BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM b650b52a4e BAB IXBAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN
BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
8.1
Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan
perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan
hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan
Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri
dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH
ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan
untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.
Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk
bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada
daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian
sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah
meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta
Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar
negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda
wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun
sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
Hal -
1
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri
atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.
Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah
infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri
dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan
termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan
dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
Tingkat kerawanan air minum.
b. b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan,
dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk
program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang
dengan kriteria teknis:
kerawanan sanitasi;
cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian
Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam
menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja
berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu.
Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada
RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam
rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan
peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat
provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya
yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan
skala provinsi/regional.
3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintahkabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman
dengan skala kabupaten/kota.
4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS),
maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
Hal -
2
6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh
karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal
dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
8.2
Profil APBD Kota Ambon
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kota Ambon selama 5 tahun terakhir dengan sumber data
berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan
format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan
Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Tabel 9.1, 9.2, 9.3 menunjukan perkembangan APBD dalam 5 tahun terakhir.
8.2.1 Pendapatan Daerah
Tahapan penganggaran merupakan tahapan penting dalam penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh karenanya pengelolaag
anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan
yang sudah disusun. Sehubungan dengan itu, pengelolaan pendapatan daerah harus dilakukan secara
cermat, tepat dan hati-hati. Perencanaan pendapatan daerah merupakan proses penting dalam
penentuan besarnya alokasi anggaran yang akan dimanfaatkan untuk membiayai program kegiatan.
Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai upaya untuk memaksimalkan potensi pendapatan yang ada
disamping terus menggali potensi yang selama ini belum tersentuh. Pada tabel 11.1 di bawah ini dapat
dilihat rata – rata kenaikan Pendapatan daerah tiap tahun yaitu : 12,17 % di mana pada tahun 2011
naik 19,02 %, tahun 2012 naik 7,90%, tahun 2013 naik 10,66% dan tahun 2014 naik 11, 11 %
Hal -
3
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( 2010 – 2012 )
PENDAPATAN DAERAH
Tahun – 1 (2010)
Rp
(1)
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.1.1 Pajak Daerah
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
1.2.
DANA PERIMBANGAN
PEMERINTAH PUSAT
/
TRANSFER
DARI
Rp
%
(2)
I. PENDAPATAN DAERAH
Tahun – 3 (2012)
Tahun – 2 (2011)
Rp
%
(3)
(5)
%
(6)
(7)
564.872.992.693,68
98,57
697.592.896.440,43
98,05
757.511.271.527,74
100.87
35.256.192.162,68
82,22
54.252.535.083,43
102,58
57.942.444.406,74
88,51
18.394.788.491,40
13.846.985.721,83
309.523.803,00
2.704.894.146,45
76,47
89,90
147,73
84,19
32.933.756.060,20
16.797.815.441,03
281.524.139,00
4.239.439.443,20
104,24
99,85
90,95
101,90
39.300.312.509,80
16.459.759.234,00
437.705.403,00
98,48
73.23
100
438.339.425.629,00
101,29
479.967.392.990,00
98,76
1.744.667.259,94
101.32
44.218.948.629,00
365.671.477.000,00
28.449.000.000,00
114,51
100
100
32.109.598.990,00
411.137.994.000,00
36.719.800.000,00
21.551.190.425,00
84,16
78,02
99,99
84,15
43.506.179.990,00
497.388.682.000,00
29.219.550.000,00
120.60
100
100
1.3 LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
91.277.374.902,00
93,65
163.372.968.367,00
94,66
129.454.235.131,00
105,40
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
36.517.959.132,00
18.803.050.875,00
94,02
8.678.371.000,00
18.833.758.007,00
80,36
25.305.178.671,00
97,58
135.860.839.360,00
100
91.752.437.000,00
12.396.619.460,00
101,194
604,45
697.592.896.440,43
98,05
757.511.271.527,74
100,87
1.2.1 Dana Bagi Hasil pajak/ Bukan Pajak
1.2.2 Dana Alokasi Umum (DAU)
1.2.3 Dana Alokasi Khusus ( DAK )
1.2.4 Bagi Hasil Pajak
1.3.6
Pendapatan Hibah
Dana darurat
Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
87,04
35.150.796.900,00
805.567.995,00
72,63
98,57
JUMLAH PENDAPATAN
564.872.992,693,68
Hal -
4
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2013 dan 2014 )
PENDAPATAN DAERAH
Rp
(2)
(1)
I.
Tahun – 1 (2013)
PENDAPATAN DAERAH
%
(3)
Tahun – 2 (2014)
Rp
(4)
%
(5)
847.935.916.421,14
98,03
953.918.577.404,41
100,41
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
65.497.285.977,14
87,40
99.159.424.597,41
121,57
1.1.1 Pajak Daerah
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang dipisahkan
1.1.4Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
44.982.645.424,00
17.798.890.665,00
525.035.726,00
104,48
63,74
86,21
62.895.216.195,00
1.260.730.456,00
104,23
76,45
2.190.724.162,14
65,32
6.943.149.460,41
1.2. DANA PERIMBANGAN
636.119.699.442,00
99,84
684.451.836.379,00
1.1.5 Dana Bagi Hasil pajak/ Bukan Pajak
1.1.6 Dana Alokasi Umum (DAU)
1.1.7 Dana Alokasi Khusus ( DAK )
35.080.188.442,00
551.507.941.000,00
49.531.570.000,00
97,25
100
100
37.379.517.379,00
601.627.489.000,00
45.444.830.000,00
1.2 LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
146.318.931.002,00
95,67
170.307.316.428,00
27.052.373.062,00
104,32
99,31
-
154,04
101,11
25,07
100
100
88,95
1.2.4 Pendapatan Hibah
1.2.5 Dana darurat
1.2.6 Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya
1.2.7 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
1.2.8 Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya
1.2.9 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
JUMLAH PENDAPATAN
117.997.096.000,00
1.269.461.940,00
111,60
847.935.916.421,14
98,03
112,20
29.096.877.428,00
91,56
134.394.671.000,00
6.815.768.000,00
39,71
953.918.577.404,41
100,41
Hal -
5
8.2.2 Belanja Daerah
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kota Ambon yang terdiri atas Urusan Wajib dan Urusan Pilihan serta urusan
yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Besaran belaanja daerah yang dianggarkan ditentukan berlandaskan prinsip
disiplin anggaran , yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber
pendapatan sesuai dengan potensi daera, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran
selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan prinsip efektifitas
anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala
prioritas. Perkembengan Belanja ada Pemerintah Kota Ambon dapat dilihat pada tabel 11.2. rata – rata
perkembangan belanja daerah lima tahun terakhir ( 2010 – 2014 ) sebesar 11,61 % dengan kenaikan
sbb : tahun 2011 naik 18,51%, tahun 2012 naik 16,60%, tahun 2013 naik 5,41% dan tahun 2014 naik
11,61%.
Hal -
6
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2010 – 2012 )
BELANJA DAERAH
Tahun – 1 (2010 )
Rp
Tahun – 2 ( 2011)
Rp
%
Tahun – 3 ( 2012)
Rp
%
(1)
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
- Belanja Pegawai
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
- Belanja Bantuan keuangan
Kepada Pemerintah Desa
(2)
514.924.196.452
398.328.878.876
384.361.017.583,00
2.522.222.221,98
2.124.902.854,00
1.684.878.000,00
2.714.701.225,00
3.764.099.992,00
(3)
94,20
98,07
98,93
50,31
86,28
88,14
81.98
(4)
631.942.174.020,90
459.927.777.537,90
436.857.348.926,00
345.555.555,66
15.767.922.263,00
4.358.599.182,00
2.009.433.654,00
- Belanja Tidak terduga
BELANJA LANGSUNG
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Modal
JUMLAH BELANJA DAERAH
1.157.057.000,00
116.595.317.576
5.987.497.323,00
41.611.978.315
68.995.841.938,00
514.924.196.451,98
89.00
83,02
88.87
92.34
77.84
94,20
588.917.957,24
172.014.396.483
12.522.930.675,00
64.156.622.541,00
95.334.843.267,00
631.942.174.020,90
(5)
%
98,05
91,48
94,52
100
80,88
58,05
42,31
(6)
757.731.346.703,11
641.770.770.271,96
514.781.827.758,15
781.645.090,81
100.000.000,00
6.974.658.535,00
3.289.480.480,00
3.482.200.000,00
7,01
82,26
93.10
83,38
80,31
88,77
4.494.569.442,00
223.826.965.397,00
16.691.166.570,00
95.669.791.838,00
111.466.006.989,00
757.731.346.703,11
(7)
98.13
98,13
99,18
111.16
81.04
93,56
98,19
90,70
99,88
96
96.22
99,98
92.80
98,13
Hal -
7
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2013– 2014)
BELANJA DAERAH
Tahun – 1 (2013)
Rp
(1)
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
- Belanja Pegawai
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan keuangan Kepada
Pemerintah Desa
- Belanja Tidak terduga
BELANJA LANGSUNG
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Modal
JUMLAH BELANJA DAERAH
Tahun – 2 ( 20114 )
Rp
%
(2)
839.202.307.572,90
572.846.595.019,00
551.943.338.463,00
100.000.000,00
9.413.300.689,00
3.903.149.425,00
2,062.310.000,00
5.424.496.442,00
266.355.712.553,90
15.206.990.198,00
131.880.467.884,34
119.268.254.471,56
839.202.307.572,90
(3)
%
96,38
95,84
96,20
81,04
84,25
98,63
93,74
(4)
892.137.006.438,57
598.918.962.591,57
577.923.729.364,57
100.000.000,00
13.899.921.077,00
2.332.315.250,00
2.486.055.800,00
83,45
97,54
87,87
99,65
96,64
96,39
2.486.055.800,00
293.218.043.847,00
20.096.142.412,00
143.131.508.070,00
129.990.393.365,00
892.137.006.438,57
(5)
91,79
97,01
97,12
81,04
96,73
81,84
99,44
99,44
82,71
81,00
90,25
75,96
91,79
Hal -
8
8.2.3 Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan pembiayaan yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun – tahun anggaran
berikutnya, serta pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun – tahun anggaran berikutnya.
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( 2010 – 2012 )
PEMBIAYAAN DAERAH
Tahun – 1 (2010 )
%
(2)
(3)
7.760.252.558,00
106,33
47.509.159.292,00
99,93
( 39.748.906.734,24)
98,77
Rp
(1)
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
PEMBIAYAAN NETTO
Tahun – 2 ( 2011)
%
(4)
(5)
28.050.000,00
0,12
27.834.405.445,92
84.05
( 27.806.355.445,92 )
289,65
Rp
Tahun – 3 ( 2012)
%
(6)
22.932.732.077,14
12.862.430.631,00
10.070.301.446,13
Rp
(7)
67.12
99,21
1.04
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah
( Tahun 2013– 2014)
PEMBIAYAAN DAERAH
Rp
(1)
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
PEMBIAYAAN NETTO
Tahun – 1 (2013)
%
(2)
(3)
10.751.905.137,00
67.12
5.000.000.000,00
100
5.751.905.137,00
1.04
Rp
Tahun – 2 ( 20114 )
%
(4)
24.713.737.528,03
2.696.992.567,44
22.016.744.960,59
(5)
100
98,20
99,10
Berdasarkan Standart Auntansi ( PP No. 71 Tahun 2010 ) pos – pos pendapatan dan belanja daerah
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 9.1 Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD
Hal -
9
8.3
Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka dibawah ini adalah dikajian berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di Kota Ambon selama 5 tahun terakhir yang bersumber dari
APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
8.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun
Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta
Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat
memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah
melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14
Tahun 2011).
Tabel 9.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kota Ambon dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
(1)
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan
Permukiman ( BANGKIM)
Penataan Bangunan
& Lingkungan ( PBL )
Total
Alokasi Tahun
1 ( 2011 )
(2)
15.037.552.000
7.866.500.000
5.028.263.000
Alokasi Tahun
2 (2012 )
(3)
7.784.986.000
14.362.465.000
1.425.445.000
Alokasi Tahun
3 ( 2013 )
(4)
9.313.818.000
12.022.260.000
9.131.275.000
Alokasi Tahun
4 ( 2014 )
(5)
7.086.000.000
13.575.000.000
3.587.517.000
Alokasi Tahun
5 ( 2015 )
(6)
4.400.000.000
9.759.720.000
22.150.000.000
5.290.181.000
8.528.276.000
1.709.290.000
1.691.992.000
6.883.231.000
33.222.496.000
32.101.172.000
32.176.643.000
25.940.509.000
43.192.951.000
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung
pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana
Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan
sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk
daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan
masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
Khusus dan Kriteria Teknis. Adapun Dana DAK yang dialokasikan ke Kota Ambon lam 5 tahun terakhir
sebagai berikut :
Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota AMBON dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK
(1)
DAK Air Minum
Tahun – 1 (2011)
(2)
Tahun – 2 ( 2012)
(3)
Tahun – 3 (2013)
(4)
Tahun – 4 ( 2014)
(5)
Tahun - 5
(6)
5.873.492.800
583.033.300
1.579.897.000
1.013.189.800
1.983.641.000
951.283.160
904.640.000
5.819.999.950
--1.602.018.900
1.371.290.700
----1.623.046.850
1.088.591.500
1.367.290.000
625.794.000
----2.007.071.000
1.005.128.566
DAK Sanitasi :
- Drainase
- Air Limbah
- Persampahan
Hal -
10
8.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD Kota Ambon
dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kota Ambon memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di Kota Ambon.
Untuk melihat upaya pemerintah Kota Ambon dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya
perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3
tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan
pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Tabel 9.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
dalam 3 Tahun Terakhir
Tahun – 2 ( 2012)
Sektor
Alokasi
(1)
Pengembangan Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman (BANGKIM)
Penataan Bangunan dan
Lingkungan(PBL)
Total
Belanja
APBD
Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
Tahun – 3 ( 2013)
%
Alokasi
Tahun – 4 (2014)
%
Alokasi
%
(4)
2.430.808.320
19.604.587.700
(5)
100
95
(6)
192.527.000
13.584.269.066
(7)
100
90
(8)
173.247.169
19.053.523.690
(9)
100
100
538.056.500
100
281.799.350
90
72.280.000
100
3.076.783.850
100
950.000.000
100
2.235.591.100
100
25.650.236.370
98.75
15.008.595.416
95
21.534.631.959
100
757.731.346.703,11
98,13
839.202.307.572,90
96,38
892.137.006.438,57
91,79
Gambar 9.2 Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
Selain itu, pemerintah Kota Ambon juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan
Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kota Ambon. DDUB ini menunjukan
besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Hal -
11
Tabel 9.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun -1 (2011)
Tahun – 2 ( 2012)
Alokasi APBN
DDUB
Alokasi APBN
DD UB
Sektor
(1)
Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman (BANGKIM)
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan (PBL)
Total
(4)
Tahun – 3 (2013)
Alokasi APBN
DD UB
(5)
(6)
(7)
15.569.000.000
1.800.000.000
4.200.000.000
406.900.000
6.275.000.000
-
8.510.000.000
2.313.818.000
12.670.500.000
1.252.246.850
13.550.000.000
3.623.000.000
5.331.164.000
735.000.000
1.837.225.000
452.649.250
5.698.625.000
1.139.725.000
3.500.000.000
900.000.000
500.000.000
-
1.800.000.000
-
32.910.164.000
5.748.818.000
18.708.225.000
2.111.796.100
27.323.625.000
4.762.725.000
Sektor
(1)
Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman (BANGKIM)
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan (PBL)
Total
Tabel 9.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun – 4 ( 2014)
Tahun – 5 ( 2015 )
Alokasi APBN
DD UB
Alokasi APBN
DD UB
(2)
(3)
(4)
(5)
7.086.000.000
-
4.400.000.000
200.000.000
13.575.000.000
1.189.983.000
9.759.720.000
90.000.000
3.587.517.000
-
22.150.000.000
75.000.000
1.691.992.000
-
6.883.231.000
25.961.170.000
1.189.983.000
43.192.951.000
365.000.000
Hal -
12
8.4
Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya
dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi
perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan
swasta.
8.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap
kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis.
Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta
Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahuntahun sebelumnya.
Tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Persentase
Pertumbuhan
Realisasi
Komponen APBD
(1)
1. PAD
2. DANA PERIMBANGAN
A. DAU
B. DAK
C. DBH
3. Lain-Lain Pendapatan yang Sah
Y-2
( 2012)
(2)
557.942.444.401
497.388.362.000
29.219.550.000
43.506.179.990
129.454.235.131
(3)
65497.285.977
Y0
(2014)
(4)
99.159.577.404
(5)
14,38 %
551.507.941.000
49.531.570.000
35.080.188.442
146.318.931.002
60.627.489.000
45.444.830.000
37.379.517.379
170.307.316.428
4,87 %
11.67 %
3,8 %
7,10 %
Y-1 (2013)
Tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen APBD
1.
2.
3.
PAD
DANA PERIMBANGAN
A. DAU
B. DAK
C. C. DBH
Lain-Lain Pendapatan yang
Sah
Y1
(2015)
(6)
113.414.643.207
Y2
(2016)
(7)
129.719.000.732
Proyeksi
Y3
(2017)
(8)
148.367.253.777
Y4
(2018)
(9)
169.696.358.045
Y5
(2019)
(10)
194.091.709.596
630.936.388.133
50.750.137.487
38.826.960.306
661.673.100.297
56.674.795.680
40.330.452.405
693.907.182.865
56.674.795.680
40.330.452.405
727.711.581.769
70.679.821.343
43.514.349.710
763.162.796.579
78.931.105.051
45.199.351.072
182.394.847.781
195.340.289.512
195.340.289.512
224.052.785.910
239.954.892.356
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis
Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah
dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan
untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke
depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun
rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Hal -
13
NPS Kota Ambon Tahun 2014 :
Rp 953.918.577.404,41 – ( Rp 892.137.006.438,57 + Rp 24.713.737.528,03
Rp 953.918.577.404,41 – Rp 916.850.743.966,60
NPS Rp 37.067.833.437,81
Jika rata – rata kenaikan Pendapatan daerah dari tahun 2010 sampai 2014 adalah 11,61 %, maka
proyeksi NPS 5 tahun ke depan sbb :
Tabel 9.9 Proyeksi Net Public Saving dalam 5 Tahun ke Depan
Proyeksi
Komponen
APBD
(1)
NPS
Y0
(2014)
Y2
(2016)
Y3
(2017)
Y4
(2018)
Y5
(2019)
(2)
37.067.833.473,81
(3)
40.774.616.817.591
(8)
45.508.549.830.113
(9)
50.792.092.465.389
(10)
56.689.054.400.620
Hal -
14
ASPEK PEMBIAYAAN
8.1
Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan
perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan
hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan
Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri
dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH
ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan
untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.
Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk
bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada
daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian
sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah
meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta
Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar
negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda
wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun
sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
Hal -
1
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri
atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.
Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah
infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri
dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan
termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan
dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
Tingkat kerawanan air minum.
b. b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan,
dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk
program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang
dengan kriteria teknis:
kerawanan sanitasi;
cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian
Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam
menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja
berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu.
Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada
RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam
rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan
peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat
provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya
yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan
skala provinsi/regional.
3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintahkabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman
dengan skala kabupaten/kota.
4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS),
maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
Hal -
2
6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh
karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal
dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
8.2
Profil APBD Kota Ambon
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kota Ambon selama 5 tahun terakhir dengan sumber data
berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan
format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan
Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Tabel 9.1, 9.2, 9.3 menunjukan perkembangan APBD dalam 5 tahun terakhir.
8.2.1 Pendapatan Daerah
Tahapan penganggaran merupakan tahapan penting dalam penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh karenanya pengelolaag
anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan
yang sudah disusun. Sehubungan dengan itu, pengelolaan pendapatan daerah harus dilakukan secara
cermat, tepat dan hati-hati. Perencanaan pendapatan daerah merupakan proses penting dalam
penentuan besarnya alokasi anggaran yang akan dimanfaatkan untuk membiayai program kegiatan.
Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai upaya untuk memaksimalkan potensi pendapatan yang ada
disamping terus menggali potensi yang selama ini belum tersentuh. Pada tabel 11.1 di bawah ini dapat
dilihat rata – rata kenaikan Pendapatan daerah tiap tahun yaitu : 12,17 % di mana pada tahun 2011
naik 19,02 %, tahun 2012 naik 7,90%, tahun 2013 naik 10,66% dan tahun 2014 naik 11, 11 %
Hal -
3
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( 2010 – 2012 )
PENDAPATAN DAERAH
Tahun – 1 (2010)
Rp
(1)
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.1.1 Pajak Daerah
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
1.2.
DANA PERIMBANGAN
PEMERINTAH PUSAT
/
TRANSFER
DARI
Rp
%
(2)
I. PENDAPATAN DAERAH
Tahun – 3 (2012)
Tahun – 2 (2011)
Rp
%
(3)
(5)
%
(6)
(7)
564.872.992.693,68
98,57
697.592.896.440,43
98,05
757.511.271.527,74
100.87
35.256.192.162,68
82,22
54.252.535.083,43
102,58
57.942.444.406,74
88,51
18.394.788.491,40
13.846.985.721,83
309.523.803,00
2.704.894.146,45
76,47
89,90
147,73
84,19
32.933.756.060,20
16.797.815.441,03
281.524.139,00
4.239.439.443,20
104,24
99,85
90,95
101,90
39.300.312.509,80
16.459.759.234,00
437.705.403,00
98,48
73.23
100
438.339.425.629,00
101,29
479.967.392.990,00
98,76
1.744.667.259,94
101.32
44.218.948.629,00
365.671.477.000,00
28.449.000.000,00
114,51
100
100
32.109.598.990,00
411.137.994.000,00
36.719.800.000,00
21.551.190.425,00
84,16
78,02
99,99
84,15
43.506.179.990,00
497.388.682.000,00
29.219.550.000,00
120.60
100
100
1.3 LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
91.277.374.902,00
93,65
163.372.968.367,00
94,66
129.454.235.131,00
105,40
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
36.517.959.132,00
18.803.050.875,00
94,02
8.678.371.000,00
18.833.758.007,00
80,36
25.305.178.671,00
97,58
135.860.839.360,00
100
91.752.437.000,00
12.396.619.460,00
101,194
604,45
697.592.896.440,43
98,05
757.511.271.527,74
100,87
1.2.1 Dana Bagi Hasil pajak/ Bukan Pajak
1.2.2 Dana Alokasi Umum (DAU)
1.2.3 Dana Alokasi Khusus ( DAK )
1.2.4 Bagi Hasil Pajak
1.3.6
Pendapatan Hibah
Dana darurat
Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
87,04
35.150.796.900,00
805.567.995,00
72,63
98,57
JUMLAH PENDAPATAN
564.872.992,693,68
Hal -
4
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2013 dan 2014 )
PENDAPATAN DAERAH
Rp
(2)
(1)
I.
Tahun – 1 (2013)
PENDAPATAN DAERAH
%
(3)
Tahun – 2 (2014)
Rp
(4)
%
(5)
847.935.916.421,14
98,03
953.918.577.404,41
100,41
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
65.497.285.977,14
87,40
99.159.424.597,41
121,57
1.1.1 Pajak Daerah
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang dipisahkan
1.1.4Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
44.982.645.424,00
17.798.890.665,00
525.035.726,00
104,48
63,74
86,21
62.895.216.195,00
1.260.730.456,00
104,23
76,45
2.190.724.162,14
65,32
6.943.149.460,41
1.2. DANA PERIMBANGAN
636.119.699.442,00
99,84
684.451.836.379,00
1.1.5 Dana Bagi Hasil pajak/ Bukan Pajak
1.1.6 Dana Alokasi Umum (DAU)
1.1.7 Dana Alokasi Khusus ( DAK )
35.080.188.442,00
551.507.941.000,00
49.531.570.000,00
97,25
100
100
37.379.517.379,00
601.627.489.000,00
45.444.830.000,00
1.2 LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
146.318.931.002,00
95,67
170.307.316.428,00
27.052.373.062,00
104,32
99,31
-
154,04
101,11
25,07
100
100
88,95
1.2.4 Pendapatan Hibah
1.2.5 Dana darurat
1.2.6 Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya
1.2.7 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
1.2.8 Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya
1.2.9 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
JUMLAH PENDAPATAN
117.997.096.000,00
1.269.461.940,00
111,60
847.935.916.421,14
98,03
112,20
29.096.877.428,00
91,56
134.394.671.000,00
6.815.768.000,00
39,71
953.918.577.404,41
100,41
Hal -
5
8.2.2 Belanja Daerah
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kota Ambon yang terdiri atas Urusan Wajib dan Urusan Pilihan serta urusan
yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Besaran belaanja daerah yang dianggarkan ditentukan berlandaskan prinsip
disiplin anggaran , yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber
pendapatan sesuai dengan potensi daera, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran
selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan prinsip efektifitas
anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala
prioritas. Perkembengan Belanja ada Pemerintah Kota Ambon dapat dilihat pada tabel 11.2. rata – rata
perkembangan belanja daerah lima tahun terakhir ( 2010 – 2014 ) sebesar 11,61 % dengan kenaikan
sbb : tahun 2011 naik 18,51%, tahun 2012 naik 16,60%, tahun 2013 naik 5,41% dan tahun 2014 naik
11,61%.
Hal -
6
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2010 – 2012 )
BELANJA DAERAH
Tahun – 1 (2010 )
Rp
Tahun – 2 ( 2011)
Rp
%
Tahun – 3 ( 2012)
Rp
%
(1)
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
- Belanja Pegawai
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
- Belanja Bantuan keuangan
Kepada Pemerintah Desa
(2)
514.924.196.452
398.328.878.876
384.361.017.583,00
2.522.222.221,98
2.124.902.854,00
1.684.878.000,00
2.714.701.225,00
3.764.099.992,00
(3)
94,20
98,07
98,93
50,31
86,28
88,14
81.98
(4)
631.942.174.020,90
459.927.777.537,90
436.857.348.926,00
345.555.555,66
15.767.922.263,00
4.358.599.182,00
2.009.433.654,00
- Belanja Tidak terduga
BELANJA LANGSUNG
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Modal
JUMLAH BELANJA DAERAH
1.157.057.000,00
116.595.317.576
5.987.497.323,00
41.611.978.315
68.995.841.938,00
514.924.196.451,98
89.00
83,02
88.87
92.34
77.84
94,20
588.917.957,24
172.014.396.483
12.522.930.675,00
64.156.622.541,00
95.334.843.267,00
631.942.174.020,90
(5)
%
98,05
91,48
94,52
100
80,88
58,05
42,31
(6)
757.731.346.703,11
641.770.770.271,96
514.781.827.758,15
781.645.090,81
100.000.000,00
6.974.658.535,00
3.289.480.480,00
3.482.200.000,00
7,01
82,26
93.10
83,38
80,31
88,77
4.494.569.442,00
223.826.965.397,00
16.691.166.570,00
95.669.791.838,00
111.466.006.989,00
757.731.346.703,11
(7)
98.13
98,13
99,18
111.16
81.04
93,56
98,19
90,70
99,88
96
96.22
99,98
92.80
98,13
Hal -
7
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( Tahun 2013– 2014)
BELANJA DAERAH
Tahun – 1 (2013)
Rp
(1)
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
- Belanja Pegawai
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan keuangan Kepada
Pemerintah Desa
- Belanja Tidak terduga
BELANJA LANGSUNG
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Modal
JUMLAH BELANJA DAERAH
Tahun – 2 ( 20114 )
Rp
%
(2)
839.202.307.572,90
572.846.595.019,00
551.943.338.463,00
100.000.000,00
9.413.300.689,00
3.903.149.425,00
2,062.310.000,00
5.424.496.442,00
266.355.712.553,90
15.206.990.198,00
131.880.467.884,34
119.268.254.471,56
839.202.307.572,90
(3)
%
96,38
95,84
96,20
81,04
84,25
98,63
93,74
(4)
892.137.006.438,57
598.918.962.591,57
577.923.729.364,57
100.000.000,00
13.899.921.077,00
2.332.315.250,00
2.486.055.800,00
83,45
97,54
87,87
99,65
96,64
96,39
2.486.055.800,00
293.218.043.847,00
20.096.142.412,00
143.131.508.070,00
129.990.393.365,00
892.137.006.438,57
(5)
91,79
97,01
97,12
81,04
96,73
81,84
99,44
99,44
82,71
81,00
90,25
75,96
91,79
Hal -
8
8.2.3 Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan pembiayaan yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun – tahun anggaran
berikutnya, serta pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun – tahun anggaran berikutnya.
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
( 2010 – 2012 )
PEMBIAYAAN DAERAH
Tahun – 1 (2010 )
%
(2)
(3)
7.760.252.558,00
106,33
47.509.159.292,00
99,93
( 39.748.906.734,24)
98,77
Rp
(1)
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
PEMBIAYAAN NETTO
Tahun – 2 ( 2011)
%
(4)
(5)
28.050.000,00
0,12
27.834.405.445,92
84.05
( 27.806.355.445,92 )
289,65
Rp
Tahun – 3 ( 2012)
%
(6)
22.932.732.077,14
12.862.430.631,00
10.070.301.446,13
Rp
(7)
67.12
99,21
1.04
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah
( Tahun 2013– 2014)
PEMBIAYAAN DAERAH
Rp
(1)
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
PEMBIAYAAN NETTO
Tahun – 1 (2013)
%
(2)
(3)
10.751.905.137,00
67.12
5.000.000.000,00
100
5.751.905.137,00
1.04
Rp
Tahun – 2 ( 20114 )
%
(4)
24.713.737.528,03
2.696.992.567,44
22.016.744.960,59
(5)
100
98,20
99,10
Berdasarkan Standart Auntansi ( PP No. 71 Tahun 2010 ) pos – pos pendapatan dan belanja daerah
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 9.1 Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD
Hal -
9
8.3
Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka dibawah ini adalah dikajian berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di Kota Ambon selama 5 tahun terakhir yang bersumber dari
APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
8.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun
Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta
Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat
memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah
melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14
Tahun 2011).
Tabel 9.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kota Ambon dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
(1)
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan
Permukiman ( BANGKIM)
Penataan Bangunan
& Lingkungan ( PBL )
Total
Alokasi Tahun
1 ( 2011 )
(2)
15.037.552.000
7.866.500.000
5.028.263.000
Alokasi Tahun
2 (2012 )
(3)
7.784.986.000
14.362.465.000
1.425.445.000
Alokasi Tahun
3 ( 2013 )
(4)
9.313.818.000
12.022.260.000
9.131.275.000
Alokasi Tahun
4 ( 2014 )
(5)
7.086.000.000
13.575.000.000
3.587.517.000
Alokasi Tahun
5 ( 2015 )
(6)
4.400.000.000
9.759.720.000
22.150.000.000
5.290.181.000
8.528.276.000
1.709.290.000
1.691.992.000
6.883.231.000
33.222.496.000
32.101.172.000
32.176.643.000
25.940.509.000
43.192.951.000
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung
pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana
Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan
sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk
daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan
masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
Khusus dan Kriteria Teknis. Adapun Dana DAK yang dialokasikan ke Kota Ambon lam 5 tahun terakhir
sebagai berikut :
Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota AMBON dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK
(1)
DAK Air Minum
Tahun – 1 (2011)
(2)
Tahun – 2 ( 2012)
(3)
Tahun – 3 (2013)
(4)
Tahun – 4 ( 2014)
(5)
Tahun - 5
(6)
5.873.492.800
583.033.300
1.579.897.000
1.013.189.800
1.983.641.000
951.283.160
904.640.000
5.819.999.950
--1.602.018.900
1.371.290.700
----1.623.046.850
1.088.591.500
1.367.290.000
625.794.000
----2.007.071.000
1.005.128.566
DAK Sanitasi :
- Drainase
- Air Limbah
- Persampahan
Hal -
10
8.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD Kota Ambon
dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kota Ambon memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di Kota Ambon.
Untuk melihat upaya pemerintah Kota Ambon dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya
perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3
tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan
pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Tabel 9.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
dalam 3 Tahun Terakhir
Tahun – 2 ( 2012)
Sektor
Alokasi
(1)
Pengembangan Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman (BANGKIM)
Penataan Bangunan dan
Lingkungan(PBL)
Total
Belanja
APBD
Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
Tahun – 3 ( 2013)
%
Alokasi
Tahun – 4 (2014)
%
Alokasi
%
(4)
2.430.808.320
19.604.587.700
(5)
100
95
(6)
192.527.000
13.584.269.066
(7)
100
90
(8)
173.247.169
19.053.523.690
(9)
100
100
538.056.500
100
281.799.350
90
72.280.000
100
3.076.783.850
100
950.000.000
100
2.235.591.100
100
25.650.236.370
98.75
15.008.595.416
95
21.534.631.959
100
757.731.346.703,11
98,13
839.202.307.572,90
96,38
892.137.006.438,57
91,79
Gambar 9.2 Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
Selain itu, pemerintah Kota Ambon juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan
Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kota Ambon. DDUB ini menunjukan
besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Hal -
11
Tabel 9.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun -1 (2011)
Tahun – 2 ( 2012)
Alokasi APBN
DDUB
Alokasi APBN
DD UB
Sektor
(1)
Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman (BANGKIM)
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan (PBL)
Total
(4)
Tahun – 3 (2013)
Alokasi APBN
DD UB
(5)
(6)
(7)
15.569.000.000
1.800.000.000
4.200.000.000
406.900.000
6.275.000.000
-
8.510.000.000
2.313.818.000
12.670.500.000
1.252.246.850
13.550.000.000
3.623.000.000
5.331.164.000
735.000.000
1.837.225.000
452.649.250
5.698.625.000
1.139.725.000
3.500.000.000
900.000.000
500.000.000
-
1.800.000.000
-
32.910.164.000
5.748.818.000
18.708.225.000
2.111.796.100
27.323.625.000
4.762.725.000
Sektor
(1)
Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman (BANGKIM)
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan (PBL)
Total
Tabel 9.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun – 4 ( 2014)
Tahun – 5 ( 2015 )
Alokasi APBN
DD UB
Alokasi APBN
DD UB
(2)
(3)
(4)
(5)
7.086.000.000
-
4.400.000.000
200.000.000
13.575.000.000
1.189.983.000
9.759.720.000
90.000.000
3.587.517.000
-
22.150.000.000
75.000.000
1.691.992.000
-
6.883.231.000
25.961.170.000
1.189.983.000
43.192.951.000
365.000.000
Hal -
12
8.4
Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya
dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi
perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan
swasta.
8.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap
kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis.
Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta
Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahuntahun sebelumnya.
Tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Persentase
Pertumbuhan
Realisasi
Komponen APBD
(1)
1. PAD
2. DANA PERIMBANGAN
A. DAU
B. DAK
C. DBH
3. Lain-Lain Pendapatan yang Sah
Y-2
( 2012)
(2)
557.942.444.401
497.388.362.000
29.219.550.000
43.506.179.990
129.454.235.131
(3)
65497.285.977
Y0
(2014)
(4)
99.159.577.404
(5)
14,38 %
551.507.941.000
49.531.570.000
35.080.188.442
146.318.931.002
60.627.489.000
45.444.830.000
37.379.517.379
170.307.316.428
4,87 %
11.67 %
3,8 %
7,10 %
Y-1 (2013)
Tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen APBD
1.
2.
3.
PAD
DANA PERIMBANGAN
A. DAU
B. DAK
C. C. DBH
Lain-Lain Pendapatan yang
Sah
Y1
(2015)
(6)
113.414.643.207
Y2
(2016)
(7)
129.719.000.732
Proyeksi
Y3
(2017)
(8)
148.367.253.777
Y4
(2018)
(9)
169.696.358.045
Y5
(2019)
(10)
194.091.709.596
630.936.388.133
50.750.137.487
38.826.960.306
661.673.100.297
56.674.795.680
40.330.452.405
693.907.182.865
56.674.795.680
40.330.452.405
727.711.581.769
70.679.821.343
43.514.349.710
763.162.796.579
78.931.105.051
45.199.351.072
182.394.847.781
195.340.289.512
195.340.289.512
224.052.785.910
239.954.892.356
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis
Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah
dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan
untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke
depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun
rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Hal -
13
NPS Kota Ambon Tahun 2014 :
Rp 953.918.577.404,41 – ( Rp 892.137.006.438,57 + Rp 24.713.737.528,03
Rp 953.918.577.404,41 – Rp 916.850.743.966,60
NPS Rp 37.067.833.437,81
Jika rata – rata kenaikan Pendapatan daerah dari tahun 2010 sampai 2014 adalah 11,61 %, maka
proyeksi NPS 5 tahun ke depan sbb :
Tabel 9.9 Proyeksi Net Public Saving dalam 5 Tahun ke Depan
Proyeksi
Komponen
APBD
(1)
NPS
Y0
(2014)
Y2
(2016)
Y3
(2017)
Y4
(2018)
Y5
(2019)
(2)
37.067.833.473,81
(3)
40.774.616.817.591
(8)
45.508.549.830.113
(9)
50.792.092.465.389
(10)
56.689.054.400.620
Hal -
14