SKRIPSI DUKHUL SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN IKRAR TALAK Studi Komparasi Antara Kitab Fathkul Mu’in Dan Putusan Pengadilan Agama Salatiga No. 0880Pdt.G2012PA.SAL

  

SKRIPSI

DUKHUL SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN IKRAR TALAK

Studi Komparasi Antara Kitab Fathkul Mu’in Dan Putusan

  

Pengadilan Agama Salatiga No. 0880/Pdt.G/2012/PA.SAL

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah

  

Oleh

SITI AFAH

21109025

JURUSAN

  SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

  

SALATIGA

2014

  

SKRIPSI

DUKHUL SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN IKRAR TALAK STUDI

KOMPARASI ANTARA KITAB FATKHUL MU’IN DENGAN PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA NO.0880/P.dt.G/PA.SAL

  

DI SUSUN OLEH

SITI AFAH

NIM: 21109025

  Telah dipertahankan di depan Dewan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Hukum Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 5

  Maret 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.ag __________________ Sekretaris Penguji : Ilyya, S.Hi., M.Si __________________ Penguji I : Badwan, M.ag __________________ Penguji II : Evi Ariani, M.H __________________ Penguji III : Farkhani, S.Hi., S.H., M.H __________________

  Salatiga, 11 Maret 2014 Ketua STAIN Salatiga

  Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 19830 3 1002

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama : Siti Afah NIM : 21109025 Jurusan : Syari‟ah Program Studi : Ahwal al-Syakhsiyyah Judul :DUKHUL SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN IKRAR

  TALAK STUDI KOMPARASI ANTARA KITAB

FATKHUL MU‟IN DENGAN PUTUSAN

  PENGADILAN AGAMA NO 0880/P.dtG/2012/PA.SAL Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan

  Salatiga, 7 Januari 2014 Farkhani, SH., M.H

  NIP. 197605242006041002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Siti Afah NIM : 21109025 Jurusan : Syari‟ah Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 7 Januari 2014 Yang menyatakan

  Siti Afah

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

...SEGALA SESUATU ADALAH MEYAKINI DAN BERPASRAH

DIRI KEPADA ALLAH LALU BERSYUKUR DAN

MENCINTAINYA,,,INSYAALLAH KEBERHASILAN DUNIA AKAN

MENGIKUTI...

  PERSEMBAHAN 1.

  Untuk orang tuaku Rita Cahyani dan Sutiman Ahmad Basri yang senatiasa mendoakan dan membimbingku dengan kasih sayangnya.

2. Untuk Abahku, Abah Haris As‟ad Nasution Fatkhurrohman, Ibunda Nyai

  Fatikhah Ulfah Imam Fauzi, dan Ibunda Nyai Khusnul Khalimah terimakasih atas segenap do‟a yang selalu tercurahkan dalam setiap permohonan.

  3. Untuk Dosen pembimbingku Bapak Farkhani yang memberikan masukan- masukan yang bermanfaat sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mudah dan membahagiakan.

  4. Untuk segenap Dosen Syari‟ah yang memberikan pemahaman dan pengajaran yang sangat bermanfaat, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah Swt.

  5. Untuk guru-guruku yang mengajar dari aku kecil, terimakasih atas do‟anya sehingga bisa seperti ini.

  6. Untuk adikku (Siti Hasimah) yang selalu “menganggu” . Walaupun kamu sebandel-bandelnya orang dan sengejengkelinnya, terimakasih untuk kasih sayangmu yang tulus.

  7. Untuk temen-temenku AHS angkatan 2009 yang tentunya tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas keceriaan dan kebahagiaan selama kita belajar bersama.

  8. Untuk ustadz-ustadzahku dan temen-temenku di Pon-Pes Al-Manar terima kasih yang tak terkira, kalian mengajarkanku tentang arti kebersamaan dan tanggung jawab.

  9. Untuk temen-temenku seangkatan di Pon-Pes yang mewarnai hari-hariku di Pondok, Mbak Jariati (No‟e), Mbak Atik Zakiah (Jakiyem), Mbak Muntahanik (Hoonek), Mbak Sa‟diyah (Yamna‟u), dan temen-temen lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya terimakasih atas warna kebahagiaan dan keceriaan serta kebaikan yang kalian berikan kepadaku dengan tulus.

  10. Untuk Kang Gunawan, terimakasih telah menolong dan membantu dalam mangartikan serta menjelaskan Kitab Fatkhul Mu‟in. Terimakasih telah meluangkan waktunya.

  11. Untuk orang-orang yang mengasihiku dan mencintaiku dengan tulusnya, terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Sahalawat dan salam semoga tetap tercurhkan pada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa sinantikan syafa‟atnya di Yaumul Qiyamah nanti.

  Penyusunan skripai degan judul “DUKHUL SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN IKRAR TALAK STUDI KOMPARASI ANATARA KITAB FATKHUL MU‟IN DENGAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NO 0880/P.dtG/2012/PA.SAL” adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik Sarjana Syari‟ah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga.

  Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga.

  2. Drs. Mubasirun, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Syari‟ah.

  3. Ilyya Muhsin, S.HI, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ahwal Al- Syakhsiyyah.

  4. Farkhani, S.HI., S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya guna memberikan bimbingan dan arahan.

  5. Dr. H. Machmud, SH selaku Hakim Pengadilan Agama Salatiga.

  6. Segenap Staf Pengadilan Agama Salatiga yang telah bersedia membantu dan berpartisipasi selama proses penelitian.

  7. Bapak Ibu Dosen STAIN, khususnya Dosen Jurusan Syari‟ah.

  8. Orang tuaku, Guru-guruku serta sahabat-sahabatku tercinta yang selalu mendoakan dan memotifasi dengan ikhlas.

  9. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan hingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Selanjutnya penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik dan saran yanng bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhhirnya penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya.

  Salatiga, 4 Januari 2014 Penulis,

  

ABSTRAK

  Afah, Siti. 2014. Dukhul Sebagai Alasan Pembatalan Ikrar Talak Studi

  Komparasi Antara Kitab Fatkhul Mu‟in dengan Putusan Pengadilan Agama Salatiga No 0880/P.dtG/2012/PA.SAL . Program Studi Ahwal Al- Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Farkhani, S.Hi., S.H., M.H.

  Kata kunci: Komparasi

  , Putusan Pengadilan Agama, Fatkhul Mu‟in, dukhul Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk mengetahui sejauh mana pemikiran hakim dalam memutuskan perkara No 0880/P.dtG/2012/PA.SAL serta membandingkan pemikiran tersebut dengan kitab Fatkhul Mu‟in. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana kajian teori kitab Fatkhul Mu‟in dalam pembatalan ikrar talak karena ba‟dha dukhul dan dasar Pengadilan Agama Salatiga dalam perkara No 0880/P.dtG/2012/PA.SAL tentang

  

dukhul sebagai alasan pembatan ikrar talak?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut

maka penelitian ini menggunakan metode pendekatan komparasi.

  Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa dukhul sebagai alasan pambatalan ikrar talak di tinjau dari pemikiran hakim adalah sesuai pendapat hukum atau aturan hukum yang berlaku, untuk penetapannya adalah dengan an alisis pemikiran hakim tersebut. Sedangkan dalam kitab Fatkhul mu‟in, dukhul sebagai alasan pembatalan ikrar talak adalah dilarang. namun di perbolehkan dengan memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, bagi perempuan yang haid, maka dapat jatuh talaknya dengan syarat perempuan itu (isteri) yang meminta untuk bercerai (keinginan kuat/kukuh dari isteri) dan isteri harus memberikan

  

iwadh (berupa harta) kepada suami yang bersumber dari dirinya sendiri, jika tidak

  bersumber dari dirinya sendiri maka dihukumi haram. Kedua, bagi perempuan yang

  ba‟dha dukhul (pada saat suci ia dikumpuli/jimak), adalah diperbolehkan

  adanya ikrar talak dengan ketentuan syarat bahwa perempuan tersebut tidak memungkinkan untuk hamil lagi atau masih anak- anak. Maka talak bid‟iy diperbolehkan.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. v MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi KATA PENGANTAR .................................................................................... viii HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Penegasan Istilah ................................................................................. 7 C. Rumusan Masalah ............................................................................... 8 D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8 E. Kegunaan Penelitian............................................................................. 9 F. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10 G. Kerangka Teori .................................................................................... 13 H. Metode Penelitian ................................................................................ 15 I. Sistematika Penulisan .......................................................................... 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DUKHUL A. Pengertian Dukhul ............................................................................... 20 a. Dukhhul yang halal ....................................................................... 20 b. Dukhul yang haram ....................................................................... 22

  B.

  Tata Cara Dukhul ................................................................................ 23 a.

  Membaca basmalah dan do‟a ........................................................ 23 b.

  Melakukan perangsangan ............................................................... 24 c. Dengan cara yang lembut dan suami tidak tergesa-gesa ............... 25 d.

  Hanya berdua saja ......................................................................... 26 e. Lepaskan semua pakaian yang menutupi ...................................... 27 C. Posisi Dalam Bersenggama (Dukhul) ................................................ 28 D.

  Waktu Yang Tepat Untuk Dukhul ....................................................... 31 E. Larangan-larangan Dalam Dukhul ...................................................... 35 F. Manfaan Dukhul .................................................................................. 42

  BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TALAK DALAM KITAB FATKHUL MU’IN A. Pengertian Talak .................................................................................. 44 B. Hukum Talak ........................................................................................ 45 C. Macam-macam Talak .......................................................................... 47 D. Syarat Dan Rukun Tala ....................................................................... 56 E. Saksi Dalam Ikrar Talak ...................................................................... 58 F. Sighat Talak ......................................................................................... 59 G. Bilangan Talak .................................................................................... 60 H. Sebab-sebab Ikrar Talak Di Kategorikan Sah ..................................... 61 I. Talak Yang Di Hukumi Tidak Sah ...................................................... 62 J. Penggantungan Talak .......................................................................... 62 K. Hikmah Talak ...................................................................................... 63

  BAB IV KOMPARASI ANATARA DASAR PEMIKIRAN HAKIM NO 0880/P.dtG/2012/PA.SAL DENGAN KITAB FATKHUL MU’IN

TENTANG PEMBATALAN TALAK BA’DHA DUKHUL

A. Dasar Pemikiran Hakim Dalam Putusan No 0880/P.dtG/2012/ PA.SAL ............................................................................................... 64 B. Dukhul Sebagai Alasan Pembatalan Talak Menurut Kitab Fatkhul Mu‟in ...................................................................................... 68 C. Persamaan Putusan Pengadilan Agama No 0880/P.dtG/2012/ PA.SAL Dengan Kitab Fatkhul Mu‟in ................................................ 75 D. Perbedaan Putusan Pengadilan Agama No 0880/P.dtG/2012/ PA.SAL Dengan Kitab Fatkhul Mu‟in ............................................... 75 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN .................................................................................. 77 B. SARAN .............................................................................................. 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dukhul berasal dari kata bahasa arab yaitu (

  ًخد ) yang mempunyai arti “masuk” (Alkalali,1995:338). Secara istilah dukhul mempunyai makna, yaitu bertemunya penis laki-laki ke dalam vagina perempuan (Kan‟an, 2007: 97). Dukhul merupakan suatu hal yang bersifat alamiah yang ada pada diri manusia dan merupakan suatu kenikmatan yang diberikan Allah kepada mahluknya. Di dalam perkawinan kewajiban seorang suami adalah memberi nafkah lahir dan batin kepada isteri dan itu merupakan suatu hal yang wajib di penuhi. Begitu pula isteri, isteri mempunyai kewajiban harus mentaati perintah suami dalam keadaan apapun. selama perintah yang diberikan oleh suami tidak bertentangan dengan syari‟at islam.

  Aturan Islam bersifat jelas. Disebutkan bahwasannya seorang istreri tidak boleh menolak hubungan dukhul tanpa adanya alasan yang dibenarkan, ketika suaminya meminta. Karena ada sebuah hadis dari Ibnu Umar: “seorang wanita datang kepada Nabi SAW., ia berkata “Ya Rasullullah, apa kewajiban isteri terhadap suami?” Rasullullah menjawab: jika seorang suami mengajak hubungan seksual, janganlah menolak meskipun seorang isteri tersebut di atas pelana (kendaraan) (Asymuni, 2005:123).

  Dalam perkawinan dukhul dapat dikatakan sebagai suatu yang mempererat hubungan suami isteri baik secara batin maupun lahiriyah.

  Hak-hak tersebut tidak hanya melekat pada diri isteri yang harus tunduk dan patuh terhadap suami namun hal tersebut juga merupakan tanggung jawab suami. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa bagaimanapun juga

  

dukhul diibaratkan seperti makanan pokok yang harus dilakukan oleh

suami isteri.

  Apabila dalam rumah tangga tersebut sewaktu-waktu menghadapi prahara rumah tangga dan di situ suami tidak mengambil sikap yang tegas, maka dukhul bisa menjadi persoalan lain yang mengganggu suasana rumah tangga tersebut. Dan karena tidak dapat mengungkapkan hasrat keinginan keduanya sebab rasa gengsi yang berkepanjangan, tentu saja hal tersebut berdampak pada kerukunan. Yang semula akur menjadi tidak akur, yang semula merasa nyaman menjadi tidak nyaman. Tentu saja sudah tidak ada rasa kecocokan lagi diantara mereka. Sehingga kebanyakan mereka memilih jalur perceraian.

  Pengadilan Agama merupakan salah satu lembaga yang mempunyai kewenangan mutlak dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam rumah tangga masyarakat Indonesia yang beragama islam. Di Indonesia ketentuan yang berkenaan dengan perkawinan telah diatur dalam peraturan perundang-undangan negara yang khusus berlaku bagi warga negara Indonesia. Aturan perkawinan yang dimaksud adalah dalam bentuk Undang-undang yaitu Undang-Undang No. 1 tahun 1974 dan peraturan pelaksanaannya dalam bentuk peraturan pemerintah No.9 tahun 1975. Undang-undang ini merupakan hukum materil dari perkawinan, sedang hukum formalnya ditetapkan dalam UU No. 7 tahun 1989.

  Sedangkan sebagai aturan pelengkap yang akan menjadi pedoman bagi hakim di Lembaga Peradilan Agama adalah Kompilasi Hukum Islam di Indonesia yang telah ditetapkan dan disebar luaskan melalui instruksi presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam ( Syarifuddin, 2006:1 ).

  Dalam Alqur‟an dan Hadis, perkawinan disebut dengan an-nikh (

  . Secara harfiah, pernikahan )ٗد٠ضٌا جاٚضٌا جاٚضٌا( - ذبىٌٕا) dan az-ziwj/az-zijah - dalam literatul fiqh arab dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Quran dan Hadist Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam al-Q u‟ran dengan arti kawin, seperti dalam surat an-Nisa‟ ayat : 3

  َْٕٝثَِ ِءآَغٌِّٕا َِِّٓ ُُىٌَ َةبَغبَِ اُٛسِىٔبَف َِٝبَزَ١ٌْا ِٟف اُٛطِغْمُرَّ َلَّأ ُُْزْف ِخ ِْْإ َٚ

ًحَذ ِزا ََٛف اٌُِٛذْعَرَّلََأ ُُْزْف ِخ ِْْئَف َعبَثُسَٚ َسَلاُث َٚ

”Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka

kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga atau

empat orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu

orang

  ”.

  Pernikahan itu sendiri dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 2, merumuskannya sebagai berikut: “perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

  Dalam kehidupan sehari-hari seeorang istri dan suami umumnya hidup tidak selalu penuh dengan ketentraman. Kadang kala terjadi prahara dalam rumah tangga tersebut, terjadi suatu perbedaan prinsip yang tidak difahami oleh keduanya, jika kedua belah pihak tidak saling memahami dan bersikeras bahwa mereka masing-masing mempunyai pendapat yang benar maka yang terjadi umumnya adalah mereka memilih jalan alternatif yaitu perceraian.

  Meskipun tujuan dari perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (sakinah) yang kekal, namun perjalanan dan fakta sejarah menunjukkan bahwa tidak semua perkawinan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya; mengingat kenyataan menunjukkan bahwa teramat banyak pasangan suami istri yang perkawinannya “terpaksa” harus berakhir di tengah jalan (Summa, 2005:101). Dalam agama Islam itu, dikenal istilah talak yang mempunyai arti “melepaskan tali”, sedang menurut syara‟, melepaskan ikatan aqad nikah dengan lafadz seperti akan dikem ukakan (As‟ad, 1979:135). Dalam Hadis talak didefinisikan sebagai suatu perbuatan halal namun dibenci oleh Allah SWT. Seperti dalam Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa Nabi SAW bersabda:

  • ٗخبِ ٓثاٚ دٚادٛثأ ٖ اٚس

  َصَلى اللهُ عَلَيْه ِالله ُي ُْٛعَس َيبَل َيبَل ْشَُّع ِْٓثا َْٓع ُقَلاطٌَا َُٛ٘ ِالله َذِْٕع ِي َلاَسٌَْا ُطَغْثَأ ََْ ِ َْ َ ُ

  

“perbuatan halal namun di benci allah adalah talak” (H.R. Abu Dawud

dan Ibnu Majah )

  Meskipun tidak ada ayat Al- Qur‟an yang menyuruh atau melarang melakukan talak yang mengandung arti hukumnya mubah, namun talak itu termasuk perbuatan yang tidak disenangi oleh Nabi. Hal itu mengandung arti perceraian itu hukumnya makruh. (Syarifuddin, 2006:200)

  Dengan melihat beberapa alasan-alasan yang mendasari jatuhnya talak dan dilihat dari kemudharatannya maka hukum talak itu ada empat perkara: 1.

  Wajib, yaitu apabila terjadi perselisihan antara dua suami istri, sedang dua hakim yang mengurus perkara keduanya, sudah memandang perlu supaya keduanya bercerai.

  2. Sunnat, apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya (nafkahnya) dengan cukup, atau perempuan tidak menjaga kehormatan dirinya.

  3. Haram (bid‟ah), dalam dua keadaan: pertama menjatuhkan talak dalam keadaan istri sedang haidh, kedua; menjatuhkan talak sewaktu suci yang telah di campurinya dalam waktu suci tersebut.

  4. Makruh, hukum asal dari pada talak yang telah dijelaskan diatas (Rasjid, 1954:380).

  Dari penjelasan diatas mengenai beberapa hukum talak yang telah diuraikan, maka penulis termotifasi untuk meneliti kasus di Pengadilan Agama yang berkaitan tentang talak yang dijatuhkan suami kepada istri sewaktu suci yang telah dicampurinya (istri) waktu suci tersebut. Kronologi kasusnya Menjelaskan bahwa selama proses persidangan baik pihak pemohon (suami) dan termohon (istri) sudah menjelasakan beberapa alasan-alasan yang menyebabkan retaknya hubungan keduanya. Setelah itu hakim memutuskan jatuhnya ikrar talak yang diucapkan oleh suami setelah melihat beberapa pertimbangan yang mendasari kasus ini. Namun, dalam kasus ini yang terjadi adalah manakala pihak pemohon (suami) dikabulkan permohonan untuk menjatuhkan ikrar thalak, pada saat itu pihak termohon (istri) mengatakan, bahwa tadi pagi sebelum acara persidangan berlangsung pihak pemohon sebelum menghadiri persidangan mengajak termohon untuk melakukan hubungan suami istri. Maka dari itu melihat situasi yang terjadi hakim memutuskan bahwa gugatan yang diajukan termohon untuk menjatuhkan izin untuk menjatuhkan talak di batalkan.

  Dari persoalan tersebut, penulis termotifasi untuk menganalisis dari pemikiran hakim tersebut, dan membandingkan persoalan tersebut dengan kajian kitab fiqh Fatkhul Mu‟in. Dan menjadikannya sebagai judul dalam penulisan ini. Dengan judul : “DUKHUL SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN

  IKRAR TALAK” (Studi Komparasi antara Kitab Fatkhul Mu‟in dengan Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0880/Pdt.G/2012/PA.Sal)

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul, maka perlu penjelasan beberapa kata pokok yang menjadi inti penelitian.

  Adapun yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

  1. Dukhul secara bahasa adalah “masuk” (ًخد) (Alkalali, 1995:338). Secara istilah dukhul mempunyai pengertian yaitu bertemunya penis laki-laki ke dalam vagina perempuan (Kan

  ‟an, 2007:97) 2. Alasan adalah dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, tuduhan dsb)

  (Poerwadarminta, 1982:29) 3. Pembatalan adalah adalah pernyataan batal (urung, tak jadi) (Poerwadarminta,1982:95).

  4. Ikrar adalah ucapan yang mempunyai tulisan dan jelas.

  5. Talak menurut arti bahasa adalah melepaskan tali, sedang menur ut syara‟ adalah melepaskan ikatan pernikah dengan lafad seperi akan dikemukakan (As‟ad, 1979:135).

  Jadi pembatalan talak adalah dibatalkannya ikrar talak yang akan diucapakan oleh suami kepada istri dengan alasan dan sebab-sebab tertentu yang mengharuskan untuk dibatalkan.

C. Rumusan Masalah

  Dari tema di atas, penulis menulis beberapa pertanyaan mengenai permasalahan-permasalahan yang akan menjadi inti dari pembahasan pada penulisan ini, yaitu: 1.

  Bagaimana kajian teori kitab fiqh Fatkhul Mu‟in dalam pembatalan ikrar talak karena

  ba‟dha dukhul dan dasar Pengadilan Agama

  Salatiga dalam putusan Nomor 0880/Pdt.G/2012/PA.Sal tentang

  dukhul sebagai alasan pembatalan ikrar talak? 2.

  Bagaimana perbedaan dan persamaan antara pendapat kitab fiqh

  Fatkhul Mu‟in dan Putusan Pengadilan Agama Salatiga No

  0880/Pdt.G/2012/PA.SAL tentang dukhul dalam proses ikrar talak ? D.

   Tujuan Penelitian

  Adapun hal-hal yang menjadi tujuan pokok dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui kajian kitab fiqh Fatkhul Mu‟in mengenai dukhul dalam proses ikrar talak (perceraian).

  2. Untuk mengetahui kajian teori kitab fiqh Fatkhul Mu‟in dalam ikrar talak dan dasar Pengadilan Agama Salatiga dalam putusan Nomor 0880/Pdt.G/2012/PA.SAL tentang dukhul sebagai alasan pembatalan ikrar talak.

  3. Untuk membandingkan antara pendapat kitab Fatkhul Mu‟in dan Putusan Pengadilan Agama mengenai dukhul dalam proses ikrar talak.

E. Kegunaan penelitian

  Kegunaan penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

  1. Kegunaan teoritis a.

  Menambah pengetahuan penulis di bidang hukum islam khususnya yang menyangkut pekawinan.

  b.

  Hasil penelitian dapat menambah khasanah baru dalam ilmu pengetahuan khususnya yang menyangkut tentang perceraian.

  2. Kegunaan praktis a.

  Bagi masyarakat Memberi pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat mengenai permasalahan pembatalan talak sehingga dalam proses berperkara di Pengadilan Agama, masyarakat lebih memahami khususnya, mengenai pembatalan talak.

  b.

  Bagi STAIN Salatiga Memberi masukan kepada akademik tentang masalah hukum keluarga (ahwal al-syakhsiyyah) khusunya menyangkut tentang talak yang masih dirasa banyak masyarakat yang belum memahami sepenuhnya mengenai masalah tersebut. Sehingga dapat menjadi landasan pemikiran akademik untuk menjadikannya kurikulum sebagai kebutuhan dalam masyarakat. c.

  Bagi penulis Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai bentuk apresiasi penulis dalam menyumbangkan ilmu yang telah dipelajari di

  STAIN Salatiga ini. Dan sebagai pra-syarat dalam menyelesaikan pembelajaran ilmu hukum islam dalam bidang hukum keluarga (ahwal al-syakhshiyyah) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga.

F. Tinjauan Pustaka

  Untuk penelitian yang lebih lanjut penulis mempelajari beberapa buku yang hampir sama yaitu buku yang membahas tentang masalah talak, yaitu:

  Husni, Thamrin. 2005. Talak Suami Ketika Marah (Studi Analisis Pemikiran Yusuf Qordhowi) buku ini membahas tentang pandangan pemikiran Ahmad Qardhawi mengenai ikrar talak yang diucapkan oleh suami dalam keadaan marah hukumnya adalah tidak sah. Pandangan Ahmad Qardhawi banyak digunakan oleh para pengambil kebijakan sebagai landasan dalam memutuskankan perkara talak.

  Uswatun, Hasanah. 2009. Talak Tanpa Putusan Pengadilan (Studi Kasus di Dusun Jambe Dusun. Dadapayam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang) buku ini membahas tentang ikrar talak yang di ucapkan oleh sebagian masyarakat Jambe adalah tidak sesuai dengan prosedur Pengadilan. Maksudnya, masyarakat Dusun Jambe masih memegang tradisi Islam secara kontekstual tanpa dibarengi dengan pemahaman mengenai Undang-undang Perkawinan. Sehingga dalam pelaksanaanya, masyarakat Dusun Jambe tidak menggunakan kewenangan Pengadilan ketika memutuskan bercerai dengan istri mereka. Kebanyakan masyarakat jambe yang telah bercerai (sesuai dengan ajaran islam) rata-rata mereka tidak mempunyai akta Perceraian yang dikeluarkan oleh Pengadilan. Jadi mereka hanya mengucapkan ikrar talak dengan lesan bahkan tanpa saksi- saksi.

  Malik, R Abdul. 2012. Ketidak Hadiran Pemohon Dalam

  

Pelaksanaan Ikrar Talak (Studi Kasus di Pengadilan Agama Ambarawa)

  buku ini membahas tentang ketidak hadiran pihak pemohon dalam membacakan ikrar talak di Pengadilan Agama Ambarawa. Dalam kasus ini ketika pihak pemohon tidak menghadiri sidang ikrar talak yang telah dijadwalakan. Maka Peradilan Agama memutuskan, bahwa talak yang diajukan dianggap gugur dan pemohon juga tidak dapat mengajukan permohonan cerai talak lagi dengan alasan yang sama sesuai dengan yang diatur oleh Pasal 70 ayat (6) Undang-Undang Nomor 7 Tentang Peradilan Agama.

  Dengan beberapa penelusuran, penulis merasa bahwa tema dukhul sebagai alasan Pembatalan ikrar talak belum pernah diakaji atau diteliti orang lain sehingga penulis termotifasi untuk meneliti tema tersebut. Berbeda dari penelitian yang diteliti oleh Thamrin dalam skripsinya yang hanya memfokuskan penelitian pada pemikiran Qardhawi mengenai ikrar talak yang diucapkan suami ketika marah. Yang di dalamnya tidak mengungkapkan secara langsung bagaimana pendapat hakim itu sendiri dan bagaimana jika pemiikran itu di kaji lebih mendalam sesuai dengan Kompilsi Hukum Islam dan Undang-undang perkawinan. Penelitian Hasanah sendiri hanya membahas tentang kekurang fahaman masyarakat jambe dalam memahami Undang-undang tentang pelafalan ikrar talak dimana penelitian ini hanya memfokuskan pada penelitian akibat hukum yang diterima oleh masyarakat jambe akibat pengikraran talak yang tidak diucapkan tanpa melalui sidang di Pengadilan Agama.

  Sedangkan dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskannya pada aspek putusan dan dasar pemikiran hakim yang berkekuatan hukum serta membandinkannya dengan pendapat ahli Fiqh di dalam kitab Fatkhul mu‟in. Dan dalam buku Malik, R abdul yang membahas tentang ketidak hadiran pemohon dalam sidang ikrar talak di Pengadilan Agama Ambarawa.Yang membahas mengenai akibat hukum yang diperoleh oleh pemohon apabila dalam sidang ikrar talak, pemohon tidak hadir dalam sidang tanpa ada keterangan dan tidak adanya ganti atau perwakilan yang menggantikan kehadirannya. Dalam penulisan tersebut, tidak tertera dengan jelas bagaimana akibat hukum atau pandangan hukum menurut ulama‟ Fiqh mengenai permasalan itu. Pembahasan itu hanya memfokuskan terhadap persoalan yang berkenaan dengan hukum perkawinan saja.

  Untuk itu penulis merasa bahwa tema dukhul sebagai alasan batalanya ikrar talak itu belum pernah diteliti dan dikaji oleh orang lain. Sehingga, dalam penulisan skripsi ini penulis merasa harus mengkaji dan menganalisis pemikiran hakim dalam memutuskan perkara dukhul sebagai alasan batalnya ikrar talak dan mengkomparasikannya dengan pandangan ulama‟ Fiqh dalam kitab Fathul mu‟in.

G. Kerangka Teori

  Dukhul merupakan suatu yang menjadi kebutuhan pokok bagi

  suami isteri. Jadi terkadang banyak sekali proses ikrar talak yang dibatalkan kareana kurang fahamnya suami dalam memahami Undang- undang perkawinan dan aturan agama Islam dalam hal talak. Menegenai aturan ketentuan Undang-undang dalam persolan ini telah diatur dalam Pasal 122 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang membahas tentang persolan jatuhnya ikrar talak karena

  ba‟dha dukhul.

Pasal 122 Talak Bid‟iy adalah talak yang tidak dibolehkan yaitu talak yang

  dijatuhkan pada waktu isteri dalam keadaan haid atau isteri dalam keadaan suci tapi dicampuri dalam waktu suci tersebut.

  Jadi dapat difahami sesuai dengan ketentuan Undang-undang bahwa jenis talak tersebut adalah tidak diperbolehkan. Para ul ama‟ juga sepakat menegenai talak tersebut adalah di hukumi haram, karena bertentangan dengan syari‟at Islam. yang termasuk kategori talak bid‟iy adalah: a.

  Apabila seorang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh atau nifas. b.

  Ketika dalam keadaan suci, sedang ia telah menyetubuhinya dalam keadaan suci tersebut.

  c.

  Seorang suami telah mentalak tiga isterinya dengan satu kalimat tiga kalimat dalam satu waktu. Seperti mengatakan, ia telah aku talak, lalu aku talak dan selanjutnya aku talak. Dalil yang menlandasinya adalah sabda Rasullullah, sebagaimana diberitakan, bahwasannya ada laki-laki yang mentalak tiga isterinya dengan satu kalimat. Lalu beliau mengatakan kepadanya: “Apakah hukum Allah hendak dipermainkan, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian” (HR. An-nasa‟I dan Ibnu Katsir mengatakan, bahwa isnad Hadis ini mujayyid).

  Dalil tersebut menyatakan bahwa talak yang seperti itu di hukumi

  

haram , karena bertentangan denga sunnah Nabi. Alasannya adalah dengan

  cara ini perhitungan iddah isteri menjadi memanjang, karena setelah terjatuh talak belum langsung dihitung iddahnya.

  Dan diriwayatkan dari Abu Dawud dan Ibnu Majjah. Bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

  ِالله َذِْٕع ِي َلاَسٌَْا ُطَغْثَأ ََْ ِ َْ َ ُ َصَلى اللهُ عَلَيْه ِالله ُي ُْٛعَس َيبَل َيبَل ْشَُّع ِْٓثا َْٓع ٗخبِ ٓثاٚ دٚادٛثأ ٖاٚس - ُقَلاطٌَا َُٛ٘

  “perbuatan halal namun di benci allah adalah talak”(H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah )

H. Metode penelitian 1.

  Pendekatan dan jenis penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah studi dokumen atau sumber pustaka, yaitu penelitian yang mencari data atau dokumen yang merupakan data sekunder karena sudah tertulis atau diolah orang lain. Dengan kata lain datanya sudah jadi (Wirartha, 2006:36). Oleh karena itu, sebaiknya peneliti mengenali perpustakaan yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

2. Sumber data a.

  Sumber Primer Sumber primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2006:19).

  Dalam penelitian ini sumber primer yang digunakan adalah Putusan Pengadilan Agama dan kitab fiqh Fathul Mu‟in.

  b.

  Sumber sekunder Sumber sekunder adalah data yang diperoleh atau data yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2006:19).

  Pada umumnya terdiri dari data penunjang, diantaranya adalah: a.

  Undang-undang yang mengulas masalah perkawinan b. Buku-buku yang mengulas tentang talak c. Buku-buku yang mengulas tentang sumber hukum yang berkenaan dengan talak d.

  Suatu lembaga yaitu Pengadilan Agama Salatiga.

3. Prosedur pengumpulan data

  Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a.

  Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi atau menggunakan sumber tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong, 2009:159) dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan oleh penulis adalah dengan mengumpulkan putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor :0880/Pdt.G/2012/PA.SAL dan kitab fiqh Fatkhuul mu‟in. serta berbagai literatur baik dari buku maupun media karya tulis lainnya yang dijadikan referensi dan acuan dalam menganalisis persoalan yang dibahas dalam penelitian ini.

  b.

  Wawancara Wawancara adalah percakapan dua orang dengan maksud mempunyai tujuan khusus, yaitu memperoleh keterangan yang sesuai dengan penelitian, dan dipusatkan kepada isi yang dititik beratkan pada tujuan deskripsi, prediksi, dan penjelasan sistematik mengenai penelitian tersebut (Sulistia, dkk.1991:121).

  Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan ketua Pengadilan Agama Salatiga yaitu Bapak Dra. H.

  MACHMUD, SH. untuk mendapatkan informasi sebanyak- banyaknya sesuai dengan rumusan masalah.

4. Analisis data

  Adapun metode analisis yang digunakan adalah studi komparatif atau analisis komparasi atau analisis perbedaan, yaitu: bentuk analisis variable (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) (Hasan, 2006:116). Metode ini menggunakan sistematika dengan cara mengkomparasikan antara Putusan Pengadilan Agama dengan pendapat ulama‟ ahli Fiqh dalam kitab Fatkhul Mu‟in. kemudian hal tersebut dianalisis secara mendalam. Apakah dalam kajian kitab

  Fatkhul Mu‟in terdapat

  persamaan dengan pandangan hakim dalam memutuskan perkara

  dukhul sebagai alasan pembatalan talak. Ataukah terdapat perbedaan dan cara pandang tersendiri dalam memutuskan perkara yang sama namun memiliki beberapa kajian dasar atau teori yang berbeda dalam memahami persoalan tersebut.

I. Sistematika Penulisan

  Dalam menyelesaikan penelitian ini, maka penulis mencoba memberikan gambaran seluruh penelitian dengan sistematika penulisan, yakni:

  BAB I : PENDAHULUAN Terdiri atas Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah,Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II: TINJAUAN UMUM MENGENAI DUKHUL Pembahasan umum mengenai dukhul meliputi,: bagian pertama, Dukhul dalam perspektif Fiqh, yang meliputi: Pengertian Dukhul, Tata Cara Hal-hal yang di Larang dalam Dukhul, Posisi dalam Dukhul,

  Dukhul, Waktu Yang Tepat untuk Dukhul. Waktu yang Dilarang dalam Dukhul.

  Dan Hikmah Dukhhul dalam Hubungan Suami Isteri.

  BAB III: TINJAUAN UMUM TENTANG TALAK DALAM KITAB FATKHUL MU‟IN Bagian Pertama adalah Pengertian Talak, Hukum Talak, Macam-macam Talak, Syarat dan Rukun Talak, Saksi Dalam Ikrar Talak, Sighat Talak, Bilangan Talak, Sebab-sebab Ikrar Talak di Kategorikan Sah, Talak Yang di Hukumi Tidak Sah, Penggantungan Talak, Hikmah Talak.

  BAB IV: KOMPARASI ANTARA FATKHUL MU‟IN DAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA NO 0880/Pdt.G/2012/PA.SAL Dalam bab ini membahas tentang pemikiran hakim dalam Putusan No 0880/P.dtG/2012/PA.SAL, dukhul sebagai alasan pembatalan ikrar talak menurut Kajian Kit ab Fatkhul Mu‟in, persamaan dan perbedaan antara kitab Fatkhul Mu‟in dan Putusan Pengadilan Agama No

  0880/P.dtG/2012/PA.SAL

   BAB V: PENUTUP Bersisi Kesimpulan dan Saran.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI DUKHUL A. Pengertian Dukhul Dukhul secara bahasa adalah “masuk” (ًخد) (Alkalali,1995:3338). Secara istilah dukhul mempunyai pengertian yaitu bertemunya penis laki-

  laki ke dalam vagina perempuan (Kan‟an, 2007:97)

  Dukhul atau jima‟ merupakan suatu pemuasan hasrat yang menjadi

  salah satu alasan utama perkawinan. Seseorang yang tidak memiliki dorongan seksual sama sekali, tidak patut untuk menikah, karena ia dapat merugikan pasangannya. Sebegitu pentingnya fungsi dukhul dalam ikatan perkawinan. Sehingga apabila ia sudah mampu untuk menikah dan mempunyai harta yang cukup, sehat rohani maupun jasmani. Maka tidak ada halangan baginya kecuali aturan yang menyatakan kewajiban baginya untuk menikah (Hathout, 2004:30). Dalam agama islam dukhul dibagi menjadi dua macam: a.

  Dukhul yang halal

  Dukhul yang dikategorikan halal adalah yang dilakukan dengan

  pasangan yang sah atau suami isteri yang sah. Atau yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan amat (budak perempuan)-nya (dikala masih ada amat). Tetapi zaman sekarang sudah tidak ada amat lagi. Jadi bersenggama dengan isteri sendiri dihukumi halal, bahkan suami isteri yang melakukan dukhul mendapatkan pahala dan ganjaran dari Allah SWT. Hai itu dalam rangka memenuhi haknya sebagai seorang pasangan suami isteri (Kan‟an, 2007:98). Seperti dalam firman Allah SWT. Dalam surat al- Mu‟min ayat: 5-7 yang menggambarkan keadaan orang mukmin.

             

           

5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

  6. kecuali

  terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.7. Barangsiapa mencari yang di balik itu

  Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.

  Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. Imam boleh melarang kebiasaan ini.

  Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada dosa bagi seorang mukmin yang mendatangi (menyetubuhi) isterinya atau

  

amat nya yang ia miliki secara sah. Adapun dosa hanya diperuntukkan

  bagi mereka yang menolak kehalalan suatu ikatan perkawinan yang Allah sebenarnya ridho terhadap mereka. Mereka inilah orang-orang yang melanggar batas-batas ketentuan dari Allah SWT. b.

  Dukhul yang haram Sedangkan yang dikategorikan haram adalah, yaitu bagi mereka yang melakukannya dengan cara zina. Zina termasuk kategori dosa besar. Allah SWT sangat membenci orang yang melakukan perbuatan zina. Banyak sekali keterangan dalam Al-

  Qur‟an dan Hadis yang menjelaskan tentang hukuman yang keras bagi orang yang melakukan perbuatan ini. Di mana mereka dicambuk seratus kali, dan ada yang dihukum rajam (dilempari) dengan batu, yakni bagi muhshan (Pezina yang sudah mempunyai isteri atau suami) hinga mereka mati. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah QS.an-Nur: 2

                          

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

1 59 103

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

ANALISA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN (StudiKasus Di Pengadilan Agama Kabupaten Malang)

0 8 19

POLIGAMI ILEGAL SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB PEMBATALAN NIKAH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Malang)

1 20 1

ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN SEBAGAI AKIBAT SALAH SANGKA TERHADAP STATUS SUAMI (Studi Putusan Pengadilan Agama Ketapang Nomor 198/Pdt.G/2011/PA.Ktp)

0 18 17

KAJIAN YURIDIS PEMBATALAN PENETAPAN ITSBAT NIKAH (Studi Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2686/Pdt.G/2009/PA.Lmj)

0 3 17

KAJIAN YURIDIS TENTANG PENGANIAYAAN DALAM RUMAH TANGGA SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN (Studi Putusan Pengadilan Agama Jember Nomor 2633/Pdt.G/2005/PA.Jr)

0 3 71

Hak-Hak Isteri Pasca Cerai Talak Raj'i (Analisis Perbandingan Antara Putusan Pengadilan Agama Tuban Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn dengan Putusan Pengadilan Agama Bojonegoro Nomor 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn)

0 32 143

TESIS PEMBATALAN HIBAH DENGAN ALASAN BERPERILAKU BURUK TERHADAP PENGHIBAH (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 78 KAG2012)

0 0 10