Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEBERHASILAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
RATU UMMU HANI NIM: 1110104000015PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H/ 2014 M
(2)
(3)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2014
Ratu Ummu Hani, NIM: 1110104000015
The Relationship of Husband’s Support towards The Success of Exclusive Breastfeeding of Primiparous Mothers in the Work Area of Pisangan Health Center
xviii + 70 pages + 15 tables + 3 charts + 8 appendixes
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is the best nutrition for infants during the first six months of life for healthy growth and development. Many factors believed can affect the success of exclusive breastfeeding. This study aims to find the relationship of husband’s support towards the success of exclusive breastfeeding of primiparous mothers.
This study is conducted in the work area of Pisangan health center. The sample used are 34 primiparous mothers who has been through a period of exclusive breastfeedings. The sampling method used in this study is accidental sampling method. This study is a quantitative research with cross sectional approach. In this study, questionnaire research instruments are used as collecting data method. This study uses chi square with statistical application program in its processing as data analysis technique.
The results of this study showed that mothers got good support were 91,2%, quite good support were 8,8%, and no mother got less support from her husband, and also mothers succeeded to provide exclusive breastfeeding were 23,5% and did not succeed to do so were 76,5%. Statistical test results showed that there was no relationship between the husband's support towards the success of exclusive breastfeeding in primiparous mothers with a p value of 1.00 or Sig> 0.05.
The researcher suggests health workers to improve health promotion to mothers and their husband on exclusive breastfeeding by involving volunteer and society.
Keyword: Husband’s Support, Exclusive Breastfeeding, Primiparous References: 38 (years 1996-2014)
(4)
Skripsi, Juli 2014
Ratu Ummu Hani, NIM: 1110104000015
Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
xviii + 70 halaman + 15 tabel + 3 bagan + 8 lampiran
ABSTRAK
ASI eksklusif merupakan nutrisi terbaik untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Banyak faktor yang dipercaya dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Sampel penelitian yang digunakan adalah ibu primipara yang telah melewati masa pemberian ASI eksklusif sebanyak 34 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik
accidental sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah chi square dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami yang baik sebanyak 91,2%, dukungan suami yang cukup 8,8%, dan tidak ada ibu yang kurang mendapatkan dukungan suami, serta ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif sebanyak 23,5% dan tidak berhasil memberikan ASI eksklusif sebanyak 76,5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara dengan p value sebesar 1,00 atau Sig>0,05.
Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan promosi
kesehatan kepada ibu dan suami mengenai ASI eksklusif dengan
mengikutsertakan para kader dan masyarakat.
Kata Kunci: Dukungan Suami, ASI Eksklusif, Primipara Daftar Bacaan: 38 (tahun 1996-2014)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nama : RATU UMMU HANI
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 10 Juli 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Parang Tritis Raya no. 135 Kecamatan Rawalumbu
Kelurahan Sepanjang Jaya Bekasi
HP : 085691596814
Email : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Sepanjang Jaya VIII Bekasi 1998 - 2004
2. SMP Negeri 2 Bekasi 2004 - 2007
3. SMA Negeri 2 Bekasi 2007 – 2010
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 – sekarang
ORGANISASI
1. IKREMA 2007 - 2009
2. PMR 2007 - 2009
(9)
ix
KATA PENGANTAR هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلا
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepadaNabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan.
Banyak pihak yang telah memberi bantuan, dorongan, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, Ibunda Maesaroh dan Ayahanda Tubagus Ilham, yang selalu memeberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada kakak-kakak tersayang, dan seluruh keluarga besar, yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Dr. dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.
(10)
meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama di bangku perkuliahan.
6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.
7. Seluruh Staf dan Karyawan Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Staf Puskesmas Pisangan dan Puskesmas Ciputat yang selalu bersedia membantu dan memberi masukan dalam proses pengambilan data penelitian.
9. Seluruh warga Kelurahan Pisangan dan Cirendeu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
10.Kepada seluruh Keluarga besar PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, KOMDA FKIK, BEM Ilmu Keperawatan, dan khususnya teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, yang telah membantu dan memotivasi dalam mencapai cita-cita.
Mudah-mudahan segala bantuan, bimbingan, motivasi, dan doa yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT.
(11)
xi
Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلاو
Ciputat, Juli 2014
(12)
Halaman
Halaman Judul ... i
Pernyataan Keaslian Karya ... ii
Abstract ... iii
Abstrak... iv
Pernyataan Persetujuan... v
Lembar Pengesahan... vi
Daftar Riwayat Hidup... viii
Kata Pengantar... ix
Daftar Isi... xii
Daftar Singkatan... xiv
Daftar Tabel... xv
Daftar Bagan... xvii
Daftar Lampiran... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif... 9
1. Definisi ASI Eksklusif... 9
2. Jenis-jenis ASI... 10
3. Fisiologi Laktasi... 11
4. Manfaat ASI Eksklusif... 13
5. Kendala Pemberian ASI Eksklusif... 15
6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif... 20 B. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother... 23
C. Dukungan Sosial ... 26
1. Pengertian Dukungan Sosial... 26
2. Faktor Pendukung Dukungan Sosial... 27
3. Sumber-sumber Dukungan Sosial... 28
4. Dukungan Sosial Suami... 28
D. Primipara... 30
E. Kerangka Teori... 31
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep... 32
(13)
xiii
C. Hipotesis... 35
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 36
C. Populasi dan Sampel... 36
D. Instrumen Penelitian... 37
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 40
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data... 42
G. Etika Penelitian... 44
H. Pengolahan Data... 44
I. Analisis Data... 45
BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil Puskesmas Pisangan... 47
B. Hasil Analisis Univariat... 48
C. Hasil Analisis Bivariat... 55
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat... 57
B. Analisis Bivariat... 68
C. Keterbatasan Penelitian... 69
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 70
Daftar Pustaka Lampiran
(14)
WHO : World Health Organization
AKB : Angka Kematian Bayi
MDG : Millenium Development Goals
ASI : Air Susu Ibu
PP : Peraturan Pemerintah
Depkes : Departemen Kesehatan
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
ANC : Antenatal Care
UIN : Universitas Islam Negeri
UNICEF : United Nations International Children’s Emergency
Fund
PASI : Pengganti ASI
MPASI : Makanan Pendamping ASI
PKM : Puskesmas
DKI : Daerah Istimewa Jakarta
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
(15)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Definisi Operasional 33
4.1 Kisi-kisi Instrumen Variable Penelitian 38
4.2 Bobot Nilai 39
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
48
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
49
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
49
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
50
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
51
5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
52
5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
53
5.8 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
53
5.9 Distribusi Frekuensi Dukungan Fisik yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
54
5.10 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
(16)
Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 5.12 Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34) 56
(17)
xvii
DAFTAR BAGAN
Halaman 2.1 Model of Maternal Role Attainment... 25 2.2 Kerangka Teori Penelitian... 31 3.1 Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat... 32
(18)
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas Data Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat
(19)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 berada pada angka 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum memenuhi target AKB dalam Millenium Development Goals (MDGs), yang mana target AKB sendiri yaitu 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Menkokesra, 2013). Beberapa faktor dapat menyebabkan kematian bayi, seperti diare, penyakit infeksi, dan pneumonia. Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dan tepat dapat menekan kematian yang disebabkan penyakit ini. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan guna menghindari bayi dari berbagai penyakit ini adalah dengan pemberian air susu ibu (ASI) (Gizikia, 2011).
ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun 2012). ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2004). ASI juga merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayi yang baru dilahirkannya. ASI jika diberikan dengan baik dan benar sebagai makanan tunggal dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh secara optimal secara optimal sampai enam bulan (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).
(20)
Data menyusui eksklusif dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010menunjukkan bahwa pada usia 0 bulan, presentasi pemberian ASI sebesar 82,5%, usia 1 bulan 75,1%, usia 2 bulan 74%, usia 3 bulan 66,9, usia 4 bulan 66,8%, dan usia 5 bulan 54,8%. Dari data tersebut terlihat bahwa pemberian ASI pada umur 0-5 bulan semakin lama semakin rendah presentasinya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2013 menyatakan bahwa dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi memiliki banyak kendala, seperti ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu bekerja, dan produksi ASI yang kurang. Beberapa faktor diduga menyebabkan berkurangnya produksi ASI, yaitu faktor menyusui, faktor psikologis ibu, faktor fisik ibu, dan faktor bayi. Faktor psikologis seperti stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif (IDAI, 2013).
Bahiyatun (2009) mengungkapkan bahwa ibu yang baru melahirkan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting susu terasa nyeri, dan masih banyak masalah lainnya. Setelah melahirkan, ibu akan melewati tiga fase psikologis ibu, yaitu taking in, taking hold, dan letting go. Fase taking in berlangsung pada 1-2 hari setelah ibu melahirkan. Pada fase ini, ibu umumnya masih bersifat pasif dan tergantung serta perhatian ibu masih tertuju pada kekhawatiran akan dirinya.
(21)
3
Fas taking hold terjadi pada 2-4 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu mulai memperhatikan kemampuannya menjadi orang tua. Pada fase inilah, ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam merawat bayinya, seperti kemampuannya dalam menyusui bayi. Fase terakhir yaitu fase letting go. Fase ini terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga (Rubin, 1977 dalam Bahiyatun, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2011) di RSUD kota Surakarta didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Ibu memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat bayi, termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat memberikannya dukungan adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami atau keluarga/kerabat terdekat (Bahiyatun, 2009).
Arora, et al., (2000) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa adanya pengaruh peran ayah dalam keputusan ibu untuk menyusui bayi. Februhartanty (2008) juga mengungkapkan bahwa keterlibatan suami dalam pembuatan keputusan mengenai cara pemberian makan anak saat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mira, et al (2012) di wilayah kerja Puskesmas Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa rendahnya dukungan suami
(22)
dalam pemberian ASI eksklusif bisa disebabkan karena suami yang sibuk bekerja sehingga menyarankan ibu untuk memberikan susu formula pada bayi 0-6 bulan. Destriatania (2010) juga mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah urban Jakarta Selatan bahwa praktik pemberian ASI eksklusif cenderung 1,4 kali lebih tinggi pada ayah yang memiliki pengetahuan postnatal tinggi dibandingkan ayah yang memiliki pengetahuan postnatal rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sudarmiati (2012) adalah sebanyak 63,33% ibu primipara mengetahui bahwa faktor psikologis dapat mempengaruhi produksi ASI. Pada penelitian lainnya disebutkan bahwa terdapat beberapa studi observasional yang menyatakan bahwa ayah merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi produksi ASI (Bar-Yam, 1997 dan Bentley, 1999 dalam Februhartanty, et al, 2007). Arora S, et al (2000) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa adanya pengaruh persepsi ibu terhadap sikap ayah terhadap keberlangsungan ASI eksklusif.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Pisangan didapatkan data bahwa program ASI Eksklusif merupakan salah satu program utama puskesmas tersebut. Petugas puskesmas menyatakan bahwa pihak puskesmas selalu mendorong ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi. Bentuk dorongan yang diberikan petugas puskesmas berupa penyuluhan ketika Antenatal Care (ANC) berupa manfaat ASI eksklusif, cara, dan teknik menyusui yang benar. Hasil wawancara yang dilakukan pada lima ibu primipara, hanya dua dari lima ibu primipara yang telah melewati masa 6 bulan kelahiran anak pertamanya, sukses memberikan
(23)
5
ASI eksklusif, sedangkan tiga lainnya tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena berbagai faktor, seperti ibu mulai bekerja dan rasa tidak percaya diri dalam memberikan ASI. 1 dari 2 ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif mengaku suami selalu memberikan perhatian dan membantu ibu dalam merawat bayi, sedangkan ibu lainnya mengaku bahwa suami jarang memberikan bantuan dikarenakan suami yang sibuk bekerja. Pada tiga ibu yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif didapatkan data bahwa 2 dari 3 ibu mengaku mendapatkan bentuk dukungan yang baik dari suami. Hal ini ditunjukkan dengan motivasi yang diberikan suami ketika ibu menyusui dan sering menemani ibu ketika menyusui bayi pada tengah malam.
Penelitian-penelitian mengenai ASI eksklusif telah banyak dilakukan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Akan tetapi, penelitian mengenai dukungan suami terhadap ASI eksklusif pada ibu primipara masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, ASI eksklusif merupakan kebutuhan bayi yang harus dipenuhi oleh ibu guna memenuhi kebutuhan bayi. ASI ini dapat memberikan banyak manfaat kepada ibu maupun bayi, salah satunya menurunkan AKB di dunia hingga mencapai target dari MDGs. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya pemberian ASI eksklusif ini memiliki berbagai macam kendala. Ibu yang baru memiliki anak
(24)
pertama dapat mengalami berbagai masalah dalam merawat bayinya, termasuk dalam hal menyusui.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mira, et al (2012) di wilayah kerja Puskesmas Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu adalah terdapatnya hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Penelitian mengenai ASI eksklusif sudah banyak dilakukan tetapi penelitian mengenai dukungan suami terhadap keberhasilan ASI eksklusif pada ibu primipara belum peneliti temukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
b. Diketahuinya bentuk dukungan yang diberikan suami pada ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
c. Diketahuinya keberhasilan praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu primipara.
(25)
7
d. Diketahuinya hubungan dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evidence-based
dalam perkembangan ilmu keperawatan. 2. Secara praktis
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi profesi kesehatan, khususnya perawat dalam memberikan promosi kesehatan pada ibu primipara dan keluarganya dalam pemberian ASI eksklusif.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan serta menjadi dasar instrumen dalam keperawatan Maternitas.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara di Kelurahan Pisangan. Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data menggunakan instrumen
(26)
penelitian berupa kuesioner. Subjek yang diteliti adalah semua ibu primipara yang telah melalui masa ASI eksklusifnya di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
(27)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun 2012). United Nations International Children's Emergency Fund
(UNICEF) tahun 2013 dan WHO tahun 2013 menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan cara yang sempurna untuk memberikan makanan terbaik untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Pemberian ASI secara eksklusif ini diberikan pada bayi sejak lahir hingga bayi berumur enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun (Depkes, 2004).
Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk terus diberikan sampai usia enam bulan, dengan terus menyusui disertai dengan makanan pendamping yang tepat hingga dua tahun atau lebih. Pemberian ASI eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan dan Inisiasi Menyusui Dini adalah dua praktek pemberian ASI yang penting untuk kelangsungan hidup (Lawrence dan Lawrence, 2005; Edmond et al., 2006 dalam Februhartanty, 2008).
(28)
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu yang diberikan selama enam bulan pertama kehidupan bayi tanpa diberikan makanan atau minuman lain. Dalam hal ini, bayi tidak diperkenankan untuk diberi makanan apapun selain ASI, baik itu air putih maupun makanan lainnya.
2. Jenis-jenis ASI
a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang pertama kali yang disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai ke-3. Kolostrum ini merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning daripada susu yang matur. Komposisi kolostrum ini akan selalu berubah dari hari ke harinya. Kolostrum memiliki protein yang lebih banyak dan berbeda dari ASI yang matur dan mengandung lebih banyak antibodi daripada ASI yang matur. Selain itu, kolostrum juga memiliki mineral dan vitamin yang larut lemak lebih tinggi daripada ASI matur. Akan tetapi, kolostrum ini memiliki kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah daripada ASI matur (Bahiyatun, 2009).
b. Air Susu Masa Peralihan
Air susu masa peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI yang matur. ASI jenis ini disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi. Kadar protein dalam ASI jenis ini semakin rendah, tetapi kadar karbohidrat dan
(29)
11
lemak serta volume juga meningkat dibandingkan kolostrum (Bahiyatun, 2009).
c. Air Susu Matur
Air susu matur merupakan jenis ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. ASI jenis ini merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. Air susu matur ini tidak menggumpal jika dipanaskan dan dalam ASI jenis ini terdapat beberapa faktor antimikrobial (Bahiyatun, 2009).
3. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong
perkembangan duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin dan
human chorionic somatomammotropin juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamalia dengan menginduksi enzim-enzim yang dibutuhkan (Sherwood, 2009).
Sebagian besar perubahan di payudara terjadi pada paruh pertama kehamilan sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamalia telah mampu menghasilkan susu. Akan tetapi, sekresi susu tidak terjadi sampai persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi pada akhir kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekresi susu. Estrogen
(30)
dan progesteron akan turun secara drastis ketika plasenta keluar sehingga memicu terjadinya laktasi (Sherwood, 2009).
Setelah produksi susu dimulai setelah persalinan, hormon prolaktin dan oksitosin berperan penting dalam mempertahankan laktasi. Prolaktin berguna untuk meningkatkan sekresi susu, sedangkan oksitosin berperan dalam peyemprotan (ejeksi) susu. Pelepasan kedua hormon ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh penghisapan puting payudara oleh bayi (Sherwood, 2009 dan Bobak, 2005).
Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui adalah sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let-down. Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang berfungsi untuk memulai dan mempertahankan susu. Prolaktin dilepaskan oleh hipofisis anterior yang dipicu oleh hipotalamus. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi menghisap (Bobak, 2005).
Kontraksi sel-sel mioepitel khusus yang mengelilingi setiap alveolus menyebabkan susu keluar dari alveolus, masuk ke duktus, dan menuju ke puting payudara. Penghisapan payudara oleh bayi merangsang ujung saraf sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi yang merambat melalui medula spinalis ke hipotalamus.
Kemudian hipotalamus memicu hipofisis posterior untuk
(31)
13
mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu (refleks let-down). Refleks letdown ini berlanjut selama bayi terus menyusui (Sherwood, 2009 dan Bobak, 2005). Ibu dapat merasakan sensasi refleks let-down
dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan. Tanda-tanda lain let-down
adalah tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang dihisap oleh bayi (Bobak, 2005).
4. Manfaat ASI
ASI eksklusif ini banyak memberikan manfaat pada beberapa pihak, seperti pada bayi, ibu, dan lingkungan.
a. Manfaat bagi bayi
Roesli (2000) menyatakan manfaat terpenting pemberian ASI eksklusif yang diperoleh bayi, diantaranya:
1) ASI sebagai nutrisi untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia enam bulan
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia dua tahun atau lebih.
(32)
2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin dari ibunya melalui plasenta. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak berusia sekitar sembilan sampai dua belas bulan.
3) ASI meningkatkan kecerdasan, daya penglihatan, dan kepandaian bicara
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua yang tidak dapat direkayasa, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal yang dapat direkayasa. Secara garis besar, terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak, kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual, dan kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi.
4) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang
(33)
15
akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik. b. Manfaat bagi ibu
Pemberian ASI dapat membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan. Pemberian ASI juga merupakan cara yang penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman (Bahiyatun, 2009).
c. Manfaat bagi semua orang
ASI selalu bersih dan bebas dari hama yang menyebabkan infeksi. Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus dan selalu tersedia sehingga dapat memudahkan orang-orang di sekitar (Bahiyatun, 2009).
5. Kendala Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif sering mengalami kendala yang sering membuat ibu pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memberikan ASI eksklusif. Berikut adalah beberapa alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif:
a. Rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup dan/atau memiliki mutu yang jelek.
Arab, et al (2005) menyatakan bahwa kepercayaan ini dapat dikaitkan dengan penampakan kolostrum yang terlihat encer dan menyerupai air. Ibu harus memahami bahwa perubahan pada
(34)
komposisi ASI akan terjadi ketika bayinya mulai menghisap puting ibu. Ibu juga harus memahami bahwa jumlah ASI dapat dipertahankan melalui isapan puting (suckling) yang sering. IDAI
(2013) mengungkapkan bahwa keyakinan ibu terhadap
ketidakmampuannya memberikan ASI secara eksklusif dapat berdampak pada produksi ASI yang kurang. Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Beberapa faktor yang perlu diidentifikasi sebagai penyebab berkurangnya ASI, seperti:
1) Faktor menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusu dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, dan tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui.
2) Faktor psikologis ibu
Persiapan psikologis ibu sangat mennetukan keberhasilan menyusui. Perasaan ibu pada periode ini sangat mempengaruhi dalam keberhasilan ASI eksklusif.
3) Faktor fisik ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil, peminum
(35)
17
alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.
b. Teknik pemberian ASI yang salah
Pemberian ASI merupakan kiat yang harus dipelajari. Baik ibu maupun bayi perlu belajar bagaimana cara pemberian ASI yang berhasil. Ibu yang kurang memahami teknik laktasi yang benar dapat menyebabkan nyeri pada payudara ibu, lecet pada puting susu ibu, dan pembengkakan payudara karena bayi tidak mampu meminum ASI secara efektif dari dalam payudara tersebut (Arab., et al, 2005).
c. Kepercayaan yang keliru bahwa bayi mereka haus dan memerlukan cairan tambahan.
Kepercayaan ini berdampak kepada perilaku ibu maupun anggota keluarga lain untuk memberikan minuman selain ASI. Hal ini berakibat pada sedikitnya jumlah ASI yang dihisap oleh bayi dan periode menyusu juga relatif lebih singkat (Arab., et al, 2005). d. Pemasaran susu formula pengganti ASI
Pemasaran formula pengganti ASI (PASI) telah
menimbulkan anggapan bahwa PASI lebih unggul daripada ASI sehingga menghalangi praktik pemberian ASI. WHO Assembly
pada tahun 1981 telah menyusun aturan pemasaran PASI yang bertujuan untuk mengontrol promosi makanan buatan tersebut. Prinsip aturan ini adalah untuk melindungi anak terhadap penyalahgunaan produk semacam itu. Secara khusus, aturan
(36)
tersebut bertujuan untuk turut memberikan kontribusi kepada pengadaan nutrisi yang aman dan memadai bagi bayi melalui proteksi dan promosi ASI, dan untuk memastikan pemakaian PASI yang tepat (Arab., et al, 2005).
e. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran)
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih,air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, dikhawatirkan akan menyebabkan reaksi alergi (IDAI, 2013).
f. Kelainan ibu; puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,
engorgement, mastitis, dan abses.
Kendala lainnya yang bisa menghambat produksi ASI adalah kelainan ibu, seperti puting lecet, payudara bengkak, dan mastitis. Ibu yang mengalami puting lecet akan merasakan sakit saat menyusui. Hal ini disebabkan karena perlekatan yang kurang baik.untuk mengatasi kendala ini, pengobatan yang sesuai harus segera diberikan. Membangkitkan rasa percaya ibu dan memberikan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu melanjutkan menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulut bayi melekat dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Ibu tidak perlu mengistirahatkan payudara, akan tetapi tetaplah memberi ASI sesuai kebutuhan bayi (IDAI, 2013).
(37)
19
Kendala lainnya yaitu payudara penuh dan bengkak. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak. Payudara penuh terjadi beberapa hari setelah persalinan dan ditandai dengan payudara terasa nyeri berat, keras tetapi ASI masih bisa keluar, serta ibu tidak mengalami demam. Payudara bengkak atau
engorgement ditandai dengan payudara yang nampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri. Payudara bengkak ini disebabkan karena adanya bendungan pada pembuluh darah dan limfe dan pengeluaran ASI yang tidak sempurna. Cara menangani kedua kendala ini adalah dengan menyusui bayi sesuai kebutuhan bayi. Ajarkan ibu cara perlekatan dengan bayi secara benar (IDAI, 2013).
g. Ibu hamil ketika masih menyusui
IDAI (2013) mengungkapkan hal-hal yang harus
diperhatikan pada ibu hamil yang masih menyusui, di antaranya: 1) Bila bayi belum berusia enam bulan, ibu dianjurkan untuk terus
menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal. 2) Bila bayi berusia 6-12 bulan, ibu dianjurkan untuk terus
menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama.
3) Bila bayi sudah berusia lebih dari dua belas bulan, ibu boleh menyapih anak tersebut.
4) Volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil.
(38)
6) Ibu akan mengalami keletihan. 7) Rasa ASI berubah ke arah kolostrum.
8) Terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil. h. Ibu bekerja
Kembalinya ibu bekerja dapat mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif. Ketika ibu kembali bekerja, tingkat stres akan meningkat sehingga akan berpengaruh kepada produksi ASI sendiri.
i. Kelainan bayi; bayi sakit, abnormalitas bayi.
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan agar keberhasilan ASI eksklusif dapat tercapai.
a. Faktor sosiodemografik
Faktor sosiodemografik yang berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif adalah usia ibu, status pekerjaan ibu, dan paritas. Kurniawan (2013) dalam penelitiannya di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan menyatakan bahwa faktor usia ibu dan status pekerjaan ibu memiliki hubungan negatif dengan keberhasilan ibu memberikan ASI Eksklusif. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa semakin bertambah usia ibu, frekuensi kegagalan pemberian ASI Eksklusif akan meningkat.
(39)
21
Status pekerjaan ibu juga memiliki hubungan negatif terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja meningkatkan frekuensi kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang bekerja akan mengalami kendala dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, seperti alokasi waktu, kualitas kebersamaan dengan bayi, beban kerja, stres, dan keyakinan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif akan terpengaruh. Ida (2012), dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa paritas merupakan faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan Ida ini adalah ibu yang memiliki paritas lebih dari satu kali berpeluang 2,333 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI eksklusif enam bulan dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas satu kali.
b. Faktor prenatal dan postnatal
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013), terdapat beberapa faktor pre/postnatal yang berpengaruh terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif, seperti pemberian susu formula selama perawatan postpartum di instansi pelayanan kesehatan, permasalahan menyusui dan kunjungan ke klinik laktasi, pemberian MPASI pada bayi < 6 bulan, dan pemakaian empeng. Selain itu, faktor pemungkin, seperti inisiasi menyusu dini dan rawat gabung berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif (Ida, 2012).
(40)
c. Faktor psikososial
Kurniawan (2013) menyatakan bahwa keinginan dan keyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif didapatkan pada sebagian besar ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Keyakinan ibu yang kuat merupakan faktor determinan yang penting terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Blyth, et al., dan Dennis dalam Kurniawan, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Forster, et al., (2006 dalam Kurniawan, 2013) menyatakan bahwa pada ibu yang memiliki keyakinan yang kuat lebih sedikit mengalami permasalahan dalam menyusui.
Kurniawan (2013) menyatakan bahwa social support system
termasuk dukungan suami dan orang tua ibu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif. Pada penelitian yang dilakukan Binns, et al., (2007, dalam Kurniawan 2013) menunjukkan bahwa dukungan suami dan orang tua ibu adalah support system yang mendorong ibu menginisiasi dan mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai laktasi.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida. Ida (2012) mengungkapkan bahwa faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan suami, dukungan sarana dan tenaga kesehatan, dukungan teman, dan dukungan keluarga (ibu dan ibu mertua). Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang didukung baik oleh
(41)
23
suaminya berpeluang 3,737 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI Eksklusif enam bulan dibandingkan dengan ibu yang dukungan suaminya kurang.
B. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother
Teori Maternal Role Attainment – Becoming a Mother (pencapaian peran Ibu-menjadi seorang ibu) dikemukakan oleh Mercer pada tahun 1991. Tomey dan Alligood (2006) mengemukakan bahwa Mercer menempatkan teori ini pada lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979) yang di dalamnya terdapat aspek mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem yang digambarkan pada bagan 2.1
1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu terjadi. Faktor-faktor yang termasuk dalam mikrosistem adalah fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status ekonomi, nilai-nilai keluarga, dan stressor. Variabel yang terkandung dalam lingkungan terdekat ini berinteraksi dengan satu atau lebih variabel lain dalam mempengaruhi transisi yang terjadi pada ibu.
2. Mesosistem meliputi pengaruh dan interaksi dengan orang-orang yang termasuk mikrosistem ini. Interaksi mesosistem ini dapat mempengaruhi apa yang terjadi pada pengembangan peran ibu dan anak. Mesosistem meliputi penitipan anak, sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah. Misalnya bagaimana ibu memanfaatkan fasilitas umum untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
(42)
3. Makrosistem mengacu pada bentuk asli yang ada dalam budaya tertentu atau konsistensi budaya yang sudah ditransmisikan. Makrosistem meliputi pengaruh sosial, politik, dan budaya. Misalnya adanya beberapa pantangan makanan yang harus dihindari selama pemberian ASI eksklusif.
Terdapat empat tahap yang dilalui dalam pencapaian peran ibu ini, di antaranya:
1. Anticipatory
Tahap anticipatory ini dimulai selama kehamilan dan termasuk di dalamnya penyesuaian sosial dan psikologis awal terhadap kehamilan. Pada tahap ini ibu belajar mengenai peran yang diharapkan dan mulai membayangkan peran tersebut.
2. Formal
Tahap formal dimulai ketika bayi lahir, termasuk ketika ibu belajar dan mulai menjalankan peran seorang ibu dalam mengasuh bayinya.
3. Informal
Tahap ini dimulai ketika ibu mulai mengembangkan caranya sendiri dalam menjalankan peran seorang ibu tanpa mencontoh peran ibu yang lain. Ibu menjadikan peran barunya sesuai dengan gaya hidupnya sekarang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan masa depannya.
(43)
25
4. Personal
Tahap personal terjadi ketika ibu sudah menginternalisasi perannya ke dalam kehidupannya. Ibu merasakan harmoni, kepercayaan, dan kemampuan pada cara ibu menjalankan perannya dan pencapaian perannya.
Sikap dan perilaku baik ibu maupun bayi dapat mempengaruhi identitas masing-masing. Sikap dan perilaku ibu pada teori Mercer ini meliputi empati, sensitivitas terhadap isyarat bayi, harga diri, konsep diri,
Hubungan ibu ayah
Fungsi keluarga
Konsistensi pengaruh budaya IBU
Empati/ peka pada isyarat bayi harga diri/konsep diri pengasuhan
kedewasaan dan fleksibilitas sikap
kehamilan dan pengalaman kelahiran
kesehatan secara keseluruhan dan konflik peran/ketegangan
ANAK Temperamen /perangai Kemampuan untuk memberikan isyarat Penampilan Karakteristik Daya tanggap Kesehatan KOMPONEN PERAN IBU
Kompetensi dalam perilaku ibu
Mengekspresikan kepuasan
Keterikatan pada bayi
HASIL PADA ANAK
Kognitif / mental Pengembangan Perilaku Kesehatan Kompetensi Mesosistem Mikrosistem stres Dukungan sosial Makrosistem seko lah perawat an
Pengaturan kerja orang tua
(44)
sikap orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan dan fleksibilitas, sifat, kehamilan dan pengalaman melahirkan, kesehatan, depresi, dan konflik
peran. Respon perkembangan bayi yang berhubungan dengan
perkembangan identitas peran ibu berupa kontak mata bayi dengan ibu, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan sikap tenang ibu dalam menjalankan perawatan, perilaku interaktif bayi dengan ibu. Adapun sifat bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu berupa temperamen, kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan, karakteristik umum, tanggung jawab, dan kesehatan (Mercer, 1991 dalam Alligood dan Tomey, 2006).
C. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Gottlieb,1983 dalam Nurmadina, 2010). Sarason (1983 dalam Nurmadina, 2010) mengemukakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi kita, sedangkan menurut Rice (1987 dalam Nurmadina, 2010) mengartikan dukungan sosial
(45)
27
sebagai bantuan yang diberikan oleh pasangan (suami/istri), orang tua, dan teman-teman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai dukungan sosial, penulis menyimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan yang diberikan kepada seseorang yang dapat membuat individu merasa nyaman, dihargai, dan merasa dicintai.
2. Faktor Pendukung Dukungan Sosial
Mercer (1986), dalam teorinya, mengemukakan bahwa terdapat empat faktor pendukung pada variabel dukungan sosial , di antaranya:
a. Dukungan emosional adalah perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya, dan mengerti.
b. Dukungan informasi adalah membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberi informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah atau situasi.
c. Dukungan fisik adalah pertolongan yang langsung, seperti merawat bayi. Misalnya, suami membantu ibu dalam mengganti popok bayi.
d. Dukungan penilaian adalah informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan, bagaimana ia menampilkan perannya. Hal ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan peran orang lain.
(46)
3. Sumber-sumber Dukungan Sosial
Kahn dan Antonucci (dalam Nurmadina, 2010) menyatakan bahwa seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu mendukung atau menyerttai individu tersebut sepanjang masa hidupnya, dimana anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan berjalannya waktu. Kahn dan Antonucci membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori yaitu:
a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya, yaitu yang selalu ada sepanjang hidupnya yang menyertai dan mendukung individu tersebut, seperti keluarga dekat, pasangan (suami/istri) atau teman dekat.
b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai sepanjang waktu, seperti teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan teman sepergaulan.
c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan emmiliki peran yang sangat
cepat berubah. Sumber dukungan ini misalnya tenaga
ahli/profesional dan keluarga jauh dan sesama pekerja.
4. Dukungan Sosial Suami
Secara psikologis, seorang ibu yang didiukung suami atau keluarga akan lebih termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (Prasetyono dalam Sari, 2011). Februhartanty (2008) mengemukakan bahwa untuk memenuhi ASI Eksklusif diperlukan
(47)
29
adanya keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit, yaitu antara ayah, ibu, dan bayi.
Keberhasilan menyusui sangat ditentukan oleh peran ayah karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam membantu ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dengan memberikan dukungan-dukungan emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok, menyendawakan bayi, menggendong, dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan bayi, memberikan ASI perah, membawa bayi jalan-jalan di taman, dan memijat bayi. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif (Roesli, 2001).
Seorang ayah punya peran penting dalam keberhasilan ibu menyusui. Perasaan dan semangat ibu untuk menyusui dan untuk terus memberikan yang terbaik bagi anaknya sangat bergantung pada peran ayah untuk terus menjaga suasana kondusif. Proses menyusui menjadi terhambat bila kondisi ayah dan ibu tidak harmonis, ibu tidak mendapat dukungan dari suami, tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan perasaan ibu yang tidak aman dan nyaman (Hartono, 2009 dalam Sari, 2011).
Dukungan suami yang merupakan faktor pendukung dalam keberhasilan ASI Eksklusif merupakan suatu kegiatan yang bersifat
(48)
emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Hal ini berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan sensasi yang dapat memperlancar produksi ASI (Roesli, 2000). Suami merupakan orang terdekat bagi ibu menyusui yang diharapkan selalu ada di sisi ibu dan selalu siap memberi bantuan. Keberhasilan ibu dalam menyusui tidak terlepas dari dukungan yang terus-menerus dari suami. Jika ibu mendapatkan kepercayaan diri dan mendapat dukungan penuh dari suami, motivasi ibu untuk menyusui akan meningkat (Swasono, 2008 dalam Sari, 2011).
D. Primipara
Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir (Forte dan Oxorn, 2010).
(49)
31
F. Kerangka Teori
Sumber dukungan sosial yang stabil
sepanjang waktu perannya, seperti pasangan dan keluarga
Individu lain yang jarang memberi dukungan dan
memiliki peran yang sangat cepat berubah,
seperti tenaga ahli Individu lain yang sedikit
berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah
sesuai waktu, seperti tetangga dan teman kerja Sumber dukungan sosial
Suami
Manfaat ASI Eksklusif : a.ASI sebagai nutrisi untuk
memenuhi semua
kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia enam bulan
b.ASI meningkatkan daya
tahan tubuh karena
mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit
c.ASI meningkatkan
kecerdasan, daya
penglihatan dan
kepandaian bicara
d.Menyusui meningkatkan
jalinan kasih sayang Keberhasilan ASI
Ekslusif Aspek dukungan sosial:
a.Dukungan emosional b.Dukungan informasi c.Dukungan fisik d.Dukungan penilaian
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif:
a. Faktor sosiodemografik, yaitu usia ibu, status ibu dan paritas b. Faktor pre/postnatal, yaitu
inisiasi menyusu dini dan rawat gabung
c. Faktor psikososial, yaitu dukungan suami, dukungan sarana dan tenaga kesehatan,
dukungan teman, dan
dukungan keluarga (ibu dan ibu mertua).
Bagan 2.2 Kerangka Teori Penelitian Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara (dimodifikasi dari Kurniawan, 2013; Ida, 2012; Mercer, 1986; Roesli, 2000)
(50)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Variabel bebas (independen) yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah dukungan suami mengenai pemberian ASI eksklusif, sedangkan variabel terikat (dependen) yang akan diteliti adalah keberhasilan ASI eksklusif pada ibu primipara. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat digambarkan dalam bentuk bagan seperti pada bagan 3.1 di bawah ini.
Dukungan Suami: 1.Dukungan Emosional 2.Dukungan Fisik 3.Dukungan Informasi 4.Dukungan Penilaian
Keberhasilan ASI Eksklusif
Bagan 3.1. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Faktor perancu:
Usia, tingkat pendidikan ibu dan suami, status pekerjaan ibu dan suami
(51)
33
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1 Dukungan
suami Penilaian ibu terhadap tindakan dan sikap ayah yang dapat membantu ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi Mengguna kan skala Likert dengan total pertanyaan sebanyak 29 pertanyaan , yang terbagi dalam empat aspek Kuesioner B Penilaian: 1. Baik = jika
skor jawaban ≥
98
2.Cukup = jika skor jawaban
78 ≤ x < 98
3. Kurang = jika skor jawaban < 78
(Azwar, 2012)
Ordinal
a. Dukungan
Emosional
Perasaan menyayangi, mencintai,
dan penuh
perhatian yang diberikan
oleh suami
kepada istri Mengguna kan skala Likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak tujuh pertanyaan Kuesioner B Penilaian: 1. Baik = jika
skor jawaban ≥
23
2.Cukup = jika skor jawaban
19 ≤ x < 23
3. Kurang = jika skor jawaban < 19
(Azwar, 2012)
Ordinal
b. Dukungan
Fisik Dukungan yang diberikan oleh suami dalam bentuk bantuan secara langsung Mengguna kan skala Likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak tujuh pertanyaan Kuesioner B Penilaian: 1.Baik = jika
skor jawaban ≥
26
2.Cukup = jika skor jawaban
22 ≤ x < 26
3. Kurang = jika skor jawaban < 22
(Azwar, 2012)
Ordinal
(52)
c. Dukungan Informasi Dukungan yang diberikan oleh suami dalam bentuk pemberian informasi yang berkaitan dengan ASI eksklusif Mengguna kan skala Likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak delapan pertanyaan Kuesioner B Penilaian: 1. Baik = jika
skor jawaban ≥
24
2.Cukup = jika skor jawaban
18 ≤ x < 24
3. Kurang = jika skor jawaban < 18
(Azwar, 2012)
Ordinal
d. Dukungan
Penilaian Dukungan yang diberikan suami dalam bentuk penyampaian informasi mengenai peran yang seharusnya dilakukan oleh ibu dalam menyusui anaknya Mengguna kan skala Likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak tujuh pertanyaan Kuesioner B Penilaian: 1.Baik = jika
skor jawaban ≥
24
2.Cukup = jika skor jawaban
18 ≤ x < 24
3. Kurang = jika skor jawaban < 18
(Azwar, 2012)
Ordinal
2 Keberhasil
an ASI eksklusif
Keberhasilan pemberian Air susu ibu kepada bayi selama enam bulan, tanpa diberi makanan/min uman tambahan apapun Mengguna kan pertanyaan terbuka yang telah tersedia pilihan jawabanny a Kuesioner C Penilaian: 1. Tidak berhasil = jika bayi mendapatkan makanan tambahan selain ASI pada masa enam bulan pertama kehidupan bayi 2. Berhasil =
jika bayi hanya diberikan ASI selama enam bulan Nominal
(53)
35
pertama (PP No. 33 Tahun 2012)
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis alternatif (Ha): ada hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara di Wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
(54)
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini merupakan studi analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Metode cross sectional adalah rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Hidayat, 2007). Penelitian analitik cross sectional dapat dilakukan di rumah sakit atau di lapangan. Penelitian ini menggunakana pendekatan cross sectional
dengan tujuan untuk mencari adanya hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan ASI Eksklusif (Budiarto, 2003).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2014 di Puskesmas Pisangan yang beralamat di Perumahan Pondok Hijau Kel. Pisangan Kec. Ciputat Timur Tangerang Selatan.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang telah melewati masa ASI Eksklusif yang datang ke Puskesmas
(55)
37
Pisangan dan posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan cara-cara tertentu (Budiarto, 2003). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling atau sampling aksidental yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang telah melewati masa pemberian ASI Eksklusif yang datang ke Puskesmas Pisangan maupun ke posyandu yang berada di wilayah kerja Pisangan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 34 orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti (Budiarto, 2008). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang mana jawaban dari kuesioner tersebut telah disediakan (Budiarto, 2008). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang identitas responden berupa data demografi responden.
(56)
2. Kuesioner B berisi pertanyaan mengenai dukungan suami yang didapat oleh ibu yang menyusui. Kuesioner ini menyangkut empat aspek dukungan sosial yang terdapat dalam teori Mercer, yaitu mengenai aspek dukungan emosional terdapat pada nomor P1 – P7, aspek dukungan informasi terdapat pada nomor P8 – P14, aspek dukungan fisik pada nomor P15 – P22, dan aspek dukungan penilaian berada pada nomor P23 – P29. Total pertanyaan pada kuesioner B ini sebanyak 29 pertanyaan. Kuesioner ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan dengan teori Mercer mengenai pencapaian peran ibu. Kisi-kisi instrumen dari variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1
Variabel Komponen Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
Dukungan Suami
Emosional 1, 5, 6, 7 2, 3, 4 7
Informasi 8, 9, 10, 11,
13 12,14 7
Fisik 15, 16, 19,
20, 21, 22 17, 18 8
Penilaian 23, 24, 25,
27, 28 26, 29 7
Jumlah 20 9 29
Pernyataan-pernyataan yang dibuat untuk memperoleh data tentang dukungan suami yang didapat ibu primipara selama masa pemberian ASI eksklusif ini dalam bentuk skala Likert dengan memberi bobot pada setiap jawaban. Instrumen dukungan suami ini menggunakan skala 1-5, dengan kategori:
a. Selalu (SL) yang berarti sangat sesuai/sangat memadai/sangat tinggi.
(57)
39
b. Sering (SR) yang berarti sesuai/memadai/tinggi.
c. Kadang-kadang (KD) yang berarti cukup sesuai/cukup memadai. d. Jarang (JR) yang berarti kurang sesuai/kurang memadai.
e. Tidak pernah (TP) yang berarti tidak sesuai/tidak memadai.
Perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yaitu favorable dan
unfavorable. Skor yang dipilih dapat dilihat dalam tabel 4.2.
Dukungan suami ini akan dikategorikan menjadi: a. Baik = jika skor jawaban x ≥ (μ+1.0σ)
b. Cukup = jika skor jawaban (μ-1.0σ) ≤ x < (μ+1.0σ) c. Kurang = jika skor jawaban x < (μ-1.0σ) (Azwar, 2012)
dimana:
μ = 1/2 (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan
σ = 1/6 (Imaks - Imin)
Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pernyataan Xmin = skor terendah pada 1 item pernyataan Imaks = jumlah total skor tertinggi
Imin = jumlah total skor terendah
3. Kuesioner C berisi pertanyaan terkait keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Pertanyaan pada kuesioner ini bersifat terbuka, namun telah disediakan juga pilihan jawabannya. Penilaian menggunakan skala
Kategori respon SL SR KD JR TP
Favorable Unfavorable
5 1
4 2
3 3
2 4
1 5
(58)
nominal dengan dua kategori, yaitu 1 = jawaban selain ASI (tidak berhasil ASI eksklusif) dan 2 = hanya ASI saja (berhasil ASI eksklusif).
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas Instrumen
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2007). Validitas merupakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrumen menggunakan rumus Pearson Product Moment. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Pertanyaan valid apabila r hitung > r tabel, sedangkan pertanyaan dianggap tidak valid jika r hitung < r tabel.
Peneliti menggunakan validitas konstruk dan validitas isi dalam menguji validitas variabel dukungan suami dalam instrumen ini. Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 19 Mei – 4 Juni 2014. Uji coba dilakukan terhadap 15 orang ibu primipara di Puskesmas Ciputat. Lokasi tersebut berada di wilayah Ciputat sama seperti Puskesmas Pisangan, sehingga responden yang telah diteliti dalam uji instrumen ini tidak termasuk responden dalam penelitian.
(59)
41
Saat diuji validitas secara konstruk, nilai batas validitas untuk responden sebanyak 15 orang (n = 15) pada signifikan 5% adalah 0,514. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan masing-masing nilai r tabel sehingga terdapat 14 pertanyaan yang tidak valid karena nilai korelasinya < 0,514. Pertanyaan yang tidak valid ini kemudian peneliti modifikasi pertanyaannya. Setelah peneliti modifikasi, dilakukanlah uji validitas isi terhadap kuesioner ini dengan mengajukan kuesioner ini kepada orang yang ahli dalam bidang ini. Hasil dari validitas isi ini adalah 3 dari 14 pertanyaan yang tidak valid dalam kuesioner ini dihilangkan. Jadi, peneliti menggunakan 29 pertanyaan dalam kuesioner ini untuk dijadikan instrumen penelitian.
Peneliti menggunakan validitas isi untuk menguji validitas variabel keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Pertanyaan variabel ini hanya berupa satu pertanyaan. Pertanyaan ini berupa pertanyaan semi-terbuka yang mana pilihan jawaban pertanyaan ini sudah peneliti siapkan, tetapi responden bisa memilih jawaban lebih dari satu ataupun jawaban di luar pilihan itu.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur realibilitas instrumen. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.
(60)
Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2007). Hasil uji reliabilitas pada variabel dukungan suami dalam kuesioner ini adalah α = 0,882. Berdasarkan nilai tersebut, pertanyaan mengenai variabel dukungan suami dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan karena nilai Alpha Cronbach > 0,60.
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan sebagai surat pengantar untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pisangan dan surat pengantar untuk melakukan uji validitas di Puskesmas Ciputat
3. Setelah surat ijin penelitian dan surat ijin uji validitas disetujui oleh pihak Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, peneliti diberikan surat pengantar oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan untuk diberikan kepada Kepala Puskesmas Ciputat dan Puskesmas Pisangan.
4. Setelah ijin uji validitas disetujui oleh Kepala Puskesmas Ciputat, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen di puskesmas ini dengan responden ibu primipara.
(61)
43
5. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti mulai mengumpulkan data di Puskesmas Pisangan.
6. Peneliti menggunakan teknik accidental sampling atau sampling aksidental dalam mengumpulkan sampel sehingga semua ibu primipara yang datang ke puskesmas dan posyandu dijadikan sampel dalam penelitian ini.
7. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. 8. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden
selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.
9. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden, sedangkan proses pengambilan data dilakukan sebelas hari disesuaikan dengan kondisi di Puskesmas Pisangan.
10. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam kuesioner. Setelah responden selesai, lembar kuesioner dikembalikan kepada peneliti.
11.Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.
(62)
G. Etika Penelitian
Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami oleh peneliti (Hidayat, 2007):
1. Prinsip manfaat
Segala bentuk penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.
2. Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus dihormati. Manusia berhak menentukan pilihan antara bersedia atau tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. 3. Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia seperti dengan menghargai hak menjaga privasi manusia.
H. Pengolahan Data
Terdapat beberapa langkah-langkah dalam proses pengolahan data yang harus dilakukan, yaitu:
1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
(63)
45
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
4. Melakukan teknik analisis. Pada tahap ini, analisis dilakukan dengan menggunakan ilmu statistik terapan terhadap data penelitian yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini bersifat analisis analitik sehingga menggunakan statistika inferensial. Statistika inferensial adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistika (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.
I. Analisis Data
Analisa data sebagai tahapam pengolahan data untuk melihat hubungan antara dua variabel. Teknik analisa yang digunakan adalah: 1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti dalam penelitian yaitu melihat gambaran distribusi frekuensi variabel independen (dukungan suami) dan
(64)
dependen (keberhasilan ASI Eksklusif) yang disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen, yaitu hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan ASI Eksklusif. Teknik analisis dilakukan dengan uji Chi Square. Uji chi square (X2) digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya asosiasi antar dua variabel dengan menggunakan derajat
kepercayaan 95% dengan α 5% sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Akan tetapi, jika nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji Chi Square ini digunakan untuk data yang berskala kategorik-kategorik dan tidak melihat distribusi dari data tersebut (Dahlan, 2008 dan Polit, 1996).
(65)
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Profil Puskesmas Pisangan
Puskesmas Pisangan adalah puskesmas yang ada di Kecamatan Ciputat Timur, yang terletak di sebelah tenggara Tangerang, dengan luas wilayah 1.685 Ha. Puskesmas Pisangan ini meliputi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu. Puskesmas Pisangan ini beralamat di Perumahan Pondok Hijau, Kelurahan Pisangan Ciputat Timur. Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Barat : Wilayah Kerja PKM Ciputat (Kecamatan Ciputat)
2. Sebelah Timur : DKI Jakarta
3. Sebelah Utara : Wilayah kerja PKM Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Aren)
4. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja PKM Pamulang (Kel. Pondok Cabe Hilir)
Puskesmas Pisangan ini memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi:
Dengan iman dan taqwa mewujudkan masyarakat Pisangan setia, amanah, siaga, mandiri, hidup sehat melalui akselerasi, upaya kesehatan guna mewujudkan Tangerang Selatan sehat 2015.
Misi:
1. Menggerakkan serta membudayakan peran serta dan potensi di masyarakat dalam bidang kesehatan.
(66)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)
2. Mengupayakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata, dan terjangkau.
3. Menjalin kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral, dan swasta untuk mendukung pembangunan berwawasan kesehatan
B. Hasil Analisa Univariat
1. Karakteristik Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
a. Usia Ibu
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5.1
Rentang Usia Frekuensi Persentase (%)
20 tahun – 24 tahun 25 tahun – 29 tahun 30 tahun – 34 tahun 35 tahun – 39 tahun 40 tahun – 44 tahun
14 13 6 0 1
41,2 38,2 17,6 0 2,9
Total 34 100,0
Data pada Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 34 responden, mayoritas ibu primipara berusia di antara 20 tahun – 24 tahun dengan jumlah 14 orang (41,2%). Selain itu, terdapat 13 ibu primipara (38,2%) yang berusia di antara 25 tahun – 29 tahun, 6 ibu primipara (17,6%) berusia 30 tahun – 34 tahun, dan 1 ibu primipara (2,9%) yang berusia di antara 40 tahun – 44 tahun.
(67)
49
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34) b. Tingkat Pendidikan Suami
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan suami dapat dilihat pada Tabel 5.2
Pada Tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan suami ibu primipara tersebut adalah SMA sebanyak 15 orang (44,1 %).
c. Tingkat Pendidikan Ibu
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu primipara dapat dilihat pada Tabel 5.3
D a
Tingkat Pendidikan Suami Frekuensi
(n) Persentase (%)
Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma/Sarjana 1 3 10 15 5 2,9 8,8 29,4 44,1 14,7
Total 34 100,0
Rentang Usia Frekuensi Persentase (%) Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma/Sarjana 0 3 8 18 5 0 8,8 23,5 52,9 14,7
(68)
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Suami Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014
(n=34)
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan ibu primipara adalah SMA yang berjumlah 18 orang (52,9%).
d. Pekerjaan Suami
Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan suami ibu primipara dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa sebagian besar status pekerjaan suami dari para ibu primipara adalah pegawai swasta yang berjumlah 19 orang (55,9%).
e. Pekerjaan Ibu
Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan ibu primipara dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Rentang Usia Frekuensi Persentase (%)
Tidak bekerja PNS Wiraswasta Pegawai swasta
Lain-lain
0 0 13 19 2
0 0 38,2 55,9 5,9
(69)
51
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pekerjaan Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa dari 34 ibu primipara, 27 ibu (79,4%) di antaranya tidak memiliki pekerjaan, sedangkan ibu primipara lainnya memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, pegawai swasta, dan lain – lain.
2. Gambaran Dukungan Suami
Sebelum peneliti melakukan analisis univariat terhadap variabel dukungan suami, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan uji Shapiro-Wilk dalam melakukan uji normalitas data karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah < 50 responden, yaitu 34 orang. Data dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai kemaknaan (p) pada uji Shapiro-Wilk ini > 0,05 dan begitu juga sebaliknya (Dahlan, 2008). Hasil uji normalitas dari variabel dukungan suami ini adalah 0,019 sehingga distribusi dari variabel ini tidak normal.
Gambaran distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel dukungan suami dapat dilihat pada Tabel 5.6
Rentang Usia Frekuensi Persentase (%)
Tidak bekerja PNS Wiraswasta Pegawai swasta
Lain-lain
27 0 2 3 2
79,4 0 5,9 8,8 5,9
(70)
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)
Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 31 ibu primipara (91,2%) mendapatkan dukungan suami dengan baik, sedangkan 3 ibu primipara lainnya (8,8%) mendapatkan dukungan suami yang cukup.
Pernyataan kuesioner mengenai variabel dukungan suami ini terdapat 29 pertanyaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek dukungan emosional, aspek dukungan informasi, aspek dukungan fisik, dan aspek dukungan penilaian. Berikut ini akan peneliti gambarkan distribusi masing-masing aspek dari variabel dukungan suami.
a. Aspek Dukungan Emosional
Gambaran distribusi jawaban responden terhadap
pernyataan variabel dukungan suami pada aspek dukungan emosional dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Dukungan Emosional Frekuensi Presentase (%) Baik Cukup Kurang 30 4 0 88,2 11,8 0
Total 34 100,0
Dukungan Suami Frekuensi Presentase (%) Baik Cukup Kurang 31 3 0 91,2 8,8 0
(71)
53
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi yang Didapatkan oleh Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Tahun 2014 (n=34)
Data yang ada pada Tabel 5.6 di atas terlihat bahwa 30 ibu primipara (88,2%) mendapatkan dukungan emosional yang baik dari suaminya, 4 ibu primipara lainnya (11,8%) mendapatkan dukungan emosional yang cukup, dan tidak ada ibu primipara yang mendapatkan dukungan emosional yang kurang.
b. Aspek Dukungan Informasi
Gambaran distribusi jawaban responden terhadap
pernyataan variabel dukungan suami pada aspek dukungan informasi dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 di atas memperlihatkan bahwa 24 ibu primipara (70,6%) mendapatkan dukungan informasi yang baik dari suaminya, 7 ibu primipara (20,6%) mendapatkan dukungan informasi yang cukup, dan 3 ibu primipara lainnya (8,8%) mendapatkan dukungan informasi yang kurang.
Dukungan Informasi Frekuensi Presentase (%)
Baik Cukup Kurang
24 7 3
70,6 20,6 8,8
(1)
Lampiran 7
HASIL OLAHAN SPSS UNIVARIAT
usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
20-24 tahun 14 41,2 41,2 41,2
25-29 tahun 13 38,2 38,2 79,4
30-34 tahun 6 17,6 17,6 97,1
40-44 tahun 1 2,9 2,9 100,0
Total 34 100,0 100,0
pendsuami
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
SD 3 8,8 8,8 8,8
SMP 10 29,4 29,4 38,2
SMA 15 44,1 44,1 82,4
diploma/sarjana 5 14,7 14,7 97,1
tidak sekolah 1 2,9 2,9 100,0
Total 34 100,0 100,0
pendist
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
SD 3 8,8 8,8 8,8
SMP 8 23,5 23,5 32,4
SMA 18 52,9 52,9 85,3
diploma/sarjana 5 14,7 14,7 100,0
(2)
peksuami
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Wiraswasta 13 38,2 38,2 38,2
pegawai swasta 19 55,9 55,9 94,1
lain-lain 2 5,9 5,9 100,0
Total 34 100,0 100,0
pekist
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
tidak bekerja 27 79,4 79,4 79,4
Wiraswasta 2 5,9 5,9 85,3
pegawai swasta 3 8,8 8,8 94,1
lain-lain 2 5,9 5,9 100,0
Total 34 100,0 100,0
skorduk1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
cukup 3 8,8 8,8 8,8
baik 31 91,2 91,2 100,0
Total 34 100,0 100,0
skoremo1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
cukup 4 11,8 11,8 11,8
baik 30 88,2 88,2 100,0
(3)
skorinfo1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
kurang 3 8,8 8,8 8,8
cukup 7 20,6 20,6 29,4
baik 24 70,6 70,6 100,0
Total 34 100,0 100,0
skorfis1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 34 100,0 100,0 100,0
skorpen1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
kurang 2 5,9 5,9 5,9
cukup 4 11,8 11,8 17,6
baik 28 82,4 82,4 100,0
(4)
kebasieks
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
tidak ASI eksklusif 26 76,5 76,5 76,5
ASI eksklusif 8 23,5 23,5 100,0
(5)
Lampiran 8
HASIL OLAHAN SPSS BIVARIAT
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skorduk1 * kebasieks 34 100,0% 0 0,0% 34 100,0%
skorduk1 * kebasieks Crosstabulation
kebasieks Total
tidak berhasil ASI eksklusif
berhasil ASI eksklusif
skorduk1
cukup Count 3 0 3
% within skorduk1 100,0% 0,0% 100,0%
baik Count 23 8 31
% within skorduk1 74,2% 25,8% 100,0%
Total Count 26 8 34
% within skorduk1 76,5% 23,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,012a 1 ,314
Continuity Correctionb ,086 1 ,769
Likelihood Ratio 1,697 1 ,193
Fisher's Exact Test 1,000 ,434
Linear-by-Linear
Association ,983 1 ,322
N of Valid Cases 34
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,71. b. Computed only for a 2x2 table
(6)
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval Lower Upper For cohort kebasieks = tidak
berhasil ASI eksklusif 1,348 1,095 1,659