Keterkaitan Media Massa dengan Terorisme

Annisa Widyarni//071311233084//Globalisasi dan Masyarakat Informasi// Week 13

Keterkaitan Media Massa dengan Terorisme di Era Masyarakat Informasi
Media massa di era globalisasi telah menjadi aspek penting dalam menyebarkan informasi.
Kecanggihan teknologi juga telah mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi yang
juga memberi keuntungan bagi media massa. Paska peristiwa 9/11 isu terorisme menjadi isu
yang telah menarik perhatian dunia. Peran media massa juga memiliki peranan yang penting,
karena peristiwa tersebut dengan sangat mudah nya menyebar dan menjadi headline news di
hampir seluruh media di dunia. Sejak saat itu, para media massa telah melihat bahwa dengan
adanya pemberitaan terkait dengan isu terorisme, maka akan memberikan keuntungan tersendiri
bagi media massa tersebut dalam hal kenaikan rating. Sehingga, diera masyarakat informasi ini
terdapat sebuah pernyataan bahwa terdapat kerterkaitan antara media massa dengan terorisme.
Sebelum membahas keterkaitan antara media massa dengan terorisme, terdapat beberapa peran
media massa didalam kehidupan sosial. Menurut McQuail (2000: 66 dalam Subiakto dan Ida,
2012: 131-32) dalam bukunya Mass Communication Theories terdapat enam perspektif dalam
melihat peran media. Pertama, melihat media massa sebagai window on events and experience.
Pada perspektif yang pertama, masyarakat akan melihat media massa dipandang sebagai jendela
untuk melihat apa yang terjadi diluar sana. Kedua, media dianggap sebagai a mirror of events in
society and the world, implying a faithful reflection. Perspektif yang kedua menjelaskan bahwa
media dianggap sebagai cermin peristiwa bagi masyarakat dan dunia, yang merefleksikan diri
apa adanya. Pada kenyataannya terdapat beberapa aspek seperti angle, framing, dan arah dari isi

yang dianggap sebagai cermin realitas ini dibuat atau diatur oleh para profesional media tanpa
masyarakat mengetahuinya (Subiakto dan Ida, 2012: 131). Ketiga, memandang media massa
sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak.
Pada dasarnya sebuah media massa memberikan sebuah informasi berdasarkan isu-isu yang
media tentukan, dan masyarakat hanya menerima berita-berita yang ditayangkan oleh media
tersebut. Keempat, media massa juga dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter,
dari

berbagai

ketidakpastian.

Kelima,

melihat

media

massa


sebagai

forum

untuk

mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkinkan
terjadinya tanggapan. Terakhir, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya hanya

sekedar tempat berlalu lalangnya infomrasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi yang interaktif (Subiakto dan Ida, 2012: 132).
Dikaitkan dengan isu terorisme, media massa dengan terorisme memiliki keterkaitan tersendiri
dengan melibatkan pemerintah didalamnya. Menurut Martin (2006: 392) terdapat dua perspektif
dalam melihat keterkaitan media, pemerintah, dengan terorisme. Pertama, media massa sebagai
alat dalam menyebarkan informasi akan memberikan berita terkait dengan isu terorisme dengan
begitu objektif. Media massa akan memberikan sebuah berita mengenai terorisme tanpa
memberikan informasi terkait dengan alasan dari dilakukan aksi terorisme tersebut. Hal tersebut
dapat mengacu kepada tulisan Subiakto dan Ida (2012: 131) yang mengatakan bahwa peran
media massa didalam masyarakat sebagai window on events and experience. Kedua, aksi
terorisme yang terjadi disebuah negara juga dapat memberikan dampak terhadap ketatuktan

masyarakat yang akan menimbulkan ketakutan masyarakatnya. Adanya hal tersebut maka
sebagai sebuah pemerintah akan menekan pemberitaan terkait dengan tindakan terorisme yang
terjadi di negaranya, agar tidak terjadi ketakutan yang berlebihan terhadap isu terorisme tersebut.
Sehingga, terdapat dua perspektif yang saling bertolak belakang dalam melihat keterkaitan media
massa, terorisme, dan media pemerintah.
Penulis setuju dengan Gus Martin bahwa di era masyarakat informasi ini, ditengah kecanggihan
teknologi informasi, terorisme telah memanfaatkan kondisi tersebut. Martin (2006: 402) telah
menyatakan bahwa teknologi informasi yang ada pada saat ini telah memunculkan terorisme
yang berbasis pada media. Dengan kemudahan media dalam menyebarkan informasinya, para
kelompok teroris juga memanfaatkan kemudahan tersebut dengan menggunakan media sebagai
penyalur kepentingan mereka. Kepentingannya tersebut dapat berupa informasi yang bertujuan
untuk membentuk pola pikir masyarakat mengenai terorisme (Martin, 2006: 402). Hal tersebut
juga dinyatakan oleh Behm (1991: 239-241 dalam Prajarto, 2004: 2) bahwa terorisme
memanfaatkan strategi media massa, dan dilain pihak media menempatkan kepetingannya pada
aktivitas kelompok terorisme dalam mendapatkan keuntungan.
Dengan demikian dalam melihat keterkaitan media massa dengan terorisme dapat dilihat dalam
berbagai perspektif. Namun disini, penulis melihat bahwa media massa telah digunakan oleh
terorisme dalam mencapai kepentingannya terutama dalam menyerang psikis masyarakt dunia
yang menimbulkan ketakutan. Memang agak sulit untuk menghentikan aksi terorisme di era


masyarakat informasi, karena di era ini terorisme juga telah memiliki akses dalam mengusai
media massa.
Referensi
Martin, Gus, 2006. “The Information Battleground: Terrorist Violence and the Role of the
Media,” dalam Understanding Terrorism. London: SAGE Publications.
Prajarto, Nunung, 2004. Teorisme dan Media Massa: Debat Keterlibatan Media. Yogyakarta.
Subiakto, Henry dan Rachma Ida, 2012. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta:
Prenamedia Group.