BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum.

  Kemudian, akan menjabarkan penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan disuatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional. Pertumbuhan ekonomi adalah masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Setiap Negara mempunyai kesempatan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi oleh karena faktor-faktor produksi bertambah dari satu periode ke periode lainnya dan oleh karenanya pendapatan nasional dapat ditingkatkan.

  Secara umum teori pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis didasarkan pada kepercayaan akan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ekonomi klasik merupakan teori yang dicetus para ahli ekonomi yang hidup pada abad 18 hingga abad 20. Sedangkan teori ekonomi modern mengakui pentingnya peranan pemerintah dalam perekonomian untuk mengatasi kegagalan sistem pasar bebas. Kelompok ini cenderung tidak mengakui keefektifan sistem pasar bebas tanpa campur tangan pemerintah.

  Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan Gross National Product (GNP) tahun yang sedang berjalan dengan GNP tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur juga dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi: 1

  − × 100%

  = Keterangan: G = Pertumbuhan Ekonomi PDRB

  1 = PDRB ADHK pada suatu tahun

  PDRB = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Salah satu manfaat data PDRB adalah untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian pada suatu periode di suatu daerah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

2.1.2 Belanja Modal

  Menurut Erlina dan Rasdianto (2013), Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal biasanya digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan, mesin, gedung, bangunan dan jalan, irigasi, jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan dan pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.

  Aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah sebagai akibat adanya belanja modal merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan publik.

  Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.

  Berdasarkan Permendagri 13/2006 kelompok belanja bagian aperatur daerah maupun pelayanan publik adalah terdiri dari: 1)

  Belanja modal tanah 2)

  Belanja modal jalan dan jembatan 3)

  Belanja modal bangunan air (irigasi) 4)

  Belanja modal instalasi 5)

  Belanja modal jaringan 6)

  Belanja modal bangunan gedung 7)

  Belanja modal monumen 8)

  Belanja modal alat-alat besar 9)

  Belanja modal alat-alat angkutan 10)

  Belanja modal alat-alat bengkel 11)

  Belanja modal alat-alat pertanian 12)

  Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga 13)

  Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14)

  Belanja modal alat-alat kedokteran 15)

  Belanja modal alat-alat laboratorium 16)

  Belanja modal buku/ perpustakaan 17)

  Belanja modal barang bercorak kesenian dan kebudayaan 18)

  Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman 19)

  Belanja modal alat-alat persenjataan/ keamanan

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah

  Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan kebijakan- kebijakan yang berlaku yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan atas desentralisasi. Dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah tersebut dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah yang diatur dalam undang-undang.

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumberdaya penerimaan yang harus dipacu pertumbuhannya secara berkesinambungan. Komponen yang berkaitan dengan itu harus ditindak lanjuti agar berhasil. Misalnya dengan memberikan perbaikan-perbaikan fasilitas umum dan pelayanan bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat turut merasakan manfaatnya.

  Menurut Halim (2004), Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

  Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah: meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal. Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari:

  1. hasil pajak daerah, 2. hasil retribusi daerah, 3. hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan,

  4. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

  Menurut Halim (2007) kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan: a.

  Pajak Daerah Sesuai UU 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk kabupaten/kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel 2.

  Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

  7. Pajak Parkir b. Retribusi Daerah

  Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari 29 objek.

  c.

  Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang bersal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

  1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.

  2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/ BUMN

  3) Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

  d.

  Lain-lain PAD yang Sah Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntasikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

  1) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan. 2) Jasa giro. 3) Pendapatan bunga. 4) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugiaan daerah. 5)

  Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan pengadaan barang, dan jasa olah daerah. 6)

  Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. 7) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. 8) Pendapatan denda pajak. 9) Pendapatan denda retribusi. 10) Pendapatan eksekusi atau jaminan. 11) Pendapatan dari pengembalian. 12) Fasilitas sosial dan umum. 13) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. 14) Pendapatan dari angsuran/ cicilan penjualan.

2.1.4 Dana Alokasi Umum

  Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 tahun 2006 tentang Pedoman Penyususnan APBD bahwa penggunaan dana perimbangan Dana Alokasi Umum agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat.

  Dana Alokasi Umum menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 adalah “dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”.

  Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Jadi DAU suatu daerah ditentukan oleh besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 ditegaskan kembali mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel DAU seperti yang telah diutarakan diatas. Dalam hal ini secara implisit fungsi DAU adalah sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

  Perhitungan DAU memiliki variabel-variabel kebutuhan daerah dan potensi ekonomi daerah. Kebutuhan daerah paling sedikit dicerminkan dari variabel jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat dengan memperhatikan kelompok masyarakat miskin.

  Sementara potensi ekonomi daerah dicerminkan dengan potensi penerimaan daerah seperti potensi industri, potensi SDA, potensi SDM dan PDRB.

2.1.5 Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

  Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap atau aset tetap lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu peiode akuntansi.

  Menurut Haryanto (2013), dengan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk belanja langsung maka porsi untuk pembangunan infrastruktur akan semakin besar. Belanja modal merupakan bagian dari belanja langsung. Dengan adanya belanja modal, pelayanan publik yang semakin baik dan tersedianya infrastruktur yang memadai maka akan dapat memperlancar proses kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

  

2.1.6 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi

  Peningkatan pendapatan asli daerah akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Adanya kenaikan PAD akan memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah menjadi lebih baik dari pada pertumbuhan ekonomi daerah sebelumnya (Maryati dan Endrawati, 2010). Kenaikan PAD juga dapat mengoptimalkan dan meningkatkan aktivitas pada sektor-sektor yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, seperti sektor industri dan perdagangan, sektor jasa, dan sektor-sektor lainnya.

2.1.7 Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

  Jika temyata PAD berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, maka terdapat kemungkinan kuat bahwa Dana Alokas Umum (DAU) juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena nilai DAU pada umumnya Ieblh besar dibandingkan kontribusi PAD (Setiyawati dan Hamzah, 2007).

2.2 Penelitian Terdahulu

  Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya Ginting (2013) meneliti tentang pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus, lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap pertumbuhan ekonomi dengan desentralisasi fiskal sebagai variabel moderating di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara .

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Secara parsial DAU dan DAK memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara sedangkan LLPDYS tidak signifikan. Secara simultan DAU, DAK dan LLPDYS signifikan mempengaruhi desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi

  Penelitian tentang Pertumbuhan Ekonomi pernah dilakukan oleh Amnah (2014), tentang pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai variabel intervening di kabupaten dan kota Provinsi Aceh.

  Hasil pengujian hipotesis pertama yang menunjukkan secara simultan variabel PAD, DAU, DAK berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

  Secara parsial variabel PAD menunjukkan pengaruh signifikan terhadap PDRB namun DAU dan DAK berpengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hasil pengujian persamaan pertama hipotesis kedua yang secara langsung menunjukkan bahwa PAD, DAU berpengaruh tidak signifikan terhadap Belanja Modal namun DAK berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil pengujian persamaan kedua hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa secara tidak langsung PAD yang berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan

  Ekonomi melalui Belanja Modal sebagai variabel intervening sedangkan DAU dan DAK secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap PDRB melalui Belanja Modal. Hasil pengujian persamaan ketiga hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa Belanja Modal berpengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi berarti Belanja Modal bukanlah variabel intervening.

  Hutabarat (2013) yang meneliti Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan jumlah penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Hasil penelitian adalah Belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara.

  Bati (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh belanja modal dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi (studi pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara). Variabel dalam peneitian ini adalah Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai variabel independen dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel dependen Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara simultan dan parsial Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan Belanja Modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan Ekonomi.

  Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian ini mengambil variabel independen bukan dari sisi penerimaan saja yaitu PAD, DAU dan DAK, namun ditambah juga dengan memasukkan sisi pengeluaran yaitu Belanja Modal serta menambah variabel independen dan ada juga pergantian variabel. Perbedaan lainnya adalah lokasi penelitian serta data tahun penelitian.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Peneliti Penelitian

  Evarina Pengaruh Dana Dana Alokasi Secara parsial DAU dan Nurihisa Alokasi Umum, Umum, Dana DAK memiliki pengaruh Ginting Dana Alokasi Alokasi signifikan terhadap

  • – (2013) Khusus, Lain Khusus, Lain - pertumbuhan ekonomi di Lain Pendapatan Lain Sumatera Utara sedangkan Daerah yang sah Pendapatan LLPDYS tidak signifikan. terhadap Daerah yang Secara simultan DAU, DAK Pertumbuhan Sah, dan LLPDYS signifikan Ekonomi dengan Pertumbuhan mempengaruhi desentralisasi Desentralisasi Ekonomi dan fiskal dan pertumbuhan

  Fiskal sebagai Desentralisasi ekonomi. variabel Fiskal Moderating di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara Amnah (2014)

  Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai variabel intervening di kabupaten dan kota Provinsi Aceh

  Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal

  Secara simultan variabel PAD, DAU, DAK berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Secara parsial variabel PAD menunjukkan pengaruh signifikan terhadap PDRB namun DAU dan DAK berpengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

  Pardamean Hutabarat (2013)

  Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

  Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi

  Belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara.

  Bati (2009)

  Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (studi pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara)

  Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi

  Secara simultan dan parsial Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan Belanja Modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan Ekonomi.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan suatu hubungan atau kaitan antara suatu konsep dengan konsep lainnya yang gunanya adalah untuk menghubungkan atau menjelaskan panjang lebar suatu masalah yang akan diteliti. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

  Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

  Variabel Independen (X)

  Belanja Modal (X 1 )

  Variabel dependen (Y)

  Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Y) (X 2 ) Dana Alokasi Umum (DAU)

  (X ) 3 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian secara umum sering diartikan anggapan dasar peneliti terhadap masalah yang dikaji. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara

8 88 80

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 46 101

Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Sumatera Utara Era Otonomi Daerah.

0 59 69

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Pada Pemko/Pemkab Sumatera Utara

1 65 74

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Di Kabupaten Sumedang

2 35 118

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori - Analisis Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Sumatera Utara

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD - Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Moda

0 0 14