Kasus pelanggaran HAM tragedi universita
Kasus pelanggaran HAM tragedi universitas "TRISAKTI"
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
"kapita selekta hukum"
Disusun oleh :
Nama : 1. dona.
(14160021)
2. Dedi danialiansyah. (14160016)
3. Ferly setiawan mukti ( 14160029)
4. Rendi hirawansyah. (14160084)
Dosen pembimbing :
Azwad zomroodin hakim, SH. MH
JURUSAN JINAYAH SIYASAH/FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSUTAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini
merupakan pengetahuan tentang KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA ,
semua ini dirangkum dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan
lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang
KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA Akhirnya, kami penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih
sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk
membagikannya kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Palembang, 29-09-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak
jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM
pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM
seorang individu terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun
sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang
penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan
sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun
seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di
sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul “Pelanggaran Hak
Asasi Manusia Di Indonesia”,untuk memberikan informasi tentang apa itu
pelanggaran HAM.
C.
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi Manusia” , maka masalah
yang dapat diidentifkasi sebagai berikut :
1.
Apa pengertian pelanggaran HAM ?
2.
Apa saja macam-macam pelanggaran HAM?
3.
Apa contoh pelanggaran HAM di Indonesia?
4.
Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM?
B.
TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di Indonesia
yaitu:
1.
Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.
2.
Untuk mengetahui macam-macam pelanggaran HAM.
3.
Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia.
4.
Upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan
baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya
terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan
rasional yang menjadi pijakanya.
B. MACAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
v Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1.
Pembunuhan masal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan (UUD No.26/2000
Tentang Pengadilan HAM).
2.
Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan
yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti pengusiran
penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.
v Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1.
Pemukulan
2.
Penganiayaan
3.
Pencemaran nama baik
4.
Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5.
Menghilangkan nyawa orang lain
C.
CONTOH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
Tragedi Trisakti sulut api reformasi 1998
LIMA belas tahun yang lalu, enam mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembus
peluru polisi. Mereka menjadi martir saat melakukan aksi demonstrasi menolak
pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden, pada 12 Mei 1998 silam. Kematian
pejuang pro demokrasi itu, dengan cepat menyebar dan membakar amarah rakyat.
Peristiwa itu terjadi saat ribuan mahasiswa menggelar longmarch dari kampus
Trisakti di Grogol, menuju Gedung DPR/MPR di Slipi Jakarta. Namun, baru sampai
depan kampus, mereka sudah dihadang ratusan polisi bersenjata lengkap dengan
posisi siap menembak. Meski dihadapkan dengan moncong sejata, pemuda-pemudi
pemberani ini tak gentar.
Mereka tetap melangsungkan aksi demonstrasi dengan menggelar mimbar bebas di
jalan selama berjam-jam. Polisi yang kesal kemudian menyuruh mahasiswa masuk,
sambil mengancam akan menembak jika mereka tak mendengar.
Mahasiswa pun setuju untuk kembali ke dalam kampus dengan damai. Namun, saat
akan masuk ke dalam kampus, mereka mendapat provokasi hingga berujung pada
bentrokan fsik. Suasana berubah menjadi chaos, dan terdengar suara rentetan
tembakan ke arah massa pro demokrasi itu.
Enam orang dinyatakan tewas dalam peristiwa penembakan itu. Sementara 16
orang mahasiswa lainnya, termasuk pelajar, dan masyarakat yang ikut dalam aksi
mengalami luka parah. Mereka dipukuli, diinjak, dan menjadi korban penembakan
brutal polisi.
Para mahasiswa yang tewas tertembak dalam tragedi Trisakti adalah Elang Mulia
Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi 96), Heri
Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin 95), Hendriawan (Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen 96), Vero (Fakultas Ekonomi 96), dan Hafdi Alifdin
(Fakultas Teknik Sipil 95).
Selain mahasiswa, Samsul Bahri, siswa STM juga tewas. Dia terkena peluru tajam
pada bagian perutnya hingga terburai, dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk
operasi. Sayang, nyawa pelajar pemberani ini tak tertolong.
Pada saat yang sama, di kampus Atmajaya, massa mahasiswa yang tergabung
dalam Forum Kota (Forkot) tengah melakukan aksi mimbar bebas di dalam kampus.
Saat mendengar rekannya tewas tertembus timah panas, mereka berencana
bergabung dengan mahasiswa Trisakti. Namun, baru sampai depan kampus,
mereka dihadang polisi.
Pasca peristiwa itu, amuk massa terjadi dimana-mana, hingga 15 Mei 1998. Ribuan
gedung, toko, dan rumah dihancurkan. Bahkan ada yang dibakar oleh massa.
Sasaran kemarahan massa saat itu dialihkan kepada etnis China. Tidak hanya
menjarah, massa juga membunuh, dan memperkosa para wanita keturunan etnis
minoritas itu.
Situasi benar-benar tidak terkendali. Mahasiswa ada yang coba menenangkan,
namun gagal. Sedang aparat kepolisian, dan tentara yang berjaga-jaga di lokasi
saat itu, hanya menonton dari kejauhan. Alhasil, ribuan orang menjadi korban. Ada
yang tewas dalam bentrok, hilang diculik, hingga terpanggang api saat melakukan
penjarahan.
Berdasarkan data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), pelaku kerusuhan pada 1315 Mei 1998 dibagi menjadi dua golongan. Terdiri dari massa pasif (massa
pendatang) yang karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif, dan kedua
kelompok provokator.
Para provokator ini, umumnya bukan dari wilayah setempat. Secara fsik, mereka
tampak terlatih, dan sebagian memakai seragam sekolah seadanya (tidak lengkap).
Bahkan mereka tidak ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi setelah
gedung atau barang terbakar. Belum diketahui siapa provokator ini.
Mereka juga membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk keperluan merusak
dan membakar, seperti jenis logam pendongkel, bahan bakar cair, kendaraan, bom
molotov, dan sebagainya
Kelompok inilah yang menggerakkan massa dengan memancing keributan,
memberikan tanda-tanda tertentu pada sasaran, melakukan perusakan awal,
pembakaran, dan mendorong aksi penjarahan. Kelompok ini datang dari luar, dan
bukan penduduk setempat. Jumlah mereka hanya belasan, tetapi sangat terlatih.
Kelompok ini mempunyai kemampuan ahli dan terbiasa menggunakan alat untuk
kekerasan. Mereka juga memiliki mobilitas yang tinggi dan kerja yang sistematis.
Dalam aksinya, mereka kerap menggunakan sarana transportasi, seperti motor,
mobil/Jeep, dan alat komunikasi (HT/HP).
Pada umumnya, kelompok ini sulit dikenali walaupun di beberapa kasus dilakukan
oleh kelompok dari organisasi pemuda (contoh di Medan, ditemukan keterlibatan
langsung Pemuda Pancasila). TGPF juga menemukan fakta adanya keterlibatan
anggota aparat keamanan dalam kerusuhan di Jakarta, Medan, dan Solo.
Dalam kesimpulannya, TGPF menyatakan, kerusuhan Mei bersifat saling terkait
antar-lokasi, dengan model yang mirip provokator. Skala kerusuhan ini sangat besar
dan terdapat keseragaman waktu. Lebih jauh, kerusuhan terjadi secara berurutan,
dan sistematis.
Tim juga menemukan, dugaan adanya faktor kesengajaan yang mengandung unsur
penumpangan situasi. Dimana para provokator diduga sengaja menciptakan
kerusuhan, sebagai bagian dari pertarungan politik di tingkat elite.
Kesimpulan itu merupakan penegasan bahwa terdapat keterlibatan banyak pihak,
mulai dari preman lokal, organisasi politik dan massa, hingga adanya keterlibatan
sejumlah anggota dan unsur di dalam ABRI yang ada di luar kendali dalam
kerusuhan itu.
D. UPAYAH PENYESLESAIAN DALAM PELANGGARAN HAM
Penyelesaian kasus trisakti nasibnya kurang lebih sama dengan reformasi,
yaitu mati suri. Bertahun-tahun sudah kasus trisakti terjadi, tapi para pelaku tidak
pernah terungkap dengan terang benderang, sehingga mereka tak pernah dibawa
ke meja hijau.
Padahal Komnas HAM menengarai adanya pelanggaran HAM berat pada penangan
demonstrasi mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Salah satu indikasi sulitnya
membongkar kasus ini adalah keterlibatan orang-orang penting (berkuasa) pada
saat itu atau bahkan sampai saat ini sehingga ada banyak kepentingan yang
menghalang-halangi penuntasa kasus ini.
Tahun demi tahun terus bergulir. Pemerintah (presiden) pun telah beberapa kali
berganti, namun penyelesaian kasus trisakti tidak tahu rimbanya. Komnas HAM
menyatakan bahwa mereka telah menyerahkan laporan penyalidikan kasus itu
sejak 6 Januari 2005 kepada Kejaksaan Agung. Namun sampai saat ini tidak ada
tindak lanjut yang jelas yang dapat diketahui masyarakat terutama keluarga
korban.
Untuk itu diperlukan keseriusan, kejujuran, dan kebranian berbagai pihak untuk
menuntaskan kasus ini. Presiden serta menkopolhukam dan kementrian hukum dan
HAM yang ada dibawahnya harus bertindak. DPR memberikan pengawasan dan
meningkatkan pemerintah, Kejaksaan Agung harus mengambil langkah strtegis.
Demikian juga keberadaan Komnas HAM dan pihak lainnya untuk sama-sama
mencari solusi penyelesaiann kasus ini. Tanpa itu semua, sepertinya kita masih
harus menunngu bagaimana akhir dari tragedy Trisakti.
Namun ada beberapa cara lagi yang menurut saya bisa dilakukan untuk mengatasi
kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisakti ini.
[ Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan seksama
apa yang terjadi saat itu, siapa yang menembaki mahasiswa itu dan mengapa
mereka harus ditembaki. Komnas HAM harus segera menuntaskannya agar
kepercayaan bangsa Indonesia terhadap pemerintahnya tidak hilang akibat janjijanji kosong mengenai tindakan lanjut dari tragedi di Trisakti.
[ Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus mendukung
penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung Komnas HAM dalam investigasi
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam investigasi.
Parapejabat tinggi militer pun harus mendisiplinkan mereka yang saat itu bertugas
“menjaga ketertiban massa”, karena ternyata mereka membunuh empat
mahasiswa dengan peluru bermesiu, bukan peluru karet. Dan suatu hal yang tidak
biasa menertibkan massa dengan peluru karet.
[ Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk mengadili dengan
adil tiap mereka yang bertanggung jawab akan aksi kekerasan dan penembakan
yang terjadi. Jangan sampai keputusan yang diambil tidak sebanding denagn
perbuatan mereka.
[ Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak sanggup melakukan
penegakan HAM di Indonesia, masyarakat kita harus meminta lembaga yang lebih
tinggi lagi, yaitu PBB, untuk mengambil alih kasus ini sebelum kasus ini kadaluarsa
dan ditutup sehingga mengecewakan masyarakat Indonesia.
[ Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu cara untuk mengatasi
terulangnya kejadian ini adalah pembenahan akan jiwa pemerintah agar
menghargai hak-hak asasi dari warga Indonesia, melalui mengusahakn secara
maksimal agar hak mereka untuk hidup dijunjung tinggi, begitu pula hak asasi lain
seperti hak mereka untuk memperoleh penghidupan yang layak, perekonomian
yang baik, kebebasab individu diakui sesuai nilai Pancasila yangberkembang dalam
masyarakat. Maka pemerintah Indonesia harus memperbaiki hidup bangsa ini.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan
RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM.
B.
SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga
HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam
menjaga HAM kita
DAFTAR PUSTAKA
http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/14/15/748499/tragedi-trisakti-sulutapi-reformasi-1998
http://lylanet.blogspot.com/2013/09/kasus-pelanggaran-ham.html
http://sikkabola.wordpress.com/2012/08/28/kasus-pelanggaran-ham-tragedi-trisakti/
http://www.anneahira.com/kasus-trisakti.htm
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
"kapita selekta hukum"
Disusun oleh :
Nama : 1. dona.
(14160021)
2. Dedi danialiansyah. (14160016)
3. Ferly setiawan mukti ( 14160029)
4. Rendi hirawansyah. (14160084)
Dosen pembimbing :
Azwad zomroodin hakim, SH. MH
JURUSAN JINAYAH SIYASAH/FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSUTAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini
merupakan pengetahuan tentang KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA ,
semua ini dirangkum dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan
lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang
KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA Akhirnya, kami penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih
sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk
membagikannya kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Palembang, 29-09-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak
jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM
pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM
seorang individu terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun
sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang
penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan
sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun
seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di
sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul “Pelanggaran Hak
Asasi Manusia Di Indonesia”,untuk memberikan informasi tentang apa itu
pelanggaran HAM.
C.
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi Manusia” , maka masalah
yang dapat diidentifkasi sebagai berikut :
1.
Apa pengertian pelanggaran HAM ?
2.
Apa saja macam-macam pelanggaran HAM?
3.
Apa contoh pelanggaran HAM di Indonesia?
4.
Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM?
B.
TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di Indonesia
yaitu:
1.
Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.
2.
Untuk mengetahui macam-macam pelanggaran HAM.
3.
Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia.
4.
Upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan
baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya
terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan
rasional yang menjadi pijakanya.
B. MACAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
v Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1.
Pembunuhan masal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan (UUD No.26/2000
Tentang Pengadilan HAM).
2.
Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan
yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti pengusiran
penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.
v Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1.
Pemukulan
2.
Penganiayaan
3.
Pencemaran nama baik
4.
Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5.
Menghilangkan nyawa orang lain
C.
CONTOH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
Tragedi Trisakti sulut api reformasi 1998
LIMA belas tahun yang lalu, enam mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembus
peluru polisi. Mereka menjadi martir saat melakukan aksi demonstrasi menolak
pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden, pada 12 Mei 1998 silam. Kematian
pejuang pro demokrasi itu, dengan cepat menyebar dan membakar amarah rakyat.
Peristiwa itu terjadi saat ribuan mahasiswa menggelar longmarch dari kampus
Trisakti di Grogol, menuju Gedung DPR/MPR di Slipi Jakarta. Namun, baru sampai
depan kampus, mereka sudah dihadang ratusan polisi bersenjata lengkap dengan
posisi siap menembak. Meski dihadapkan dengan moncong sejata, pemuda-pemudi
pemberani ini tak gentar.
Mereka tetap melangsungkan aksi demonstrasi dengan menggelar mimbar bebas di
jalan selama berjam-jam. Polisi yang kesal kemudian menyuruh mahasiswa masuk,
sambil mengancam akan menembak jika mereka tak mendengar.
Mahasiswa pun setuju untuk kembali ke dalam kampus dengan damai. Namun, saat
akan masuk ke dalam kampus, mereka mendapat provokasi hingga berujung pada
bentrokan fsik. Suasana berubah menjadi chaos, dan terdengar suara rentetan
tembakan ke arah massa pro demokrasi itu.
Enam orang dinyatakan tewas dalam peristiwa penembakan itu. Sementara 16
orang mahasiswa lainnya, termasuk pelajar, dan masyarakat yang ikut dalam aksi
mengalami luka parah. Mereka dipukuli, diinjak, dan menjadi korban penembakan
brutal polisi.
Para mahasiswa yang tewas tertembak dalam tragedi Trisakti adalah Elang Mulia
Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi 96), Heri
Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin 95), Hendriawan (Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen 96), Vero (Fakultas Ekonomi 96), dan Hafdi Alifdin
(Fakultas Teknik Sipil 95).
Selain mahasiswa, Samsul Bahri, siswa STM juga tewas. Dia terkena peluru tajam
pada bagian perutnya hingga terburai, dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk
operasi. Sayang, nyawa pelajar pemberani ini tak tertolong.
Pada saat yang sama, di kampus Atmajaya, massa mahasiswa yang tergabung
dalam Forum Kota (Forkot) tengah melakukan aksi mimbar bebas di dalam kampus.
Saat mendengar rekannya tewas tertembus timah panas, mereka berencana
bergabung dengan mahasiswa Trisakti. Namun, baru sampai depan kampus,
mereka dihadang polisi.
Pasca peristiwa itu, amuk massa terjadi dimana-mana, hingga 15 Mei 1998. Ribuan
gedung, toko, dan rumah dihancurkan. Bahkan ada yang dibakar oleh massa.
Sasaran kemarahan massa saat itu dialihkan kepada etnis China. Tidak hanya
menjarah, massa juga membunuh, dan memperkosa para wanita keturunan etnis
minoritas itu.
Situasi benar-benar tidak terkendali. Mahasiswa ada yang coba menenangkan,
namun gagal. Sedang aparat kepolisian, dan tentara yang berjaga-jaga di lokasi
saat itu, hanya menonton dari kejauhan. Alhasil, ribuan orang menjadi korban. Ada
yang tewas dalam bentrok, hilang diculik, hingga terpanggang api saat melakukan
penjarahan.
Berdasarkan data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), pelaku kerusuhan pada 1315 Mei 1998 dibagi menjadi dua golongan. Terdiri dari massa pasif (massa
pendatang) yang karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif, dan kedua
kelompok provokator.
Para provokator ini, umumnya bukan dari wilayah setempat. Secara fsik, mereka
tampak terlatih, dan sebagian memakai seragam sekolah seadanya (tidak lengkap).
Bahkan mereka tidak ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi setelah
gedung atau barang terbakar. Belum diketahui siapa provokator ini.
Mereka juga membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk keperluan merusak
dan membakar, seperti jenis logam pendongkel, bahan bakar cair, kendaraan, bom
molotov, dan sebagainya
Kelompok inilah yang menggerakkan massa dengan memancing keributan,
memberikan tanda-tanda tertentu pada sasaran, melakukan perusakan awal,
pembakaran, dan mendorong aksi penjarahan. Kelompok ini datang dari luar, dan
bukan penduduk setempat. Jumlah mereka hanya belasan, tetapi sangat terlatih.
Kelompok ini mempunyai kemampuan ahli dan terbiasa menggunakan alat untuk
kekerasan. Mereka juga memiliki mobilitas yang tinggi dan kerja yang sistematis.
Dalam aksinya, mereka kerap menggunakan sarana transportasi, seperti motor,
mobil/Jeep, dan alat komunikasi (HT/HP).
Pada umumnya, kelompok ini sulit dikenali walaupun di beberapa kasus dilakukan
oleh kelompok dari organisasi pemuda (contoh di Medan, ditemukan keterlibatan
langsung Pemuda Pancasila). TGPF juga menemukan fakta adanya keterlibatan
anggota aparat keamanan dalam kerusuhan di Jakarta, Medan, dan Solo.
Dalam kesimpulannya, TGPF menyatakan, kerusuhan Mei bersifat saling terkait
antar-lokasi, dengan model yang mirip provokator. Skala kerusuhan ini sangat besar
dan terdapat keseragaman waktu. Lebih jauh, kerusuhan terjadi secara berurutan,
dan sistematis.
Tim juga menemukan, dugaan adanya faktor kesengajaan yang mengandung unsur
penumpangan situasi. Dimana para provokator diduga sengaja menciptakan
kerusuhan, sebagai bagian dari pertarungan politik di tingkat elite.
Kesimpulan itu merupakan penegasan bahwa terdapat keterlibatan banyak pihak,
mulai dari preman lokal, organisasi politik dan massa, hingga adanya keterlibatan
sejumlah anggota dan unsur di dalam ABRI yang ada di luar kendali dalam
kerusuhan itu.
D. UPAYAH PENYESLESAIAN DALAM PELANGGARAN HAM
Penyelesaian kasus trisakti nasibnya kurang lebih sama dengan reformasi,
yaitu mati suri. Bertahun-tahun sudah kasus trisakti terjadi, tapi para pelaku tidak
pernah terungkap dengan terang benderang, sehingga mereka tak pernah dibawa
ke meja hijau.
Padahal Komnas HAM menengarai adanya pelanggaran HAM berat pada penangan
demonstrasi mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Salah satu indikasi sulitnya
membongkar kasus ini adalah keterlibatan orang-orang penting (berkuasa) pada
saat itu atau bahkan sampai saat ini sehingga ada banyak kepentingan yang
menghalang-halangi penuntasa kasus ini.
Tahun demi tahun terus bergulir. Pemerintah (presiden) pun telah beberapa kali
berganti, namun penyelesaian kasus trisakti tidak tahu rimbanya. Komnas HAM
menyatakan bahwa mereka telah menyerahkan laporan penyalidikan kasus itu
sejak 6 Januari 2005 kepada Kejaksaan Agung. Namun sampai saat ini tidak ada
tindak lanjut yang jelas yang dapat diketahui masyarakat terutama keluarga
korban.
Untuk itu diperlukan keseriusan, kejujuran, dan kebranian berbagai pihak untuk
menuntaskan kasus ini. Presiden serta menkopolhukam dan kementrian hukum dan
HAM yang ada dibawahnya harus bertindak. DPR memberikan pengawasan dan
meningkatkan pemerintah, Kejaksaan Agung harus mengambil langkah strtegis.
Demikian juga keberadaan Komnas HAM dan pihak lainnya untuk sama-sama
mencari solusi penyelesaiann kasus ini. Tanpa itu semua, sepertinya kita masih
harus menunngu bagaimana akhir dari tragedy Trisakti.
Namun ada beberapa cara lagi yang menurut saya bisa dilakukan untuk mengatasi
kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisakti ini.
[ Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan seksama
apa yang terjadi saat itu, siapa yang menembaki mahasiswa itu dan mengapa
mereka harus ditembaki. Komnas HAM harus segera menuntaskannya agar
kepercayaan bangsa Indonesia terhadap pemerintahnya tidak hilang akibat janjijanji kosong mengenai tindakan lanjut dari tragedi di Trisakti.
[ Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus mendukung
penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung Komnas HAM dalam investigasi
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam investigasi.
Parapejabat tinggi militer pun harus mendisiplinkan mereka yang saat itu bertugas
“menjaga ketertiban massa”, karena ternyata mereka membunuh empat
mahasiswa dengan peluru bermesiu, bukan peluru karet. Dan suatu hal yang tidak
biasa menertibkan massa dengan peluru karet.
[ Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk mengadili dengan
adil tiap mereka yang bertanggung jawab akan aksi kekerasan dan penembakan
yang terjadi. Jangan sampai keputusan yang diambil tidak sebanding denagn
perbuatan mereka.
[ Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak sanggup melakukan
penegakan HAM di Indonesia, masyarakat kita harus meminta lembaga yang lebih
tinggi lagi, yaitu PBB, untuk mengambil alih kasus ini sebelum kasus ini kadaluarsa
dan ditutup sehingga mengecewakan masyarakat Indonesia.
[ Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu cara untuk mengatasi
terulangnya kejadian ini adalah pembenahan akan jiwa pemerintah agar
menghargai hak-hak asasi dari warga Indonesia, melalui mengusahakn secara
maksimal agar hak mereka untuk hidup dijunjung tinggi, begitu pula hak asasi lain
seperti hak mereka untuk memperoleh penghidupan yang layak, perekonomian
yang baik, kebebasab individu diakui sesuai nilai Pancasila yangberkembang dalam
masyarakat. Maka pemerintah Indonesia harus memperbaiki hidup bangsa ini.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan
RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM.
B.
SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga
HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam
menjaga HAM kita
DAFTAR PUSTAKA
http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/14/15/748499/tragedi-trisakti-sulutapi-reformasi-1998
http://lylanet.blogspot.com/2013/09/kasus-pelanggaran-ham.html
http://sikkabola.wordpress.com/2012/08/28/kasus-pelanggaran-ham-tragedi-trisakti/
http://www.anneahira.com/kasus-trisakti.htm