larangan korupsi menurut perspektif Isla

A.

Pengantar
Kasus Suap dan Korupsi merupakan masalah yang seolah tak ada

habisnya. KPK yang merupakan lembaga pemberatasan korupsi menjadi
kewalahan dengan ulah para pejabat di Indonesia yang semakin pandai dalam
mengolah aksi liciknya.
Korupsi adalah masalah besar yang dihadapi negara-negara dengan
perkembangan ekonomi pesat, Peringkat Indonesia di indeks korupsi yang
dikeluarkan Transparency International naik dari 114 ke 107. Tapi masih jauh di
bawah negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura.
Kesejahteraan yang belum merata di Negara ini, semakin bertambah buruk
akibat ulah para koruptor. Akhirnya rakyat yang harus menanggung dampaknya.
Diantaranya, Listrik belum mampu tersebar ke seluruh wilayah di Indonesia,
sehingga masih banyak masyarakat yang harus bertahan dalam kegelapan. Bahkan
Infrastruktur di beberapa daerah masih belum memadai, padahal perkembangan
zaman semakin pesat.
Tranparency International mengingatkan, korupsi tidak hanya merampok
hak asasi masyarakat miskin, melainkan juga menciptakan masalah pemerintahan
dan instabilitas. Untuk itulah, pemakalah berpendapat penting kiranya kita sebagai

generasi muda untuk memahami betul buruknya tindakan korupsi (memakan harta
orang lain) dan juga suap baik dalam pandangan Negara maupun agama.
Fenomena suap-menyuap, uang pelicin, dan sejenisnnya sudah merambah
semua lini kehidupan, sehingga penghapusannya memerlukan kekuatan dan
srategi yang tepat. Al-Qur’an sebagai kitab pembentuk karakter ummat juga
menyinggung masalah ini. Maka dari itu, pada pembahasan kali ini kami akan
mengangkat tema “Kasus Suap Hakim dan Memakan hak Orang lain (Korupsi)
menurut perspektif Agama”, dengan rujukan QS. al-Baqarah [2]: 188, QS. alNisa’ [4]: 29-30, dan QS. Huud [11]: 85. Kemudian kami cantumkan juga
beberapa penafsiran dari mufassir masa klasik dan modern yang bercorak fikih.

i

B.

Pandangan Tafsir Ulama Klasik

a.

QS. al-Baqarah [2]: 188


‫أ‬
َ
‫حكّام ِ لِتَأأكُلُوا‬
ُ ‫ل وَتُدألُوا بِهَا إِلَى ال أ‬
‫م بَيأنَك ُ أ‬
‫موَالَك ُ أ‬
‫وَ َل تَأكُلُوا أ أ‬
ِ ِ ‫م بِالأبَاط‬
َ
َ ‫فَريقًا م‬
‫ال النّاس ب ِ أ‬
‫ن‬
َ ‫مو‬
ُ َ ‫م تَعأل‬
‫الِثأم ِ وَأنأت ُ أ‬
‫نأ أ‬
ِ َ ‫مو‬
‫ِ أ‬
ِ
ِ

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
Syaikh Imam Al-Qurthubi:

Menurut satu pendapat,

firman Alllan ini diturunaan aarena adanna peristiaa Alddan din
Alsnaa’ All Hadnrami nang mengalaim narta milia Imri’il Qais All
Kindi (sedagai nartanna). Mereaa aemudian memdaaa peraara
ini aepada Nadi SAlW. lalu Imri’il Qais mengingaari alaim tersedut
dan dia pun aaan melaauaan sumpan. Kemudian turunlan anat
ini. Alanirnna Imri’il Qais urung melaauaan sumpan. Beliau
aemudian memderiaan aepada Alddan tanannna, dan dia pun
tidaa memperaaraaannna.1
Dalam nal ini, sesuatu nang dinaramaan tidaa lantas
menjadi sesuatu yang yang dihalalkan hanya karena keputusan qadhi. Sebab
keputusan qadhi itu hanya berlaku pada tataran lahiriyah saja.
Dengan


demiaian,

anat

ini

merupaaan

dalil

danaa

aedatilan dalam mu’amalan merupaaan suatu nal nang tidaa
diperdolenaan, namun dalam anat ini tidaa ditentuaan mana saja
nal-nal nang datil itu.
Firman Alllan sat: ِ‫حكّام‬
ُ ‫ال أ‬

‫“ وَتُدألُوا بِهَا إِلَى‬janganlah


kamu

membawa (urusannya) harta itu kepada hakim. “menurut satu
pendapat, nang dimaasud adalan amanan/aadi’an dan peraaraperaara nang tidaa mempunnai saasi. Pendapat ini diriaanataan
dari idnu Alddas dan al-nasan.
1

Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)
2007, nal. 765

2

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

Menurut satu pendapat, maana (nang teraandung dalam
firman Alllan) ini adalan, janganlan aalian gunaaan narta aalian
untua para penguasa dan pennogoa mereaa, agar mereaa
memderiaan aeputusan untua aalian nang memduat narta itu
menjadi dertamdan dannaa.

Idnu Altninan deraata, “pendapat ini ledin diunggulaan.
Sedad para penguasa itu di duga dannaa menerima suap, aecuali
mereaa nang dilindungi (Alllan), namun jumlan mereaa amat
sediait.
Alnlu sunnan sepaaat danaa orang nang mengamdil narta
daia dannaa atau sediait maaa dia di anggap seorang fasia dan
merupaaan perduatan nang dinaramaan dagi dirinna. Namun,
pendapat ini mengalami aontradiasi dengan pendapat Bisnr din
All Mu’tamir dan orang-orang nang mengiautinna dari aalangan
Mu’tazilan, nang mengataaan danaa “Seorang muaallaf tidaa
dianggap sedagai orang nang fasia aecuali dengan mengamdil
dua ratus dirnam.”2
Ibnu al-Arabi: anat ini menjelasaan danaa sedagian dari
aita tidaa diperdolenaan memaaan narta sedagian nang lain
dengan cara nang datnil, seperti rida, menipu, dan aorupsi demi
memenuni aedutunannna, sedangaan dia mengetanui danaa
perduatan ini dilarang.3
Ibnu Katsir: Dari ‘Alli din Aldi Talnan, dari Idn ‘Alddas
deraata: danaasannna anat ini menjelasaan tentang laai-laai
nang memiliai narta, namun tidaa memiliai duati aepemiliaan

narta tersedut. Maaa ia memdaaanna aepada seorang naaim,
seningga ia mengetanui danaa sesunggunnna narta tersedut
adalan naanna. Dan dia mengetanui danaa memaaan narta nang
naram adalan dosa, sedagaimana nang diriaanataan:
2

Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)
2007, nal. 772-773
3
Idn al-‘Alradn, Ahkam al-Quran, (Beirut: Daar al-Kutud) 1988, cet. 1
nlm. 137-139

3

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

‫عن مجاهد و سعيد بن جبير و عكرمة و الحسن و قتادة و‬
‫السدي و مقاتل بن حيان و عبد الرحمن بن زيد بن أسلم أنهم‬
.‫ ل تخاصم وأنت تعلم أنك ظالم‬:‫قالوا‬
“janganlah kalian berselisih, sedangkan kamu tahu bahwa

perbuatan tersebut adalah zalim”
Alnat dan nadis diatas menjelasaan danaasannna seorang
naaim tidaa disa merudan suatu aeputusan atas aenendaanna
sendiri, maaa ia tidaa dolen mengnalalaan nang naram, dan tidaa
dolen mengnaramaan nang nalal, dan ingatlan danaa setiap
naaim

aaan

mendapataan

dalasan

dari

setiap

nang

diaerjaaannna.

Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (w. 310 H) mengatakan
bahwa makna dari ayat ini adalah: janganlah sebagian kalian memakan harta
sebagian yang lain dengan cara yang batil atau cara yang tidak dibenarkan oleh
Allah swt seperti, perjudian, penipuan, perampasan pengingkaran hak, cara-cara
yang tidak disukai pemiliknya, dan apabila seorang qadhi (hakim) memberikan
keputusan yang menguntungkanmu, sementara engkau tahu bahwa engkau telah
berbuat batil. karena orang yang memakan harta saudaranya dengan cara yang
batil seperti ia memakan hartanya sendiri dengan cara yang batil pula. 4

‫حكّام ِ لِت ًًَأأكُلُوا فَرِيقًًًا‬
ُ ‫وَتُدألُوا بِهَا إِلَى ال أ‬
َ
َ maananna:
‫ال النّاس ب ِ أ‬
‫ن‬
“dan kalian
ِ
َ ‫مًًو‬
ُ َ ‫م تَعأل‬
‫الِثأم ِ وَأنأت ُ أ‬

‫نأ أ‬
ِ َ ‫مو‬
‫م أ‬
ِ
Aldapun firman-Nna

bersengketa atasnya kepada hakim agar dapat memakan harta
orang

lain

dengan

cara

yang

haram,

sedang


kalian

mengetahuinya.” Maasudnna, aalian mengetanui narta itu naram
tapi aalian sengaja memaaannna. Demiaian riaanat deriaut ini:
Bisnr

menceritaaan

aepada

aami,

ia

deraata:

nazid

menceritaaan aepada aami, ia deraata: Sa’id menceritaaan
aepada aami dari Qatadan tentang firman Alllan:

‫وَ َل ت ًًَأأكُلُوا‬

4

Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari
(penerjeman: Alnsan Alsaan) Jaaarta: Pustaaa Alzzam, 2008 nal. 194

4

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

ِ‫حكّام‬
ُ ‫ال أ‬

َ
‫ل وَتُدألُوا بِهَا إِلَى‬
ً‫م بَيأنَك ُ أ‬
‫موَالَك ُ أ‬
‫أ أ‬
ِ ِ ‫م بِالأبَاط‬

ia mengataaan:

darangsiapa derjalan dengan musunnna sementara ia dzalim
aepadanna, maaa ia telan derdosa sampai aemdali pada
aedenaran. Dan aetanuilan anaa adam, danaa aeputusan naaim
tidaa

dapat

memdenaraan

mengnalalaan
nang

datil

nang

naram

untuamu,

dan

aarena

tidaa

dapat

naaim

nanna

memderiaan aeputusan sesuai dengan penglinatannna dan
aesaasian para saasi atasnna, dan naaim adalan manusia diasa,
ia teraadang disa salan dan denar. Dan aetanuilan, danaa
darangsiapa nang diputusaan untuanna dengan aedatilan, maaa
permusunannna tidaa selesai ningga Alllan mempertemuaan
diantara aeduanna pada nari aiamat, lalu memenangaan nang
denar.5
Ibnu

Jarir

at-Thabari,

menjelasaan

dederapa

permasalanan dalam anat ini, diantaranna:
1.

‫الباطل‬

(Janganlah kalian memakan harta diantara kalian dengan cara

batil). Ayat ini didahului dengan larangan memakan. Kata

‫اكل‬

dalam ayat

ini tidak hanya berarti memakan tetapi mengambil dan menguasai. Kebanyakan
mufassir menjelaskan bahwa penggunaan kata ini karena tujuan utama
pencarian harta adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok yaitu makan. Objek
larangan makan dalam ayat tersebut adalah kata

‫ اموال‬. sebagaimana telah

dijelaskan bahwa amwal bukan hanya berarti harta atau uang, tetapi mencakup
harga dan benda yang dimiliki seseorang pada akhirnya juga dihitung dengan
uang. Sedangkan kata

‫بينكم‬

dalam ayat terebut mengandung makna bahwa

penggunaan harta (amwal) selalu bersinggungan dengan orang lain. Interaksi
ekonomi ini diberi rambu dengan satu kata yaitu bathil atau batal. Inilah kata
kunci al-Qur’an untuk melarang masyarakat menggunakan harta secara
terlarang.
5

Idnu Katsir dalam tafsirnna (2/211) diautip dari Aldu Ja’far Munammad
din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari (penerjeman: Alnsan Alsaan) Jaaarta:
Pustaaa Alzzam, 2008 nal. 196

5

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

2.

‫وتد لوا بها إلى الحكمام لتا كلوا فريقا من أموال‬
‫الناس باثإم وأنتم تعلمون‬

(dan janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui).
Ayat 188 suart al-Baqarah ini sebagai koreksi dari praktek suapyang
dilakukan oleh perorangan atau lembaga. Praktek suap dalam ayat ini
menggunakan kata ‫ وتدلوا‬yang satu akar dengan kata ‫ دلوا‬yang maknanya ember.
Hal ini seseorang yang akan mengambil air di sumur sebagai kebutuhan
hidupnya maka dia harus mengambil ember sebagai saran atau alat yang
diamsukan kedalam sumur, sehingga dia memperoleh air sesuka dia. Artinya
orang yang menyuap adalah orang yang berusaha mecari alat pelicin agar dia
memperoleh sesuatu yang ia inginkan. Dia tidak akan berat hati untuk
memberikan sumpah palsu ataupun saksi-saksi palsu.
Larangan suap bersipat mutlak tidak terbatas pada jumlah tertentu. Ini
tersirat dalam lafadz

‫ فريقًًا من أمًًوال النًًاس‬potongan

ayat ini

mengindikasikan bahwa apapun harta orang lain yang akan disebut dengan cara
yang tidak sesui syara’ tetap dilarang. Sedangkan kata

‫بالسم‬

sebagaimana

pada larangan memakan harta orang lain, berarti bahwa praktek suap tersebut
merupakan upaya memakan harta orang lain yang dengan dikuatkan sumapah
dan saksi palsu tersebut adalah perbuatan dosa. 6
Abu Ja’far berkata: Maknanya, janganlah sebagian kalian memakan
harta sebagian yang lain dengan cara yang batil. Allah menganggap orang yang
memakan harta saudaranya dengan cara yang batil seperti ia memakan hartanya
sendiri dengan cara yang batil. Dan memakan harta dengan cara batil
maksudnya, memakannya dengan cara yang tidak dibenarkan oleh Allah
Ta’ala.

6

Dr. Lilia ummu aultsum, Dr. Aldd. Moqsitn Gnazali Tafsir Ahkam,Haa
Cipta, UIN Press, Ciputat. Hal: 65-68

6

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

Adapun Firman-Nya ‫وتد لوا اهل إلى الحكلم لتأكلوا فريقل من أموال النلس السإم وأنتم‬

‫ تعلمون‬.

Maknanya: dan kalian bersangka atasnya kepada hakim agar

dapat memakan harta orang lain dengan cara yang haram, sedang kalian
mengetahuinya. Maksudnya bahwa kalian mengetahui harta itu haram tapi
kalian sengaja memakannya. Seperti dijelaskan dalam riwayat berikut:
 Al Mutsanna menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Shalih menceritakan
kepada kami, ia berkata: Mu’awiyah bin Shalih menceritakan kepadaku
dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas:

‫تأكلوا أموالكم‬

‫بينكمك بالبطل وتدلوا بها إلى الحكككام‬

‫و‬

Ini berkenaan

dengan orang yang memegang harta tapi tidak ada bukti kepemilikannya.
 Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Ashim
menceritakan kepada kami, ia berkata: Isa menceritakan kepada kami dari
ibnu Abi Najih dari Mujahid tentang firman Allah: ‫إلى‬

‫الحكام‬

‫وتد لوا بها‬

Ia berkata: jangan bersangketa sementara anda dzalim.

 Al Mutsanna menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Hudzaifah
menceritakan kepada kami, ia berkata: Syibil menceritakan kepada kami
dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, riwayat yang sama.
 Bisyr menceritakan kepada kami, Yazid menceritakan kepada kami, ia
berkata: Sa’id menceritakan kepada kami dari Qatadah tentang firman
Allah:

‫تأكلوا أمككوا لكم بينكم بالبطككل وتككد لككوا بهككا‬

‫و‬

‫إلى الحكام‬.
ia mengatakan: barangsiapa berjalan dengan musuhnya sementara ia
dzalim kepadanya, maka ia telah berdosa samapi kembali kepada
kebenaran.
 Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrazaq
memberitahukan kepada kami, ia berkata: Ma’mar memberitahukan
kepada kami dari Qatadah tentang firman Allah:

7

‫وتد لوا بها إلى‬

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

‫الحكام‬

ia berkata: janganlah kau mempersengketakan harta

saudaramu kepada hakim sementara kau mengetahui dirimu dzalim,
karena keputusannya tidak dapat menghalalkan apa yang haram atasmu.
 Musa bin Harun menceritakan kepada kami, ia berkata: Amr bin Hammad
menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath menceritakan kepada kami
dari As-Suddi tentang firman Allah:

‫تأكلوا أموالكم بينكمك بالبطل وتد لوا بها‬

‫و‬

‫إلى الحكام لتأكلوا فريقا من أموال الناس با‬
‫ثإم وأنتم تعلمون‬.
Adapun kebatilan, yaitu berlaku aniaya terhadap teman, kemudian
bersengketa dengannya agar dapat mengambil hartanya padahla ia tahu
bahwa dirinya berlaku zhalim.
 Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Husian menceritakan
kepada kami, ia berkata: Khalid Al Wasithi menceritakan kepadaku dari
Daud bin Abi Hind dari Ikrimah tentang firman Allah: ‫و تأكلوا أموا لكم اينكم‬
‫ال البطل‬. Ia berkata: seseorang membeli sesuatu lalu mengembalikannya da
ia mengembalikan uangnya.
 Yunus bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab
memberitahukankepada kami, ia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman
Allah:
‫و تأكلوا أموا لكم اينكم اللبطل وتد لوا اهل إلى الحكلم‬
Ia berkata: ia lebih pandai berargumentasi dirinya, lalu bersengekta
dengannya atas hartanya dengan cara yang batil agar ia dapat memaknanya
dengan cara yang batil. Dan ia membacakan firman Allah:
‫يأيهل الذين ءامنوا تلكلوا أموالكم اينكم اللبطل إ أن تكون تجرة عن تراض منكم‬.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta
sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kalian”. (Qs. An-Nissa:
29). 7
7

Idnu Jarir at-Tnadari, Tafsir Ath-Thabari,Pustaaa Alzzam, Jaaarta,
2008.Jilid: 3, Hal: 194-197

8

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

b.

QS. al-Nisa’ [4]: 29-30

‫أ‬
َ
َ
َ
‫ن‬
ً‫م بَيأنَك ُ أ‬
‫ًًل إ ِ ّل أ أ‬
‫موَالَك ُ أ‬
‫منُوا َل تَأكُلُوا أ أ‬
َ ‫ين آ‬
ِ ِ ‫م بِالأبَاط‬
َ ِ ‫يَا أيّهَا الّذ‬
َ
‫ه‬
ِ ‫اض‬
ّ ِ‫م ۚ إ‬
َ ِ‫ن ت‬
َ ‫تَكُو‬
َ ُ‫م ۚ وَ َل تَقأتُلُوا أنأف‬
َ ّ ‫ن الل‬
‫سك ُ أ‬
‫منأك ُ أ‬
‫ارة ً ع أ‬
َ ‫ج‬
ٍ ‫َن ت َ َر‬
}29{‫مًًًًًًًًًًًًًًًًًا‬
ِ ‫م َر‬
َ ‫ك ًًًًًًًًًًًًًًًًًَا‬
ً ‫حي‬
‫ن بِك ُ أ‬
َ ِ ‫ل ذَٰل‬
‫ن يَفأعَ أ‬
‫ن‬
َ ‫سوأ‬
َ ‫ًًارا ۚ وَك ًًَا‬
َ َ ‫ما ف‬
ً ‫ك عُدأوَانًا وَظُل أ‬
َ َ‫و‬
‫ف نُ أ‬
ً َ ‫صلِيهِ ن‬
‫م أ‬
َ ِ ‫ذَٰل‬
}30{‫يرا‬
ِ َ ‫ك ع َلَى اللّهِ ي‬
ً ‫س‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu (29) Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar
hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka.
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (30).”
Imam al-Qurthubi, Firman Allah SWT.

‫باالباطل‬

“dengan jalan

yang batil” yaitu memakan harta dengan cara yang batil atau berjual-beli secara
urban (membayar sebagian harga suatu barang). Hal ini tidak diperbolehkan
menurut para fuqaha berbagai negeri, seperti fuqaha hijaz dan iraq, karena
termasuk judi dan penipuan.8 ‫م‬
ِ
‫منأك ُ أ‬

َ
‫اض‬
َ ِ‫ن ت‬
َ ‫ن تَكًُو‬
‫إ ِ ّل أ أ‬
َ َ ‫َن ت‬
‫ًارة ً ع أ‬
َ ‫ج‬
ٍ ‫ًر‬

yaitu

perniagaan dengan cara suka sama suka, perniagaan disini adalah jual beli.

َ
‫منُوا هَ أ‬
ً ‫ارة‬
َ ِ ‫“ت‬perniagaan”.Allah SWT. Berfirman ‫ل‬
َ ‫ين آ‬
َ ‫ج‬
َ ِ ‫يَا أيّهَا الّذ‬
َ
َ ‫” أ‬Hai
ُ ‫أَدُلّك‬orang-orang yang
ً‫جيك ُ أ‬
ِ ‫م‬
َ ِ‫ى ت‬
ِ ‫ارةٍ تُن أ‬
ٍ ‫ن ع َ ًذ‬
‫م أ‬
َ ‫ج‬
ٍ ‫َاب ألِيم‬
ٰ ‫م ع َل‬

beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu

dari

azab

yang

pedih?”

َ
‫م‬
ِ ‫تُؤ أ‬
َ ‫جاهًًِدُو‬
َ ُ ‫سًًولِهِ وَت‬
َ ‫من ًًُو‬
َ ‫ن فِي‬
ُ ‫ن بِاللّهِ وَ َر‬
‫موَالِك ُ أ‬
‫يل اللّهِ ب ًًِأ أ‬
ِ ِ ‫سًًب‬
8

Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)
2007, nal. 347-428

9

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

َ
‫ن‬
ِ ُ‫وَأنأف‬
َ ‫مو‬
‫م إِ أ‬
ُ َ ‫م تَعأل‬
‫ن كُنأت ُ أ‬
‫م خَي أ ٌر لَك ُ أ‬
‫م ۚ ذَٰلِك ُ أ‬
‫سك ُ أ‬

“(yaitu) kamu beriman

kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaf
[61]: 10-11), dan firman Allah SWT.

‫ور‬
َ ِ‫ن ت‬
َ ‫جو‬
ُ ‫ي َ أر‬
َ ُ ‫ن تَب‬
‫ارة ً ل َ أ‬
َ ‫ج‬

“Mereka itu

mengharapkan perniagaan yang tidak merugi,” (QS. Faatir [35]: 29).9 Ketahuilah
bahwa setiap pertukaran adalah perniagaan apapun gantinya, tetapi firman Allah
SWT,

‫باالباطل‬

mengecualikan setiap ganti yang tidak sesuai menurut syara’,

karena riba atau menentukan pengganti yang merusak, seperti khamr, daging babi
dan lainnya. Selanjutnya, jika kamu membeli sesuatu di pasar, lalu pemiliknya
berkata kepadamu , “silahkan dicoba dulu,” maka janganlah kamu memakannya,
karena izin memakannya untuk tujuan menjual. Kemungkinan bila tidak terjadi
jual beli maka makanan itu menjadi syubhat.
Jumhur membolehkan menipu yang sedikit dalam perdagangan, seperti
seseorang akan menjual batu yaqutnya seharga satu dirham padahal barang itu
setara dengan seratus dirham, maka hal itu diperbolehkan. Pemilik yang sah
diperbolehkan menjual barangnya yang berharga dengan sesuatu yang remeh,
sebagaimana bolehnya hibah bila dihibahkan.10
Firman Allah SWT.

‫م‬
ِ ‫اض‬
‫منأك ُ أ‬
‫ع أ‬
ٍ ‫َن ت َ َر‬

“Dengan suka sama suka

diantara kamu” Sekelompok sahabat dan tabi’in, serta Iiman Asy-Syafi’i, AtsTsauri, Al-Auza’i berpendapat bahwa suka sama suka diatas adalah kesempurnaan
dan keputusan dengan berpisahnya kedua pihak secara fisik setelah akad jual beli.
Sedangkan menurut Ahmad bin Hanbal yaitu keduanya punya hak memilih
(Khiyar) sebelum keduanya berpisah secara fisik dari tempat akad jual-beli.
Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah berkata,. “Kesempurnaan jual beli
adalah adanya akad jual beli secara lisan, maka terhapuslah hak untuk memilih.”
Firman Allah SWT.

ُ ْ ‫قتُلُوا أَن‬
ْ َ‫و َ ت‬
‫م‬
َ ‫ف‬
ْ ُ ‫سك‬
َ

“dan janganlah kamu

membunuh dirimu...” para ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud dengan ayat
ini adalah melarang sebagian manusia membunuh sebagian yang lain, kemudian
lafaz ini mencakup orang yang membunuh karena rakus terhadap dunia dan
9

Ibid, nlm. 350
Ibid, nlm. 353

10

10

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

bertujuan mencari harta dengan membawa dirinya kepada bahaya yang
menimbulkan kebinasaan.11

َ ِ ‫ذَٰل‬
‫ك‬

“yang demikian itu” kembali pada memakan harta dengan cara yang batil

dan membunuh jiwa, karena larangan terhadap keduanya datang dengan
berurutan, kemudian datanglah ancaman dalam bentuk larangan.12
Imam Ibnu Katsir: Allah SWT. Melarang hambanya memakan sebagian
harta yang lain dengan cara bathil, yaitu dengan berbagai cara yang tidak sesuai
syari’at seperti riba, dan Allah juga melarang kamu memakan harta saudaramu
dengan jalan penipuan atau tipu muslihat. Ibnu Jarir mengatakan:

‫ حككدإنا داود‬,‫ حككدإناك عبككد الوهككاب‬,‫حدإني إبن المثنى‬
‫ عن إين عبككاس في الرجككل يشككتري من‬,‫عن عكرمككة‬
‫رددتككه‬

‫ وإ‬,‫ إن رضككينه أخذتككه‬:‫الرجل الثوب فيقككول‬
.‫ورددت معه درهما‬

Ada seorang laki-laki yang membeli pakaian kepada laki-laki yang lain dengan
berkata: apabila kamu meridhainya maka aku akan mengambilnya, dan jika
kamu tidak meridhainya maka aku akan mengembalikannya bersama dirham.
Kemudian dia berkata, bahwasannya Allah SWT. Berfirman : (

َ
‫ل‬
‫م بَيْنَك ُ ْك‬
ْ ُ ‫والَك‬
ْ ‫)أ‬.
ِ ِ‫م بِالْبَاط‬
َ ‫م‬

‫َ تَأْكُلُوا‬

Sesungguhnya Allah telah melarang

kalian memakan harta dari sebagian yang lain dengan cara yang batil, dan lebih
utama untuk memakan harta kalian sendiri, maka tidak dihalalkan kepada
seseorang untuk memakan harta orang lain, maka turunlah ayat)

‫ على اععمى حككرج‬sebagaimana
Berfirman

(‫باالحق‬

qatadah,

Allah

SWT.

‫تقتلوا النفس التي حرم الله إ‬

dan sebagaimana firmannya(‫الموتة‬

‫)اعولى‬

pendapat

(‫ليس‬
‫)و‬

‫يذوقون فيها الموت إ‬

dan dari ayat inilah Imam Syafi’i mengambil hujjah bahwa tidak sah

jual beli kecuali dengan kesepakatan. Dan ada perbedaan pendapat terhadap hal
ini yaitu Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sahabat-sahabatnya.
11

Ibid, nlm. 360-364
Ibid, nlm. 365

12

11

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

Mereka berkata: bahwasannya diperbolehkan untuk mengkritik/menolak suatu
barang yang telah dipersiapkan untuk dijual. Diriwayatkan dari Ibnu Jarir:

‫ عن سككليمان‬,‫ حككدإناك أبي عن القاسككم‬,‫حككدإناك وكيككع‬
‫ قككال‬:‫ قال‬,‫ عن ميمون بن مهران‬,‫ عن أبيه‬,‫الجعفي‬
‫رسول الله صلى الله عليه وسلم ))الككبيع عن تككراض‬
‫يحككل لمسككلم أن يغشككى‬

‫ و‬,‫والخيككار بعككد الصككفقة‬
.((‫مسلما‬

Abu Ja’far berkata: makna firman-Nya, ‫يأ يهل الذين ءامنوا‬. “Hai orang-orang
yang beriman,” adalah keberadaan Allah dan Rasul-Nya. Mengenai firman-Nya,
‫تأكلوا أموا لكم اينكم ال لبطل‬. “janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil,” ia berkata, “Hendaklah sebagian kalian tidak memakn harta
sebagian yang lain dengan cara yang haram, diantaranya riba, judi, dan sema
perkara yang telah Allah haramkan atas kalian. ‫“ إ أن تكون تجرة‬kecuali dengan
jalan perniagaan”.
Riwayat-riwayat yang sesuai dengan makna tersebut adalah:
Muhammad bin Al Husain menceritakan kepada kami, ia berkata: Ahmad bin
Mufadhdhal menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath menceritakan
kepada kami, dari As-Suddi, tentang firman-Nya,
‫يأيهل الذين ءامنوا تأكلوا أموالكم اينكم ال لبطل إ أن تكون تجرة عن تراض منكم‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memkan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” bahwa (makannya
adalah), “kalian memakan harta sebagian yang lain dengan cara riba, judi,
berbuat curang, dan zhalim, ‫” ل أن تكجججو ن تججججراة‬kecuali dengan jalan
perniagaan,”
 Muhammad bin Al Hutsanna mencritakan kepada kami, ia berkata: Abdul
Wahhab menceritakan kepada kami, ia berkata: Daud menceritakan kepada

12

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

kami dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, tentang seseorang yang membeli pakaian
lalu berkata, jika puas, maka kamu ambil, sedangkan jika tidak puas maka
kamu ambilkan, dengan tambahan satu dirhmam.
Abu Ja’far berkata : pendapat yang paling benar adalah mendapat AsSuddi, bahwa Allah SWT menyebutkan haram memakan harta kita diantara kita
dengan cara perbedaan pendapat diantara kamu muslim, hal tersebut haram bagi
kita, dan Allah sama sekali tidak menghalalkan memakan harta dengan cara batil.
Dengan demikian, tidak ada artinya pendapat yang mengatakan bahwa itu
larangan bagi seseorang untuk memakan harta saudaranya dalam jamuan dengan
cara yang dibolehkan, kemudian hal tersebut di Nasakh supaya semua ulama
menukil prihal memujamu dan muslim, yang dianjurkan oleh Allah, dan
sesnungguhnya Allah tidak pernah melarangnya.
 Surat An-Nisaa ayat 30
Abu Ja’far berkata: Ahli takwil berbeda pendapat tentang makna firmanNya, ‫“ ومن يفعل ذا لك عدوانل‬Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar
hak dan aniaya.
Sebagian

mereka

berpendapat

bahwa

makna

ayat

tersebut

adalah,

“barangsiapa membunuh diri sendiri berarti telah membunuh saudaranya yang
seiman dengan melanggar hak dan aniaya, ‫" فسصصوف نصصصليه‬Maka kelak akan
memasukkannya ke dalam neraka.” Riwayat-Riwayat yang sesuai dengan
pendapat tersebut adalah:
 Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Huasin menceritakan
kepada kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia
berkata: Aku berkata kepada Atha, “Apakah kamu mengetahui firman-Nya,
‫ومن يفعل ذالك عدوانل وضلمل فسوف نصله نلر‬
“Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya,
amak kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka, pada semua ayat
tersebut ? atau dalam firman-Nya, ‫“ و تقتلصصوا أنفسصصكم‬Dan janganlah kamu
membunuh dirimu ?” dia lalu berkata, (Tidak), melainkan dalam firman-Nya,
‫“ و تقتلوا أنفسكم‬Dan janganlah kamu membunuh dirimu.”.

13

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

Abu Ja’far berkata : Menurutku pendapat yang paling benar yaitu yang
mengatakan bahwa maknanya adalah, “barangsiapa melakukan perbuatan yang
diaharamkan Allah SWT Dari Firman-Nya,
‫يأ يهل الذ ين ءامنوا يحل لكم أن تر ثوا النسلء كرهل‬
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusukai wanita
dengan jalan paksa. (Qs. An-Nisaa:19).13
c.

QS. Huud [11]: 85

َ
َ ‫مكأيَا‬
‫َس ًوا‬
ِ ً‫س‬
ِ ‫ن بِال أ‬
ِ ‫ل وَال أ‬
ِ ‫وَيَا قَوأم ِ أوأفُوا ال أ‬
َ ‫مي َزا‬
ُ ‫ط ۖ وَ َل تَبأخ‬
‫ق أ‬
َ‫أ‬
َ ‫س أَشأ يَاءَهُ أ‬
.‫ين‬
ِ ‫مفأ‬
ُ ‫ض‬
َ ‫النّا‬
َ ِ ‫سد‬
ِ ‫م وَل تَعأثَوأا فِي ال أر‬

“Dan Syu´aib berkata: H
" ai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan.”
Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa,

‫ط‬
ِ ‫س‬
ِ ‫ن بِال أ‬
ِ ‫وَال أ‬,
َ ‫مي َزا‬
‫ق أ‬

َ
َ ‫مكأيَا‬
‫ل‬
ِ ‫وَيَا قَوأم ِ أوأفُوا ال أ‬

adalah perintah untuk memenuhi (sesuai ukuran) setelah

Allah SWT. Melarang dengan tegas untuk melakukan kecurangan dalam
timbangan.

َ
‫م‬
َ ‫وَ َل تَب أ‬,
ُ ‫خ‬
‫س أشأ يَاءَهُ أ‬
َ ‫سوا النّا‬

maksudnya adalah jangan kalian

kurangi sesuatu dari hak yang semestinya. Dalam ayat

‫ين‬
ِ ‫مفأ‬
ُ
َ ِ ‫سد‬

َ‫أ‬
َ
‫ض‬
ِ ‫وَل تَعأثَوأا فِي ال أر‬

Menjelaskan bahwa perilaku curang dalam timbangan dan takaran

merupakan perbuatan yang sangat merusak di muka bumi.14
Ibnu Katsir: ayat ini menjelaskan tentang larangan Allah kepada
hambanya dalam hal mengurangi timbangan ketika akan diberikan kepada orang
lain, kemudian diperintahkan kepada mereka semua untuk mencukupkan
timbangan dengan adil dan dilarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini.15
13
Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari
(penerjeman: Alnsan Alsaan) Jaaarta: Pustaaa Alzzam, 2008, nlm. 786-805
14
Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)
2007, nal.193
15
Idnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Maatadan ‘adnrinan)
jilid 2 nlm. 599

14

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

Allah Ta’ala melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan apabila
memberi kepada manusia. Kemudian syuaib menyuruh mereka supaya memenuhi
takaran dan timbangan dengan adil baik pada saat mengambil maupun memberi.
Dia melarang mereka membuat congkak di muka bumi dengan melakukan
kerusakan.
Firman Allah Ta’ala, “sisa dari Allah lebih baik bagimu.” Ibnu Jarir
berkata, “ keuntungan yang kamu peroleh setelah memenuhi takaran dan
timbangan adalah lebih baik bagimu dari pada mengambil harta orang lain.”
Penafsiran Jarir ini berasal dari Ibnu Abbas. Aku (Ibnu Khasir) berkata :
penggalan ini menyerupai Firman Allah Ta’ala, “katakanlah, ‘Tidaklah sama
antara keburukan dengan kebaikan, walaupun banyaknnya keburukan itu menarik
hatimu.16
Abu Ja’far berkata: Allah SWT berfirman untuk menyampaikan
informasi tentang perkataan Syu’aib kepada kaumnya, “cukupkanlah takaran dan
timbangan dengan adil”. Ia berkata , dengan adil disebutkan untuk mencukupi
hak-hak orang yang meminta hak-hak mereka pada apa yang ditimban dan
ditakaran, yang memang seharusnya disempurnakan tanpa mengurangi dan
merugikan sedikitpun”.
 Al Harits menceritakan kepadaku, ia berkata Abdul Aziz menceritakan
kepada kami, ia berkata kepada: Ali bin Shalih bin Hayyi menceritaan
kepada kami, ia berkata: telah sampai (berita) kepadaku tentang firman
Allah: ‫تبخسوا الناس اشياء هم‬

‫“ و‬dan janganlah kamu merugikan manusia

terhadap hak-hak mereka”.
 Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada
kami,, ia berkata sa’id menceritakan kepada kami, dari Qatabah, tentang
firman Allah, ‫“ و تبخسوا الناس اشججياء هم‬Dan janganlah kamu merugikan
mansusia terhadap hak-hak mereka,” ia berkata, “janganlah kamu
menzhalimihak-hak mereka sedikitpun.”.17
16

AlR-RIFAl’I, Munammmad Nasid, penerjeman Snainaduddin, cet 1,
ringaasan idnu aastsir jild 2, jaaarta: Gema insani press, 1999.
17
Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari
(penerjeman: Alnsan Alsaan) Jaaarta: Pustaaa Alzzam, 2008, Hal: 251-252

15

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

C.

Kesimpulan
Allah SWT. melarang umat Islam dalam hal memakan harta orang lain

dengan cara yang batil seperti riba, perjudian, tipu muslihat atau melalui cara
urban (membayar sebagian dari harga yang telah ditentukan). Allah SWT. juga
melarang kepada hambanya dalam hal mengurangi timbangan ketika akan
diberikan kepada orang lain, kemudian diperintahkan kepada mereka semua untuk
mencukupkan timbangan dengan adil dan dilarang untuk berbuat kerusakan di
muka bumi ini.18
seorang

qadhi

(hakim)

dilarang

memberikan

keputusan

yang

menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya, karena orang yang
memakan harta saudaranya dengan cara yang batil seperti ia memakan hartanya
sendiri dengan cara yang batil pula. 19

‫حكّام ِ لِت ًًَأأكُلُوا فَرِيقًًًا‬
ُ ‫وَتُدألُوا بِهَا إِلَى ال أ‬
َ
َ ‫م‬maananna: dan kalian
‫ال النّاس ب ًِ أ‬
‫ن‬
َ ‫مًًو‬
ُ َ ‫م تَعأل‬
‫ًالِثأم ِ وَأنأت ُ أ‬
‫نأ أ‬
ِ َ‫مًًو‬
‫ِ أ‬
ِ
Aldapun firman-Nna

bersengketa atasnya kepada hakim agar dapat memakan harta
orang

lain

dengan

cara

yang

haram,

sedang

kalian

mengetahuinya.
Karena sesuatu nang dinaramaan tidaa lantas menjadi
sesuatu yang yang dihalalkan hanya karena keputusan qadhi (hakim). Sebab
keputusan qadhi itu hanya berlaku pada tataran lahiriyah saja.
Ayat ini merupakan dalil setiap penggagas dan penerus yang mengklaim
setiap hukum – untuk kepentingan diri mereka yang tidak diperbolehkan. Mereka
berargumentasi untuk klaimnya itu dengan firman Allah swt.

‫وَ َل ت ًًَأأكُلُوا‬

18

Idnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Maatadan ‘adnrinan)
jilid 2 nlm. 599
19
Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari
(penerjeman: Alnsan Alsaan) Jaaarta: Pustaaa Alzzam, 2008 nal. 194

16

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

َ
‫ل‬
ً‫م بَيأنَك ُ أ‬
‫موَالَك ُ أ‬
‫أ أ‬.
ِ ِ ‫م بِالأبَاط‬

jaaadan atas argumentasi tersedut

adalan, diaataaan aepada mereaa danaa aami tidaa setuju jiaa
sesuatu

itu

merupaaan

nal

nang

datil,

ningga

engaau

menjelasaannna dengan dalil.
Dengan

demiaian,

dalil-dalil

nang

dijelasaan

dalam

maaalan ini merupaaan dasar rujuaan dilarangnna memaaan
narta orang lain (aorupsi) dan mennuap seorang naaim demi
aeuntungan pridadi.

17

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari
(penerjemah: Ahsan Askan) Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam)
2007.
AR-RIFA’I, Muhammmad Nasib, penerjemah Syaihabuddin, cet 1,
ringkasan ibnu kastsir jild 2, (jakarta: Gema insani press), 1999
Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Maktabah ‘adhriyah) Cet.
1, 2000.
Ibn al-‘Araby, Ahkam al-Quran, (Beirut: Daar al-Kutub) 1988, cet. 1
Dr. Lilik ummu kultsum, Dr. Abd. Moqsith Ghazali, Tafsir Ahkam,
(Ciputat: UIN Press)

18

Larangan Menyuap Hakim dan Memakan Hak Orang Lain