METODE PELAKSANAAN BANGUNAN BERTINGKAT 8

METODE PELAKSANAAN
BANGUNAN BERTINGKAT

8 Votes

METODE
PELAKSANAAN BANGUNAN
1.

A.

PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan persiapan diawali dengan pembersihkan lahan dari rumput, humus, pohon dan dari sampah.
Selanjutnya dilakukan pemasangan pagar pengaman pada sekeliling area proyek penentuan as dan peil
bangunan, terakhir pemasangan bouwplank. Selain itu air kerja dan listrik kerja harus sudah
diperhitungkan penyediaannya oleh pemborong dengan membelinya. Administrasi proyek juga diurus
pada pekerjaan persiapan.
1.

B.


PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah dimulai dengan pekerjaan galian tanah. Kemudian mengurug lantai pondasi dengan
pasir. Setelah itu mengurug tanah kembali.

1.

C.

PEKERJAAN PONDASI

Pekerjaan pondasi dimulai dari pemasangan profl pondasi, lalu memasang batu kali dengan adukan.
1.

D.

PEKERJAAN BETON BERTULANG

Pekerjaan beton bertulang diawali dari pekerjaan sloof, kolom, balok, plat, dan terakhir ring balk.

Tahap awal pada tiap-tiap item pekerjaan di atas adalah pekerjaan pembesian, lalu memasang
bekisting, betonisasi, melepas bekisting, dan terakhir merawat beton.
1.

E.

PEKERJAAN DINDING

Pekerjaan dinding diawali dengan memasang batu bata kemudian dilanjutkan pekerjaan plesteran.
Pekerjaan dinding dilakukan setelah pekerjaan kolom, balok, dan plat selesai.
Pemasangan pasangan batu bata dilakukan diatas sloof. Pemasangan harus lurus, tegak, tidak siar dan
tidak ada batu bata yang pecah melebihi 5 % dan pemasangan batu bata maksimal 1 m per hari.
Pekerjaan plester yaitu bagian yang akan diplester disiram dengan air terlebih dahulu dan plesteran
harus menghasilkan bidang yang rata dan sponeng yang lurus. Semua dinding harus diplester dengan
1pc : 3ps untuk pasangan.
1.

F.

PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA


Pekerjaan kayu merupakan pekerjaan kering harus dipisahkan dari pekerjaan pasangan dan pekerjaan
beton yang merupakan pekerjaan basah. Pemisahan ini untuk memperjelas jenis pekerjaannya dan tidak
saling menggaggu pekerjaan dan pengangkutan material.
1.

G.

PEKERJAAN PENUTUP ATAP

Pekerjaan penutup atap diawali dengan pemasangan kuda-kuda, kemudian pemasangan rangka atap,
gording, reng, usuk, dan terakhir pemasangan genteng.
1.

H.

PEKERJAAN SANITASI

Pekerjaan sanitasi dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan Bouwplank atau setelah pemasangan
plafond dan sebelum pemasangan lantai. Pekerjaan ini meliputi pembuatan septictank, pemasangan

pipa-pipa, pemasangan kloset dan bak mandi. Pemasangan kloset dan pipa perlu diperhatikan agar
semuanya berfungsi dengan baik dan tidak ada yang bocor.
1.

I.

PEKERJAAN KERAMIK

Pekerjaan keramik terdiri dari lantai keramik dan dinding keramik.Bahan lantai keramik 30 x 30 cm
dan keramik 20 x 20 cm. Sedang bahan dinding keramik adalah keramik 20 x 20 cm. Keramik yang
akan dipasang menggunakan spes dan harus disetujui terlebih dahulu oleh direksi. Pemasangan nat
sesuai dengan warna keramik dan lantai tidak boleh bergelombang.
1.

J.

PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

Pekerjaan instalasi listrik dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan Bowplank atau sebelum
pemasangan plafond dan sebelum pengecatan dinding. Pekerjaan ini meliputi pemasangan titik lampu

pada tempat yang telah ditentukan dan pemasangan saklar dan stop kontak. Pemasangan kabel pada
dinding menggunakan pipa sebagai selubung kabel. Penyelesaian dinding sebagai akibat dari
pemasangan saklar perlu diperhatikan dan permukaan dinding harus tetap rapi.
1.

K.

PEKERJAAN KUNCI DAN TERALIS TANGGA

Pekerjaan memasang kunci terdiri dari kunci tanam biasa dan kunci tanam kamar mandi.
1.

L.

PEKERJAAN FINISHING

Setelah semua pekerjaan selesai kemudian mengecat bangunan dan terakhir merapikan dan
membersihkan bangunan kembali.

PENJELASAN TIAP ITEM PEKERJAAN

I.
1.

A.

PEKERJAAN PERSIAPAN
Pembersihan lahan

 Membersihkan lahan dari rumput, humus, pohon dan dari sampah.
 Arah pekerjaan ditentukan dengan mempertimbangkan urutan pekerjaan yang akan
dilaksanakan berikutnya
 pembersihan yang merata.

1.

B.

Pembuatan pagar pengaman

 Pagar terbuat dari seng gelombang dengan tinggi 2 m dan kayu dolken.

 Dipasang mengelilingi lahan proyek
1.

C.

Penentuan as dan peil bangunan

 As dan peil bangunan menentukan letak/posisi dan orientasi bangunan
 Posisi As bangunan diukur dari titik acuan yang telah ditentukan
 As bangunan harus ditandai dengan jelas(umumnya dengan warna merah) dan diletakan pada
ketinggian referensi (mis. + 0,00)

 As bangunan ini menjadi acuan/referensi as-as yang lain untuk mementukan posisi pondasi,
kolom, lantai, dll, pada bangunan yang akan dibuat

1.

D.

Pemasangan bouwplank


 Bowplank adalah papan-papan yang dipasang disekitar lokasi pekerjaan
 Kayu yang digunakan adalah kayu 5/7 x 4m dan kayu papan 3/20
 Bowplank dipasang mendatar sesuai ketinggian rencana, dan dipaku pada beberapa tempat
untuk menarik benang-benang as
 Benang-benang as ini menjadi acuan dalam semua pekerjaan yang menyangkut letak elemen
bangunan, lebar pondasi dan tembok, kedalaman galian, dan ketinggian elemen bangunan
(lantai, pintu, jendela, dll)
 Bowplank tidak perlu dipasang menerus, pada beberapa tempat dapat dikosongkan untuk jalan
pekerja

II.
1.

A.

PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan galian tanah

 Gali tanah sesuai lebar pondasi bagian bawah dan kedalaman rencana

 Gali sisi-sisi miringnya sehinga dicapai sudut kemiringan yang tepat
 Tanah hasil galian diletakkan di pinggir galian diluar bouwplank, yang nantinya untuk
pekerjaan pengurugan kembali.
 Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya, sesuai dengan rencana

1.

Pekerjaan urugan pasir

 Parit pondasi diurug pasir setebal 10 cm
1.

C.

Pekerjaan urugan tanah

 Dilakukan urugan kembali terhadap pondasi yang telah terpasang.
 Pemborong harus melaporkan kepada konsultan pengawas tentang rencana jaringan listrik,
telepon, septictank dan lain-lain apabila akan memulai pekerjaan pondasi.
 Bekas lubang dan parit dalam bangunan harus ditimbun dengan pasir urug dan dipadatkan.

III.
1.

A.

PEKERJAAN PONDASI
Pasangan pondasi batu kali

 Pondasi bangunan yang digunakan adalah pondasi batu kali / batu gunung yang memenuhi
persyaratan teknis atau sesuai keadaan dilapangan .
 Pasangan pondasi adalah dari batu kali, ukuran pondasi sesuai dengan gambar rencana
pondasi atau pondasi batu belah dengan perekat 1pc : 3kp : 10 ps dan kemudian diplester
kasar , bagian bawah pondasi dipasang batu kosong (aanstamping) tebal 20 cm dengan selaselanya disisi pasir urug, disiram air sampai Penuh dan ditumbuk hingga padat dan rata.
 Celah–celah yang besar antara batu diisi dengan batu kecil yang cocok padatnya.
 Pasangan pondasi batu kali tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat diantaranya hinga
rapat.
 Pada pasangan batu kali sudah harus disiapkan anker besi untuk kolom, kedalaman anker 30
cm harus dicor dan panjang besi yang muncul diatasnya minimal 75 cm.
 Cor stek kolom dan rapikan kembali
 Setelah pasangan mengeras, tanah dapat diurug kembali


IV.
1.

A.

PEKERJAAN BETON BERTULANG
Pembesian

Cara pengerjaan tulangan balok :




Buat tulangan sengkang dengan syarat :
bengkokan kait minimal 90o ditambah perpanjangan 12d
atau bengkokan kait 135o ditambah perpanjangan 6d
pembengkokan dilakukan dalam keadaan dingin
Potong tulangan memanjang dan bentuk sesuai gambar kerja
Masukan tulangan-tulangan memanjang balok pada sela-sela tulangan kolom/balok
disebelahnya sesuai dengan dimensi balok dan posisi tulangan
Masukan sengkang-sengkang balok sesuai dengan jumlahnya
Masukan tulangan-tulangan memanjang balok pada ujung yang lain ke sela-sela kolom/balok
sebelahnya
Ikat sengkang dengan tulangan memenjang sesuai dengan jarak sengkang yang ditentukan
dengan menggunakan kawat bendrat
Cek kembali hasil pabrikasi dengan gambar kerja yang ada
Pasang pengatur jarak selimut beton/ decking

1.

B.











Bekisting

 Bekisting dibuat dengan bahan kayu kelas III (terentang) dan balok kayu kelas II, serta dolken
diameter 8/400
 Cek jarak sabuk kolom/balok/sloof/ring balk
 Cek pertemuan panel sudut bekisting
 Permukaan plywood dibersihkan dan dilumasi minyak bekisting
 Penyetelan sabuk dan kayu support bekisting
 Pemberian mortar pada dudukan bekisting, pastikan mortar yang ditabur mengering

1.

C.

Betonisasi








Digunakan beton mutu K-300 dengan campuran 1PC:2PS:3KR
Untuk kolom pengecoran dilakukan tiap satu meter
Untuk plat dan balok pengecoran dilakukan sekaligus
Vibrasi yang cukup selama pengecoran
Pengetokan pada keliling luar bekisting
Untuk beton pada lantai 2 dari molen diangkut secara bertahap ke lantai 2

1.

D.

Pelepasan bekisting

 Satu hari setelah pengecoran, bekisting dilepas
 Melepas scafolding
 Melepas plywood

1.

E.

Perawatan beton

 Menyiram beton setiap siang dan sore selama minimal 3 hari
 Menutupi dengan karung basah
V.
1.

PEKERJAAN DINDING

A. Pekerjaan pasangan batu bata

 Pasang acuan kayu (profl) secara vertikal pada setiap ujung dinding yang akan dipasang.
 Di ukur dan di tandai jarak setiap ketinggian pasangan bata / batako dan di kontrol
kesetimbangan horisontalnya antara ujung satu dengan yang lainnya.
 Basahi bata yang akan di pasang sampai tidak menyerap air.
 Beri adukan mortar (sebagai perekat) pada setiap sambungan antara batu bata dan pada setiap
sambungan atas dan bawah dari batu bata tidak boleh membentuk garis lurus/vertikal.
 Usahakan potongan batu bata yang besarnya kurang dari setengahnya tidak dipakai atau tidak
dipasang.
 Tinggi pemasangan dinding batu bata dalam satu hari supaya tidak lebih dari 1 meter, untuk
menjaga keruntuhan.
1.

B. Pekerjaan plesteran dinding

 Siapkan material yang akan di pakai pada lokasi yang terdekat atau strategis dari dinding yang
akan di plester.
 Siram permukaan bata / bataco dengan air sampai basah secara merata ( curing ).
 Buat adukan untuk kamprotan dengan perbandingan tertentu (misalkan = 1 pc : 2 ps)
 Lakukan kamprotan pada bidang yang telah dicuring dengan jarak lemparan ± 50
cm dari permukaan yang dikamprot dengan ketebalan 15 ~ 20 mm.
 Setelah bidang yang dikamprot kering, lakukan penyiraman ( curing ) selama 3 hari ;
pagi, siang & sore.
 Setelah itu mulailah membuat caplakan dengan adukan 1 pc : 3 ps.
 Buat kepalaan dengan ketebalan 15 mm.
 Lanjutkan dengan penyiraman jika kepalaan telah mengering.

 Pastikan bidang yang akan diplester telah dicuring.
 Buat adukan 1 pc : 3 ps, gunakan pasir yang diayak ( halus ).
 Lakukan plesteran pada bidang – bidang yang telah ada kepalaannya sampai selesai
seluruh permukaan pada setiap bagian dengan cara dilempar dari jarak ± 50 cm
 Gunakan jidar untuk meratakan permukaan sesuai dengan kepalaan.
 Saat plesteran setengah kering, gunakan roskam untuk
mengosok permukaan dinding
sampai halus & rata.
 Lanjutkan dengan curing selama 7 hari : pagi, siang dan sore sampai permukaan plesteran
benar – benar basah
seluruhnya.
 Setelah cukup usia curing, keringkan bidang tersebut selama 1 hari.
 Haluskan permukaan dinding dengan amplas halus.
 Plamir bidang – bidang plesteran yang telah kering dengan menggunakan plamir yang
baik.
 Lakukan sebanyak 3 lapis ( tiga kali pelaksanaan ) sampai dinding benar – benar rata
dan halus.
VI.
1.

A.

PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA
Pemasangan kusen

 Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau.
 Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as bouwplank untuk
menentukan kedudukan kusen.
 Pasang angker pada kusen secukupnya.
 Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu/jendela.
 Setel kedudukan kusen pintu/jendela sehingga berdiri tegak dengan menggunakan untingunting.
 Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.
 Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan menjadi kokoh.
 Cek kembali kedudukan kusen pintu/jendela, apakah sudah sesuai pada tempatnya, ketinggian
dan ketegakan dari kusen.
 Bersihkan tempat sekelilingnya.
1.

B.






Ukur lebar dan tinggi kusen pintu/jendela.
Ukur lebar dan tinggi daun pintu/jendela.
Ketam dan potong daun pintu/jendela (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
Masukkan/pasang daun pintu/jendela pada kusennya, stel sampai masuk dengan toleransi
kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun kearah tinggi.
Lepaskan daun pintu/jendela, pasang/tanam engsel daun pintu pada tiang daun pintu (sisi
tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu/
jendela dengan 2 engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
Masukkan/pasang lagi daun pintu/jendela pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya,
kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu/jendela tempat engsel yang sesuai dengan engsel
pada daun pintu/jendela.
Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu/jendela dengan cara melepas pennya,
kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
Pasang kembali daun pintu/jendela pada kusennya dengan memasangkan engselnya,
kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga
terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.









Pemasangan daun pintu dan jendela

 Coba daun pintu/jendela dengan cara membuka dan menutup.
 Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu/jendela dengan cara melepaskan pen.
 Stel lagi sampai daun pintu/jendela dapat membuka dan menutup dengan baik, rata dan lurus
dengan kusen

1.

C.

Pemasangan kaca

 Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada bagian atas. Usahakan letakkan
pada meja yang luasnya minimal sama dengan luas daun pintu. Atau letakkan pada lantai yang
datar.
 Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.
 Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar karton atau kain untuk
memegang kaca.
 Pasang paku pada list kayu sebelum dipasang pada keempat sisi daun pintu/jendela.
 Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.
 Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang sedang dipasang lis kayu. Ini
untuk menghindari goresan pada permukaan kaca karena gerakan martil
VII.

PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1.

A.

Pemasangan kuda-kuda







Pengangkutan kuda-kuda, bahan dan alat ke lokasi proyek
Pekerjaan pengecatan rangka kuda
Pekerjaan perangkaian kuda-kuda
Pekerjaan menaikan kuda-kuda keatas atap
Rangka kuda-kuda ditempatkan pada angkur yang terdedia, besi angkur merupakan tulangan
dari kolom yang dilebihkan sebagai pengikat antara kuda-kuda dan dinding.Angkur kemudian
ditempatkan pada plat dudukan kuda-kuda yang sudah dilobangi, kemudian angkur dan
plat dudukan kuda-kuda tersebut disambung dengan baut angkur 12 mm.

1.

B.

Pemasangan rangka atap

 Perangkaian ikatan angin vertikal
 Pekerjaan menaikkan ikatan angin vertikal
 Setelah ikatan angin vertikal dinaikkan, pekerjaan selanjutnya adalah perangkaian antara
ikatan angin vertikal dengan kuda-kuda
 Setelah ikatan angin terpasang, kemudian balok nok dipasang pada rangka atap.
1.

C.

Pemasangan gording

 Pengecatan gording
 Memindahkan bahan gording ke lantai atas
 Gording ditempatkan diatas kuda-kuda pada titik buhul kuda-kuda
1.

Pemasangan genteng

 Sebelum dilakukan pekerjaan pemasangn genteng sebelumnya disiapkan diatas atap (disusun)
pada titik-titik tertentu.
 Genteng dipasang secarah horisontal terlebih dahulu pada bagian atas.
 Setelah pada bagian paling atas terpasang diteruskan pada bagian bawahnyasecara horizontal.
 Dengan cara pemasangan genteng pada bagian atas diangkat atau diungkit setelah itu
dimasukan genteng pada bagian bawahnya.
 Pertemuan dengan jurai genteng dipotong dengan bentuk segitiga agar rapi.

1.

E.

Pemasangan lisplank

 Papan lisplank dipaku pada rangka listplank
 Pada sambungan papan lisplank dibuat sambungan bibir lurus.
 Setelah selesai pemasangan tahap berkutnya yaitu dilakukan pendempulan dan pengecatan
1.

F.

Pemasangan plafond gypsum

 Tentukan / marking elevasi plafond dan buat garis sipatan pada dinding & as sumbu
ruangan serta titik – titik paku kait pada langit- langit dengan jarak sesuai shop
drawing.
 Pasang paku kait. tembakan paku – paku kait pada marking titik –
titik yang telah
ada 600 x 1200 mm.
 Pasang penggantung rangka plafond ( rod ) yang terdiri dari hanger dan clip adjuster
( ex. Boral type 223 ), dengan posisi tegak lurus.
 Pasang rangka tepi ( steel hollow ) & wall angle profl l 20 x 20 mm atau
moulding profl w sebagai list tepi tepat pada sipatan marking elevasi plafond.
 Tentukan jarak penempatan kait penggantung.
 Pasang tarikan benang sebagai pedoman penentu kelurusan dan ketinggian rangka
plafon
 Pasang rangka utama / top cross rail ( ex.boral type 201 ) dengan jarak 1200 mm.
 Pasang rangka pembagi / furing chanel ( ex.boral type 204 ) dengan jarak 600 mm
menggunakan locking clip ( ex. Boral type 210 ).
 Pasang dan kencangkan clip / rod.
 Pasang panel gypsum pada rangka dengan sekrup ceiling menggunakan screw driver
dengan jarak 60 cm dan setiap sambungan harus tepat pada rangka.
 Cek kerapihan dan kerataan bidang plafond dengan menggunakan waterpass.
 Perataan sambungan plafond dengan men gunakan ceiling net / lakban.
 Kemudian ditutup dengan paper tape dan compound ceiling.
 Setelah itu diamplas
 Finish permukaan plafond gypsum tersebut dengan cat.
 Ratakan permukaan plafon gypsum menggunakan plamur sampai terlihat rata dan lurus.
 Haluskan dengan amplas sampai rata dan benar – benar halus.
 Cat seluruh permukaan plafond secara merata dengan kuas untuk bagian tepi dan
sudut, serta rol cat untuk bidang luas

1.

G.

Pemasangan plafond tripleks

 Buat marking elevasi, as dan jarak penggantung rangka plafon sesuai dengan
shopdrawing. ( untuk menentukan ketinggian plafond )
 Pasang benang nylon dua sisi dan sejajar sebagai pedoman kelurusan & ketinggian
rangka, sesuai elevasi yang telah dibuat.
 Pasang instalasi terlebih dahulu sebelum memasang rangka plafond.
 Pasang rangka plafond (yang telah dihaluskan, dimeni & dipotong) sesuai marking
yang telah dibuat.
 Periksa kelurusan dan kerataan rangka menggunakan waterpass & siku besi.
 Potong panel plafond plywood dengan gergaji sesuai shop drawing.
 Haluskan bekas potongan plywood dengan amplas.
 Pasang panel plafond plywood tersebut dengan mengatur :
 kelurusan & kerapatan nad plafond
 kerataan plafond
 Pemasangan plafond dimulai dari tepi ( mengikuti gambar kerja) dan diperkuat
dengan paku yang diketok dengan palu besi.
 Cek kerataan permukaan plafond yang sudah jadi dengan waterpass.
 Rapikan & haluskan permukaan plafond plywood yang telah terpasang dengan
amplas sampai rata / licin.
 Bersihkan permukaan yang telah diamplas dengan kain lap.
VIII.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

PEKERJAAN SANITASI
A. Pemasangan kloset duduk
B. Pemasangan kloset jongkok
C. Pemasangan kran air
D. Pemasangan bak cuci piring
E. Pekerjaan bak mandi
F. Pekerjaan bak peresapan
G. Pekerjaan septictank
H. Pemasangan pipa PVC 1/2”
I.
Pemasangan pipa PVC 3/4”
J.
Pemasangan pipa PVC 3”
K. Pemasangan pipa PVC 4”
PEMASANGAN KERAMIK

IX.
1.

A.

Pemasangan lantai keramik

 Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang akan digunakan.
 Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan lain – lain.
 Sortir keramik agar menghasilkan keseragaman :
- ukuran / dimensi.
- presisi.
- warna.
 Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air ( ember ) selama 1 jam.

 Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan / tatakan keramik,
setelah pro ses perendaman.
 Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai. Penentuan peil ini untuk seluruh
kesatuan
 Pasang benang arah horizontal dan vertikal pada lantai sesuai elevasi pada shop
drawing. Kedudukan benang harus datar dan siku , apabila dinding yang ada
adalah dinding keramik, maka kedudukan nad lantai harus disesuaikan dengan yang
ada pada dinding.
 Pasang keramik sebagai pasangan kepalaan , sepanjang garis dasar yang telah
terpasang
 Cek kesikuan keramik dengan besi siku dan kerataan elevasi keramik dengan
waterpass.
 Isi bagian / daerah permukaan lantai yang lain nya dengan adukan / spesi.
 Setelah itu pasang keramik berikutnya sesuai posisinya sampai selesai, usahakan
supaya tidak ada las – lasan
 Jika keramik sudah terpasang semua, ketuk per mukaan keramik dengan palu karet
untuk mendatarkan / meratakan permukaan keramik supaya tidak rusak / cacat.
 Setelah itu cek kerataan elevasi keramik dengan waterpass
 Bersihkan permukaan pasangan keramik yang telah terpasang dengan kain / lap
basah sampai bersih.
 Untuk menghindari naiknya lantai ( menggelembungnya lantai ) maka buatlah delatasi.
 Kemudian siapkan isian / bahan cor nad pada bak air ( ember ) dan aduklah hingga
rata
 Setelah adukan rata , isi sela – sela nad dengan bahan cor nad dengan
menggunakan sendok spesi ( sekop ). Pengisian nad dilakukan apabila kedudukan
keramik telah kuat atau spesi telah kering
 Kemudian rapikan nad tersebut dengan cape.
 Diamkan dan tunggu sampai nad tersebut benar -benar kering.
 Setelah kering, bersihkan permukaan pasangan keramik yang sudah dipasang nad
dari sisa – sisa bahan cor nad dengan menggunakan kain / lap basah sampai bersih
1.

B.

Pemasangan dinding keramik (20×20)

 Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang akan digunakan.
 Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan lain – lain.
 Sortir keramik agar menghasilkan keseragaman : :
o ukuran / dimensi.
o presisi.
o warna.
o Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air ( ember ) selama 1 jam.
o Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan / tatakan
keramik, setelah pro ses perendaman.
o Membuat garis-garis sipatan waterpas pada dinding keramik keliling +/- 1m untuk
menentukan ketinggian dan kedataran pemasangan keramik.
o Membuat lot pada dinding di tiap pojok ruangan dan kesikuannya serta garis
pertengahan dinding untuk pembagian keramik.
o Mengukur jarak-jarak dinding untuk lebar dan tinggi ruangan, serta bagian-bagian
yang terpasang pada ruangan tersebut.
o Berdasarkan data – data pengukuran kemudian membuat gambar kerja untuk
pembagian pemasangan keramik dinding tersebut.

o
o
o
o
o
X.

Ukuran pemasangan keramik mengikuti gambar yang sudah dibuat sebelumnya
sebagai acuan kerja.
Pada pelaksanaan pekerjaan keramik dinding, sebaiknya keramik lantai belum
terpasang sehingga nantinnya mendapat nut yang segaris antara dinding dan lantai.
Pemasangan keramik harus padat dan rata sehingga tidak ada keramik dengan spesi
kosong
Membuat kepalaan keramik baik secara horisontal maupun vertikal mengikuti garis
sipatan dan lot ketegakan yang telah dibuat sebelumnya.
Sebelum keramik dipasang sebelumnya dinding dibasahi terlebih dahulu dengan air.
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

 Semua hantaran (kabel) yang ditarik dalam pipa / cabelduct harus diusahakan tidak tampak
dari luar (tertanam).
 Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum pengecoran. Pemasangan sparing-sparing listrik
yang melintas di plat, balok, kolom beton harus dipasang terlebih dahulu sebelum pengecoran,
kabel diusahakan dimasukkan bersamaan dengan pemasangan sparing.
 Pipa yang dipasang pada dinding dilaksanakan sebelum pekerjaan plesteran dan acian
dikerjakan.
 Penempatan sambungan/percabangan harus ditempatkan di daerah yang mudah dicapai untuk
perbaikan (perawatan).
 Sambungan harus menggunakan klem / isolasi kabel supaya terlindung dengan baik sehingga
tidak tersentuh atau menggunakan lasdop dan ditempatkan pada Te Dos.
 Lekukan/belokan pipa harus beradius > 3 kali diameter pipa dan harus rata (untuk
memudahkan penarikan kabel).
 Jaringan arde harus dipasang tersendiri/terpisah dengan arde penangkal petir.
-

tidak boleh ada sambungan

-

dihubungkan dengan elektroda pentanahan

-

ditanam sampai minimal mencapai air tanah
 Pada hantaran di atas langit-langit, harus diklem pada bagian bawah plat / balok atau pada
balok kayu rangka langit-langit.
 Untuk hantaran/tarikan kabel yang menyusur dinding bata/beton pada shaft harus diklem atau
dengan papan dan kabeltrey bila jaringan terlalu rumit (banyak).
 Stop kontak dan saklar. Pemasangan stop kontak setinggi > 40 cm dari lantai, saklar dipasang
setinggi
 150 cm dari lantai (bila tidak ditentukan spesifkasinya). Pemasangan stop kontak dan saklar
harus rata dengan dinding.
 Box / kotak Panel bodynya harus diarde, untuk menghindari adanya arus.
XI.
1.
2.
3.
4.
5.

PEKERJAAN KUNCI DAN TERALIS BESI

Kunci tanam
Kunci kamar mandi
Engsel pintu
Engsel jendela
Teralis tangga

PEKERJAAN FINISHING

XII.
1.

A.

Pengecatan

 Bersihkan permukaan dinding dari debu , kotoran dan bekas percikan plesteran dengan kain
lap.
 Lindungi bahan – bahan / pekerjaan lain yang berbatasan dengan dinding yang akan dicat
dengan kertas semen / koran dan lakban.
 Gunakan skrap untuk memperbaiki bagian – bagian dinding yang retak & kurang rata dengan
plamir, kemudian tunggu sampai kering.
 Haluskan plamir yang telah kering dengan amplas hingga rata.
 Cek, kerataan permukaan dinding.
 Jika permukaan sudah rata, maka lakukan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang yang
luas & dengan kwas untuk bidang yang sempit ( sulit ).
 Jika cat dasar tersebut sudah kering, lakukan pengecatan fnish yang pertama.
 Jika cat fnish yang pertama sudah kering, lakukan pengecatan fnish yang kedua / terakhir
( jumlah pelapisan cat sesuai dengan spesifkasi ).
 Cek kerataan pengecatan yang terakhir.
 Apabila sudah rata, bersihkan cat – cat yang mengotori bahan – bahan / pekerjaan lain
yang seharusnya tidak terkena cat dengan kain lap.

1.

B.

Pembersihan kembali