Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan-Tembung

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANTENATAL

CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN-TEMBUNG

TESIS

MERY KRISTA SIMAMORA 11032006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF MOTHERS CHARACTERISTIC AND HUSBAND SUPPORT ON THE ANTENATAL CARE AT WORKING AREA OF

MANDALA HEALTH CENTER MEDAN TEMBUNG SUB DISTRCT

THESIS

MERY KRISTA SIMAMORA 11032006/IKM

POST GRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH SCIENCE FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANTENATAL

CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN-TEMBUNG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MERY KRISTA SIMAMORA 11032006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP

PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN-TEMBUNG Nama Mahasiswa : MERY KRISTA SIMAMORA

Nomor Induk Mahasiswa : 11032006

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku

Menyetujui

Tanggal Lulus : 28 Agustus 2013 (Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si)

Ketua

(Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes) Anggota

Dekan


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Drs. Tukiman, M.K.M


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANTENATAL

CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN-TEMBUNG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

Mery Krista Simamora 11032006/IKM


(7)

ABSTRAK

Program pemerintah menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan memperluas cakupan pelayanan antenatal care (ANC) melalui pemeriksaan kehamilan. Cakupan pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Mandala masih dibawah target diduga terkait dengan karakteristik ibu dan dukungan suami.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala dilakukan terhadap 83 orang ibu bersalin sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji regresi logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik ibu (usia, pendidikan dan pekerjaan) dan variabel dukungan suami (instrumental, informasional, penilaian dan emosional) berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan kehamilan oleh ibu bersalin yang memiliki buku KIA di wilayah kerja Puskesmas Mandala. Variabel yang paling dominan memengaruhi pemeriksaan kehamilan adalah variabel pekerjaan dengan nilai p = 0,037 dan koefisien regresi = -5,113, sedangkan dilihat dari nilai peluang (OR) paling tinggi adalah usia dengan nilai OR sebesar 76,563.

Disarankan kepada Puskesmas Mandala pelu peningkatan program kesehatan reproduksi di wilayah kerja Puskesmas Mandala, sehingga persalinan pada usia berisiko dapat dikurangi sebagai upaya mengurangi angka kematian ibu maupun angka kematian bayi. Setiap suami hendaknya memberikan dukungan secara instrumental, informasional, penilaian dan emosional, kepada ibu hamil sehingga cakupan pemeriksaan kehamilan dapat ditingkatkan


(8)

ABSTRACT

Government programs reduce maternal and infant mortality by expanding coverage of antenatal care (ANC) through prenatal care. Coverage of antenatal care in Mandala Health Centre is still below the target thought to be related to the characteristics of the mother and support her husband.

This study aimed to determine the effect of maternal characteristics and husband's support for antenatal care at Mandala Health Centre conducted on 83 mothers as sample. The data was collected using questionnaires and statistically analyzed using multiple logistic regression at α = 5%.

The results showed maternal characteristics (age, education and occupation) and the variable support of her husband (instrumental, informational, and emotional assessment) significantly affects maternal antenatal care by having books in the KIA Mandala Health Centre. The most dominant variables affecting antenatal care is work variable with p = 0.037 and regression coefficient = -5.113, while the views of the probability (OR) is the age with the highest OR value of 76.563

Recommended to Mandala Health Centre must increase reproductive health programs in Mandala Health Centre, so that pregnant women at risk can be reduced as the age of an effort to reduce maternal mortality and infant mortality. Every husband should provide instrumental support, informational, appraisal, and emotional, to antenatal care so that coverage can be improved.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bimbingan dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing.


(10)

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Drs. Tukiman, M.K.M selaku Dosen Penguji Tesis.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kepala Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung beserta seluruh staf yang telah mengizinkan dilakukan penelitian di wilayahnya.

9. Seluruh ibu bersalin di Kelurahan Bantan wilayah kerja Puskesmas Mandala yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta M. Sihombing dan anak-anakku tersayang Joshua P.W. Sihombing, Jovanna Grace E. Sihombing, Joceline Y.E. Sihombing serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian dan pendidikan S2 ini.

Medan, Oktober 2013

Mery Krista Simamora 117032006/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Mery Krista Simamora lahir di Pematangsiantar tanggal 22 November 1973. Putri dari bapak J. Simamora tinggal di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD HKBP Bersubsidi Tomuan Pematangsiantar selesai tahun 1986, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta RK Bintang Timur selesai tahun 1989, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Swasta RK Bintang Timur selesai tahun 1992, kemudian melanjutkan ke, S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 2002. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan Program Studi Diploma 4 Bidan Pendidik selesai tahun 2009. Pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.

Mulai bekerja tahun 1996-2000 sebagai staf pengajar di Sekolah Perawat Kesehatan Arjuna Laguboti, tahun 2000-2003 sebagai Dosen di Yayasan Harapan Mama Medan, tahun 2003-2006 sebagai Dosen di Yayasan Binalita Sudama Medan, tahun 2006-2013 sebagai Dosen di Yayasan Cipto Medan, sekarang sebagai Dosen di Yayasan Sari Husada Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pemeriksaan Kehamilan ... 9

2.1.1Tujuan Asuhan Kebidanan ... 10

2.1.2 Standar Asuhan Kehamilan ... 10

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care 26 2.2.1 Karakteristik Ibu ... 26

2.2.2 Dukungan Suami ... 29

2.3 Landasan Teori ... 33

2.4 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1 Populasi ... 38

3.3.2 Sampel ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1 Data Primer ... 39

3.4.2 Data Sekunder ... 39

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 40

3.5.1 Variabel Terikat (dependent variabel) ... 40

3.5.2 Variabel Bebas (independent variabel) ... 40


(13)

3.6.1 Pengukuran Variabel Terikat (dependent variable) ... 41

3.6.2 Pengukuran Variabel Bebas (independen variable) ... 42

3.7 Metode Analisa Data ... 44

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 46

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Mandala ... 46

4.2 Analisis Univariat ... 47

4.2.1 Karakteristik Responden ... 47

4.2.2 Dukungan Suami ... 48

4.2.2.1 Dukungan Instrumental ... 48

4.2.2.2 Dukungan Informasional ... 50

4.2.2.3 Dukungan Penilaian ... 52

4.2.2.4 Dukungan Emosional ... 54

4.2.3 Pemeriksaan Kehamilan ... 56

4.3 Analisis Bivariat ... 58

4.3.1 Hubungan Usia dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 58

4.3.2 Hubungan Paritas dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 59

4.3.3 Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 60

4.3.4 Hubungan Pekerjaan dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 61

4.3.5 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 61

4.3.6 Hubungan Dukungan Informasional dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 62

4.3.7 Hubungan Dukungan Penilaian dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 63

4.3.8 Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 63

4.4 Analisis Multivariat ... 64

BAB 5. PEMBAHASAN ... 67

5.1 Pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 67

5.1.1 Pengaruh Usia terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 67

5.1.2 Pengaruh Paritas terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 69

5.1.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 72

5.1.4 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 74

5.2 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 76


(14)

5.2.1 Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Pemeriksaan

Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 76

5.2.2 Pengaruh Dukungan Informasional Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 79

5.2.3 Pengaruh Dukungan Penilaian terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 82

5.2.4 Pengaruh Dukun gan Emosional terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 85

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Distribusi Reponden Menurut Karakteristik di Puskesmas Mandala ... 47 4.2 Distribusi Responden Menurut Dukungan Instrumental dari Suami

di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 49 4.3 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Instrumental dalam

Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 50 4.4 Distribusi Responden Menurut Dukungan Informasional dari Suami

di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 51 4.5 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Informasional dalam

Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 52 4.6 Distribusi Responden Menurut Dukungan Penilaian dari Suami

di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 53 4.7 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Penilaian dalam

Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 56

4.8 Distribusi Responden Menurut Dukungan Emosional dari Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 55

4.9 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Emosional dalam Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 56 4.10 Distribusi Responden Menurut Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja

Puskesmas Mandala ... 57 4.11 Distribusi Responden Menurut Pemanfaatan Pelayanan pemeriksaan

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 57 4.12 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Usia Responden di Wilayah Kerja


(16)

4.13 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Paritas Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 59 4.14 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Pendidikan Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Mandala ... 60 4.15 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Mandala ... 60

4.16 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Dukungan Instrumental di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 61

4.17 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Dukungan Informasional di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala ... 62 4.18 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Dukungan Penilaian di Wilayah Kerja

Puskesmas Mandala ... 63 4.19 Pemeriksaan Kehamilan Menurut Dukungan Emosional di Wilayah

Kerja Puskesmas Mandala ... 63 4.20 Hasil Analisis Multivariat Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 95

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 98

3. Hasil Uji Univariat ... 102

4. Hasil Uji Bivariat ... 113

5. Hasil Uji Multivariat ... 121

6. Master Data Penelitian ... 122

7. Surat Izin Penelitian ... 126

8. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 127

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari peningkatan atau penurunan


(19)

ABSTRAK

Program pemerintah menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan memperluas cakupan pelayanan antenatal care (ANC) melalui pemeriksaan kehamilan. Cakupan pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Mandala masih dibawah target diduga terkait dengan karakteristik ibu dan dukungan suami.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala dilakukan terhadap 83 orang ibu bersalin sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji regresi logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik ibu (usia, pendidikan dan pekerjaan) dan variabel dukungan suami (instrumental, informasional, penilaian dan emosional) berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan kehamilan oleh ibu bersalin yang memiliki buku KIA di wilayah kerja Puskesmas Mandala. Variabel yang paling dominan memengaruhi pemeriksaan kehamilan adalah variabel pekerjaan dengan nilai p = 0,037 dan koefisien regresi = -5,113, sedangkan dilihat dari nilai peluang (OR) paling tinggi adalah usia dengan nilai OR sebesar 76,563.

Disarankan kepada Puskesmas Mandala pelu peningkatan program kesehatan reproduksi di wilayah kerja Puskesmas Mandala, sehingga persalinan pada usia berisiko dapat dikurangi sebagai upaya mengurangi angka kematian ibu maupun angka kematian bayi. Setiap suami hendaknya memberikan dukungan secara instrumental, informasional, penilaian dan emosional, kepada ibu hamil sehingga cakupan pemeriksaan kehamilan dapat ditingkatkan


(20)

ABSTRACT

Government programs reduce maternal and infant mortality by expanding coverage of antenatal care (ANC) through prenatal care. Coverage of antenatal care in Mandala Health Centre is still below the target thought to be related to the characteristics of the mother and support her husband.

This study aimed to determine the effect of maternal characteristics and husband's support for antenatal care at Mandala Health Centre conducted on 83 mothers as sample. The data was collected using questionnaires and statistically analyzed using multiple logistic regression at α = 5%.

The results showed maternal characteristics (age, education and occupation) and the variable support of her husband (instrumental, informational, and emotional assessment) significantly affects maternal antenatal care by having books in the KIA Mandala Health Centre. The most dominant variables affecting antenatal care is work variable with p = 0.037 and regression coefficient = -5.113, while the views of the probability (OR) is the age with the highest OR value of 76.563

Recommended to Mandala Health Centre must increase reproductive health programs in Mandala Health Centre, so that pregnant women at risk can be reduced as the age of an effort to reduce maternal mortality and infant mortality. Every husband should provide instrumental support, informational, appraisal, and emotional, to antenatal care so that coverage can be improved.


(21)

derajat kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan pada periode waktu dan wilayah tertentu (Depkes RI, 2010). Oleh karena itu, pandangan yang mengganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah (Prawirohardjo, 2009).

Pada profil kesehatan Indonesia tahun 2010, walaupun sudah terjadi penurunan AKI di Indonesia, namun angka tersebut masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO ( Sounth East Asia Region), yaitu Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain. Angka kematian Ibu di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka kematian ibu penurunannya masih relative lambat, untuk itu masih diperlukan upaya keras untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita untuk mencapai target RPJMN (Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional) tahun 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan tujuan pembangunan millenium development goals, yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015 (Depkes RI, 2010).

Persoalan kematian ibu secara langsung adalah perdarahan pasca persalinan, infeksi dan eklampsia. Penyebab tidak langsung yaitu status gizi, 4 (empat) terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering), latar belakang pendidikan perempuan, pemberdayaan perempuan yang kurang baik, masalah ketidaksetaraan


(22)

gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian suami terhadap ibu hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2009). Salah satu faktor penyebabnya adalah belum optimal cakupan kunjungan antenatal care (ANC). Kurang optimalnya kunjungan antenatal care mengakibatkan resiko dan komplikasi kehamilan tidak terdeteksi secara dini.

Kunjungan antenatal care (pemeriksaan kehamilan) merupakan salah satu bentuk perilaku. Selanjutnya Anderson menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan tergantung pada karakteristik predisposisi yang terdiri dari ciri-ciri demografi (jenis kelamin, umur), struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, suku atau ras) serta mempunyai keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan. Pendekatan pelayanan antenatal care ditekankan pada saat kunjungan. Untuk kehamilan normal, direkomendasikan pelayanan antenatal care minimal 4 kali kunjungan (Mochtar, 2002). Sangat diperlukan upaya peningkatanan pelayanan antenatal care selama kehamilan baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat terutama suami. Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan istri dan anak-anaknya (Mufdlilah, 2009). Dukungan suami adalah sesuatu yang diperbuat suami dalam merespon kehamilan istri yang dapat menyebabkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri. Dukungan suami bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosi, instrumental, informasi, dan penilaian. Dukungan suami terhadap kehamilan istri baik secara fisik maupun psikis yang dibutuhkan misalnya ikut mengantarkan melakukan pemeriksaan kehamilan, bisa


(23)

membuat istri menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilan dengan tenang. Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik dan sedikit komplikasi persalinan serta lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Prawirohardjo, 2009).

Kebijakan pemerintah untuk menurunkan kematian ibu dengan mencanangkan program Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. (Prawirohardjo, 2009). Pemerintah merencanakan program penurunan angka kematian ibu dan bayi dalam MDGs juga merupakan upaya untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan dengan memperluas cakupan pelayanan antenatal care melalui pemeriksaan kehamilan (Mochtar, 2002). Selain itu program MPS merupakan salah satu kebijakan pemerintah dimana output yang diharapkan dari strategi MPS adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2008). Strategi utama MPS adalah mendorong pemberdayaan dan melibatkan aktif peran serta perempuan, suami, keluarga dan masyarakat oleh pemerintah yaitu dengan program desa siaga (desa siap antar jaga) termasuk didalamnya program suami siaga (Prawirohardjo, 2009). Dalam konteks suami siaga, seorang suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat tanda dan bahaya kehamilan, memiliki pengetahuan tentang bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri serta tranportasi siaga dan pentingnya rujukan.


(24)

Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% (Depkes RI, 2010). Di Kota Medan kunjungan antenatal K4 sebesar 78,75%, belum mencapai target nasional sebesar 90% (Simanjuntak, 2002). Dan menurut profil kesehatan Kota Medan tahun 2012, jumlah sasaran ibu hamil 48.803 dengan K1 sebesar 91,7% dan K4 sebesar 87,1%. Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan K1 dan K4. Penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal antara lain dukungan suami. Hasil penelitian Mulyani (2012) didapat bahwa faktor karakteristik ibu adalah faktor yang mempengaruhi ibu dalam keteraturan melakukan kunjungan ANC. Menurut Depkes RI (2008) faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal (paritas dan usia) dan faktor eksternal (pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi dan dukungan).

Karakteristik merupakan ciri khas yang mempunyai sifat khas seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan, umur, sikap perilaku, etnis, jenis kelamin, pendapatan dan spiritual (keyakinan) yang melandasi sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Penelitian yang dilakukan Firzanah (2010) menyebutkan bahwa sebanyak 68,7% ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care secara


(25)

teratur. Penelitian yang dilakukan Plasmey (2002), menyatakan bahwa dukungan informasional, penilaian, emosional dan dukungan instrumental berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Frekuensi kunjungan ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas antenatal care tergantung pada dukungan lingkungan sosialnya, terutama dukungan suami.

Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung data tahun 2012 diperoleh K1 sebesar 79,25% dan K4 hanya 72,30% (masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 95%). Dari beberapa orang bidan yang cakupan K4 nya masih kurang menyatakan bahwa ibu-ibu hamil tersebut tidak mau datang ke Puskesmas, polindes dan posyandu untuk memeriksakan kehamilannya. Para ibu hamil tersebut baru akan memeriksakan kehamilan apabila kehamilannnya sudah kelihatan dan biasanya pada usia kehamilan sudah memasuki trimester II (4–6 bulan), dan selama ini yang dilakukan bidan adalah melakukan home visit (kunjungan rumah) untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan dilakukan apabila bidan mengetahui ibu tersebut hamil.

Hasil wawancara kepada 6 (enam) orang ibu bersalin terdapat 3 orang tidak pernah melakukan kunjungan antenatal, 2 (dua) orang ibu hamil hanya melakukan kunjungan pertama antenatal (K1) dan 1 (satu) orang ibu hamil hanya melakukan kunjungan keempat antenatal (K4). Sebagian besar dari ibu hamil yang diperiksa di puskesmas, polindes dan posyandu hanya datang sendiri tanpa ditemani suami atau anggota keluarga lainnya. Selama antenatal care suami tidak mengetahui jadwal antenatal care, sehingga suami tidak pernah menemani istri untuk melakukan


(26)

pemeriksaan kehamilan. Disamping itu suami tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orang tua perihal kehamilan istrinya. Suami tidak tahu kapan istrinya hamil dan tidak tahu tanda-tanda kehamilan sehingga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu tidak berbeda dengan sebelum hamil. Sebagian dari ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya mengatakan bahwa suaminya sibuk dan mengatakan hal itu merupakan urusan perempuan. Dengan menemani istri setiap kali periksakan hamil, suami mendapatkan informasi yang sangat penting bagi kehamilan, sehingga suami dapat memberikan dukungan kepada istri yang sedang hamil. Yang pada kenyataannya tidak dilakukan oleh sebagaian besar para suami di wilayah kerja Puskesmas Mandala.

Dari fenomena tersebut terlihat ada masalah yang mempengaruhi ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, sehingga perlu dilakukan penelitian pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan (Antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.2 Permasalahan

Masih rendahnya cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung sehingga perlu dilakukan penelitian “Bagaimanakah Pengaruh Karakteristik Ibu (Umur, Paritas, Pekerjaan, Pendidikan) dan Dukungan Suami (Informasional, Penilaian, Instrumental, Emosional) Terhadap Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.”


(27)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (umur, paritas, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik ibu (umur, paritas, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Mandala, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan tentang pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap kelengkapan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan cakupan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). 2. Bagi ibu hamil, dapat memberikan informasi dan masukan untuk

meningkatkan dukungan suami dalam upaya peningkatan kunjungan antenatal care .

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelayanan asuhan antenatal care pada ibu hamil.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah pelayananan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah. Asuhan kehamilan


(29)

ini diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang di harapkan. Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan mengunjungi dokter atau bidan sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Saifudin, 2001).

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu: satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga (Saifudin, 2001). Kunjungan pertama (K1) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayananan terpadu dan komprehensif sesuai standar yang harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8 (Depkes RI, 2010). Kunjungan ke-4 (K4) adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standard dan dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke -2 (>12-24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36 dan sesudah minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4 (Depkes RI, 2010).

2.1.1 Tujuan Asuhan Kehamilan

1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.


(30)

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu dan bayi.

3. Menemukan sejak dini bila ada masalah atau gangguan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan.

4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan normal.

6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Rukiyah, 2011). 2.1.2 Standar Asuhan Kehamilan

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:

1) Timbang berat badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. 2) Ukur lingkar lengan atas (LILA)


(31)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energy kronis (KEK). Kurang energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan berat lahir rendah (BBLR).

3) Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipetensi (tekanan darah 140/90 mmHG) pada kehamilan dan preeclampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)

4) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.


(32)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.

8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. 9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

a. Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.


(33)

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

c. Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

d. Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).

e. Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.


(34)

f. Pemeriksaan tes sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

g. Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.

h. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaan tersebut, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

10)Tatalaksana/penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standard dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani atau dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

11) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) efektif


(35)

a. Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.

b. Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi.

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.


(36)

Mengenai tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mancari pertolongan ke tenaga kesehatan .

e. Asupan gizi seimbang

Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.

f. Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi).

Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.


(37)

h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i. Keluarga Berencana (KB) paska persalinan

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

j. Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (brain booster).

Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan (Depkes RI, 2010).

Pada kunjungan ulang atau setiap kunjungan bidan harus melaksanakan hal-hal berikut:

a. Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil

b. Memeriksa urine untuk tes protein dan glukosa urine atas indikasi. Bila ada kelainan, ibu dirujuk.


(38)

c. Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika beratnya tidak bertambah, atau lingkar lengannya menunjukkan kurang gizi, beri penyuluhan tentang gizi dan rujuk untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.Waspadai

kenaikan berat badan trimester III, jika kenaikan berat badan setiap minggu 2 kg, cek adanya edema, tekanan darah dan protein urine. Jika ditemukan

ketiga tanda tersebut, lanjutkan dengan penatalaksanaan preeklamsia.

d. Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan bantal. Letakkan tensimeter di permukaan yang datar setinggi jantungnya. Gunakan selalu ukuran manset yang sesuai. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmHG, atau peningkatan diastole 10 mmHG/lebih sebelum kehamilan 16 minggu atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-turut dengan selisih waktu 1 jam, berarti ada selisih yang nyata dan ibu perlu dirujuk.

e. Periksa Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 20 – 30 mg atau lebih sering jika ada tanda enemia.

f. Berikan tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil dan diminum sehari sekali dengan air putih.

g. Menanyakan adanya tanda dan gejala PMS

h. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap, termasuk payudara untuk persiapan menyusui.


(39)

i. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU) dalam centimeter. Jika ukuran berbeda nyata dengan umur kehamilan dalam minggu, baik lebih atau kurang waspadai pertumbuhan janin dalam uterus.

j. Mendengarkan denyut jantung janin dan tanyakan pergerakan janin, rujuk jika terjadi penurunan.

k. Beri nasehat tentang cara perawatan diri selama kehamilan

l. Dengarkan keluhan dan bicarakan rencana persalinan (Bartini, 2012).

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah wanita merasa dirinya hamil. Kebijakan pemerintah tentang kunjungan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

a. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu) b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (> 12 – 24 minggu)

c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (setelah minggu 24 sampai dengan minggu ke36 dan sesudah minggu ke 36) (Prawirohardjo, 2009).

Pada setiap kali kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting (Prawirohardjo, 2002).

a. Trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu)

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan ibu hamil 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisonal yang merugikan


(40)

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya).

b. Trimester kedua ( > 12 – 24 minggu)

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).

c. Trimester ketiga (setelah minggu 24 sampai 36 minggu)

Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga (Setelah 36 minggu)

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care 2.2.1 Karakteristik Ibu

Karakteristik adalah kumpulan tata nilai yang terwujud dalam suatu sistem daya dorong yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap. Karakteristik merupakan aktualisasi diri seseorang potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang melalui pendidikan,


(41)

percobaaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai yang intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku.

Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa karakteristik seseorang atau masyarakat digunakan sebagai ukuran mutlak dalam penggunaan pelayanan kesehatan dan sedikit banyaknya akan berhubungan dengan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, penghasilan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga, dan paritas.

A. Umur

Umur adalah lamanya orang hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun terakhir. Umur memiliki pengaruh terhadap apa yang dilakukan seorang produktif, akan tetapi mampu melakukan suatu pekerjaan dengan optimal (Manuaba, 1998). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Umur sangat menentukan status kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35. Bila kehamilan terjadi pada usia < 20 tahun > 35 tahun tentu memiliki perhatian yang serius. Hal ini dikarenakan rahim ibu sering kali belum tumbuh mencapai dewasa sehingga bahaya yang dapat terjadi antara lain bayi belum cukup umur, perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir. Umur > 35 tahun pada usia tersebut mudah terjadi penyakit seperti anak cacat, persalinan macet, perdarahan dan bayi lahir dengan berat badan rendah (Prawirohardjo, 2002).


(42)

Menurut Wiknjosastro (2002), kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ia menyatakan bahwa kurun reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

B. Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas dapat mempengaruhi kunjungan kehamilan. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya. Sebaliknya ibu yang sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2002). Terdapat kecenderungan kesehatan Ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi (Notoatmodjo, 2011). Jumlah anak yang dilahirkan berpengaruh pada kesehatan ibu, bahwa paritas seseorang ibu akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. C. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia dan merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang, dan sering dianggap sinonim dari profesi (Wikipedia, 2009). Lingkungan pekerjaan juga


(43)

dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2012). Perempuan yang bekerja lebih memanfaatkan pelayanan antenatal care dibandingkan ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja. Wanita yang bekerja cenderung memulai antenatal care lebih awal. D. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2012).

Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih baik. Wanita yang berpendidikan tinggi memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal daripada yang berpendidikan rendah (Prawirohardjo, 2009).

2.2.2 Dukungan Suami

Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri yang sedang hamil yang akan membawa dampak bagi sikap bayi (Depkes RI, 2010).


(44)

Dukungan suami pada saat kehamilan adalah segala sesuatu yang diperbuat suami dalam merespon kehamilan istrinya. Respon suami terhadap kehamilan istri yang dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam istri (Depkes RI, 2010). Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama nifas. Suami dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan memahami setiap perubahan yang terjadi pada istrinya, memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan berusaha untuk meringankan beban kerja istri. Dukungan suami yang didapatkan calon ibu akan menimbulkan perasaan tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, maka diharapkan ibu dapat menjaga kehamilannya dengan baik sampai saat persalinan (Depkes RI, 2010).

Menurut Rukiyah (2011) ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah antara lain :

a. Dukungan emosi yaitu suami sepenuhya memberi dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil. b. Dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.

c. Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperolehnya mengenai kehamilan.


(45)

d. Dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.

A. Bentuk Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan

Saat istri hamil, ‘tugas’ seorang suami dapat dikatakan bertambah. Hal ini dikarenakan perhatian yang dibutuhkan istri dari suami menjadi ‘lebih’dari saat ia tidak hamil, yang antara lain disebabkan kondisi fisik isteri yang lebih lemah. Begitu juga kesiapan suami menyediakan makanan dengan kandungan gizi memadai yang dibutuhkan ibu hamil dan kesiapan untuk mengingatkan serta memotivasi istri untuk mengomsumsi nutrisi yang memadai merupakan tugas tambahan yang perlu dilakukan agar ibu hamil dan bayinya tetap sehat. Suami juga perlu mempersiapkan dana ekstra yang tidak sedikit, baik untuk keperluan selama kehamilan, maupun saat melahirkan, terlebih apabila kelak dibutuhkan tindakan operasi. Karenanya, sejak mengetahui istrinya hamil, suami harus segera menyisihkan dana khusus untuk keperluan ini. Sehingga, saat melahirkan, telah tersedia dana yang dibutuhkan (Saifuddin, 2006).

Menurut pendapat Suryaningsih (2007) mengatakan bahwa peran suami sangat diperlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat hubungan antara suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Faktor yang dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada wanita hamil adalah adanya dukungan suami yang didapat dari suami, keluarga atau saudara lainnya, orang tua, dan mertua. Dukungan suami yang didapatkan calon ibu


(46)

akan menimbulkan perasaan tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang mengidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu melakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil. Dukungan suami yang tinggi disebabkan adanya dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari suami kepada ibu hamil, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga dan ibu hamil dan mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang mempengaruhi kondisi psikologisnya (Safarino, 2003).

Hal senada juga diutarakan oleh Harymawan (2007) bahwa dukungan suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan.

Hasil penelitian Djusmalizar (2011) dimana hasil analisis bivariat diperoleh bahwa dukungan suami yang baik menyebabkan kunjungan antenatal care pada ibu hamil dilakukan secara lengkap.

Menurut Kusmiati dkk (2010), dengan menemani isteri pada saat pemeriksaan kehamilan, suami akan lebih banyak mendapatkan informasi sehingga lebih siap menghadapi kehamilan dan persalinan isterinya. Selain itu isteri juga lebih merasa


(47)

aman dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya, karena orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya.

Menurut Kusmiati dkk (2010) ada 6 hal yang dilakukan oleh seorang suami untuk mendukung istri yang sedang hamil:

1. Memberikan perhatian

Jadilan pengamat yang aktif. Catat dan beri perhatian pada setiap perubahan yang terjadi bersama istri anda. Rasakan gerakan dan tendangan si bayi di dalam kandungan. Berbicaralah dengan bayi anda dan cobalah untuk ikut berbagi rasa dengan istri. Catatlah perkembangan janin bersama istri dan beli buku yang berisi gambar-gambar perkembangan janin. Bertanyalah kepada istri anda dengan cara yang baik dan perhatikan jawabannya. Cium dan kecuplah janin dalam kandungan istri anda seolah-olah dia telah berada dalam gendongan anda. Panggil dia dengan nama-nama yang indah, seperti sayangku, cintaku, adik kecil, atau semacamnya.

2. Dampingi istri anda

Damping istri anda setiap kali memeriksakan dirinya ke bidan atau dokter. Jangan hanya bersikap pasif di depan dokter atau bidan, bertanyalah setidaknya satu pertanyaan kepada dokter. Jangan mengkritik istri didepan orang asing (misalnya, “Kamu terlalu banyak makan, kurang minum air putih”, atau kritik-kritik lain). Kehamilan dan kelahiran adalah proses yang


(48)

alami, jadi damping istri anda, Temani istri berbelanja makanan atau keperluan dan pernak-pernik untuk bayi, meskipun anda merasa bosan dan merasa bahwa kegiatan ini bukan sesuatu yang penting.

3. Merawatnya

Usaplah perut istri anda atau “bayi dalam kandungannya”. Bantu istri untuk mengatasi gejala-gejala morning sickness (rasa pusing, mual, dan muntah yang biasa muncul saat hamil). Berilah semangat agar dia mau berjalan-jalan secara rutin atau ajaklah ia berolah raga selama setengah jam setiap hari. Walaupun tampaknya sepele, namun hal-hal ini akan semakin menguatkan cinta dan perhatian suami kepada istri.

Usulkan agar sesekali biar anda saja yang memasak ketika istri sedang lelah, atau bantulah istri untuk membersihkan rumah sehingga istri merasa dapat mengandalkan suami. Semangatnya akan bertambah sebagaimana bertambahnya cintanya kepada suami. Yakinkan bahwa istri harus makan dengan baik dan ambilkan lebih banyak air putih untuk diminum. Jadilah orang yang lemah lembut dan sabar.

4. Menjaga kesehatan bersamanya

Ketika istri sedang berusaha keras mengubah kebiasaan makannya, temanilah istri. Hentikan kebiasaan minum kopi, gantilah dengan banyak-banyak minum air putih, Jika istri terlalu banyak makan junk food, jangan membuatnya merasa salah. Berilah pengertian bahwa istri tidak sendiri, banyak orang lain yang juga berusaha untuk menghentikan kebiasaan itu. Berusahalah pulang


(49)

lebih cepat agar suami memiliki lebih banyak waktu bersamanya. JIka istri merasa jika suami tidak bisa menemaninya selama hamil, maka istri juga akan merasa kalau suami juga tidak akan mengubah sikap “cuek” suami itu saat menyambut kelahiran bayi.

5. Menemani istri

Bersiaplah menjadi teman yang aktif, siapkan musik, bacakan buku tentang teknik pijat kehamilan atau sediakan jamu dan multivitamin yang dapat membantu memperkuat kehamilan. Tunjukkan cinta suami dan bombing istri sekuat kemampuan suami: memijatnya, membantu menerangkan posisi yang bagus saat melahirkan, menceritakan cerita lucu dan menyiapkan makanan untuknya.

6. Berbelanja, berbincang, dan membuat keputusan bersama

Bersama istri, putuskan apakah akan menyusui atau memberikan susu formula pada bayi, menggunakan popok kain atau popok diaper. Jika anda merasa tidak ada yang bisa dikerjakan atau jika suami berubah pikiran, hendaknya semuanya diputuskan melalui diskusi.

B. Peran dan Keterlibatan Suami dalam Kehamilan

Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga produksi ASI.

Partisipasi suami yang dapat dilakukan :


(50)

2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri

3. Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksa kehamilan kefasilitas kesehatan yang terdekat minimal 4 kali selama kehamilan

4. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia dan memperoleh istirahat yang cukup

5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan 6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi

7. Melakukan rujukan kefasilitas yang lebih lengkap sedini mungkin Peran suami dalam kehamilan :

a. Trimester I ( masa penuh gejolak emosi )

Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada ibu, Yang paling menonjol adalah perubahan emosi. Itu terjadi karena kadar hormon estrogen dan progesteron didalam tubuh berubah.maka dalam keadaan seperti ini suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa itu.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester I :

1. Sering mual-mual dan muntah terutama dipagi hari karena mengalami morning sicness

2. Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk

3. Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang “aneh” atau ngidam

4. Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa mendadak nangis tersedu-sedu, merasa tertekan dan sedih tanpa sebab yang jelas.


(51)

Yang dapat dilakukan suami :

1. Bawakan roti dan air putih atau jus buah ke tempat tidur. Sehingga, begitu istri bangun dan morning sickness mendera, keluhan yang dirasakan langsung hilang. Berkat perhatian dan kasih sayang

2. Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup tidur 3. Penuhi keingininan yang diinginkan istri

4. Tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam kandungan dengan cara mengajak janin bicara

b. Trimester II ( masa-masa bahagia)

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester kedua :

Emosi cendrung lebih stabil dan keluhan morning sickness juga jauh berkurang, janin mulai bergerak dan istri merasa bahagia dengan kehamilannya sehingga lebih bersemangat.

Yang dapat dilakukan suami :

Tetap menunjukkan kalau suami mengerti dan memahami benar perubahan emosi yang cepat serta perasaan lebih peka yang dialaminya dan dampingi istri saat melakukan pemeriksaan kehamilan.

c. Trimester III ( takut dan cemas menghadapi persalinan ) Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester ketiga :

1. Semakin dekat persalinan biasanya dia merasa semakin takut dan cemas 2. Merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk fisik


(52)

3. Sering mengeluh sakit, pegal, ngilu dan berbagai rasa tidak nyaman pada tubuhnya, terutama pada punggung dan panggul.

Yang dapat dilakukan suami :

1. Bantu ibu untuk mengatasi rasa cemas dan takut dalam menghadapi proses persalinan

2. Puji ibu bahwa ibu tetap cantik dan menarik

3. Bantu ibu untuk mengatasi keluhan-keluhannya (Asrinah, 2010).

C. Peran Suami dalam Mencegah atau Mengobati Komplikasi Kehamilan Suami memainkan banyak peran kunci selama kehamilan dan persalinan serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh suami adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa resiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu terlihat sehat dan beresiko rendah kehamilan yang tidak direncanakan sering kali menjadi berisiko karena akan membawa mereka untuk aborsi (Asrinah, 2010).

D. Hal yang Dilakukan Suami Siaga Sebelum Persalinan Sebelum persalinan:

Siapkan kendaraan yang akan digunakan untuk ke rumah sakit bersalin. Pastikan bahan bakar cukup dan mobil dalam kondisi prima. Simpan nomor telepon taksi untuk berjaga-jaga.


(53)

a. Minta bantuan tetangga atau kerabat terdekat. Beritahu mereka hari perkiraan lahir bayi karena kemungkinan mereka bisa datang dan memberi bantuan lebih cepat. b. Delegasikan tugas Anda kepada anggota keluarga yang lain jika Anda tidak bisa

menemani istri saat bersalin. Jangan biarkan istri menghadapi persalinannya sendiri.

c. Packing barang-barang. Anda sendiri untuk menginap sewaktu menunggui isteri bersalin, kemas di back pack dan simpan back pack di bagasi mobil bersama koper isteri. Termasuk yang disiapkan adalah kamera untuk mendokumentasikan proses persalinan (Asrinah, 2010).

2.3 Landasan Teori

Kerangka teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa landasan teori perubahan perilaku kesehatan. Green menjelaskan, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:

a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang


(54)

kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus) karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah. b) Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemerikssan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

c) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas


(55)

kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil.

Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003), menggambarkan 3 kategori utama dalam model sistem kesehatan yang berupa model kepercayaan kesehatan (health system model) dalam pelayanan kesehatan, yakni:

1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics).

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok yakni: ciri demografi (jenis kelamin, umur), struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras) serta keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.


(56)

2. Karakteristik pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposisi dan pendukung itu ada. Karakteristik kebutuhan (need) ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu dirasa atau preceived dan evaluated (clinical diagnosis).


(57)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan, maka peneliti dapat merumuskan kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

du

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pemeriksaan Kehamilan Dukungan Suami

1. Dukungan informasional 2. Dukungan

penilaian/penghargaan 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan emosional

Karakteristik ibu a. Usia

b. Paritas c. Pendidikan d. Pekerjaan


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan “explanatory research” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung, dan pengumpulan data dilakukan pada 13 – 30 Juli 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin mulai bulan Januari hingga Mei 2013 yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung dan memiliki buku KIA berjumlah 83 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin mulai bulan Januari hingga Mei 2013 yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung yang berjumlah 83 orang.


(59)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini yang didapat dari Puskesmas dan dari Kecamatan Medan Tembung yaitu data cakupan K1 dan K4 dan data jumlah ibu bersalin.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk menguji apakah kuesioner dianggap valid (reliable dan tepat ukur), maka perlu diuji dengan uji korelasi. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product moment” . Uji reabilitas merupakan indeks yang menunjukkkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil pengukuran konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang. Teknik yang digunakan dalam pengujian reabilitas instrument adalah menggunakan alpha cronbach.

Hasil uji coba kuesioner terhadap 30 orang ibu bersalin untuk menguji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk variabel dukungan suami diperoleh nilai corrected item total > 0,361 dan nilai cronbach alpha > 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel (Lampiran-2).


(60)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standard dan dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (pertama), sekali pada trimester ke -2, dan minimal 2 kali kontak pada trimester ke -3.

3.5.2 Variabel Bebas ( Independent Variable)

1. Karakteristik ibu adalah cirri yang melekat didalam diri ibu meliputi usia, paritas, pendidikan, dan pekerjaan

a. Usia adalah usia ibu pada saat penelitian

b. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu pada persalinan sebelumnya baik kelahiran hidup maupun mati.

c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan ibu dan mendapatkan ijazah

d. Pekerjaan adalah bidang kerja yang ditekuni oleh ibu yang dapat menghasilkan pendapatan

2. Dukungan Suami adalah segala bentuk bantuan/dorongan yang diterima ibu dari suami dalam merespon kehamilan ibu dan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu, berupa dukungan informasional, penghargaan/penilaian, instrumental dan emosional.


(61)

a. Dukungan informasional yaitu adanya upaya suami untuk mencarikan informasi tentang kehamilan (termasuk imunisasi TT, buku KIA, tablet Fe) untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

b. Dukungan penghargaan/penilaian yaitu adanya upaya dari suami untuk memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian kepada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan

c. Dukungan instrumental yaitu adanya upaya dari suami untuk memberikan bantuan dalam bentuk dana, waktu dan memfasilitasi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

d. Dukungan emosional (emotional) yaitu: kasih sayang yang diberikan suami untuk membantu menciptakan kenyamanan dan ketenangan emosi mencakup: mendengarkan keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang, dan motivasi kepada ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan.

3.6Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Variabel Terikat (dependent variable)

Pengukuran variabel kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) diukur dengan cara melihat buku KIA yang dimiliki Ibu, dikatagorikan menjadi 2 yaitu:

a. Memenuhi standart (jika pemeriksaan sesuai usia kehamilan yaitu trimester I sebanyak satu kali (1x) pemeriksaan atau lebih, trimester II


(62)

sebanyak 1 kali pemeriksaan atau lebih, dan trimester III sebanyak 2 kali pemeriksaan atau lebih.

b. tidak memenuhi standar (jika tidak melakukan pemeriksaan sesuai usia kehamilan).

3.6.2 Pengukuran Variabel Bebas (Independen Variable) 1. Usia Ibu

Pengukuran variabel usia ibu dikatagorikan menjadi: a. Tidak berisiko, jika usia 20 - 35 tahun

b. Beresiko, jika usia < 20 tahun dan > 35 tahun Skala : Ordinal. 2. Paritas Ibu

Pengukuran variabel paritas ibu dikatagorikan menjadi: a. Tidak beresiko, jika paritas ibu ≤ 2

b. Beresiko, jika paritas ibu > 2

Skala: Ordinal 3. Pendidikan Ibu

Pengukuran variabel penidikan ibu dikatagorikan menjadi: a. Tinggi, jika pendidikan lulus D-III/S1, SLTA/Sederajat

b. Dasar, jika pendidikan lulus SD/SLTP/Sederajat Skala: Ordinal 4. Pekerjaan Ibu


(63)

a. Tidak bekerja, jika ibu tidak menghasilkan uang atau ibu tidak mendapatkan upah.

b. Bekerja, jika ibu bekerja dan mendapatkan upah baik secara formal maupun non formal

Skala: Nominal 5. Dukungan Informasional

Pengukuran variabel dukungan informasional dilakukan dengan memberikan 8 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan

“tidak (bobot nilai O)”, dan dikatagorikan menjadi 2, yaitu: a. Baik, jika memperoleh skor > median (skor 5 – 8 )

b. Kurang, jika memperoleh skor ≤ median (skor 0 – 4) Skala: Ordinal

6. Dukungan Peghargaan/Penilaian

Pengukuran variabel dukungan penghargaan/penilaian dilakukan dengan memberikan 8 pertanyaan alternatif jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan “tidak (bobot nilai O)”, dan dikatagorikan menjadi 2, yaitu:

a. Baik, jika memperoleh skor > median (skor 5 - 8 ) b. Kurang, jika memperoleh skor ≤ median (skor 0 - 4)


(64)

7. Dukungan Instrumental

Pengukuran variabel dukungan instrumental dilakukan dengan memberikan 8 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan “tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

a) Baik, jika memperoleh skor > median (skor 5-8) b) Kurang jika memperoleh skor ≤ median (skor 0-4) 8. Dukungan emosional

Pengukuran variabel dukungan emosional dilakukan dengan memberikan 8 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan “tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

a. Baik, jika memperoleh skor > median (skor 5-8) b. Kurang , jika memperoleh skor ≤ median (skor 0-4)

3.7 Metode Analisa Data

a. Analisis Univariat yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang variabel independent maupun dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

b. Analisis bivariat yaitu analisis untuk melihat interaksi atau hubungan variabel independent (karakteristik ibu dan dukungan suami) dengan variabel dependent (pemeriksaan kehamilan) dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

c. Analisis multivariat yaitu untuk mengetahui pengaruh sejumlah variabel independent terhadap variabel dependent dengan menggunakan anaisis


(65)

regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95%, dengan persamaan sebagai berikut :

Logit P (Y) = b0 + b1X1 + b2X2 ….+ b8X8 + µ Dimana :

Y = Pemeriksaaan Kehamilan b0 = Konstanta

b1 – b8 = Koefisien Regresi X1 = Usia

X2 = Paritas X3 = Pendidikan X4 = Pekerjaan

X5 = Dukungan Instrumental X6 = Dukungan Informasional X7 = Dukungan Penilaian X8 = Dukungan Emosional µ = Error of Term


(66)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Program Antenatal Care di Puskesmas Mandala

Program pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di Puskesmas Mandala dilakukan oleh Seksi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dilakukan oleh tenaga bidan, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2004, disebutkan bahwa fungsi dari Puskesmas antara lain sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama baik perorangan maupun masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, terdapat upaya kesehatan wajib, salah satunya upaya kesehatan ibu dan anak.

Dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya dengan tujuan memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi sejak awal kahamilan hingga persalinan. Pelayanan antenatal maka dapat diketahui resiko dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit

Puskesmas Mandala sebagai sarana pelayanan kesehatan operasionalnya dilakukan tenaga kesehatan seperti, dokter umum, dokter gigi, tenaga keperawatan, bidan, penilik kesehatan, perawat gigi, analisis kesehatan, asisten apoteker dan tenaga pelaksana gizi.


(67)

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik ibu bersalin yang memiliki buku KIA sebagai responden meliputi umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan.

Tabel 4.1 Distribusi Reponden Menurut Karakteristik di Puskesmas Mandala

No Karakteristik Jumlah (Orang) %

a Umur

1 Berisiko (<20 dan >35 tahun) 33 39.8

2 Tidak berisiko (20-35 tahun) 50 60.2

Jumlah 83 100,0

b Paritas

1 Berisiko (> 2 orang) 19 22.9

2 Tidak berisiko (1-2 orang) 64 77.1

Jumlah 83 100,0

c Pendidikan

1 Dasar 21 25.3

2 Tinggi 62 74.7

Jumlah 83 100,0

d Pekerjaan

1 Tidak bekerja 32 38.6

2 Bekerja 51 61.4

Jumlah 83 100,0

Umur responden dikelompokkan berdasarkan umur ideal dalam reproduksi yaitu umur ideal atau tidak berisiko 20-35 tahun sebanyak 50 orang (60,2%) dan umur berisiko yaitu < 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 33 orang (39,8%). Jumlah anak (paritas) yang dimiliki responden dikelompokkan berdasarkan jumlah anak sesuai program nasional Keluarga Berencana yaitu 2 orang, responden yang memiliki


(68)

anak 1-2 orang dinyatakan tidak berisiko sebanyak 64 orang (77,1%) dan paritas berisiko yaitu > 2 orang sebanyak 19 orang (22,9%).

Tingkat pendidikan responden dikelompokkan pendidikan dasar (SD dan SMP) dengan persentase sebanyak 21 orang (25,3%) sedangkan responden yang

mempunyai tingkat pendidikan tinggi (SMA, Akademi dan Sarjana) sebanyak 62 orang (74,7%).

Sebagian besar responden adalah bekerja yaitu 51 orang (61,4%), dengan jenis pekerjaan paling banyak adalah pegawai swasta dan pedagang, sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 32 orang (38,6%).

4.2.2 Dukungan Suami

Dukungan suami terhadap ibu bersalin yang memiliki buku KIA untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dalam penelitian ini dikaji dari aspek dukungan instrumental, informasional, penilaian dan emosional yang terkait dengan pemeriksaan kehamilan.

4.2.2.1 Dukungan Instrumental

Pernyataan responden tentang dukungan yang diberikan suami secara instrumental (dana, waktu dan fasilitas) dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan diukur melalui 8 pertanyaan seperti pada Tabel 4.2 berikut.


(1)

Pekerjaank * Antenatal

Crosstab

Antenatal

Total Tidak memenuhi

standar Memenuhi standar

Pekerjaank Tidak bekerja Count 5 27 32

Expected Count 10.0 22.0 32.0

% within Pekerjaank 15.6% 84.4% 100.0%

Bekerja Count 21 30 51

Expected Count 16.0 35.0 51.0

% within Pekerjaank 41.2% 58.8% 100.0%

Total Count 26 57 83

Expected Count 26.0 57.0 83.0

% within Pekerjaank 31.3% 68.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.967a 1 .015

Continuity Correctionb 4.839 1 .028

Likelihood Ratio 6.357 1 .012

Fisher's Exact Test .016 .012

Linear-by-Linear Association 5.895 1 .015

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.02. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

KIntsrumental * Antenatal

Crosstab

Antenatal

Total Tidak memenuhi

standar Memenuhi standar

KIntsrumental Kurang Count 20 13 33

Expected Count 10.3 22.7 33.0

% within KIntsrumental 60.6% 39.4% 100.0%

Baik Count 6 44 50

Expected Count 15.7 34.3 50.0

% within KIntsrumental 12.0% 88.0% 100.0%

Total Count 26 57 83

Expected Count 26.0 57.0 83.0

% within KIntsrumental 31.3% 68.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 21.832a 1 .000

Continuity Correctionb 19.631 1 .000

Likelihood Ratio 22.255 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 21.569 1 .000

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.34. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

KInformasional * Antenatal

Crosstab

Antenatal

Total Tidak memenuhi

standar

Memenuhi standar

KInformasional Kurang Count 22 25 47

Expected Count 14.7 32.3 47.0

% within KInformasional 46.8% 53.2% 100.0%

Baik Count 4 32 36

Expected Count 11.3 24.7 36.0

% within KInformasional 11.1% 88.9% 100.0%

Total Count 26 57 83

Expected Count 26.0 57.0 83.0

% within KInformasional 31.3% 68.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.075a 1 .001

Continuity Correctionb 10.473 1 .001

Likelihood Ratio 13.119 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 11.930 1 .001

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.28. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

KPenilaian * Antenatal

Crosstab

Antenatal

Total Tidak memenuhi

standar Memenuhi standar

KPenilaian Kurang Count 22 26 48

Expected Count 15.0 33.0 48.0

% within KPenilaian 45.8% 54.2% 100.0%

Baik Count 4 31 35

Expected Count 11.0 24.0 35.0

% within KPenilaian 11.4% 88.6% 100.0%

Total Count 26 57 83

Expected Count 26.0 57.0 83.0

% within KPenilaian 31.3% 68.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11.137a 1 .001

Continuity Correctionb 9.595 1 .002

Likelihood Ratio 12.113 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 11.003 1 .001

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.96. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

KEmosional * Antenatal

Crosstab

Antenatal

Total Tidak memenuhi

standar Memenuhi standar

KEmosional Kurang Count 20 10 30

Expected Count 9.4 20.6 30.0

% within KEmosional 66.7% 33.3% 100.0%

Baik Count 6 47 53

Expected Count 16.6 36.4 53.0

% within KEmosional 11.3% 88.7% 100.0%

Total Count 26 57 83

Expected Count 26.0 57.0 83.0

% within KEmosional 31.3% 68.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 27.277a 1 .000

Continuity Correctionb 24.765 1 .000

Likelihood Ratio 27.572 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 26.948 1 .000

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.40. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Lampiran 5 : Hasil Uji Multivariat

Logistic Regression

Block 1: Method = Enter

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 24.328a .613 .862

a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted Antenatal

Percentage Correct Tidak memenuhi

standar

Memenuhi standar

Step 1 Antenatal Tidak memenuhi standar 23 3 88.5

Memenuhi standar 2 55 96.5

Overall Percentage 94.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Usia 4.338 1.907 5.174 1 .023 76.563

Paritas -.160 1.288 .015 1 .901 .852

Pendidikan 2.631 1.313 4.015 1 .045 13.887

Pekerjaan -5.113 2.445 4.372 1 .037 .006

Intsrumental 3.525 1.636 4.645 1 .031 33.954

Informasional 3.191 1.596 3.999 1 .046 24.302

Penilaian 3.766 1.571 5.748 1 .017 43.193

Emosional 2.279 1.154 3.901 1 .048 9.764

Constant -4.545 1.652 7.568 1 .006 .011

a. Variable(s) entered on step 1: Usiak, Paritask, Pendidikank, Pekerjaank, KIntsrumental, KInformasional, KPenilaian, KEmosional.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar

14 79 101

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 18

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 2

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 11

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 38

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

1 3 6

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 1 60

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN-TEMBUNG

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Kehamilan - Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan-Tembung

0 0 30

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan-Tembung

0 0 7