NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM RITUAL TAWASSULAN DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA SOKOPULUHAN PUCAKWANGI PATI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM RITUAL TAWASSULAN DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA SOKOPULUHAN PUCAKWANGI PATI
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd
)
Oleh :
SITI MUJAYANAH
NIM: 111-12-141
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
MOTTO
Jangan mudah berburuk sangka agar hatimu tak gelap dan
hidupmu tak sengsara...
Yakinlah setiap perbuatan pasti ada hikmahnya
KH. MAEMOEN ZUBAIR PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur tulus ikhlas kepada Allah skripsi ini terselesaikan dengan adanya bimbingan, dorongan, motivasi, doa dari otangtua dan orang-orang terdekatku, maka skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi nikmat sehat dan restu sehingga saya tercipta menjadi insan yang insyaAllah mulia dan bisa menyelesaikan skripsi ini
2. Almarhumah ibu ku Wasiyyah dan Bapak ku Muhadi yang selalu mendoakan saya membesarkan saya dengan penuh ketulusan dan kasih sayang dan menjadi motivasi terbesar untuk saya
3. Suamiku tercinta Muhammad Zainuri, Adikku Khudhoifatul Ulfa Mbakku Atik Nur’aini yang selalu mendukung dan menemaniku.
4. Ibu Nyai Hj. Zulaicho A.H yang selalu memberikan ilmu doa kepada saya dan kawan santri lainnya
5. Teman-teman santri Al-Muntaha yang selalu menemani dalam susah dan senang, Dan teman-teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya PAI D yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang membawa kita kepada jalan yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh dengan Ilmu Pengatahuan.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan motivasi, pengarahan, dukungan, bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan Ilmu Pengatahuan dan pengalaman yang sangat berharga serta staf-staf karyawan akademik IAIN Salatiga yang selalu memberikan layanan dan bantuan kepada penulis.
6. Pihak Pondok Pesantren Al-Huda yang telah memberikan izin dan meluangkan waktunya untuk penelitian skripsi.
7. Almarhumah Wasiyyah ibu ku dan Bapak ku Muhadi yang selalu mendoakan telah membesarkan saya dengan penuh ketulusan dan kasih sayang dan menjadi motivasi terbesar untuk saya.
8. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung hingga pada tahap selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan. Selanjutnya semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca yang budiman, bagi Nusa, Bangsa dan Agama, khususnya untuk penulis. Amiin.
Salatiga, 18 Agustus 2016 Penulis
Siti Mujayanah ABSTRAK Mujayanah, Siti.2016. Nilai-nilai Pendidikan dalam Ritual Tawassulan di Pondok
Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan, Tawassul.
Penelitian ini merupakan upaya untuk menggali nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati?, dan (2) Apa nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas data.
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda: pada hari Jum’at Wage malam Sabtu Kliwon. Tata caranya yaitu membaca nadzoman, hadroh kepada Nabi dan para wali, asmaul husna, sholawat dan syahadatain, membaca ayat-ayat suci Al Quran, membaca doa-doa, mahalul qiyam (berdiri) dan membaa bacaan-bacaan yang ada dalam kitab panduan tawassulan, duduk kembali dengan membaca ayat- ayat suci Al Quran dilanjutkan berdiri kembali untuk membaca doa, duduk kembali membaca doa, yang terakhir dalam ritual tawassulan yaitu penutup yang diakhiri dengan membaca nadzoman. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan: nilai pendidikan keimanan, nilai pendidikan akhlak, nilai pendidikan kezuhudan dan nilai pendidikan sosial.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i HALAMAN BERLOGO ........................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................ v MOTTO ..................................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii ABSTRAK ................................................................................................................. xi DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................. ................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................... ................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ........................... ................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis .......................... ................................................. 4
2. Secara Praktis ........................... ................................................. 4
E. Penegasan Istilah
1. Nilai Pendidikan .......................................................................... 4
2. Tawassul ................................................................................... 6
3. Pondok Pesantren Al-huda ......................................................... 6
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................. 7
2. Informan Peneliti ........................................................................ 8
3. Kehadiran Peneliti ..................................................................... 9
4. Lokasi Penelitian ........................................................................ 9
5. Sumber Data ............................................................................. 10
6. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 10
7. Analisis Data ............................................................................ 12
8. Pengecekan Keabsahan Data.................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Tawassul
1. Pengertian Tawassul ................................................................. 15
2. Dasar Hukum Tawassul ............................................................ 17
3. BentukTawassul ....................................................................... 17
4. Macam-Macam Tawassul ......................................................... 18
B. Nilai Pendidikan
3. Struktur Nilai ............................................................................ 28
4. Dasar Pendidikan ...................................................................... 29
5. Fungsi Pendidikan .................................................................... 30
6. Tujuan Pendidikan .................................................................... 30
7. Unsur Pendidikan ..................................................................... 32
BAB III PONDOK PESANTREN AL-HUDA DAN PENDIDIKANNNYA A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Huda
1. Sejarah Pondok Pesantren Al-huda .......................................... 33
2. Keadaan Santri dan Ustadz ...................................................... 34
3. Sarana dan Fasilitas Pondok Pesantren .................................... 35
B. Program Pendidikan dan Pengajaran
1. Visi dan Misi Pondok Pesantren .............................................. 36
2. Kurikulum ............................................................................... 36
3. Metode ..................................................................................... 37
4. Jadwal Kegiatan Santri ............................................................. 39
5. Tata Tertib Santri ..................................................................... 41
6. Struktur Organisasi ................................................................. 44
C. Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda
1. Pengertian Tawassulan .............................................................. 46
2. Syarat dan Rukun Tawassulan ................................................. 46
3. Tatacara Pelaksanaan Ritual Tawassulan ................................. 46
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati ....................................................... 53 B. Nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati
1. Nilai Pendidikan Keimanan ......................................................... 57
2. Nilai Pendidikan Akhlak .............................................................. 57
3. Nilai Pendidikan Kezuhudan........................................................ 58
4. Nilai Pendidikan Sosial ........................................................... .... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................ 61 B. Saran .................................................................................................. 62 C. Penutup .............................................................................................. 63 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 64 RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................................. 67 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pengkodean Informan ...................................................................... 8Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Harian Santri ......................................................... 39Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Mingguan Santri ................................................... 40Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Bulanan Santri ...................................................... 40Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan Tahunan Santri...................................................... 41Tabel 3.6 Struktur Organisasi Santri Putra ...................................................... 44Tabel 3.7 Struktur Organisasi Santri Putri ....................................................... 45DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Pedoman Wawancara
7. Hasil Wawancara
8. Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban umat Islam adalah menjalankan perintah dan menjauhi semua larangan Allah SWT. serta beribadah. Jika hal tersebut terlaksana dengan baik pastilah akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari setiap amalan yang telah dilakasanakan, untuk menuju insan yang mulia yang selalu berbuat kebajikan, berusaha, berdoa, sabar, tawakal, ikhlas. Hal itu bukanlah hal yang mudah, perlu proses untuk mendapatkan semua itu, bahwasanya semua perbuatan akan terlaksana dengan baik adakalanya dengan kebiasaan, dimana seseorang itu berusaha pasti akan ada hasil.
Cara atau metode untuk menuju puncak kebaikan, keberkahan, ridho yang hakiki dari Allah SWT dan selalu dirahmati Allah.
Berawal dari situlah seharusnya manusia sadar dan mengetahui bahwasanya sangatlah hebat hikmah dari setiap perbuatan sekecil apapun baik dan buruk akan dibalas oleh Allah sebagai motivasi untuk lebih berusaha menjadi insan yang mulia. Salah satu dari ibadah yang diyakini akan pahalanya adalah berdoa meminta wasilah rasulullah ataupun waliyullah dengan salah satu cara tawassulan yang seperti dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Huda.
Sebelum berbicara tentang tawassul, bahwasanya tawassul sama Allah, sedangkan tawassul itu adalah kegiatan atau perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi melalui perantara dengan tujuan mendapatkan apa yang diharapkan.
Bahwasanya bertawassul mendekatkan diri kepada Allah, sesuai firman Allah Q.S Al-Isro ayat 57 yang berbunyi:
Artinya: “orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang
.” (
(harus) ditakuti Tim departemen RI, 2009: 288) Segenap perbuatan yang diawali dengan hati yang jernih pasti akan menuai hasil yang maksimal,untuk itu penulis jelaskan arti tawassul sendiri adalah Menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat dikabulkan (Muslih, 2011: 51).
Pondok Pesantren Al-Huda menjadikan ritual tawassulan sebagai kegiatan rutin pondok pesantren yang diikuti seluruh santriwan-santriwati dan masyarakat sekitar. Ritual tawassulan diyakini sebagai cara atau metode mendekatkan diri kepada Allah. Ibarat kata melu gandul Rasulullah mengikuti tuntunan yang diajarkan Rasulullah dengan harapan seseorang berusaha beribadah dan berdoa. Sesuai dengan firman Allah QS. Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Tim departemen RI,2009: 421) .
Untuk itu penulis menganggap bahwa masalah berkaitan agama dan ketenangan jiwa dalam bertawassul yang didalamnya terdapat hikmah atau manfaat dan nilai-nilai yang positif yang bisa diambil, dan penting untuk diteliti serta dipublikasikan sebagai motivasi bagi masyarakat terutama para pemuda agar lebih giat lagi dalam memperdalam ilmu agama terutama melalui pondok pesantren, berdasarkan latar belakang dan sedikit paparan pendek di atas penulis mengambil judul sebagai berikut, “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM RITUAL TAWASSULAN DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA SOKOPULUHAN PUCAKWANGI PATI.”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al- Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati?
2. Apa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ritual tawassulan di C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bagaimana pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al- Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati
2. Apa nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis Memberikan kejelasan secara teoritis tentang nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok pesantren Al-huda dan menambah dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan Islam dalam hal tawassulan.
2. Secara Praktis Untuk memberikan pelajaran dan manfaat tentang pentingnya tawassulan yang dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari di
Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah pokok, yakni:
1. Nilai Pendidikan
hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi.
Sementara menurut Thoha nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi manusia. Kebermaknaan esensi tersebut semakin meningkat sesuai peningkatan daya tangkap dan pemaknaan manusia itu sendiri (Thoha, 1996:62)
Dapat disimpulkan nilai adalah sesuatu yang menentukan baik buruk kepribadian seseorang untuk mencapai kemanfaatan dalam berkehidupan individual maupun sosial.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sementara pendidikan menurut (Wirojoedo, 1986: 3) adalah suatu interaksi dan interrelasi antar komponen pendidikan dan mempunyai tujuan khusus yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pendidikan wujud belajar dan bekal dimasa mendatang dengan tujuan menjadikan manusia yang mulia sesuai dengan norma.
Dari paparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa nilai pendidikan adalah sesuatu yang menjadi tolok ukur untuk menentukan perbuatan atau hasil dalam sebuah ilmu pengetahuan yang akan menjadi bekal menempuh kehidupan.
2. Tawassul Menurut Sirodjuddin Abbas tawassul artinya mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah (Abbas,
2006: 132). Menurut Muslih tawassul adalah menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat dikabulkan (Muslih, 2011: 51). Arti wasilah dalam Al Quran berdoa dengan bertawassul ialah berdoa kepada Tuhan dengan wasilah sama halnya memperingatkan sesuatu yang dikasihi Allah.
Dapat penulis simpulkan bahwa arti tawassul adalah suatu kegiatan beribadah sebagai proses mendekatkan diri ataupun meminta pertolongan kepada Allah dengan melalui perantara.
3. Pondok Pesantren Al-huda Pondok Pesantren Al-Huda merupakan salah satu Pondok
Pesantren yang diasuh oleh kyai Muhammad Thosin, AH dan Ibu Nyai
Pondok Pesantren ini telah mengajarkan santri-santrinya untuk mendalami ilmu-ilmu agama seperti halnya dengan pondok- pondok lainnya. Pondok Pesantren Al-Huda adalah satu-satunya pondok putra putri yang berbasis tahfidzul quran yang ada di desa Sokopuluhan, tetapi ada sebagian santri yang hanya mengaji biasa yang disebut dengan ngaji bin-nadzor yaitu mengaji al qur’an dengan cara membaca dan memperhatikan tajwid, tanpa dihafalkan seperti halnya yang tahfidz.
Tidak hanya mempelajari Al Quran tetapi pondok pesantren al-huda juga mengajarkan kitab-kitab salaf diantaranya: Fatkhul Qorib, Safinatun Najja, Ta’lim Muta’alim, Salam Taufiq, dan lain sebagainya dengan metode pembelajaran yang dimanakan bandongan kitab, dinamakan bandongan ialah metode mengaji dimana kyai/ustadz di depan membacakan makna atau arti dan menjelaskan materi yang dibahas dan santri duduk didepan kyai/ustadz untuk menulis makna dan mendengarkan serta memahami penjelasan sang kyai/ustadz tersebut. (wawancara salah seorang santri Fathurrohim 15 April 2016, pukul 13.00)
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2011: 4).
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan- kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
2. Informan Penelitian
Informan yang penulis dapatkan diantaranya pengasuh, ustadz, pengurus pondok, dan santri. Dengan pengkodean sebagai berikut: Tabel 3.2
Pengkodean Informan No Kode Nama Informan Jabatan
1 MT Muhammad Thosin Pengasuh/Kyai
2 KA Khoirul Amin Ustadz
3 AA Abdul Aziz Ustadz
4 FR Fathurrohim Lurah Pondok Putra
5 HS Heru Rif’an Susanto Santri Putra
6 NK Nur Khosi’ah Lurah Pondok Putri
7 KH Kartika Nurul Hidayah Santri Putri
8 MR Mahfudz Rosyidi Jamaah Tawassulan
9 MI Muhammad Malik Ibrahim Jamaah Tawassulan
3. Kehadiran Peneliti Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang kebenaran hasil penelitian, yang dimana hal itu berfungsi sebaga instrumen pendukung.
Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya yang mutlak dilaksanakan. Peneliti mengadakan komunikasi denngan objek penelitian memakai bahasa Indonesia yang memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dengan informan.
4. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-
Huda yang diasuh Kyai Muhammad Thosin AH dengan alamat Dukuh Soko, RT 01 RW 01 Desa Sokopuluhan, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati.
5. Sumber Data
a. Sumber Data Primer (utama) Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan sumber pokok yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan kajian. Dalam hal ini yang menjadi sumber data utama adalah pengasuh, pengurus dan santri di Pondok Pesantren Al-Huda ntuk menggali data tentang kegiatan keagamaan seperti tawasulan yang akan dikaji.
b. Sumber Data Skunder (pendukung) Sumber data pendukung merupakan data-data yang digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber data pendukung di sini adalah buku-buku yang terkait nilai-nilai, pendidikan, dan tawassul.
6. Prosedur Pengumpulan Data Data yang diperoleh dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi yang bertujuan mendapatkan informasi dengan di pondok pesantren al-muntaha. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi tentang nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawasulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati.
Secara garis besar terdapat dua macam pedoman wawancara, yaitu Pedoman wawancara tidak terstruktur dan terstruktur. Pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya membuat garis besar yang akan ditanyakan sedangkan Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai (Arikunto, 2010: 227). Penelitian ini menggunakan kedua pedoman wawancara tersebut sebagai validitas temuan penelitian.
b. Observasi atau Pengamatan Pengamatan terhadap situasi yang terjadi di lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan sebagai pembuktian atas keterangan atau informasi yang didapatkan dari wawancara.
c. Dokumentasi Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta berkas-berkas dan dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan sebagai penguat seluruh informasi.
7. Analisis Data Analisis data kualitatif menurut (Bogdan & Biklen, 1975) yang dikutip dalam (Moleong, 2007: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terinci.
b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja, difokuskan pada hal-hal yang penting.
c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.
8. Pengecekan Keabsahan Data Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2008: 330). Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik triangulasi dengan sumber. Yaitu peneliti akan mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh dengan data-data atau informasi dari sumber yang lain sehingga data yang diperoleh peneliti terdapat dari berbagai pihak agar terhindar dari subjektivitas.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini berisi uraian pengertian tawassul, dasar-dasar tawassul, bentuk tawassul, macam-macam tawassul, pengertian nilai pendidikan, macam-macam nilai, struktur nilai, pembentukan nilai, dasar pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan, dan unsur-unsur pendidikan.
BAB III PONDOK PESANTREN AL-HUDA DAN PENDIDIKANNYA kurikulum, kitab-kitab yang diajarkan, semua kegiatan santri, dan laporan hasil temuan mengenai pelaksanaan ritual tawassulan.
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan pelakasanaan tawassulan beserta tata cara ritual tawassulan, dan nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda.
BAB V PENUTUP Pada bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, saran dan penutup. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Tawassul
1. Pengertian Tawassul
Istilah tawassul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf, waw, sin dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun, 2009:27). Sebagaimana Khalid Al-Juraisy yang dikutip Maimun, (2009: 27) Tawassul dalam doa berarti menyertakan perantara dalam berdoa dengan maksud doanya itu akan lebih dikabulkan Allah.
Sebagaimana Quraish Shihab yang dikutip Maimun, (2009: 27) bahwa wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan mendekat.
Tawassul berasal dari fi’il madhi Wassala, menurut bahasa mempunyai arti Al-qurbata atau al-taqarrubu, artinya mendekatkan diri dengan suatu perantara. Dengan demikian arti wasilah adalah: susuatu untuk mendekatan diri kepada yang lainnya atau sesuatu untuk menyampaikan agar sesuatu tujuan dapat berhasil (Muslih, 2011: 51)
Sebagaimana Quraish Shihab yang dikutip Maimun, (2009: 27) bahwa wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan
Ada pula beberapa definisi tawassul menurut para tokoh, diantaranya yaitu: a. Menurut Nugroho, Tawassul adalah berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah (perantara), dalam arti lain sesuatu yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah guna mencapai sesuatu yang ingin dicapainya (Nugroho, 2010:121) b. Menurut Sirodjuddin Abbas Tawassul artinya mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah (Abbas, 2006:
132).
c. Menurut Muslih tawassul adalah menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat dikabulkan (Muslih, 2011: 51).
d. Menurut Abu Luz Ibadah yang dengannya dimaksudkan tercapainya ridha Allah dan surga melalui wasilah (perantara) menuju keselamatan dari api nerakadan kebahagiaan masuk surga. (Luz, 2004: 8)
Dapat penulis simpulkan bahwa arti tawassul adalah suatu kegiatan beribadah sebagai proses mendekatkan diri ataupun meminta pertolongan kepada Allah dengan melalui perantara untuk menuju ridha Allah dan keberkahan dalam menjalani hidup.
2. Dasar Hukum Tawassul Dasar hukum tawassul adalah firman Allah Q.S Al-Isro ayat 57 dan Al-Maidah ayat 35 yang berbunyi:
Artinya: “orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti
.” (
Tim departemen RI, 2009: 288)
Artinya:
“
hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang dapat mendekatkan diri kepada- Nya. Dan berjihadlah kalian pada jalan-Nya supaya kamu mendapatkan keberuntungan.
” (
Tim Departemen RI, 2009: 85)
3. Bentuk Tawassul Sudah dijelaskan di atas bahwasannya wasilah adalah sarana yang dapat memenuhi keinginan sesorang yang sama halnya dengan tawassul. Wasilah dibagi menjadi dua yaitu (Al-Abani, 2010:16)
Ialah sarana-sarana alamiah yang diambil dari alam yang dapat memenuhi keinginan seseorang dengan karakter alamiahnya yang telah Allah ciptakan. Contohnya, air adalah wasilah (sarana) untuk menghilangkan dahaga manusia, makan adalah sarana untuk mengenyangkan perut.
b. Wasilah Syar’iyyah (sarana syari’at) Ialah sarana yang dapat memenuhi keinginan seseorang, melalui cara yang disyariatkan Allah dan dijelaskan dalam kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya. Wasilah ini hanya dikhususkan bagi orang yang beriman dan mengikuti perintah-Nya. Contohnya, mengucapkan dua kalimat syahadat dengan keikhlasan dan memahami maknanya adalah merupakan wasilah (sarana) untuk masuk surga dan selamat dari kobaran api neraka.
4. Macam-Macam Tawassul
Tawassul ada dua macam yaitu tawassul yang tidak diperselisihkan keberadaannya karena hal itu memang ada dasar pelaksanaannya dalam syari’at, dan tawassul yang diperselisihkan atau pendapat tentang ketidak setujuan tentang adanya tawassul, dan pendapat setuju akan adanya tawassul sebagai berikut (Maimun, 2009: 28).
1). Tawassul dengan nama-nama, sifat-sifat, perbuatan, serta ilmu Allah yang berdasar pada firman Allah Q.S Al-A’raf ayat 180.
Artinya: “hanya milik Allah asmaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(
Tim departemen RI, 2009: 175)
2). Tawassul kepada Allah dengan jalan beriman kepada Allah dan taat kepada-Nya, sesuai firman Allah yang menjelaskan tentang ulul al-bab Q.S Ali- Imran ayat 193.
Artinya: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa- dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang Dalam ayat di atas orang-orang memohon ampunan kepada Allah dengan wasilah atau keimanan mereka yang diharapkan Allah berkenan mengampuni dosa- dosa mereka, diperkuat juga dengan penjelasan yang sama pada Q.S Ali Imran ayat 53.
Artinya: “Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah Kami ikuti rasul, karena itu masukanlah Kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi
(
(tentang keesaan Allah)". Tim departemen RI, 2009: 58)
3) Tawassul kepada Allah dengan cara berdoa menyebut dengan jelas kesulitan-kesulitan dan hajatnya. Hal itu sebagaimana dilakukan oleh Nabi Musa ketika memohon kepada Allah seperti dijelaskan dalam Al Quran dalam al-Qashash ayat 24 sebagai berikut:
Artinya: “Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, ke- mudian Dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (Tim
4) Tawassul kepada Allah melalui doa orang yang diharapkan dapat makbul dan dianggapnya shalih agar mendoakan kepada Allah, atas maksud dan tujuan yang diinginkannya.
b. Tawassul yang diperselisihkan Keberadaanya
Tawassul kepada Nabi, wali, ulama, atau orang sholih, yang telah meninggal dunia, wujud wasilahnya bukan lagi berupa doa yang dibacakan oleh orang-orang suci melainkan eksistensi mereka di alam barzakh. Berawal dari persoalan itu, kemudian timbul pendapat yang setuju dan ketidaksetujuan di kalangan umat Islam.
1) Pendapat yang setuju akan tawassul kepada orang yang telah meninggal Mereka yang yakin akan kebenaran tawassul kepada seorang Nabi, wali, ulama, orang sholeh yang telah meninggal dunia dijadikan sebagai wasilah (perantara) antara orang yang berdoa dengan Allah.
Meskipun telah meninggal dunia masih sangat penting dan dibutuhkan keberadaanya yakni sebagai perantara bagi kaum muslimin yang awam ketika berhubungan dengan Allah khususnya dalam berdoa. Mereka melepaskan diri dari kesulitan ketika dimintai pertolongan.
Sebuah riwayat tentang Umar ketika meminta hujan kepada Allah lewat Abbas bin Abdul Muthollib paman Nabi, riwayat itu yang artinya sebagai berikut:
Artinya: “Apabila terjadi kekeringan pada masyarakat, Umar bin Khattab memohon turun hujan dengan perantaraan Abbas bin Abdul Muthallib. Beliau berdoa: “Ya Allah dahulu kami bisa bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, lalu engkau turunkan hujan kepada kami. Sekarang kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami. Oleh karena itu turunkanlah hujan kepada kami.” Kata perawi: “masyarakat lalu dituruni hujan.”
Berdasar riwayat di atas, diyakini bahwa tawassul yang mereka lakukan itu telah ada contoh sebelumnya, yakni menempatkan Rasulullah dan para sahabat serta orang sholeh sebagai perantara antara diri mereka dengan Allah. 2) Pendapat yang tidak setuju akan adanya tawassul kepada orang yang telah meninggal dunia
Salah satu ulama terkenal yang secara tegas menolaknya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Dia menjelaskan bahwa hukumnya boleh meminta syafaat atau pertolongan orang lain untuk mendapat karunia Allah selama orang itu masih hidup, hal itu tidak diperkenankan lagi. Rujukan yang digunakan adalah yang artinya sebagai berikut: Artinya: “Dari Jubair bin Mu’tham ra. Berkata:
‘datanglah seorang badui kepada Rasulullah searaya berkata: “Ya Rasulullah bdan bianasa keluarga kelaparan, harta musnah, mintakanlah siraman untuk kami kepada Tuhanmu, sesungguhnya kami minta syafaat Allah terhadapmu dan syafaatmu terhadap Allah.” Rasulullah menjawab: “subhanallah, subhanallah, beliau terus menerus bertasbih sampai terlihat hal itu tergambar pada wajah para sahabatnya. Kemudian beliau bersabda: “celakalah kamu, tahukah kamu apakah Allah itu? Sesungguhnya Allah itu lebih agung dari yang demikian itu. Sesungguhnya tidak dapat diminta syafaat kepada Allah terhadap seseorang. (Hadits riawayat Imam Abu Dawud)
Bahwa meminta syafaat kepada Allah melalui dari seorang makhluk-Nya justru akan menjadikan orang itu celaka bahkan mendekati dalam perbuatan syirik. Ayat-ayat Al Quran yang digunakan sebagai referensi antara lain; al-ankabut ayat 29, an-naml ayat 62, yunus ayat 106-107. Ayat-ayat tersebut pada intinya melarang kaum mukminin meminta pertolongan kepada Allah dalam hal-hal yang sifatnya maknawi. (Maimun, 2009: 38)
Kebanyakan ulama yang menolak tawassul dengan para Nabi, wali, ulama, atau orang-orang shalih dalam doa, berpemahaman bahwa yang demikian itu fatwa ulama. Abu Hanifah dalam bukunya Rasyid Ridha yang dikutip oleh Maimun (2009: 39) yang menjelaskan bahwa, memohon kepada Allah dengan perantara makhluknya adalah perbuatan yang dilarang. beliau melarang berdoa dengan ucapan semisal: “Aku memohon kepada-Mu dengan hak Nabi-Mu”. Mengapa tidak boleh karena tidak ada hak makhluk atas Khaliqnya terhadap terkabul atau tidaknya permintaan doa itu.
B. Nilai Pendidikan
1. Pengertian Nilai Pendidikan
Secara bahasa nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 1999: 677). Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan (Titus, 1984:122). Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat (Muhaimin, 1993:110)
Nilai mempunyai pengertian yang sangat luas, maka dari itu banyak perbedaan pendapat dalam mengartikan apa itu nilai, berikut beberapa pengertian nilai menurut para ahli sebagaimana telah dikutip oleh Chabib Thoha (60-62). sistem kepercayaan dalam mana sesorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.
b. Menurut J.R Fraenkel, a value is an idea a concept about what some one thinks important in life.
c. Menurut Sidi Gazalba nilai adalah suatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkret, bukan fakta tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.
d. Menurut Lauis D. Kattsof nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi kita dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang terdapat dalam objek itu dengan demikian nilai tidak semata-mata subjektif melainkan ada tolok ukur yang pasti yang terletak pada esensi objek itu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah: 1) suatu perilaku yang menentukan baik buruk kepribadian seseorang untuk mencapai kemanfaatan dalam berkehidupan individual maupun sosial.
2) Sesuatu yang abstrak tidak ada harganya tapi penting bagi manusia dalam mengetahui tolok ukur tingkat kepribadian manusia. 3) Sebuah hasil yang terlihat baik ataupun buruk sesuai usaha yang telah dilakukan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia pada tahun 2006, pengertian pendidikan adalah perbuatan jasmani yang tidak boleh dilupakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan serta mendidik anak- anak bangsa.
Abu Ahmadi dkk sebagaimana dikutip Helmawati (2013: 12) pendidikan berasal dari kata paedagogie bahasa yunani, terdiri dari kata pais yang berarti anak dan again berarti pembimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.