peng