Peran Tokoh Agama Dalam Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama(Komunikasi Kelompok pada Dusun Thekelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2018) - Test Repository

  

PERAN TOKOH AGAMA DALAM MENJAGA KERUKUNAN

ANTAR UMAT BERAGAMA

  Komunikasi Kelompok Pada Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2018

  SKRIPSI

  Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)

  OLEH : Muhamad Adib Baihaqi

  NIM. 11714007

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

PERAN TOKOH AGAMA DALAM MENJAGA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

  i

  Komunikasi Kelompok Pada Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2018

  SKRIPSI

  Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)

  OLEH : Muhamad Adib Baihaqi

  NIM. 11714007

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

  ii iii

iv

v

vi

  

MOTTO

َ ف َ نإ ََ م

  َ ع َ َ لا َ ع َ س

َ رَ

َ ي َ س

  َ ر (َا َ 5 ) َ نإ

  ََ م َ ع َ َ لا َ ع َ س

َ رَ

  َ ي َ س َ ر (َا َ 6 )

  

َ

  Artinya:

  

Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)

  (Al Insyirah: 5-6)

Tidak Penting apa pun agama atau sukumu...

  

Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang

Orang tidak akan pernah tanya agamamu

  (K.H. Abdurrahman Wahid)

  

PERSEMBAHAN

  Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT dan segenap ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Orang tua penulis, pasangan mesra Bapak Makhasin serta Ibu Mutamimah atas segala pengorbanan, kasih sayang serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, kasih sayang, serta kesehatan bagi beliau berdua.

  2. Kakak-kakak dan adek bani Makhasin yang telah memberikan dukungan, dorongan semangat, motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

  3. Bapak Yahya, S.Ag., M.H.I selaku pembimbing skripsi sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya skripi ini.

  4. Khoiriyatun Kholidiyah yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, pengertiannya, mendampingi baik suka maupun duka sehingga skripsi ini selesai.

  5. Mukhlis, Hendi, dan Dedi yang telah bersedia memberikan motivasi, semangat serta hiburan saat penulis sedang berusaha menyelesaikan skripsi, sampai selesainya skripsi ini.

  6. Keluarga Sugik yang sangat membantu dalam proses pengumpulan data di lapangan, sehingga penulis merasa ringan dalam melakukan penelitian. vii viii Masyarakat dusun Thekelan yang memberi kesempatan dan keterbukaan dalam mendukung terselesaikannya skripsi ini.

  8. Teman-teman Pecandu Karya (Yogi, Alifia, Ashadil, Dika, Nasrullah, Pujiono, Rozikin, dan

  Ute’) yang selalu menemani dan membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  9. Teman-teman KPI angkatan 2014 yang telah memberikan masukan serta motivasi dalam meneyelesaikan skripsi ini.

  10. Mas Ageng Widodo yang siap meluangkan waktunya demi memberikan semangat, dorongan, dan motivasi kepada penulis.

  11. Teman-temanku semua yang dekat maupun jauh yang belum bisa saya sebut satu persatu.

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “PERAN TOKOH AGAMA DALAM MENJAGA KERUKUNAN

  

ANTAR UMAT BERAGAMA (Komunikasi Kelompok Pada Dusun

Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun

2018) ”.

  Penulis menyadari, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan baik yang bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

  3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Isalam IAIN Salatiga.

  4. Bapak Yahya, S.Ag., M.H.I selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi.

  5. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

  6. Kepada Bapak Ibu penulis, pasangan mesra Bapak Makhasin dan Ibu Mutamimah yang telah memberikan dukungan baik materi maupun non materi. ix

  Kepada teman-teman Fakultas Dakwah Khususnya angakatan 2014 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

8. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam menulis skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bahasa maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis meminta maaf apabila dalam penulisan laporan ini banyak kesalahan dan kekeliruan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

  Salatiga, 20 September 2018 Penulis

  Muhamad Adib Baihaqi NIM.

  11714007 x

  

ABSTRAK

  Baihaqi, M. Adib. 2018. Peran Tokoh Agama Dalam Menjaga Kerukunan Antar

  Umat Beragama (Komunikasi Kelompok Pada Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi.

  Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Yahya, S.Ag., M.H.I Kata Kunci: Peran, Tokoh Agama, Kerukunan, dan Komunikasi.

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi kelompok yang diterapkan oleh tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama antara pemeluk agama Budha, Islam, Kristen, dan Katholik yang ada di dusun Thekelan. 2) Mengetahui faktor pendukung maupun penghambat dalam penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama di Thekelan.

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif dengan tujuan menggambarkan fenomena kerukunan umat beragama antara masyarakat Budha, Islam, Kristen, dan Katholik secara sistematis dari suatu fakta secara aktual dan cermat. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, pengumpulan datanya meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil data dianalisis menggunakan model analisis dengan teori Activity Interaction Sentiment dari Homans, kemudian di tarik kesimpulan

  Hasil penelitan menunjukkan bahwa: 1) Bentuk-bentuk kerukunan umat beragama di Thekelan adalah adanya peran aktif tokoh agama dengan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi kelompok dalam bentuk interaksi sosial, bekerja bersama dan gotong royong yang meliputi; gotong royong di bidang sosial kemasyarakatan maupun di bidang agama, sosial individu, musyawarah antar umat seagama maupun umat beragama lain, dan memiliki rasa kepedulian terhadap sesama maupun terhadap lingkungan yang memiliki kemajmukan agama. 2) Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi terjadinya kerukunan umat beragama di dusun Thekelan adalah adanya rasa impati, simpati, dan sikap toleransi yang tinggi yang dimiliki oleh setiap individu, sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah adanya kesalah pahaman atau keegoisan antar individu dari kalangan pemuda di dusun Thekelan. xi

  HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i LOGO INSTITUT ................................................................................................. ii NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...............................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ v MOTTO .................................................................................................................vi PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix ABSTRAK ............................................................................................................xi DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 7 E. Penegasan Judul ................................................................................. 8 F. Kerangka Berfikir ............................................................................ 11 G. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 14 H. Sistematika Penelitian ..................................................................... 16 BAB II: LANDASAN TEORI A. Peran Tokoh Agama ........................................................................ 18 B. Komunikasi Kelompok ................................................................... 26 xii

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................ 52 B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 53 C. Sumber Data .................................................................................... 53 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 54 E. Pendekatan Penelitian Kualitatif ..................................................... 55 F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 55 G. Keabsahan Data ............................................................................... 57 BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Thekelan ................................................. 59 B. Hasil Penelitian ............................................................................... 67 1. Pandangan tokoh agama dusun Thekelan tentang makna agama ....................................................................................... 67

  2. Peran tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama di dusun Thekelan ........................................... 73

  3. Bentuk kerukunan umat berbeda agama di dusun Thekelan ................................................................................... 77

  C. Pembahasan ..................................................................................... 93 1.

  Penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di dusun Thekelan ............................. 93 xiii

  Faktor pendukung komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di dusun Thekelan............................98 3. Faktor penghambat komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama di dusun Thekelan ............................ 103

  BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 105 B. Saran .............................................................................................. 106 C. Penuutup ........................................................................................ 106 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiv

  xv 1. Curriculum Vitae 2.

  Surat Keterangan Penelitian 3. Lembar Konsultasi 4. Pedoman Observasi Lapangan 5. Pedoman Wawancara 6. Data Informan 7. Hasil Wawancara 8. Foto Hasil Penelitian

PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang Masalah

  Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lain. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan (Cangera, 2014, 1).

  Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih, komunikasi adalah suatu transaksi dan proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangera, 2014, 21-22).

  Berbagai proses komunikasi dalam masyarakat terkait dengan struktur dan lapisan maupun ragam budaya dan proses-proses sosial yang ada pada masyarakat, serta tergantung pula pada pengaruh dan khalayaknya, baik

  1 untuk saling berinteraksi dengan cara berkomunikasi (Bungin, 2006, 67).

  Komunikasi merupakan suatu transaksi untuk meningkatkan kerja dan mengoptimalkan keinginan dalam masyarakat maupun dalam instansi, komunikasi dalam penerapannya terdapat berbagai macam bentuk dan strategi salah satunya yaitu komunikasi kelompok yang dilakukan dalam menjalin hubungan antar masyarakat (publik) (Curtis, dkk, 2006, 13). Kegiatan komunikasi kelompok ini sangat melekat sekali dengan keseharian masyarakat, yang mana masyarakat itu dapat diartikan sebagai kelompok- kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat dan memiliki sistem stratifikasi sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut (Bungin, 2006, 163).

  Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan yang mendorong untuk selalu menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan manusia lain di sekelilingnya, namun di dalam masyarakat tidak bisa dipungkiri dengan adanya keanekaragaman yang sangat luas cakupannya, baik keanekaragaman dalam bidang kehidupan serta struktur masyarakat yang terdiri atas berbagai suku, etnik, kelompok-kelompok kultural serta keragaman kepercayaan atau agama. Oleh sebab itu manusia harus mampu hidup di dalam masyarakat kehidupan ini, Allah menciptakan alam ini di atas keberagaman.

  Pluralitas pada hakikatnya merupakan realitas kehidupan itu sendiri, yang tidak bisa dihindari dan ditolak. Karena pluralitas merupakan sunatullah, maka eksistensi atau keberadaannya harus diakui oleh setiap manusia. Namun pengakuan ini dalam tataran realitas belum sepenuhnya seiring dengan pengakuan secara teoritik dan kendala-kendala masih sering dijumpai di lapangan. Seiring dengan perkembangan zaman, pluralitas yang bermakna heterogen (keberagaman) telah bergeser makna menjadi Equality (kesamaan). Dan makna ini tidak dapat diterima jika yang disamakan adalah agama. Maka kesadaran yang tulus terhadap pluralitas sangat penting untuk dipahami oleh setiap beragama. Sehingga kesadaran terhadap pluralitas ini telah menjadi bagian yang erat dalam kehidupan pemeluk agama untuk menciptakan kehidupan yang damai (Naim, 2014, 9).

  Dalam konteks hubungan antar kelompok, agama memang dapat menjadi unsur perekat dan dapat juga menjadi unsur pemecah, tergantung pada bagaimana pemeluknya memposisikan agama yang dipeluknya itu bagi acuan berfikir, bersikap dan berperilaku dalam hubungan dengan kelompok lain. Peran agama sebagai unsur perekat adalah berisi pesan-pesan perdamaian dalam situasi dan kondisi bangsa yang ada seperti sekarang, dimana aroma konflik bernuansa etnik dan agama masih belum sepenuhnya sirna, konflik dan kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah akhir-akhir ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman sebagai Keadaan demikian dapat mengakibatkan umat beragama yang bersangkutan mempunyai pandangan keagamaan yang sempit dan cenderung bersikap eksklusif, akibatnya mudah menyalahkan agama lain. Oleh sebab itu peran agama sebagai unsur perekat dipandang sangat perlu disamping untuk mengingatkan kembali bahwa memang damai inilah pesan esensial dari agama-agama(Muhaimin, 2004, 6).

  Di tengah-tengah masyarakat dengan kemajemukan agama, upaya menciptakan kerukunan sangatlah penting dalam mengatasi fenomena konflik yang dilatarbelakangi agama dan budaya. Hal itu selaras dengan desa yang penulis jumpai yaitu dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang. dusun Thekelan adalah sebuah desa terakhir di kawasan gunung Merbabu, desa ini terkenal sebagai pos pendakian bagi pendaki di gunung Merbabu. Masyarakat di dusun Thekelan hidup dalam sebuah perbedaan. Yang menjadi perbedaan mendasar pada masyarakat Thekelan adalah perbedaan agama pada yang terdiri dari empat agama yang saling berdampingan yaitu agama Islam, Budha, Kristen, dan Katolik.

  Perbedaan agama di Thekelan tidak hanya terdapat pada masing- masing warganya melainkan perbedaan tersebut juga ada pada beberapa keluarga. Misalnya, ayah dan ibunya penganut agama Islam, namun anak pertamanya ada yang agama Kristen dan anak keduanya beragama Budha, dan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa perbedaan yang ada pada masyarakat Thekelan konflik seperti konflik yang sering terjadi dewasa ini yang dilatarbelakangi oleh masalah agama, namun kehidupan mereka justru sangat harmonis, bisa hidup secara berdampingan dan sangat menjunjung tinggi toleransi dalam beragama.

  Bagi mereka agama adalah masalah kepercayaan yang dimiliki oleh masing-masing individu yang bukan menjadikan alasan agama sebagai latar belakang terjadinya konflik untuk saling menyalahkan ajaran yang dianut oleh masing-masing individu. Sehingga masyarakat di Thekelan bukan hanya mengakui keberadaan hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan sebagai masyarakat yang saling membutuhkan satu sama lain. Faktanya, bahwa setiap masyarakat yang berbeda agama tersebut dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut.

  Fakta lain adalah, di Thekelan terdapat tempat ibadah yang dimiliki oleh masing-masing agama dengan jarak yang berdekatan. Setiap ada kegiatan dalam pembangunan tempat ibadah semua masyarakat ikut berpartisipasi di dalamnya, mereka tidak memandang tempat ibadah yang dibangun adalah tempat ibadah agama sendiri, melainkan kerukunan dan keguyupan yang paling diutamakan. Fakta lainnya adalah ketika umat muslim merayakan hari raya Idul Fitri, umat non-muslim bermusyawarah untuk ikut memberikan penghormatan dengan bersalam-salaman di depan masjid untuk salang meminta dan memberikan permohonan maaf. paling mereka tekankan adalah bermusyawarah untuk mendapatkan kesepakatan bersama, sehingga toleransi yang berarti suatu kualitas kesabaran terhadap pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan, tingkah laku, adat istiadat yang berbeda dari apa yang dimiliki dianggap menjadi masalah yang terpenting.

  Dengan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Peran Tokoh Agama Dalam Menjaga Kerukunan

  Antar Umat Beragama (Komunikasi Kelompok Pada Dusun Thekelan,

Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2018)".

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan batasan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang?

   Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitan di sini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama.

  2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan prinsip- prinsip komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a.

  Secara akademik penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya pengembangan keilmuan, khususnya dalam bidang komunikasi.

  b.

  Sebagai bahan informasi ilmiah bagi para peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat praktis a.

  Bagi desa 1)

  Sebagai penambah partisipasi tokoh agama dalam menjaga kerukunan masyarakat atau umat yang berbeda agama dan saling memberi dukungan peran serta masyarakat terhadap tokoh agama. 2)

  Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama.

  3) Diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan evaluasi tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama. Bagi pihak lain Diharapkan dapat berguna bagi upaya menjadikan masyarakat hidup dengan rukun, damai dan adil, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam hidup bersama di tengah pluralitas agama.

E. Penegasan Judul

  Untuk memudahkan pembaca dan menghindari kekeliruan dalam memahami pembahasan judul penelitian ini, penulis menjelaskan beberapa istilah agar pemahaman dan pembahasannya dapat terarah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

1. Peran

  Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif, dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya didalam kelompok sebagai aktivis kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi anggota macam ini akan memberi sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar memberi kesempatan kepada fungsi-fungsi seseorang telah telah memberi sumbangan kepada terjadinya kemajuan dalam kelompok agar tidak terjadi pertentangan dalam kelompok karena adanya peran-peran yang kontradiktif (Bungin, 2006, 273-274).

  Peran yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah suatu perilaku dan konsep yang penting tentang apa yang dapat dilakukan oleh tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama di dalam masyarakatan.

  2. Tokoh agama Tokoh agama adalah sekelompok orang yang diakui oleh umatnya sebagai pemimpin formal keagamaan, hal ini disebabkan antara lain, karena: keilmuan, jabatan, keturunan dan lain sebagainya (Zainuddin, 2010, 13).

  3. Kerukunan umat beragama Kerukunan berasal dari kata “rukun”, secara bahasa memiliki beberapa arti, diantaranya bermakna baik dan damai; tidak bertengkar; bersatu hati; bersepakat; ragam (Naim, 2014, 123). Sehingga yang dimaksud kerukunan umat berbeda agama adalah suatu kebutuhan untuk melihat dan membicarakan kembali masalah agama bahwa semua agama mengemban amanah perdamaian sebagai salah satu esensi ajaran agama.

  Hal itu merupakan penyegaran dan upaya pencegahan terjadinya konflik yang melibatkan antar umat beragama (Muhaimin, 2004, 105). Komunikasi kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling kebergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda (Mulyana, 2016, 82). Komunikasi ini dilakukan oleh kelompok kecil yang bersifat tatap-muka, sehingga umpan balik antara komunikator dan komunikan dapat diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya.

  Berdasarkan penegasan istilah-istilah yang sudah dipaparkan di atas maka yang dimaksud dengan judul “Peran Tokoh Agama Dalam Menjaga

  

Kerukunan Antar Umat Beragama (Komunikasi Kelompok Pada Dusun

Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

Tahun 2018)" adalah penelitian tentang bagaimana peran tokoh agama dalam

  menjaga keamanan dan stabilitas kerukunan umat berbeda agama dengan menggunakan komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka terhadap masyarakat sehingga antara tokoh agama dan masyarakat saling memberikan tanggapan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menanggulangi terjadinya konflik beragama maupun konflik lainnya di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang.

   Kerangka Berpikir

  Masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam bentuk suku, ras, budaya maupun agama, sehingga keberagaman tersebut sebagai salah satu pluralitas yang tidak hanya dihadapkan pada pluralitas budaya melainkan pula berupa bentuk pluralitas agama. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Mereka ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi individu dalam melakukan komunikasi manakala berinteraksi dengan individu lain dalam mengusung budaya dan keyakinan beragama yang dianutnya.

  Penelitian ini memfokuskan bagaimana komunikasi dilakukan di dalam pluralitas keagamaan sebagai upaya merajut perdamaian dan kerukunan antar umat berbeda agama di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang Jawa Tengah. Sebagai salah satu bentuk daerah di mana sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antar umat berbeda agama. Thekelan dianggap sebagai daerah yang paling pantas dijadikan objek penelitian oleh penulis tentang bagaimana cara menjaga perdamaian dan kerukunan umat berbeda agama, alasannya adalah karena di daerah yang terletak di desa teratas dari gunung Merbabu terdapat daerah yang memiliki empat agama, yaitu; Budha, Islam, Kristen dan Katholik yang mana penganut masing-masing agama saling menjaga kerukunan satu sama lainnya. kebenaran dari teori yang telah dipelajari di bangku perkuliahan dengan mendeskripsikan temuan-temuan yang penulis peroleh di lapangan berupa interaksi dan proses komunikasi yang berlangsung di masyarakat Thekelan dengan kondisi masyarakat yang beragam agama namun mereka berusaha saling menjaga perdamaian dan kerukunan antar anggota masyarakat.

  Teori komunikasi yang penulis jadikan acuan dalam melakukan penelitian ini adalah teori Activity-Interaction-Sentimen atau disebut sebagai teori AIS dari Homans. Teori ini menjelaskan tentang perilaku-perilaku komunikasi anggota kelompok berkaitan dengan aktivitas apa saja yang terjadi di dalam kelompoknya, interaksi dalam berkomunikasi yang terjadi bagaimana, dan perasaan apa yang timbul di diri anggota kelompok yang dimaksud. Tiga aspek tersebut yang menunjukkan bagaimana pengaruh sosial dari proses mereka berkelompok (Zulkarnain, 2017: 18). Masyarakat Thekelan dalam mencapai tujuan bersama yaitu terjaganya perdamaian dan kerukunan umat berbeda agama, mereka saling menyesuaikan dan mengadakan maupun melestarikan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dengan saling berinteraksi secara terbuka dalam jangka waktu yang lama. Kerukunan merupakan hal yang penting di tengah-tengah suatu perbedaan, karena perbedaan yang ada tidak menjadikan hambatan untuk hidup rukun antar umat beragama. Kerukunan harus bersifat dinamis, artinya saling memiliki semangat untuk mengembangkan sikap kerukunan, karena semua agama mengajarkan kedamaian terhadap agama lain agar kehidupan di dunia ini tentram, damai, dan harmonis.

  Kerukunan antar umat berbeda agama di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu contoh daerah yabf berupaya merajut perdamaian dan kerukunan antar umat beragama. Peran komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat Thekelan baik antara tokoh agama maupun antar warga setiap harinya secara tatap muka ternyata memberikan nilai lebih dalam tercapainya kerukunan di masyarakat yang memiliki kemajemukan agama. Dengan seringnya komunikasi dan interaksi menjadikan setiap warga mampu saling memahami dan memberikan perhatian kepada sesama, hal ini yang menjadikan kerukunan tetap terjaga di dusun Thekelan.

  Penelitian ini menggunakan teori Activity-Interaction-Sentimen atau disebut sebagai teori AIS dari Homans yang menjelaskan tentang perilaku-perilaku komunikasi anggota kelompok berkaitan dengan aktivitas apa saja yang terjadi di dalam kelompoknya, interaksi dalam berkomunikasi yang terjadi bagaimana dan perasaan apa yang timbul di diri anggota kelompok yang dimaksud. Tiga aspek tersebut yang menunjukkan bagaimana pengaruh sosial dari proses mereka berkelompok.

  Sebagai salah satu bentuk daerah di mana sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antar umat berbeda agama, Thekelan dianggap sebagai daerah yang paling pantas dijadikan objek penelitian oleh penulis. Dengan seringnya interaksi dan komunikasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang ada di thekelan, maka teori Activity-Interaction-Sentimen di anggap penulis sebagai teori yang pantas dalam menganalisis temuan-temuan yang ada, karena menekankan pada interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam suatu kelompok.

   Tinjauan Pustaka

  Pada dasarnya beberapa penelitian yang penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka adalah skripsi yang bertema umum mengangkat tentang “kerukunan antar umat berbeda agama dalam masyarakat plural”. Hanya saja yang membuat berbeda dalam penelitian ini adalah terletak pada faktor obyeknya, yang mana obyek penelitian yang dijadikan sasaran secara garis besarnya yaitu penerapan prinsip-prinsip komunikasi kelompok dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang.

  Terkait dengan penelitian mengenai kerukunan antar umat berbeda agama dalam masyarakat plural, hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian penulis adalah penelitian Umi Maftukhah yang berjudul Kerukunan

  Antar Umat Beragama Dalam Masyarakat Plural tentang kerukunan antar

  umat Islam, Kristen Protestan, Katolik dan Budha di masyarakat plural Dusun Losari, Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.

  Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa peran tokoh agama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Dusun losari mampu mengantisipasi terjadinya konflik yang dilatarbelakangi oleh perbedaan dalam segi kehidupan dengan menggunakan prinsip rukun dan prinsip hormat, yaitu (1) prinsip rukun adalah setiap anggota masyarakat yang memiliki agama yang berbeda-beda saling menunjukkan sikap tenggang rasa, menghargai kewajiban ibadah agama lain, toleransi antar umat beragama, dan melaksanakan ibadah sesuai agamanya, (2) prinsip hormat yaitu saling mengayomi di antara pemeluk agama-agama yang berbeda. Dua prinsip ini menetapkan masing-masing pihak mendapatkan tempat yang diakui dengan mengetahui bagaimana ia harus bersikap untuk membuka relasi terhadap pihak lain agar mencapai keselarasan yang bersifat sempurna.

  Penelitian Angga Syaripudin Yusuf yang berjudul Kerukunan Umat

  

Beragama Antar Islam, Kristen dan Sunda Wiwitan di Kelurahan Cigugur,

Kecamatan Cigugur, Kuningan-Jawa Barat . Hasil penelitian ini dapat

  disimpulkan bahwa kerukunan umat beragama dapat tercipta dengan menerapkan prinsip-prinsip saling menghargai antar umat beragama serta gotong royang yang telah menjadi budaya masyarakat desa Cigugur, yang mana hal tersebut adalah implementasi dari pola hubungan sosial keagamaan dan pola hubungan sosial kemasyarakatan yang dipegang sebagai prinsip dalam terciptanya kerukunan di desa Cigugur.

  Penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi Tokoh Lintas Agama

  dalam Menjaga Kerukunan Umat Berbeda Agama Di Kota Bandung

  ” yang dilakukan Diah Fatma Sjoraida, Dede Mariana, dan Awing Asmawi. Hasil penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu tokoh lintas agama dapat dikatakan mampu menjadi jembatan komunikasi antar tokoh agama, juga antara umat beragama dengan pemerintah. Dengan adanya pola komunikasi yang dilakukan tokoh lintas agama mampu mengendalikan dan menyaring arus informasi agama, sehingga pesan-pesan yang berpotensi menimbulkan konflik dan merusak integrasi antar tokoh agama mampu diantisipasi. banyak tulisan ilmiah yang hampir senada dengan tema menjaga kerukunan umat beragama di masyarakat plural sehingga bisa saling melengkapi satu sama lain, namun yang menjadikan perbedaan dalam penelitian ini adalah penulis lebih menekankan kegiatan komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dan masyarakat di dusun Thekelan, desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang sebagai akibat relasi sosial dalam masyarakat dengan tujuan menciptakan masyarakat yang rukun dan aman, sehingga masyarakat dapat menerima dan menunjukkan sikap yang positif terhadap kebijakan bersama dalam menciptakan masyarakat yang saling menghargai dan saling menunjukkan harmoni kerukunan.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan didalam pembahasan, penulis mencoba menyusun dengan sistematis. Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan, yang menerangkan tentang bentuk dan penelitian, dimulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, kerangka berpikir, tinjauan pustaka dan sistematika penelitian.

  Bab II Landasan Teori yang menjelas tentang definisi komunikasi kelompok, peran tokoh agama dan kerukunan umat berbeda agama. Bab III Metode Penelitian, bab ini menjelaskan tentang subjek penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data penelitian, teknik keabsahan data.

  Bab IV Hasil Penelitian, bab ini memuat gambaran umum penelitian, pemaparan data, dan analisis data. Bab V adalah Penutup yang di dalamnya memuat kesimpulan dan saran-saran.

LANDASAN TEORI I.

   Peran Tokoh Agama a. Peran

  Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan seseorang, maka seseorang menjalankan suatu peranan. Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, dimana status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka diharapkan status dapat menjalankan suatu fungsi di dalam masyarakat (Soekanto, 2002: 268).

  Pengertian fungsi dalam suatu jabatan dan kedudukan seseorang di dalam masyarakat adalah hakikat dari jabatan dan kedudukan itu sendiri. Jabatan dan kedudukan adalah status yang disebabkan karena ia mempunyai perilaku atau tindakan yang diharapkan menepati suatu posisi didalam status sosial. Aspek dinamis kedudukan (status) adalah suatu sikap atau perilaku yang harus dijalankan sesuai fungsi yang diharapkan oleh perorang atau sekelompok orang (Wibowo & Yani, 2016: 855). Hal ini berarti bahwa peran menentukan apa yang diperbuat sesorang bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepada dirinya. posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat, sedangkan peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan yang berasal dari kata peran mencakup tiga hal, Yaitu: a.

  Peranan meliput norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

  b.

  Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

  c.

  Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosia masyarakat (Soekanto, 2002: 268-269).

b. Tokoh

  Pengertian tokoh dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1997: 68) berarti “orang-orang yang terkrmuka dan kenamaan”. Mengacu pada definisi tersebut dapat diartikan bahwa tokoh adalah orang-orang yang terkemuka, terpandang serta mempunyai peran besar terhadap pengembangan masyarakat. Mereka pada umumnya memiliki tingkah laku yang patut dijadikan teladan dalam rangka pembinaan akhlak remaja persaudaraan dan saling menghargai.

  Status sebagai tokoh di dalam masyarakat biasanya tidak lahir dari proses demokrasi tetapi lahir dari individunya yang baik dan juga memiliki kemampuan lebih, tokoh ini juga dalam membantu masyarakat tidak mengharapkan balas jasa lebih akan tetapi penuh sukarela. Karena hal tersebut, status tokoh di dalam masyarakat biasanya atas dasar dukungan dan kebutuhan masyarakat yang menganggap seseorang tersebut mampu memberikan solusi-solusi di dalam permasalahan kemasyarakatan dengan merubah perilaku dan psikis masyarakat ke pada arah yang lebih baik, sehingga masyarakat mengangkat dia sebagai pemimpin di dalam masyarakat. Ciri-ciri pemimpin informal (tokoh) tersebut adalah: a.

  Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimasi sebagai pemimpin.

  b.

  Kelompok rakyat atau masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai pemimpin. Status tokoh kepemimpinannya berlangsung selama kelompok yang bersangkutan masih maumengakui dan menerima pribadinya.

  c.

  Dia tidak mendapatkan dukungan atau backing dari suatu organisasi formal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.

  d.

  Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa, atau imbalan jasa itu diberikan secara sukarela.

  Tidak dapat dimutasikan, tidak pernah mencapai promosi, dan tidak memiliki atasan. Dia tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu.

  f.

  Apabila melakukan kesalahan, dia tidak dapat dihukum, hanya saja respek orang terhadap dirinya jadi berkurang, pribadinya tidak diakui, atau dia ditinggalkan oleh massanya (Kartono, 1998: 9).

c. Agama

  Agama dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “a” yang berarti “tidak” dan “gama” berarti “kacau”. Jadi “agama” berarti “tidak kacau”, dengan pengertian terhadap ketentraman dalam berfikir sesuai dengan pengetahuan dan kepercayaan tentang hal-hal keilahian dan kekudusan yang me ndasari kelakuan “tidak kacau”. Atau sesuatu yang mengatur manusia agar tidak kacau dalam kehidupannya. Dalam bahasa Inggris disebut religion atau religi, yang berasal dari bahasa Latin religio atau relegere yang berarti “mengumpulkan” atau “membaca”. Dalam bahasa Arab, istilah agama disebut “dīn”, berarti “ajaran tentang ketaatan absolut (kepada Tuhan, Allah)”, pemahaman ini benar- benar sesuai dengan konsep “Islam”, yang berarti “ketundukan penuh (kepada Tuhan)” (Ishomuddin, 2002: 30).

  Agama yang dianggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia (way of life) menuntun agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dalam membina hubungan dengan Tuhan mengitarinya. Oleh sebab itu, agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang mengitarinya ( Subqi , 2016: 168).

  Definisi mengenai agama dalam dunia akademik adalah masalah pelik. Penuh perdebatan yang serius. Cara seorang ahli mendefinisikan agama akan berisi tentang penjelasan orang itu tentang peranan agama dalam masyarakat. Definisi itu juga mencerminkan penafsiran seorang ahli tentang isu-isu yang berkaitan dengan agama.

  Para ahli agama sulit menyepakati apa yang menjadi unsur esensial agama. Namun hampir semua agama diketahui mengandung empat unsur penting, yaitu (1) pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi kehidupan manusia, (2) keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan baik antara manusia dengan kekuatan gaib, (3) sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib, seperti sikap takut, hormat, cinta, penuh harap, pasrah, dan lain-lain, (4) tingkah laku tertentu yang dapat diamati, seperti sembahyang, doa, puasa, suka menolong, tidak korupsi, dan lain-lain. Sebagai buah dari tiga unsur pertama merupakan jiwa agama, sedangkan unsur yang keempat merupakan bentuk lahiriyah (Ishomuddin, 2002: 31).

  Banyak para ahli agama mencoba mendefinisikan makna agama. Cicero, pembuat hukum romawi, agama adalah anutan yang menyatakan bahwa agama adalah perasaan berkewajiban melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Herbert Spencer dalam Principles of Sociology, berpendapat bahwa faktor utama dalam agama adalah iman akan adanya kekuasaan tidak terbatas atau kekuasaan yang tidak dapat digambarkan batas waktu atau tempatnya. E. B. Tylor menyebutkan bahwa agama adalah keyakinan tentang adanya makhluk spiritual.

  Emile Burnouf berpendapat bahwa agama adalah ibadah, dan ibadah adalah amaliah campuran. Agama merupakan amaliah akal manusia yang mengakui adanya kekuatan Yang Maha Tinggi, juga amaliah hati manusia yang bertawajjuh untuk memohon rahmat dari kekuatan tersebut. James Redfield mengatakan bahwa agama adalah pengaruh manusia agar tingkah lakunya sesuai dengan perasaan tentang adanya hubungan antara jiwanya dengan jiwa tersembunyi, yang diakui kekuasaannya atas dirinya dan atas sekalian alam, dan dia rela merasakan hubungan seperti itu (Mubaraq, 2010: 6).

  Keyakinan atau pengakuan adanya kekuatan gaib, merupakan keyakinan pokok dalam suatu agama. Masyarakat primitif umumnya meyakini adanya tiga macam kekuatan gaib, yaitu kekuatan sakti (mana), roh-roh (terutama roh-roh manusia yang telah wafat), dan dewa-dewa atau Tuhan. Mereka sekaligus dapat berpaham dinamisme, yakni mempercai bahwa tiap-tiap benda dapat ditempati oleh kekuatan sakti, yang bisa memberikan manfaat atau malapetaka kepada manusia; berpaham roh-roh, terutama roh-roh manusia, yang dapat menolong atau mengganggu manusia; dan berpaham politeisme, yakni mempercayai atau menyembah banyak Dewa yang mereka anggap mempunyai kekuatan lebih besar dari roh-roh; atau berpaham henoteisme, yakni mempercayai dan menyembah satu Dewa atau satu Tuhan, tapi tidak mengingkari adanya para Dewa atau Tuhan-tuhan lain yang menjadi saingan bagi Dewa atau Tuhan yang mereka sembah.

  Masyarakat maju atau modern yang beragama, pada umumnya cenderung pada paham monoteisme, yakni meyakini hanya ada satu Tuhan, yang menciptakan segenap alam; tidak ada Tuhan selain Dia. Umat Islam, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha Mahayana mengaku bahwa agama masing-masing adalah agama monoteisme (Ishomuddin, 2002: 31).

d. Tokoh agama

  Tokoh agama diartikan sebagai “orang yang dijadikan figur dalam masyarakat karena memiliki banyak ilmu tentang agama”. Menurut

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

4 95 241

View of Teologi Konvergensi dan Kerukunan Antar Umat Beragama

0 0 18

Gambaran Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Penduduk Dusun Batur Kidul Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Penduduk Dusun Batur Kidul Kecamata

0 2 34

Dialog dan Kerukunan Antar Umat Beragama

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah - Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

0 1 15

PENGARUH PERILAKU IHSAN TERHADAP PERILAKU BELAJAR Studi Kasus Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2009 - Test Repository

0 0 83

Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Putus Sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang - Test Repository

0 0 113

Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Perilaku Sosial Remaja Di Dusun Batur Wetan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2015. - Test Repository

0 0 107

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan Di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 - Test Repository

0 0 162

Pengembangan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Lingkaran Warna Pada Kelompok A Di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository

0 0 134