Definisi Negara menurut ahli Indonesia

Teori – Teori
Tentang Asal
Mula Negara
Teori-teori
tentang
Negara terbagi atas:
1. Jaman Yunani Kuno
a) Socrates
b) Plato
c) Aristoteles
d) Epicurus
2. Jaman Romawi Kuno

3.

4.

5.

6.


a) Polybius
b) Cicero
Jaman Abad
Pertengahan
a) Agustinus
b) Thomas Aquinas
Jaman Renaissance
a) Niccolo
Machiavelli
b) Thomas Morus
c) Jean Bodin
Kaum Monarkomaken
a) Hotman
b) Brutus
c) Buchanan
d) Mariana
e) Bellarmin
f) Suares
g) Milton
h) Johannes

Althusius
Jaman
Berkembangnya
Hukum Alam

asal

mula

a) Teori hukum
alam abad ke
XVII
1) Grotius
2) Thomas
Hobbes
3) John Locke
b) Teori hukum
alam abad ke
XVIII
1) Frederik

Yang
Agung
2) Montesqui
eu
3) J.J Rousseu
4) Immanuel
Kant
7. Jaman
berkembangnya teori
kekuatan
a) F. Oppenheimer
b) Karl Marx
c) H.J Laski
d) Leon Duguit
8. Teori Positivisme
a) Hans Kelsen
9. Teori Modern
a) Kranenburg
b) Logemann


1. Jaman Yunani
Kuno
Merujuk pada sejarah ketatanegaraan, perkembangan pemikiran
awal tentang Negara,bermula dari bangsa Yunani di abad ke 5 SM.
Tepatnya di Athena. Jika disebut sebagai bangsa Yunani yang pertama kali
mengadakan pemikiran tentang Negara maka itu dikarenakan adanya
kondisi yang memberi kebebasan setiap orang dalam berpikir dan
mengeluarkan pendapat secara kritis. Selain itu ada sejumlah factor
sehingga berlangsungnya suatu kebebasan berpikir dan mengeluarkan
pendapat saat itu,adalah:
 Adanya sifat agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang
ditetapkan sebagai kaidah.
 Keadaan geografs Negara tersebut yang mengarah pada
perdagangan dan perantauan sehingga bangsa Yunani
sempat bertemu dan bertukar pikiran dengan bangsa-bangsa
lainnya.
 Bentuk negaranya yaitu Republik-Demokrasi,sehingga rakyat
memerintah dengan tanggung jawab sendiri.
 Keadaan bangsa Yunani sebagai satu kesatuan.
Bentuk dan sifat suatu Negara dalam kebudayaan Yunani Purba

masih bersifat “polis-polis” atau “The Greek State” ,yaitu pada mula
pertamanya merupakan suatu tempat atau benteng di puncak suatu
bukit,yang makin lama makin diperkuat, kemudian orang-orang lain yang
ingin hidup aman ikut menggabungkan diri, bertempat tinggal disekeliling
dalam benteng itu, minta perlindungan aman dengan demikian benteng
itu semakin luas. Kelompok inilah yang kemudian dinamakan “POLIS”. Jadi
Negara pada waktu itu tidak lebih dari suatu kota saja.
Organisasi yang mengatur hubungan antara orang-orang yang ada
didalam polis itu tidak hanya mempersoalkan hubungan keorganisasian
semata,melainkan juga mempersoalkan mengenai kehidupan kepribadian
orang –orang sekitarnya. Karena itu terdapat campur tangan organisasi
yang mengatur polis (pemerintah). Istilah polis selanjutnya diidentikan
dengan masyarakat,dan masyarakat diidentikan dengan Negara
(organisasi) yang masih berbentuk polis itu. Polis merupakan Negara kota
(Standstaat atau City State).
Sikap kritis bangsa Yunani saat itu, tentunya berangkat dari
pemahaman, betapa pada zaman-zaman purba (kuno),raja-raja berkuasa

dengan sewenang-wenang karena sifat dari kekuasaan yang dimilikinya
tersebut bersifat absolute (mutlak),yang cenderung intimidasi dan

memasung pola piker individu dalam masyarakat untuk tidak sempat
memikirkan tentang kekuasaan dan Negara.
Negara adalah organisasi yang dapat memaksakan kehendaknya,
karena telah memiliki dasar-dasar pembenaran tindakan dari penguasa
dengan melalui suatu teori pembenaran Negara.
Negara adalah kelanjutan dari keinginan manusia hendak bergaul
antara seorang dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan
segala kebutuhan hidupnya, semakin luas pergaulan manusia dan
semakin banyak kebutuhannya, maka bertambah besar kebutuhannya
kepada sesuatu organisasi Negara yang akan melindungi dan memelihara
keselamatan hidupnya.

Dengan demikian maka dapatlah kita mengerti sekarang mengapa
pada jaman Yunani kuno itu dapat dilaksanakan suatu system pemerintahan
Negara yang bersifat demokratis,yaitu:
 Negara Yunani pada waktu itu masih kecil,masih merupakan apa yang
disebut Polis atau Cityn State,Negara kota.
 Persoalan di dalam Negara dahulu itu tidaklah seruwet dan berbelit-belit
seperti sekarang ini, lagi pula jumlah warga negaranya masih sedikit.
 Setiap warganegara (kecuali yang masih bayi,sakit ingatan dan budakbudak belian) adalah Negara minded,dan selalu memikirkan tentang

penguasa negara,cara memerintah dan sebagainya.
Kira-kira pada 4 abad sebelum lahirnya Isa Almasih a.s, terdapat
seorang flsuf Yunani purba bernama Arisoteles (384-322 SM),pernah
mengatakan bahwa manusia itu adalah “zoon politikon” atau makhluk yang
selalu hidup bermasyarakat. Jika masyarakat itu teratur karena cita-cita yang
sama, atau karena pertalian darah yang serupa, atau karena satu keyakinan dan
kepercayaan, sehingga menimbulkan perasaan senasib,sepenanggungan,dan
seperjuangan,meskipun dalam komunitas itu berbeda suku,ras,dan agama,maka
dinamakan “natie”,dalam bahasa Indonesianya “bangsa” dan dalam bahasa
Arabnya dinamakan “ummah/umat”.
Kemudian masyarakat umat yang sudah teratur itu meningkat lagi
kesuatu tangga yang sempurna,yaitu anggota-anggota masyarakat yang
menundukkan dirinya bersama-sama dengan pemufakatan terlebih dahulu atau
tidak,kepada suatu pemerintahan yang kekuasaannya dipegang oleh seorang
kepala Negara yang mereka akui bersama-sama,dengan mempunyai pula batasbatas yang tertentu. Inilah yang dinamakan “staat”,dalam bahasa Indonesianya
“Negara” dan dalam bahasa Arabnya “daulah”.

Berikut ini adalah pengertian Negara menurut beberapa
tokoh dari Yunani kuno:
A. Socrates


Menurut Socrates Negara bukanlah sematamata merupakan suatu keharusan yang bersifat
objektif,yang asal mulanya berpangkal pada pekerti
manusia. Sedang tugas Negara adalah
menciptakan huku,yang harus dilakukan oleh
pemimpin ,atau para penguasa yang dipilih secara
seksama oleh rakyat.

B. Plato

Plato adalah murid terbesar dari Socrates. Ia hidup
pada tahun 429-347 SM. Pada tahun 389 ia
membukasebuah sekolah flsafat di Athena yang
diberi nama Academia.selama mengajar Plato banyak
menulis berbagai macam buku. Buku-buku Plato yang
terpenting dalam sejarah pemikiran tentang Negara
dan hukum adalah:Politeia,atau Negara,buku ini
memuat ajaran Plato tentang Negara dan
hukum;buku ini kemudian dilanjutkan dalam bukunya
yang lain yang diberi nama Politikos,atau Ahli

Negara,dan dalam bukunya yang lain diberi nama Nomoi,atau UndangUndang.
Plato adalah pencipta daripada ajaran alam-cita (idecenleer),dan oleh
karena itu kemudian aliran flsafatnya disebut idealism. Menurut ajaran
Plato,maka hakekat kebenaran itu terdapat dalam idea manusia. Segala
sesuatu yang berada diluar diri manusia itu sebetulnya hanyalah
merupakan bayangan saja daripada apa yang telah ada didalam dunia
idea manusia. Sekarang bagaimanakah ajaran Plato mengenai asal mula
atau terbentuknya Negara?
Ajarannya adalah sangat sederhana. Menurut Plato Negara itu timbul
atau ada karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka
macam,yang menyebabkan mereka harus bekerja sama,untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Karena masing-masing orang itu secara sendiri-sendiri

Tidak mampu untuk memenuhi kebuttuhannya. Karena itu sesuai dengan
kecakapan mereka masing-masing,tiap-tiap orang itu mempunyai tugas sendirisendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan meraka bersama.
Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau Negara.
Tentang hakekat Negara. Mengenai hal ini Plato mengatakan bahwa luas
Negara itu harus diukur atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya,mampu
atau tidaknya Negara memelihara kesatuan di dalam Negara itu,oleh karena
Negara itu sebetulnya pada hakekatnya merupakan suatu keluarga yang besar.

Oleh sebab itu Negara tidak boleh mempunyai luas daerah yang tidak tertentu.

Menurut Plato ada lima macam bentuk Negara yang sesuai dengan sifatsifat tertentu daripada jiwa manusia.bentuk daripada sesuatu Negara itu tidak
dapat hidup (bertahan) kekal,oleh karena sifat-sifat jiwa manusia,yang
merupakan dasar-dasar kehidupan yang prinsipel,yang dijalankan sejauh
mungkin itu merubah keadaan mereka menjadi buruk,dan akhirnya
memusnahkan mereka sendiri.
Perubahan keadaan ini memengaruhi secara langsung terhadap bentuk
Negara. Sebabnya ialah bahwa sesungguhnya bentuk daripada sesuatu Negara
itu ditentukan oleh bentuk pemerintahannya,sedangkan bentuk pemerintahan
itu ditentukan oleh sifat daripada orang-orang yang memegang pemerintahan
itu,selanjutnya sifat daripada orang-orang itu ditentukan oleh sifat jiwa manusia
yang merupakan dasar kehidupan prinsipel. Dengan demikian dapatlah
dimengerti bahwa orang yang adil adalah orang budiman dan orang
baik,sedangkan orang yang tidak adil adalah orang yang jahat dan tidak
berpengetahuan;ini adalah pencerminan daripada jiwa yang baik akan
memerintah baik,sedang jiwa yang jahat akan memerintah buruk. Jadi dengan
demikian sifat kejiwaan manusialah yang sesungguhnya menentukan sikap dan
perbuatan manusia.
Menurut Plato,Negara dapat menciptakan kesejahteraan yang ingin

terwujud,harus memenuhi, Pertama,Negara harus dipimpin oleh seseorang yang
berpengetahuan,atau flosof,yaitu orang-orang yang cerdas,cermat,arif dan
bijaksana. Kedua,kewajiban pemerintah dan warga Negara untuk taat hokum.
Ketiga,semua orang adalah sama didepan hokum. Kemudian dalam bukunya
Republic, Plato mengemukakan sebuah konsep keadilan yang dalam kaitannya
dengan Negara-kota,bahwa:
a. Dalam suatu masyarakat yang adil,tiap warga Negara harus dapat
memainkan peranan (fungsi kemasyarakatan) yang sesuai dengan
dirinya,demikian halnya terhadao asset-aset ekonomi;
b. Keadilan hanya akan menjadi pemenang ketika akal (nalar) juga
menang,dan terhadap nafsu binatang semestinya dapat dikendalikan
sedemikian ruapa pada tempat yang sesuai;
c. Tatanan masyarakat yang berkeadilan hanya akan tercapai sepanjang
akal manusia beserta seluruh prinsip-prinsip rasional lainnya dapat
memandu penyelenggaraan kehidupan dari elemen-elemen masyarakat.
C. Aristoteles

Menurut
Aristoteles

Negara itu merupakan suatu kesatuan,yang
tujuannya un tuk mencapai kebaikan yang
tertinggi,yaitu kesempurnaan diri manusia
sebagai anggota daripada Negara. Dengan
demikian Aristoteles telah menjadi seorang
yang realistis,sedangkan Plato adalah
seorang idealistis. Maka dari itu sistematik
buku Aristoteles sangat berlainan dengan
sistematik buku Plato.
Dalam bukunya Politica,Aristoteles mengatakan
bahwa Negara itu merupakan suatu persekutuan
yang mempunyai tujuan tertentu. Negara yang
dimaksud adalah Negara hukum yang didalamnya
terdapat sejumlah warga Negara yang ikut serta
dalam permusyawaratan Negara (ecclesia). Yang
dimaksud Negara hukum adalah Negara yang

berdiri atas hukum
yang menjamin
keadilan bagi warga
negaranya.Menurut
Ariatoteles Negara
terjadi karena
penggabungan
keluarga-keluarga
menjadi suatu

kelompok yang lebih besar,kelompok itu bargabung
hingga menjadi desa. Dan desa ini
bergabung,demikian seterusnya hingga timbul
Negara,yang sifatnya masih merupakan suatu kota
atau polis. Dengan demikian menurut Aristoteles
adanya Negara itu sudah menurut atau
berdasarkan kodrat. Manusia sebagai anggota
keluarga menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan
dari Negara.

Sebab manusia itu adalah zoon politicon ,maka dari itu tidak dapat dipisahkan
dari Negara atau masyarakat.
Mengenai jenis-jenis bentuk Negara,Aristoteles membedakan dalam tiga
jenis bentuk,yang kemudian tiap-tiap jenis itu dibedakan lagi menjadi dua.
Adapun yang dipergunakan sebagai criteria dalam menguraikan bentuk-bentuk
Negara ini ada dua hal,yaitu:
1. Jumlah orang yang memegang pemerintahan;maksudnya pemerintahan
itu hanya dipegang oleh satu orang saja;ataukah oleh pada prinsipnya
seluruh rakyat,jadi oleh golongan terbesar.
2. Sifat atau tujuan pemerintahannya;maksudnya adalah pemerintahan itu
ditujukan untuk kepentingan umum (ini yang bersifat baik),ataukah
pemerintahan itu hanya ditujukan untuk kepentingan para penguasa saja
(inin yang jelek).
Berdasarkan 2 kriteria diatas,maka menurut Aristoteles didapatkan
bentuk-bentuk Negara:
I.
Negara dimana pemerintahannya harus dipegang oleh satu orang
saja,jadi kekuasaan itu hanya terpusat pada satu tangan ,ini dibedakan
lagi berdasarkan sifatnya,yaitu:
 Negara dimana pemerintahannya hanya dipegang oleh satu
orang saja,dan pemerintahan itu ditujukan kepada kepentingan
umum. Jadi ini yang bersifat baik. Negara ini disebut Monarki.
 Negara dimana pemerintahannya dipegang oleh satu oaring
saja,tetapi pemerintahannya itu hanya ditujukan untuk
kepentingan si penguasa itu sendiri,jadi ini yang bersifat jelek.
Negara ini disebut tyranni.
II.
Negara dimana pemerintahannya itu dipegang oleh beberapa
orang,jadi oleh segolongan kecil saja. Disinipun sesungguhnya
kekuasaan Negara itu dipusatkan, tetapi tidak pada tangan satu
orang,melainkan pada satu organ atau badan yang terdiri dari
beberapa orang. Ini dibedakan lagi berdasrakan sifatnya:
 Negara dimana pemerintahannya itu dipegang oleh beberapa
orang,dan sifatnya itu baik,karena pemerintahannya itu
ditujukan untuk kepentingan umum. Negara ini disebut
Aristokrasi.
 Negara dimana pemerintahannya itu dipegang oleh beberapa
orang,tetapi sifatnya itu jelek,karena pemerintahannya itu hanya
ditujukan untuk kepentingan mereka,si pemegang pemrintahan
itu sendiri. Negara ini disebut oligarki.
III.
Negara dimana pemerintahannya itu dipegang oleh rakyat,ini yang
dimaksud bahwa yang memegang pemerintahan itu pada prinsip nya
adalah rakyat itu sendiri,setidak-tidaknya oleh segolngan besar
daripada rakyat. Ini dibedakan lagi berdasarkan sifatnya,yaitu:

 Negara dimana pemerintahannya itu dipegang oleh rakyat dan
sifat pemerintahannya adalah baik,karena memperhatikan
kepentingan umum atau rakyat. Negara ini disebut Republik
atau Republik Konstitusional.
 Negara dimana pemerintahannya itu dipegang oleh rakyat,tetapi
sifat pemrintahannya itu adalah jelek,karena pemerintahannya
itu hanya ditujukan untuk kepentingan si pemegang kekuasaan
itu saja.
Meskipun dalam Negara ini dikatakan bahwa pemrintah itu dipegang oleh
rakyat,tetapi dalam prakteknya pemerintahan itu hanya dipegang oleh orangorang tertentu saja. Negara ini disebut demokrasi.
D. Epicurus
Menurut ajaran
Aristoteles,yang
terpenting itu adalah
Nega

Dalam keadaan inilah kemudian Epicurus kemudian
menciptakan ajarannya yang bersifat individualistis.
Jadi Epicurus adalah pencipta daripada ajaran
individualism,yang mengganggap bahwa elemen
atau bagian yang terpenting bukanlah Negara atau
masyarakat,seperti dalam universalisme nya
Aristoteles,tetapi elemen atau bagian terpenting
adalah individu itu sendiri sebagai anggota
masyarakat. Bahkan adanya Negara-negara itu
untuk kepentingan individu itu sendiri. Individuindividu inilah bagian terpenting,maka ajaran
Epicurus tentang sifat susunan masyarakat atau
Negara disebut ajaran Atoomisme.
Negara menurut Epicurus itu adalah merupakan
hasikl daripada perbuatan manusia,yang diciptakan
untuk menyelenggrakan kepentingan anggotaanggota nya. Manusialah sebagai individu,dan
sebagai anggota masyarakat,yang mempunyai
dasar-dasar kehidupan yang mandiri dan
merupakan realita. Jadi menurut Epicurus
yangbhidup itu adalah individunya,yang merupakan
keutuhan itu adalah individunya,sedang Negara
atau masyarakat adalah buatan daripada individu –
individu tersebut.
Sedangkan tujuan Negara adalah
menyelenggarakan ketertiban dan keamanan, dan
untuk terselenggaranya ini masyarakat harus
tunduk akan pemerintah. Maka menurut Epicurus
tujuan

ra
atau
masyarakat,maka
sekarang orang
bersifat acuh tak acih.
Manusia sebagai
individu dan Negara
mulai terasing satu
sama lain,dan dan
tidak ada
kemungkinan lagi
untuk mendidik orang
menjadi warga Negara
yang baik dari Negara.
Negara itu adalah selain menyelenggarakan ketertiban dan keamanan,yang
terpenting adalah menyelenggarakan kepentingan perseorangan.
Dengan demikian Epicurus dengan sikap pikirannya yang acuh tak
acuh,karena terpaksa,memberikan penyesuaian pikiran dan pertolongan pada
keadaan yang bobrok,tanpa harapan,tanpa usaha untuk menyelamatkan diri dari
keadaan-keadaan itu. Oleh karena itu ajaran Epicurus tentang Negara dan
hukum hanya berkembang pada saat itu saja,sedang untuk kemuadian akan
tidak mempunyai nilai sama sekali. Karena keadaan telah berubah sama

sekali,sedang ajaran Epicurus itu kiranya hanyalah khusus untuk ditujukan
memperbaiki atau mengatasi kebobrokan masyarakat pada saat itu saja.
Maka keadaannya seperti madzhab flsafat dari masa Yunani yang
kedua,yaitu madzab kaum Stoa.

2. Jaman Romawi
Kuno
Berbeda pada jaman Yunani,pada jaman Romawi ini ilmu
penegtahuan,terutama ilmu kenegaraan tidak dapat berkembang sedemikian
rupa,sehingga sesungguhnya sedikit sekali pengetahuan yang kita dapatkan dari
jaman ini. Tetapi tidaklah boleh kita memperkecil pengetahuan yang kita
dapatkan dari jaman ini,karena meskipun system ketatanegaraannya tidak
dituangkan dalam suatu ilmu pemikiran,melainkan ditanamkan dalam praktek
ketatanegaraannya,dapat mempengaruhi system ketatanegaraan seluruh dunia.
Meskipun bangsa romawi dalam beberapa hal hanya mewarisi saja dari
kebudayaan dan peradaban bangsa Yunani setelah Negara yunani pada tahun
146 SM ditaklukan romawi dan kemudian dimasukkan dalam kerajaan
romawi,tetap sangatlah berlainan keadaannya daripada kedua Negara tersebut.
Perbedaannya antara lain:
1. Pada jaman romawi kuno ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang
dengan pesat. Hal ini karena bangsa Romawi lebih menitik beratkan
soal-soal praktis daripada berpikir secara teoritis. Sedangkan bangsa
Yunani lebih merupakan orang-orang yang suka berpikir.juga berpikir
tentang Negara dan hukum. Bangsa Yunani banyak manghasilkan ahliahli flsafat.
2. Kerajaan Romawi itu dimulai dari keadaan yang terpecah belah,tetapi
yang kemudian setelah melalui peperangan-peperangan,keadaan di
Romawi mengalami perubahan-perubahan. Sedangkan pada jaman
Yunani Negara dimulai dengan kesatuan nasional yang kompak,tetapi
akhirnya jatuh karena Negara terpecah belah,yang tidak dapat
dikuasai lagi untuk dipersatukan kembali.
Berikut ini adalah defnisi atau pemikiran ahli Romawi kuno mengenai apa arti
sebuah Negara:
A. Polybius
Polybius sebenarnya merupakan seorang ahli sejarah yang berkebangsaan
Yunani. Tetapi oleh karena sesuatu hal ia pernah dipenjarakan di Romawi. Dia
adalah seorang yang rajin ,tekun,dan cakap. Ini terbukti meskipun ia
dipenjarakan,tetapi selama di penjara itu ia sempat dan dapat mengadakan
penelitian tentang system dan susunan ketatanegaraan do Romawi. Dan setelah
ia dikeluarkan dari penjara ia mengadakan perjalanan keliling dunia,antara lain
ke Afrika,tujuannya tidak lain adalah juga untuk mengadakan penelitian. Dan
ternya hasil-hasil penelitiannya itu ia dapat menghasilkan suatu teori
kenegaraan yang mengagumkan,antara lain teori tentang perubahan bentukbentuk Negara. Ajarannya kemudian dikenal dengan nama cyclus theory.
Menurut ajaran Polybius ini,bentuk-bentuk Negara itu dapat digolongkan
menjadi 3 golongan besar,yang kemudian masing-masing golongan itu
dibedakan menjadi dua jenis. Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan

bahwa garis besar dalam ajaran dari Plato,Aristoteles,dan Polybius tentang
bentuk-bentuk Negara pada prinsipnya adalah sama ialah bahwa mereka
berpendapat ada 3 bentuk Negara,ini yang pokok,yang kemudian masing-masing
bentuk tersebut dibedakan lagi menjadi dua jenis,sehingga ada 6 bentuk Negara.
Dalam teori Polybius ternyata dapat dilihat bahwa dalam pemerintahan yang
baik di dalamnya telah mengandung akses yang buruk,yang kemudian akan
melahirkan bentuk Negara yang buruk pula. Tetapi sebaliknya di dalam
pemerintahan yang buruk,didalam nya terkandung benih-benih kebaikan yang
kemudian akan melahirkan bentuk Negara yang baik pula.
B. Cicero
Cicero adalah seorang ahli flsafat terbesar tentang Negara dan hukum dari
bangsa Romawi. Ia hidup pada tahun 106-43 SM. Ia juga seorang ahli
kesusastraan dan ahli pidato,pernah pula ia menjadi seorang advokat. Dalam
banyak hal ia meniru hasil-hasil karya dari sarjana-sarjana Yunani. Ini terjadi dari
nama kedua buah buku karangannya yang sangat termasyur,yaitu De Republica
(tentang Negara) dan De Legibus (tentang hukum atau tentang undang-undang).
Dalam kedua buah buku karangannya itu ternyata dengan jelas bahwa
susunannya meniru susunan daripada buku karangan Plato. Tetapi meskipun
demikain,isinya jauh lebih kurang bernilai bila dibandingkan dengan buku
karangan Plato. Karena Cicero tidak banyak menunjukkan hasil pikirannya yang
asli.
Negara menurut Cicero adalah merupakan suatu keharusan,dan harus
didasarkan atas rasio manusia. Ajaran Cicero ini sebetulnya meniru dan
disesuaikan dengan ajaran kaum Stoa. Pengertian ratio disini yang dimaksud
oleh Cicero adalah ratio yang murni,yaitu yang didasarkan atau menurut hukum
alam kodrat. Jadi tidaklah seperti ajaran Epicurus yang menganggap bahwa
Negara itu adalah merupakan hasil daripada perbuatan manusia untuk,dan
fungsinya hanya sebagai alat saja daripada manusia untuk ememnuhi
kebutuhannya.

3. Jaman Abad
Pertengahan
Setelah jatuhnya imperium Romawi,sejarah pemikiran tentang Negara dan
hukum memasuki jaman baru,yaitu jaman abad pertengahan. Biasanya orang
berpendapat bahwa jaman abad pertengahan ini dimulai pada tahun 476 yaitu
tahun keruntuhan kerajaan Romawi-Barat. Akan tetapi Augustinus,ahli pemikir
besar tentang Negara dan hukum,yang menciptakan ajaran-ajaran baru pada
jaman itu,hidup setengah abad lebih dahulu,yaitu pada tahun 354-430.
Sedangkan jatuhnya romawi barat,yang ditandai dengan penutupaqn praktek
tentang Negara dan hukum dari bangsa romawi,baru terjadi setengah abad
kemudian,yaitu dengan diselenggarakannya kodifkasi undang-undang oleh raja
Justianus dari kerajaan Romawi Tomur.
Dengan runtuhnya peradaban bangsa romai,maka tidak dapat dihindarkan
dari keruntuhan ketatanegaraannya,sedang sebaliknya,kekuasaan dari agama

Kristen semakin berkembang terus,dan kemudian tergantikan. Karena tidak
sedikit kaisar-kaisar yang memberi hati kepada penganut-penganut agama
Kristen ini,maka kemudian timbul susunan organisasi gereja yang ada
hubungannya dengan urusan-urusan keduniawian,yaitu suatu kekuasaan
keduniawian yang semula ditolak oleh kaum gereja. Tetapi dalam perkembangan
selanjutnya hal ini merupakan suatu persoalan yang tidak bias diabaikan.
Pada jaman abad pertengahan ini tidak banyak memberikan kesempatan
terhadap perkembangan pemikiran tentang Negara dan hukum,serta ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya,karena cara orang berpikir pada jaman abad pertengahan
ini kurang kritis. Segala hal di dunia ini selalu dikembalikan kepada asalnya yaitu
Tuhan. Jadi terjadinya segala sesuatu di dunia ini kerena sudah dikehendaki
Tuhan. Dengan demikian lenyaplah alasan yang kuat bagi orang untuk
mengadakan pemikiran tentang Negara dan hukum. Pemerintah kerajaan
membiarkan segala sesuatu nya di lapangan agama,kesusilaan dan adat
istiadat,asal saja hal itu semua tidak membahayakan kerajaannya,baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Berikut ini beberapa defnisi Negara menurut beberapa ahli pada jaman abad
pertengahan:
A. Augustinus
Dalam karangan nya beliau membagi Negara atas dua
bagian,pertama,Negara disebut sebagai Civitas Dei yang artinya Negara
Tuhan,disebut Civitas Terrena atau Civitas Diaboli yang artinya Negara-negara
duniawi dan iblis.
Negara Tuhan bukanlah Negara dari dunia ini,akan tetapi jiwanya sebagian
dimiliki oleh beberapa orang didunia untuk mencapainya. Yang melaksanakan itu
adalah gereja yang mewakili Negara Tuhan. Keadilan hanya dapat dicapai jika
Negara diperintah oleh orang Kristen dalam civitas dei. Hanya dengan mengejar
ke Negara tuhan yang dapat mencapai hidup bahagia untuk selama-lamanya.
Dalam Negara duniawi pemerintahannya bertindak sewenang-wenang oleh
karena Negara duniawi itu dipegang oleh orang-orang yang terjerumus dalam
keadaan dosa. Kehancuran Negara Romawi disebabkan nafsu akan kemegahan
dan keduniawian.
B. Thomas Aquinas
Tentang bentuk pemerintahan ajaran Thomas Aquinas pun banyak
terpengaruh oleh ajaran Aristoteles.Menurut nya ada 3 bentuk pemerintahan
suatu Negara,yaitu:
 Pemerintahan oleh satu orang. Ini yang baik disebut monarki,dan yang
jelek disebut tyranny.
 Pemerintahan oleh beberapa orang. Ini yang baik disebut
aristokrasi,yang jelek disebut oligarki.
 Pemerintahan oleh selutuh rakyat. Ini yang baik disebut politeia,ini
kalau menurut Aristoteles disebut Republik konstitusionil,yang jelek
disebut demokrasi.

4. Jaman
Renaisance
A. Niccolo Machiavelli
Ajaran Niccolo Machivelli yang menggantikan ajaran-ajaran dari jaman
abad pertengahan yang bersifat teologis adalah suatu ajaran yang bersifat
kosmis Naturalistis,suatu realism modern,yang berdasarkan atas ajaranajaran kuno,khususnya dari praktek pemerintahan bangsa Romawi.
Tujuan negara menurut Niccolo Machiavelli adalah sangat berbeda dengan
ajaran-ajaran yang telah terdahulu,yaitu untuk mencapai kesempurnaan
seperti yang diajarkan oleh sarjana-sarjana jaman abad pertengahan. Sedang
menurut Niccolo Machiavelli tujuan Negara adalah mengusahakan
terselenggaranya ketertiban,keamanan,dan ketentraman. Dan ini hanya
dapat dicapai oleh pemerintah seorang raja yang mempunyai kekuasan yang
absolute.
Selanjutnya,sesuai dengan sifat naturalistisnya,Niccolo Machiavelli
berpendapat bahwa hukum dan kekuasaan itu adalah sama. Sebab siapa yang
mempunyai kekuasaan ia mempunyai hukum,dan siapa yang tidak mempunyai
kekuasaan,tidak akan pernah mempunyai hukum.
B. Thomas Morus
Thomas Morus dilahirkan di London. Ia hidup pada tahun 1478-1535.
Ayahnya seorang hakim. Dimasa kecilnya,Thomas Morus sangat mengagumkan.
Ia seorang anak ajaib. Sebab baru berumur 18 tahun ia telah termasyur
diseluruh dunia dalam lapangan kesusastraan berhubung dengan karangankarangannya tentang jaman klasik. Jabatannya kemudian sebagai pengacara
yang ulung,dan karena itu ia menjadi dekat dengan raja Henry VIII. Tetapi karena
sesuatu hal,yaitu karena ia tidak mau menyetujui dan tidak mau memberikan
bantuannya dalam hal perceraian raja tersebut dengan permaisurinya,ia
dipenjara di Tower,dan kemudian dihukum mati pada tahun 1535.
Apabila pemikiran tentang Negara dan hukum pada jaman renaissance
telah diungkap oleh seorang sarjana besar Italia bernama Niccolo
Machiavelli,maka di Inggris pada tahun 1516,jadi beberapa tahun setelah
terbitnya buku II pricipe dari Niccolo Machiavelli,Thomas Morus
menerbitkansebuah buku karangannya,yang sesungguhnya tidak ada sangkut
pautnya dengan masalah pemikiran tentang kenegaraan dan hukum,karena
buku tersebut bersifat roman kenegaraan,yaitu De optimo rei republicae statu
deque nova insula Utopia;tentang susunan pemerintahan yang paling baik dan
tentang pulau yang tak dikenal,yang dinamakan Negara antah berantah atau
dengan singkatdisebut Utopia karena tulisannya itulah nama Thomas Morus
terkenal diseluruh dunia dan bahkan namanya dapat diabadikan dalam sejarah
pemikran tentang Negara dan hukum.
C. Jean Bodin
Jean Bodin adalah seorang ahli pemikir besar tentang Negara dan hukum
dari Negara Prancis,yang banyak juga dipengaruhi oleh keadaan pada jaman
Renaissance. Ia hidup pada tahun 1530-1596. Ia adalah seorang realistis seperti
hal nya dengan Niccolo Machiavelli. Ia hidup dalam suasana system
pemerintahan absolutism dibawah kekuasaan Henry IV. Ini adalah bentuk
pemerintahan baru yang sama sekali tidak dikenal pada jaman abad

pertengahan yang dapat memberi sifat kenegaraan yang khusus pada jama
sejarah baru. Disini pun individualism akan lekas diganti oleh bentuk baru ialah
kolektivisme,yang akan segera mengakhiri individualism itu.
Sama halnya dengan Niccolo Machiavelli,Jaen Bodin juga menyatakan
bahwa tujuan Negara itu adalah kekuasaan. Defnisinya tentang Negara adalah
sebagai berikut:Negara adalah keseluruhan dari keluarga-keluarga dengan
segala miliknya,yang dipimpin oleh akal dari seorang penguasa yang berdaulat.
Jadi seperti Aristoteles,Jean Bodin berpendapat bahwa keluarga itu adalah asal
atau dasar daripada Negara,baik menurut logika maupun menurut sejarah.
Sedangkan menurut Jean Bodin kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi
untuk membuat hukum di dalam suatu Negara yang sifatnya adalah:
 Tunggal
 Asli
 Abadi
 Tidak dapat dibagi-bagi

5. Jaman
Monarkomaken
Istilah Monarkomaken dalam pengertian yang umum berarti anti raja atau
menatang raja. Tetapi sesungguhnya pengertian ini adalah kurang tepat sebab
ajaran-ajaran dari apara ahli pemikir tentang Negara dan hukum yang
dimasukkan dalam golongan kaum monarkomaken sama sekali tidak anti atau
melawan system absolutisme pada umumnya,melainkan yang ditentang atau
yang dilawan itu adalah aksesnya. System pemerintahan absolutisme ini dalam
banyak hal tidak dapt melepaskan diri dari pengaruh teokrasi yang menyatakan
bahwa segala sesuatu itu berasal dan dikenhendaki oleh Tuhan.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa ahli yang termasuk kaum
monarkomaken:
A. Hotman
Hotman pada tahun 1573 menerbitkan buku karangannya yang diberi nama
Pranco Gallia. Dasar-dasar yang dipergunakan oleh Hotman untuk menentang
absolutism bukanlah dasar-dasar ajaran agama,melainkan dasar-dasar ajaran
sejarah. Jadinya ia bukanlah seorang menarkomaken yag sebenarnya,meskipun
orang selalu menggolongkan ke dalam pengertian itu.
B. Brutus
Buku tulisan kaum monarkomaken yang sesungguhnya pertama-tama terbit
pada tahun 1579,nama bukunya Vindiciae contra Tyrannos (alat-alat hukum
melawan tyrani). Pengarangnya bersembunyi dibelakang nama Brutus. Buku
merupakan salah satu tinjauan yang prinsipel tentang perlawanan terhadap rajaraja yang mempunyai kekuasaan absolute.
C. Buchanan
Nama lengkapnya George Buchanan. Ia adalah orang Skolandia. Pada tahun
1579 ia menerbitkan bukunya De Jure regni apud Scotos (tentang kekuasaan raja
pada bangsa Skotlandia). Buchanan hidup pada tahun 1506-1582. Ia adalah
seorang pendidik,antara lain ia mendidik James,yang kemuadian menjadi raja di

Skotlandia dan Inggris,di Skotlandia sebagai James VI,sedangkan di Inggris
sebagai James I. Yang memerintah pada tahun 1603-1625.
Buchanan adalah seorang yang humanist. Pertama-tama ia mencari
perbadaan antara raja dengan tyran. Raja itu adalah orang-orang yng
memegang pemerintahan,yang memperoleh kekuasannnya itu dengan bantuan
rakyat,dan yang melaksanakan pemerintahannya atas dasar keadilan. Jika tidak
demikian,ia adalah seorang tyran. Dan ia boleh dibunuh tanpa hukuman.
D. Mariana
Nama lengkapnya adalah Juan de Mariana. Ia adalah seorang sarjana dari
Spanyol. Pada tahun 1599 ia menerbitkan bukunya De Rege ac Regis Institutions
(tentang hal raja dan kedudukannya). Buku ini khusus ditujukan sebagai
pegangan dari raja Philip III yang memerintah di Spanyol. Ajarannya banyak
persamaannya dengan ajaran Buchanan,terutama menegenai batas-batas
kekuasaan raja,dan pembunuhan terhadap Tyran. Banyak pula persamaannya
dengan ajaran Niccolo Machiavelli,Cuma sifatnya agak samar-samar.

E. Bellarmin
Ia adalah seorang cardinal,hidup pada tahun 1542-1621. Ia adalah seorang
Controversialis. Filsafat negaranya bersifat Controversialis,karena sikap
James yang membela pendirian tentang kedaulatan Tuhan,yang kemudian
mendapat perlawanan dari kaum Jesuitndengan kedaulatan rakyatnya.
Bellarmin berpendapat bahwa monarki absolute merupakan bentuk
pemerintahan yang yang paling baik dalam teori,akan tetapi karena
kekurangan-kekurangan daripada akhlak manusia telah menyebabkan
prakteknya berlainan sekali. Pendapat ini telah dibenarkan dalam praktek.
Buku karangan Bellarmin yang terkenal,ialah Disputationes,yang
mengajarkan bahwa paus tidak mempunyai kekuasaan dalam lapangan
keduniawian. Dan Tractatus de Potestate Summi Pontivieus in Rebus
Temporalibus,tentang kekuasaan paus dalam lapangan keduniawian.
F. Suarez
Nama lengkapnya Francesco Suarez. Ia juga seorang controversialis. Ia
seorang sarjana Spanyol,yang hidup pada tahun 1548-1617. Ajarannya ditulis
dalam bukunya Tractatus de Ligibus ac Deo Legislatore (uraian tentang undangundang dan Tuhan,pembentuk undang-undang). Alirannya disebut sebagai
pelopor dari Hug0 de Groot. Karena ia telah menciptakan hukum antar
Negara,dan memberikan kemungkinan umtuk dibangunnya kembali hukumalam.
Ini sesuai dengan pendapatnya bahwa tidak ada satu negrapun yang dapat
berdiri sendiri tanpa adanya hubungan dengan Negara lain.
Menurut pendapat Suarez,Negara adalah gabungan dari beberapa orangorang yang merupakan suatu kesatuan karena perbuatan yang berdasarkan
kemauan atau kerana persetujuan umum.
G. Milton
Nama lengkapnya John Milton. Ia adalah seorang penyair yang termasyur.
Ketika hidupnya ia mengalami masa pembunuhan raja Charles 1. Dan karena
pembelaan-pembelaanya ia menjadi terkenal.
H. Johannes Althusius
Johannes Althusius atau Johan Althus. Ia adalah seorang monarkomaken yang
Calvinis. Pada tahun 1610 ia menerbitkan buku karangannya yang sangat

terkenal,Politica Methodice Digesta,yaitu (susunan ketatanegaraan yang
sistematis,yang diperkuat dengan contoh-contoh dari sejarah biasa dan sejarah
suci). Althusius hidup pada tahun 1568-1638.
Menurut Althusius,Negara adlah kesatuan keluarga dalam bentuknya yang
tertinggi dan yang mempunyai tujuan beraneka macam,dengan secara
berangsur-angsur kesatuan itu berkembang dan akhirnya mencapai bentuknya
sebgai Negara. Jadi ajarannya bersifat organistis.

6. Jaman
Berkembangnya
Hukum Alam
Pada abad ke XVII dan abad ke XVIII,teori hukum ala mini sangat berkuasa
dan menimbulkan ajaran-ajaran baru.
Pemikiran tentang Negara dan hukum dalam abad ke XVI,mengenai
penjelmaan kekuasaan absolute dan pembenarannya atau penguatan
yuridis,serta penetapan-penetapan batas yang perlu untuk itu. Hal terakhir
ini,sering menimbulkan perbedaan pendapat mengenai jawaban,dari manakah
sesungguhnya asal mula kekuasan itu. Dalam hal ini ternyata pandangan
teologis yangs elalu memegang peranan . inilah salah satu persoalan yang
diwariskan dari jaman abad pertengahan,yang akan berlangsung terus,dalam
bentuk-bentuknya yang baru.
A. Grotius (Hugo de Groot)
Hukum menurut Grotius adalah segala ketentuan yang benar dan baik
menurut rasio,dan tidak mungkin salah,dan adil.
Sebagai contoh misalnya:
 Setiap orang harus menghormati milik orang lain
 Setiap orang harus saling menghormati terhadap sesame
 Setiap orang harus mengganti kerugian yang ditimbulkan karena
kesalahannya
 Setiap orang harus menepati janji
 Setiap orang harus mengembalikan milik orang lain yang pada
dasarnya bukan miliknya
Dan menurut Grotius,yang menyebabkan suatu perjanjian adalah manusia
karena manusia adalah makhluk social dan yang paling penting adalah bahwa
manusia itu mempunyai rasio.
B. Thomas Hobbes
Dalam keadaan masih belum ada Negara,Hobbes menyamakan manusia
itu terhadap manusia lainnya seperti serigala dengan ungkapan homo homini
lopus. Hobbes menggambarkan Negara sebagai makhluk raksasa dan
menakutkan yang melegitimasikan diri semata-mata karena kemampuannya
untuk mengancam.

Negara dibentuk melalui perjanjian masyarakat dan dalam perjanjian itu
rakyat menyerahkan hak-haknya baik sebagian maupun seluruhnya kepada
pihak penguasa. Didalam Negara monarki,jika rakyat menyerahkan hak-hak
seluruhnya kepada kerajaan maka disebut monarki mutlak.
C. John Locke
Menurut John Locke,hak-hak asasi tidak bisa diserahkan seluruhnya
melainkan hanya sebagian saja. Bagaimana rakyat dapat menyerahkan hakhaknya untuk hidup sedangkan rakyat sendiri masih membutuhkannya untuk
hidup. Karena itu,hak asasi manusia tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada
penguasa,akibatnya dari ajaran John Locke bukan monarki absolute,tetapi
monarki yang dibatasi oleh konstitusi.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157