BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata Di SMA Negeri 2 Demak

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Manusia hidup di dunia ini akan menentukan lingkungannya atau ditentukan oleh lingkungannya. Perubahan lingkungan sangat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia pada lingkungannya. Alam yang ada secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia pada umumnya dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat, menjadi tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatannya tidak digunakan sesuai dengan kemampuan serta melihat situasinya (Subagyo, 1999: 1).

  Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Sejak ditetapkannya UUPPLH, menekankan kepada aspek tidak saja pengelolaan. Justru perlindungan ditetapkan awal pengelolaan. Untuk itu, lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Wahidin, 2014: 13).

  Kesadaran lingkungan merupakan kesadaran yang lahir dari pemahaman tentang relasi antara manusia dengan lingkungannya. Kesadaran bahwa manusia adalah bagian integral yang tidak terpisahkan dari lingkungannya, merupakan kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan. Salah satu instrumen untuk menanamkan kesadaran itu adalah melalui pemahaman tentang hukum lingkungan (Akib, 2014: vii)

  Seiring menguatnya kesadaran dan komitmen pemerintah terhadap persoalan lingkungan hidup adalah terbentuknya UU Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup (UULH). UULH ini dipandang sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah pengaturan hukum lingkungan secara modern di Indonesia, karena perangkan hukum ini selain sebagai payung hukum, bersentuhan pula dengan aktivitas pembangungan nasional yang dapat juga merusak kelestarian fungsi lingkungan hidup (Helmi, 2012: 150).

  Untuk itu, di dalam pengelolaan lingkungan maupun mendayagunakan sumber daya alam, hendaknya berasaskan pada pelestarian lingkungan, agar hubungan manusia dengan lingkungannya selalu berada pada kondisi optimum, dalam arti manusia dapat memanfaatkan sumber daya dengan dilakukan secara terkendali dan lingkungannya mampu menciptakan sumbernya untuk dapat dibudidayakan (Subagyo, 1999: 3).

  Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup perlu diberikan kepada masyarakat terutama kepada anak didik agar terbentuk kesadaran dan sikap peduli lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai- nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pendidikan lingkungan hidup mempelajari permasalahan lingkungan khususnya masalah dan pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi (Setyowati, 2014: 2).

  Aspek penting yang diterapkan dalam pembelajaran pendidikan lingkungan hidup adalah kognitif dan afektif. Aspek kognitif meliputi proses pemahanan, dan menjaga keseimbangan aspek-aspek yang lain. Materi pendidikan lingkungan hidup harus diberikan sebagai materi yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa, selanjutnya dikembangkan sendiri oleh siswa. Aspek afektif yang dapat diterapkan dalam pendidikan lingkungan hidup meliputi tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan. Dalam pendidikan lingkungan hidup perlu diberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Setyowati, 2014: 4).

  Pada awalnya penyelenggaraan PLH di Indonesia dilakukan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun

  1977/1978 rintisan Garis-garis Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, dimana pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL mulai dikembangkan). Sampai tahun 2010, jumlah PSL yang menjadi Anggota Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi 101 PSL (Tim Adiwiyata, 2012: 1).

  Pengelolaan lingkungan hidup bukan semata- mata menjadi tanggung jawab pemerintah. Sekolah dan masyarakat juga sangat penting peran sertanya dalam melaksanakan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dapat tercapai kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Daya dukung muerupakan kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain, sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya (Suhartini, 2008: 2).

  Sebagai upaya mempercepat pengembangan pendidikan lingkungan hidup khususnya jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, untuk mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, maka pada tanggal 21 Februari 2006 telah dicanangkan program Adiwiyata. Adiwiyata mempunyai makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan (Tim Adiwiyata, 2012: 3).

  Menyikapi hal tersebut, Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 2006 mencanangkan Program Adiwiyata sebagai tindak lanjut dari MoU pada tanggal 3 Juni 2005 antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional. Program Adiwiyata sendiri baru mulai tahun 2006 ini dilaksanakan dan dikhususkan untuk Pulau Jawa, karena Kementerian Lingkungan Hidup masih mencari model untuk kriterianya. Tetapi sejak tahun 2007 program ini kemudian dilaksanakan menyeluruh ke tiap provinsi yang ada di Indonesia.

  Tujuan program Adiwiyata adalah untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya- upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan (Tim Adiwiyata,

  2012: 3). Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma dasar antara lain; kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan sumber daya alam. Serta penerapan prinsip dasar yaitu partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran, serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara konperensif. Dari tujuan yang dijelaskan, maka program Adiwiyata utamanya untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

  Kajian pendahuluan tentang program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak, memperlihatkan beberapa fenomena yang didapati, diantaranya: (1) derajat perubahan yang diharapkan untuk peduli lingkungan dengan melaksanakan PLH melalui program Adiwiyata masih rendah. (2) pelaksana program belum dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan kegiatan program. (3) sosialisasi isi kebijakan pendidikan lingkungan hidup melalui program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak dari pelaksana kebijakan ke kelompok sasaran tidak terkomunikasikan dengan baik. (4) komunikasi yang rendah dari para pelaksana program dalam usaha meningkatkan kompetensi mereka dalam pelaksanaan program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak. (5) kurangnya jumlah implementor yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pendidikan lingkungan hidup melalui program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak, dan (6) komitmen sekolah yang rendah untuk menyediakan dana dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup lewat program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian dengan judul evaluasi program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak dapat diidentifikasi yaitu: bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/evaluasi program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan mendekati kenyataan tentang evaluasi program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak.

  Keuntungan lain dari penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Demak merupakan tahun kedua dalam melaksanakan program Adiwiyata sementara untuk masuk pada katagori sekolah Adiwiyata Mandiri. Hasil dari penelitian ini akan sangat diperlukan sehingga faktor-faktor yang menggangu selama tahun kedua pelaksanaan program dapat ditemukan. Kerugian- kerugian yang bisa dialami apabila penelitian tentang evaluasi ini tidak dilakukan, SMA Negeri 2 Demak tidak mengetahui bahwa ada faktor-faktor yang tidak berjalan dan implementasi program pada tahun-tahun berikutnya akan terus terganggu.

  1.2 Perumusan Masalah

  Dalam kajian evaluasi program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak berdasarkan identifikasi masalah, maka perumusan masalah dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana perencanaan program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak sesuai petunjuk teknis Adiwiyata?

  2. Bagaimana pelaksanaan program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak?

  3. Bagaimana evaluasi program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

  1. Mendeskripsikan aspek perencanaan program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak sesuai petunjuk teknis Adiwiyata.

  2. Mendeskripsikan aspek pelaksanaan program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak.

  3. Mendeskripsikan aspek evaluasi program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak.

  1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya kajian implementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan khususnya pada program Adiwiyata, sehingga pada akhirnya dapat memberi sumbangan pemikiran baru untuk penelitian lanjutan serta dapat digunakan bahan perbandingan dalam penelitian sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi: a. SMA Negeri 2 Demak, sebagai gambaran atau potret dalam analisis evaluasi GAP pada program

  Adiwiyata dalam upaya mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup.

  b. Peneliti, diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai salah satu bentuk evaluasi model GAP pada program Adiwiyata menuju Pendidikan Lingkungan Hidup.

  c. Pengambil kebijakan, diharapkan dapat memahami berbagai permasalahan dan hambatan-hambatan yang dialami berkenaan dengan evaluasi model GAP pada program Adiwiyata menuju pendidikan lingkungan hidup.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konseling Kelompok Behavioral untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo Kendal

0 0 81

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Partisipatif Dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru SMAN 1 Boja

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Partisipatif Dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru SMAN 1 Boja

0 0 26

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Partisipatif Dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru SMAN 1 Boja

1 2 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Partisipatif Dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru SMAN 1 Boja

0 1 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Partisipatif Dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru SMAN 1 Boja

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Partisipatif Dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru SMAN 1 Boja

0 0 65

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Kepala Sekolah SD Negeri 1 Merbuh UPTD Pendidikan Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

0 1 26

43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Kepala Sekolah SD Negeri 1 Merbuh UPTD Pendidikan Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

0 0 38

5. Selain kegiatan tersebut pada nomor 4, apa saja yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru SD Negeri 1 Merbuh? 6. Program unggulan apa yang telah dibuat sekolah untuk menunjang peningkatan mutu pembelajran? 7. Sejauhmana sekolah mengadak

0 1 39