Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan Di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 - Test Repository

  

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK AWAL BALIGH

MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN

DI DUSUN NOLOPRAYAN, DESA JATIREJO,

KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG

  

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

  

OLEH:

  

INDAH PURNAMA SARI

111-14-279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK AWAL BALIGH

MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN

DI DUSUN NOLOPRAYAN, DESA JATIREJO,

KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG

  

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

  

OLEH:

  

INDAH PURNAMA SARI

111-14-279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

             

                                   

  

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan

atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang

tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia

berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-

hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak

berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang

dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan” (Q.S. Al-Baqarah: 183-184) (Qordhawi, 2006:

30).

  

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan karya ini. Skripsi ini penulis

persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Ngatmin dan Ibu Painah). Terima kasih atas doa, nasihat, kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah serta pengorbanan tanpa pamrih yang selalu diberikan untukku.

  2. Ketiga kakakku tersayang (Muh Adi Saputro, Nanik Sunarti, dan Rina Suryani) yang telah mendoakan ku serta memberikan motivasi kepadaku.

  3. Keponakanku tersayang (Arga, Tacia, Malik, Abid, Inez dan Ziham) yang membuat cair suasana

  4. Keluarga besarku (Busri dan Wiro Dinomo Timin) yang tiada henti selalu mendoakan ku 5.

  Bapak Imam Mas Arum M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini

  6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu kepadaku 7.

  Mas Eko Sulistyono yang selalu memberikan masukan, motivasi, serta segala sesuatu yang menunjang dalam penyelesaian skripsi ini

  8. Sahabat-sahabatku (Wahyu Hidayah, Athna Maftuha, Aufi Milatana, Diana Setyoningrum, Jauharatul Uyuni, Rani Dwi Pujianti, serta teman-teman Cah Ipyik) yang selalu

memberikan dukungan, semangat serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

  9. Adikku (Meli Asiyani Lestari dan Fitriyatus Syarifah) yang selalu membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

  10. Semua teman seperjuanganku prodi PAI angkatan 2014 khususnya PAI G 11.

  Semua teman-teman PPL di SMK Negeri 1 Salatiga (Ida Rizki Afita, Ahmad Fuad, Nur Chalim, Asprillia Putri Pangesti, Novlita Zalikapuri, Muhammad Luthfi, dan Miftahul Wahab) dan semua teman-teman KKN di Dusun Blendung, Kecamatan Kemusu (Yunita, Riski Inayah, Tami, Uuk, Lena, Danang, Gilang, dan Adin) yang saya cintai.

  12. Kepala Dusun Noloprayan yang telah mengizinkan saya untuk melakukan peneltian di Dusun Noloprayan

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحّرلا للها مسب

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu

memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul Peran

  

Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah puasa Ramadhan di

Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 dapat

terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda

Nabi Muhammad SAW, yang menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-

satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi

ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3.

  Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah mengarahkan, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini

  5. Ibu Dra.Urifatun Anis, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing Akademik 6.

  Kepada seluruh Dosen Tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di FTIK IAIN Salatiga.

  

ABSTRAK

Sari, Indah Purnama. 2018. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh

Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan Di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

  Kata kunci: peran orang tua, baligh, puasa ramadhan Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mendidik anak awal baligh menjalankan

ibadah puasa ramadhan. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah kondisi

ibadah puasa ramadhan anak awal baligh, peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh

serta faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam mendidik anak awal baligh

menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan. Pertanyaan yang ingin dijawab

melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana ibadah puasa ramadhan anak awal baligh di

Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018? (2)

Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa

ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

Tahun 2018? (3) Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam

mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa

Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

  Jenis penelitian adalah penelitian lapangan (Field research) dan bersifat deskriptif

kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Langkah

analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Karakteristik informan yang diteliti adalah orang tua baik Bapak maupun Ibu yang

berperan dalam mendidik anak untuk berpuasa ramadhan dan anak awal baligh. Usia putra

putri berkisar antara 10 sampai 13 tahun, dan mereka tinggal di Dusun Noloprayan, Desa

Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Informan yang terlibat dalam penelitian ini

berjumlah 8 orang yang terdiri dari orang tua dan anak awal baligh dalam 4 keluarga.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan ibadah puasa ramadhan anak

di Dusun Noloprayan sudah sempurna satu bulan penuh (2) Peran orang tua dalam mendidik

anak menjalankan ibadah puasa ramadhan dengan menjelaskan keutamaan puasa pada anak,

keteladanan orang tua, mendidik dengan nasihat, mendidik dengan pengawasan, memberikan

reward, pembiasaan puasa sejak dini (3) Faktor yang mendukung dan menghambat orang tua

dalam mendidik yaitu, kesadaran orang tua dalam mendidik anak untuk beribadah,

masyarakat yang agamis, keluarga yang harmonis, kesibukan orang tua, dan terbatasnya

ekonomi, faktor dari lingkungan teman.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ........................................................................................... i

  LEMBAR BERLOGO IAIN .............................................................................................. ii

  HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................................... .... iii

  PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................................... iv

  PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................................... v

  PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .......................................................................... vi

  MOTO ................................................................................................................ vii

  PERSEMBAHAN ............................................................................................................ viii

  KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x

  ABSTRAK ...................................................................................................................... xii

  DAFTAR ISI ................................................................................................................... xiii

  DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xv

  DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................

  B.

  5 Fokus Penelitian ..............................................................................................

  C.

  6 Tujuan Penelitian ............................................................................................

  D.

  6 Manfaat Penelitian ....................................................................... .................

  1.

  6 Manfaat Teoritis .......................................................................................

  2.

  7 Manfaat Praktis ........................................................................................

  E.

  7 Penegasan Istilah ............................................................................................

  F.

  9 Sistematika Penulisan .....................................................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.

  11 Peran Orang Tua .......................................................................................

  2.

  25 Anak Awal Baligh ......................................................................................

  3.

  28 Puasa Ramadhan ......................................................................................

  B.

  40 Kajian Pustaka .................................................................................................

  BAB III METODE PENELITIAN A.

Pendekata dan Jenis Penelitian .......................................................................

  57 b. Keadaan Penduduk .............................................................................

  89 B.

Saran ...............................................................................................................

  BAB V PENUTUP A.

Simpulan .........................................................................................................

  3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Orang Tua Dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan ............................................. 84

  Kondisi Ibadah Puasa Ramadhan Anak Awal Baligh............ .................... ...... 72 2. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan ...................................................................................... ..... 75

  Analisis Data 1.

  64 2. Temuan Penelitian............................................................................. 66 B.

  62 d. Profil Subjek Penelitian .......................................................................

  57 c. Data Informan .....................................................................................

  Letak dan Keadaan Geografis .............................................................

  43 B.

Kehadiran Peneliti ...........................................................................................

  Profil Dusun Noloprayan a.

  55 BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data 1.

  52 H.

Tahap-Tahap Penelitian...................................................................................

  51 G.

Pengecekan Keabsahan Data ..........................................................................

  46 F.

Analisis Data ....................................................................................................

  45 E.

Prosedur Pengumpulan Data ..........................................................................

  44 D.

Sumber Data ...................................................................................................

  44 C.

Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................

  90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL 1.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Total RW 02 Berdasarkan Jenis Kelamin 2.Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia 3.Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan 4.Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencahariaan 5.Tabel 4.5 Sarana Peribadatan 6.Tabel 4.6 Daftar Informan Keluarga Anak Awal Baligh

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Penulis

  2. Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing

  3. Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

  4. Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian

  5. Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi

  6. Lampiran 6 Laporan SKK

  7. Lampiran 7 Buku Kegiatan Bulan Ramadhan

  8. Lampiran 8 Pedoman Wawancara

  9. Lampiran 9 Transkip Wawancara

10. Lampiran 10 Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang memiliki peran sangat penting dalam

  kehidupan umat manusia. Agama menjadi salah satu tolak ukur dalam upaya mewujudkan kehidupan yang damai dan bermartabat yang dapat dikembangkan melalui pendidikan agama. Salah satu ajaran agama yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim adalah puasa pada bulan ramadhan.

  Puasa atau shiyam adalah suatu ibadah kepada Allah SWT dengan syarat dan rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual dan lain-lain perbuatan yang dapat merugikan atau mengurangi makna atau nilai dari pada puasa, semenjak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari (Drajat, 1983: 275). Puasa ramadhan adalah kewajiban yang sakral dan ibadah islam yang bersifat syi`ar yang agung, juga salah satu rukun islam praktis yang lima, yang menjadi piral agaima ini.

  Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan pada nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Al-

  Qur‟an dan Hadits Nabi (Zuhairini, 2004: 177). Keberhasilan pendidikan tidak hanya terbatas pada penguasaan kognitif saja namun juga diperlukan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam jiwa serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Mengenai kewajiban dalam melaksanakan ibadah puasa ramadhan, Allah Swt telah berfirman dalam (Q.S. Al-Baqarah: 183-184):

                  

  

            

  

                     

  Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

  sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (Qordhawi, 2006: 30).

  Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa ibadah puasa wajib dilakukan oleh setiap orang yang beriman. Tidak terkecuali bagi anak-anak awal baligh.

  Anak awal baligh harus sudah diberikan didikan untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan . Salah satu hal yang penting dalam mendidik anak disiplin dalam puasa ramadhan yaitu peran orang tua di mana pendidikan pertama yang didapatkan anak adalah pendidikan yang berasal dari keluarga. Menurut Ali (1998: 87) Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami pada masa awal kehidupan berada ditengah-tengah ayah dan ibunya.

  Orang tua yang bisa lebih mengetahui kondisi anaknya sendiri tentang kapan mereka betul-betul siap mulai berlatih puasa (Salwasalsabila, 2008: 109). Pada dasarnya hanya orang tua yang mampu mengetahui kondisi anak kapan anak siap untuk diberikan pendidikan agama. Dan untuk memberikan pendidikan agama tersebut harus dilakukan secara intensif agar mencapai suatu hasil yang maksimal. Tidak mudah untuk mencapai tujuan tersebut, tentulah harus dimulai dari titik yang paling awal, yakni memberikan pemahaman-pemahaman mengenai pendidikan agama.

  Seperti sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:

  وناسجمي وأ ونارصني وأ ونادوهي هاوبأف ةرطفلا ىلع دلوي دولوم لك

  Artinya: “Tiada manusia lahir (dilahirkan) kecuali dalam keadaan

  fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau Nasrani atau Majusi ”. (Bahreisy, 1980: 68).

  Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya terutama pada masa pertumbuhan yang pertama (usia 0-12 tahun). Masa yang menentukan bagi pertumbuhan perkembangan agama pada anak untuk masa berikutnya. Karena itu anak yang sering mendapatkan didikan agama dan mempunyai pengalaman keagamaan, maka setelah dewasa anak akan cenderung bersikap positif terhadap agama, demikian sebaliknya anak yang tidak pernah mendapatkan didikan agama dan tidak berpengalaman dalam keagamaan, maka setelah dewasa anak tersebut akan cenderung bersikap negatif terhadap agamanya (Daradjat, 2005: 69).

  Anak-anak biasanya sulit melakukan puasa ramadhan. Salah satu faktor yang menghambat adalah faktor lingkungan baik itu lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Contoh faktor yang menghambat anak dalam melaksanakan puasa yaitu pengaruh yang diberikan kepada anak yang nakal dengan berbohong puasa ternyata tidak berpuasa. Apalagi anak yang awal baligh sangat rentan dengan bujukan-bujukan dari teman- temannya. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah dibutuhkan untuk mendidik anak agar rajin berpuasa ramadhan.

  Berbeda di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 di mana anak-anak usia awal baligh telah rajin berpuasa ramadhan. Itu semua karena kesadaran dalam diri orang tua untuk mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan. Terlihat ketika bulan ramadhan telah tiba, anak awal baligh antusias untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan. Sehingga di sini peneliti ingin mengetahui peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan.

  Berdasarkan latar belakang di atas yang berada di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, maka peneliti ingin mencari tahu peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan dengan melakukan penelitian yang berjudul

  “Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 ”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1.

  Bagaimana ibadah puasa ramadhan anak awal baligh di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018? 2. Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo,

  Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018? 3. Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun

  Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

  C. Tujuan Penelitian

  Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah puasa ramadhan anak awal baligh di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo,

  Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018.

  3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang jelas kepada semua pihak yang terkait baik kalangan akademis maupun masyarakat.. Terdapat 2 manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis a.

  Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi sumbangan wacana keilmuwan dan menambah khasanah dalam mendidik anak untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan b.

  Menambah wawasan orang tua bahwa peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak untuk berpuasa.

2. Manfaat Praktis a.

  Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan. Dan juga untuk menjadi referensi anak awal baligh dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan.

  b.

  Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan proses mendidik anak untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan, khususnya bagi orang tua E.

   Penegasan Istilah

  Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok masalah yang dimaksud maka sebelumnya penulis menguraikan tentang batasan pengertian yang dimaksud dalam judul ini adalah: 1.

  Peran Orang Tua Peran berarti pemain sandiwara (film). Peran juga bisa berarti watak

  (peran yang utama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang sifatnya khas dan istimewa). Kata peran mempunyai arti fungsi, kedudukan, bagian kedudukan (Maulana, dkk, 2003:392). Peran yang dimaksud di sini yaitu yang memegang pimpinan utama, yang mempunyai ciri-ciri individual yang sifatnya penting dan utama. Dalam hal ini yang memegang peran tersebut adalah orang tua. Dalam keluarga sangat penting dalam menanamkan keagamaan karena menjadi pondasi dalam sebuah keluarga mendidik anaknya. Dalam hal ini mendidik anak awal baligh untuk berpuasa.

  2. Puasa ramadhan Puasa menurut Islam berkaitan dengan tiga masalah pokok yang sangat esensial bagi kehidupan manusia, yaitu menahan lapar dan haus, menahan diri dari hubungan seksual, dan menahan diri dari penglihatan, pendengaran, serta ucapan-ucapan yang tidak baik atau tidak wajar. Dari pengertian di atas, kata

  “Shaum” diartikan menahan diri dari segala

  sesuatu dan meninggalkan sesuatu, Ramadhan berasal dari akar kata

  ramadha yang berarti membakar atau menghanguskan. Ada dua sebab

  mengapa dinamakan bulan ramadhan (Said, 2009:11-13). Ibadah puasa ramadhan adalah suatu ketundukan atau kepatuhan kepada Allah swt. dengan menahan diri dari makan, minum, serta dari hal-hal yang membatalkannya sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai dengan niat yang dilaksanakan pada bulan ramadhan.

  3. Anak awal baligh Anak baligh adalah anak usia 15 tahun atau secepat-cepatnya umur 12 tahun bagi laki-laki dan secepat-cepatnya umur 9 tahun bagi wanita

  (Harjono, 1987:222). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak baligh adalah anak yang sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dengan batas usia minimal 12 tahun untuk laki-laki dan sudah mimpi basah, sedangkan untuk perempuan berumur 9 tahun dan sudah menstruasi.

F. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan. Bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, serta sistematika penulisan.

  Bab II: Kajian Pustaka. Bab ini membahas tentang landasan teori dan kajian terdahulu, yang meliputi peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh, puasa ramadhan, anak awal baligh, serta penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

  Bab III: Metodologi Penelitian. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.

  Bab IV: Paparan Data dan Analisis Data. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang paparan data dan analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data. Dalam paparan data membahas tentang gambaran tempat meliputi: letak geografis, keadaan penduduk berupa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk menurut usia, jumlah penduduk menurut pendidikan, jumlah penduduk menurut mata pencahariaan, sarana peribadatan, dan temuan data berupa karakteristik keluarga di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Sedangkan dalam analisis data untuk menjawab rumusan masalah tentang kondisi ibadah puasa ramadhan anak awal baligh, peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan serta faktor yang mendukung dan faktor penghambat dalam mendidik anak awal baligh dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018.

  Bab V: Penutup. Bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir akan di paparkan mengeni daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Orang Tua a. Pengertian peran orang tua Soekanto mengemukakan beberapa pendapatnya sebagai

  berikut: 1)

  Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan.

  2) Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

  3) Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat (Soekanto, 1986: 12).

  Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama, utama karena pengaruh mereka amat mendasar dalam perkembangan kepribadian anaknya, pertama karena orang tua adalah orang pertama dan paling banyak melakukan kontak dengan anaknya (Tafsir, 1997: 135). Orang tua menjadi panutan dan contoh bagi anak-anaknya. Setiap anak akan mengagumi orang tuanya, apapun yang dikerjakan orang tua akan dicontoh oleh anak. Misalnya anak laki-laki senang bermain menggunakan palu, anak perempuan senang bermain boneka dan memasak. Contoh tersebut adalah adanya kekaguman anak terhadap orang tuanya, karena itu keteladanan sangat perlu seperti puasa ramadhan, shalat berjamah, membaca basmallah ketika makan dan lain sebagainya, dari hal itu anak-anak akan menirukan (Tafsir, 1996: 7).

  Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah pemegang pimpinan utama melalui tingkah laku yang berhubungan dengan norma-norma, peraturan-peraturan dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan situasi dan kondisi serta posisi seseorang dalam suatu tatanan kehidupan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini yang memegang peran tersebut adalah orang tua. Mereka yang mendidik dan mengarahkan anak awal baligh dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan.

  b.

  Tanggung jawab orang tua Orang tua bukan hanya menjadi bapak dan ibu bagi anak- anaknya tetapi juga menjadi pendidik yang bertanggung jawab atas segala kepribadian anak.

  “The family is reponsible for preparing the young child to live

in society for teaching the child the language, the attitudes and

some of the basic skills he or she will need” (Robert, 1998: 39).

  “Keluarga bertanggung jawab untuk mempersiapkan anak kecil untuk hidup di masyarakat untuk mengajari anak berbahasa, bersikap dan beberapa kemampuan dasar yang laki-laki atau perempuan butuhkan”.

  Keluarga merupakan institusi yang pertama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Jadi keluarga mempunyai peran dalam pembentukan akhlak anak, oleh karena itu keluarga harus memberikan pendidikan atau mengajar anak tentang akhlak mulia atau baik. Hal itu tercermin dari sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak.

  Di samping itu, dalam melakukan pendidikan akhlak kepada anaknya, orang tua hendaknya menggunakan metode pembiasaan.

  Maksudnya anak dilatih untuk berakhlak yang baik dan bertingkah laku yang sopan kepada orang tua. Jangan sampai kedua orang tua menunjukkan kekerasaan yang terjadi antar keduanya di depan ankanya, karena hal itu akan mengakibatkan anak meniru kekerasan tersebut dan menganggap bahwa orang tuanya tidak dapat memberi contoh yang baik (Ulwan, 2000: 135).

  Tanggung jawab pendidikan islam yang dibebankan kepada orang tua sekurang-kurangnya adalah: 1)

  Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

  2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari segi penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya.

  3) Memberi pengajaran dala arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

  4) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim (Djamarah, 2004:

  86). Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila dibutiri maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberi pendidikan akhlak, menanamkan akidah dan tauhid, melatih anak mengerjakan shalat dan puasa, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno, menempatkan dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik bertetangga dan bermasyarakat (Djamarah, 2004: 28). Sesuatu yang sudah menjadi tanggung jawab orang tua sudah semestinya harus dilaksanakan oleh kedua orang tua.

  c.

  Tugas orang tua terhadap anak Ayah dan ibu memiliki tugas dihadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa kehamilan sampai masa anak telah lahir ke dunia. Tugas orang tua terhadap anak tidak hanya terbatas dalam memberi makan, minum, membelikan pakaian baru, dan tempat berteduh yang nyaman. Beberapa hal tersebut bukan berarti tidak perlu, sangat perlu. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak. Beberapa tugas orang tua yang perlu diperhatikan adalah:

  1) Menanamkan Pandangan Hidup Beragama

  Tugas orang tua terhadap anak bisa dilakukan dengan memberikan penanaman beragama pada masa kanak-kanak, karena masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mengenalkan dasar-dasar hidup beragama. Penanaman hidup beragama ini bisa dilakukan dengan memberikan contoh kepada anak dengan berpuasa, mengajak anak-anak ikut serta pergi ke masjid bersama orang tua untuk menjalankan ibadah, mendengarkan kultum, maupun ceramah agama.

  Bila semasa kecilnya anak tidak dikenalkan dengan agama, tidak pernah pergi bersama orang tua ke masjid mendengarkan ceramah maupun sholat berjamaah, maka setelah dewasa mereka pun tidak ada perhatian terhadap hidup beragama. Untuk itu, tugas orang tua dalam mendidik anak sangat perlu diperhatikan di awal masa kanak-kanaknya.

  2) Tanggung Jawab Keluarga terhadap Pendidikan Anak

  Tugas orang tua yang tak kalah pentingnya adalah memberikan pendidikan yang layak bagi anak. Hal ini tidak terlepas dari semangat orang tua dalam mendidik anaknya, beberapa semangat dasar orang tua terhadap pendidikan anaknya, meliputi: Semangat diri sendiri untuk cinta dan sayang pada anak. Cinta dan sayang ini akan menumbuhkan sikap rela dan menerima tanggung jawab sebagai amanah dalam mengabdikan hidupnya untuk sang anak.

  3) Membangun karakter pada anak

  Tidak ada yang bisa kita lakukan dengan kecerdasan kita kalau jiwa yang menjadi tempat berkembangnya amat rapuh. Bukan cemerlangnya otak yang menjadikan orang- orang besar memberi warna pada sejarah. Anak-anak yang sangat berpengaruh pada teman-teman sepermainan yang sebaya atau bahkan yang lebih tua usianya, kerap kali bukan ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya, melainkan oleh seberapa kuat karakter membentuk dirinya. Tak perduli karakter itu baik atau buruk. Kalau karakternya yang menonjol sangat baik, maka anak-anak disekelilingnya akan cenderung terbawa. Yang semula buruk, akan berkurang keburukannya dan berangsur-angsur menjadi baik. Sementara yang telah baik, akan berjalan seiring dan berlomba unruk semakin baik (Adhim, 2008: 270). Selain itu tugas orang tua dalam mendidik anak masih banyak lagi dalam proses pembentukan karakter, bagaimana anak belajar percaya diri, menghargai orang lain, dan terlebih lagi orang tua dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, karena hal itu akan berguna bagi masa depannya.

  Untuk itu, dalam menjalankan tugas orang tua dalam mendidik anaknya orang tua perlu menjadi teladan bagi anaknya dalam menanamkan pandangan hidup beragama, bagaimana bertanggung jawab terhadap tugasnya serta bagaimana tugas orang tua membangun karakter pada anak.

  d.

  Cara orang tua dalam mendidik anak Untuk menanamkan perilaku beribadah, setiap orang tua harus memiliki strategi dalam mendidik anak. Strategi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa bentuk metode, sebagai berikut:

  1) Menanamkan akidah dalam islam

  Akidah islamiyah memiliki enam komponen pokok keimanan, yaitu beriman kepada Allah SWT, para malaikat, kitab- kitab, para rasul, hari akhir, serta qadha‟ dan qadar yang baik maupun yang buruk. Komponen-komponen ini memiliki keunikan tersendiri, oleh karena itu sebagian orang tua merasakan kesulitan untuk menjelaskannya kepada anak kecil yang kemampuan berikirnya masih sangat sederhana dan terbatas untuk mengenali hal-hal yang abstrak (

  Al „Adawy, 2007: 112).

  2) Memberikan keteladanan

  Jika kita perhatikan, para rasul dan nabi selalu memberikan perhatian yang besar terhadap keselamatan akidah putra-putri mereka. Hal ini dapat kita temukan pada diri Nabi Ibrahim As., sebagaimana dilukiskan oleh Allah Swt dalam firmanNya QS. Al Baqarah : 132 :

  

َٰٗفَط ْصا َ َّاللَّ ٌَِّإ َّيَُِث بَي ُةُٕقْؼَئَ ِّيَُِث ُىيِْاَرْثِإ بَِٓث َّٰٗصََٔٔ

ًٌَُِٕهْضُي ْىُتََْأَٔ َّلَِّإ ٍَُّتًَُٕت َلََف ٍَيِّدنا ُىُكَن

  Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu

  “ kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.

  (Ibrahim berkata): anak-anakku! „Hai Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam Ahmad, 2015:

  ‟. (

  112) Demikian juga luqman mempunyai perhatian yang besar terhadap putranya, sebagaimana tergambar dalam wasiatnya yang disebutkan oleh Allah Swt dalam firmanNya

  QS. Luqman: 13 sebagai berikut:

ٌَِّإ َّللَّبِث ْكِر ْشُت َلَّ َّيَُُث بَي ُُّظ ِؼَي ََُْٕٔ ُِِّْث ِلَّ ٌُبًَْقُن َلبَق ْذِإَٔ

ٌىي ِظَػ ٌىْهُظَن َك ْرِّشنا

  Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada

  anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Ahmad, 2015: 116)

  3) Pemberian hadiah pada anak

  Pemberian hadiah memiliki pengaruh yang baik bagi setiap jiwa manusia oada umumnya. Namun pengaruh terbesar akan dirasakan oleh anak. Rasululla Saw menganjurkan pemberian hadiah dengan menjadikannya sebagai salah satu bentuk cara untuk menumbuhkan sikap kecintaan yang tulus di antara manusia. 4)

  Berbicara dengan anak sesuai kemampuan akalnya Seorang anak, sebagaimana makhluk hidup yang lain, mempunyai batas-batas yang tidak dapat dilanggar. Para orang tua harus mengetahui tingkat kemampuan akal anak, sehingga memudahkan mereka dalam berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah yang berkenaan dengan anak. 5)

  Menasihati seperlunya Terlalu banyak menasihati sering kali membuat anak jenuh dan bosan. Namun, sedikit menasihati _oku memberikan keleluasaan anak dalam bertindak yang kurang baik. Karena itu, sebagai pendidik, orang tua atau guru sebaiknya bersikap tengah-tengah dalam memberikan nasihat. Akan lebih baik jika pendidik memberikan keteladanan (uswatun hasanah ) ketimbang nasihat-nasihat berupa omongan secara berlebihan. Keteladanan akan lebih efektif dampaknya karena dapat disaksikan langsung oleh anak (Mustaqim, 2005: 38-44).