Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan-Tembung

  derajat kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan pada periode waktu dan wilayah tertentu (Depkes RI, 2010). Oleh karena itu, pandangan yang mengganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah (Prawirohardjo, 2009).

  Pada profil kesehatan Indonesia tahun 2010, walaupun sudah terjadi penurunan AKI di Indonesia, namun angka tersebut masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO ( Sounth East Asia Region), yaitu Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain. Angka kematian Ibu di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka kematian ibu penurunannya masih relative lambat, untuk itu masih diperlukan upaya keras untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita untuk mencapai target RPJMN (Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional) tahun 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan tujuan pembangunan millenium development goals , yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015 (Depkes RI, 2010).

  Persoalan kematian ibu secara langsung adalah perdarahan pasca persalinan, infeksi dan eklampsia. Penyebab tidak langsung yaitu status gizi, 4 (empat) terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering), latar belakang pendidikan perempuan, pemberdayaan perempuan yang kurang baik, masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian suami terhadap ibu hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2009). Salah satu faktor penyebabnya adalah belum optimal cakupan kunjungan antenatal care (ANC). Kurang optimalnya kunjungan antenatal care mengakibatkan resiko dan komplikasi kehamilan tidak terdeteksi secara dini.

  Kunjungan antenatal care (pemeriksaan kehamilan) merupakan salah satu bentuk perilaku. Selanjutnya Anderson menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan tergantung pada karakteristik predisposisi yang terdiri dari ciri-ciri demografi (jenis kelamin, umur), struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, suku atau ras) serta mempunyai keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan.

  Pendekatan pelayanan antenatal care ditekankan pada saat kunjungan. Untuk kehamilan normal, direkomendasikan pelayanan antenatal care minimal 4 kali kunjungan (Mochtar, 2002). Sangat diperlukan upaya peningkatanan pelayanan

  

antenatal care selama kehamilan baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat

  terutama suami. Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan istri dan anak-anaknya (Mufdlilah, 2009). Dukungan suami adalah sesuatu yang diperbuat suami dalam merespon kehamilan istri yang dapat menyebabkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri. Dukungan suami bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosi, instrumental, informasi, dan penilaian. Dukungan suami terhadap kehamilan istri baik secara fisik maupun psikis yang dibutuhkan misalnya ikut mengantarkan melakukan pemeriksaan kehamilan, bisa membuat istri menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilan dengan tenang. Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik dan sedikit komplikasi persalinan serta lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Prawirohardjo, 2009).

  Kebijakan pemerintah untuk menurunkan kematian ibu dengan mencanangkan program Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. (Prawirohardjo, 2009). Pemerintah merencanakan program penurunan angka kematian ibu dan bayi dalam MDGs juga merupakan upaya untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan dengan memperluas cakupan pelayanan antenatal care melalui pemeriksaan kehamilan (Mochtar, 2002). Selain itu program MPS merupakan salah satu kebijakan pemerintah dimana output yang diharapkan dari strategi MPS adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2008). Strategi utama MPS adalah mendorong pemberdayaan dan melibatkan aktif peran serta perempuan, suami, keluarga dan masyarakat oleh pemerintah yaitu dengan program desa siaga (desa siap antar jaga) termasuk didalamnya program suami siaga (Prawirohardjo, 2009). Dalam konteks suami siaga, seorang suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat tanda dan bahaya kehamilan, memiliki pengetahuan tentang bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri serta tranportasi siaga dan pentingnya rujukan.

  Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% (Depkes RI, 2010). Di Kota Medan kunjungan

  

antenatal K4 sebesar 78,75%, belum mencapai target nasional sebesar 90%

  (Simanjuntak, 2002). Dan menurut profil kesehatan Kota Medan tahun 2012, jumlah sasaran ibu hamil 48.803 dengan K1 sebesar 91,7% dan K4 sebesar 87,1%. Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).

  Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan K1 dan K4. Penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal antara lain dukungan suami. Hasil penelitian Mulyani (2012) didapat bahwa faktor karakteristik ibu adalah faktor yang mempengaruhi ibu dalam keteraturan melakukan kunjungan ANC. Menurut Depkes RI (2008) faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal (paritas dan usia) dan faktor eksternal (pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi dan dukungan).

  Karakteristik merupakan ciri khas yang mempunyai sifat khas seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan, umur, sikap perilaku, etnis, jenis kelamin, pendapatan dan spiritual (keyakinan) yang melandasi sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Penelitian yang dilakukan Firzanah (2010) menyebutkan bahwa sebanyak 68,7% ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care secara teratur. Penelitian yang dilakukan Plasmey (2002), menyatakan bahwa dukungan informasional, penilaian, emosional dan dukungan instrumental berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Frekuensi kunjungan ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas antenatal care tergantung pada dukungan lingkungan sosialnya, terutama dukungan suami.

  Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung data tahun 2012 diperoleh K1 sebesar 79,25% dan K4 hanya 72,30% (masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 95%). Dari beberapa orang bidan yang cakupan K4 nya masih kurang menyatakan bahwa ibu-ibu hamil tersebut tidak mau datang ke Puskesmas, polindes dan posyandu untuk memeriksakan kehamilannya. Para ibu hamil tersebut baru akan memeriksakan kehamilan apabila kehamilannnya sudah kelihatan dan biasanya pada usia kehamilan sudah memasuki trimester II (4–6 bulan), dan selama ini yang dilakukan bidan adalah melakukan home

  

visit (kunjungan rumah) untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan dilakukan

apabila bidan mengetahui ibu tersebut hamil.

  Hasil wawancara kepada 6 (enam) orang ibu bersalin terdapat 3 orang tidak pernah melakukan kunjungan antenatal, 2 (dua) orang ibu hamil hanya melakukan kunjungan pertama antenatal (K1) dan 1 (satu) orang ibu hamil hanya melakukan kunjungan keempat antenatal (K4). Sebagian besar dari ibu hamil yang diperiksa di puskesmas, polindes dan posyandu hanya datang sendiri tanpa ditemani suami atau anggota keluarga lainnya. Selama antenatal care suami tidak mengetahui jadwal

  

antenatal care , sehingga suami tidak pernah menemani istri untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Disamping itu suami tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orang tua perihal kehamilan istrinya. Suami tidak tahu kapan istrinya hamil dan tidak tahu tanda-tanda kehamilan sehingga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu tidak berbeda dengan sebelum hamil. Sebagian dari ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya mengatakan bahwa suaminya sibuk dan mengatakan hal itu merupakan urusan perempuan. Dengan menemani istri setiap kali periksakan hamil, suami mendapatkan informasi yang sangat penting bagi kehamilan, sehingga suami dapat memberikan dukungan kepada istri yang sedang hamil. Yang pada kenyataannya tidak dilakukan oleh sebagaian besar para suami di wilayah kerja Puskesmas Mandala.

  Dari fenomena tersebut terlihat ada masalah yang mempengaruhi ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, sehingga perlu dilakukan penelitian pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan (Antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.2 Permasalahan

  Masih rendahnya cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung sehingga perlu dilakukan penelitian “Bagaimanakah Pengaruh Karakteristik Ibu (Umur, Paritas, Pekerjaan, Pendidikan) dan Dukungan Suami (Informasional, Penilaian, Instrumental, Emosional) Terhadap Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.”

  1.3 Tujuan Penelitian

  Untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (umur, paritas, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

  1.4 Hipotesis

  Ada pengaruh karakteristik ibu (umur, paritas, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

  1.5 Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Puskesmas Mandala, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan tentang pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap kelengkapan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan cakupan pemeriksaan kehamilan (antenatal care).

  2. Bagi ibu hamil, dapat memberikan informasi dan masukan untuk meningkatkan dukungan suami dalam upaya peningkatan kunjungan

  antenatal care .

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan-Tembung

2 73 141

Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Fe-1 dan Fe-3 di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Tembung Kota Medan Tahun 2006

0 39 52

Pengaruh Motivasi dan Persepsi Ibu Hamil tentang Risiko Kehamilan Terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

8 72 117

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar

14 79 101

Pengaruh Ketimpangan Gender dalam Keluarga dan Karakteristik Ibu terhadap Anemia dalam Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbio Jaya Kabupaten Kampar

0 30 110

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

4 34 88

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pengawasan Kehamilan (Antenatal Care) di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr Pirngadi

2 100 65

Pengaruh Komunikasi Informasi Dan Edukasi (Kie) Pada Pemeriksaan Kehamilan K1 Terhadap Pemeriksaan Kehamilan K4 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kota Pematangsiantar Tahun 2007

3 43 65

Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

3 22 118

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Kehamilan - Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan-Tembung

0 0 30