MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERBUDAYA

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
YANG BERBUDAYA
April 29, 2013Uncategorized
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang di anugrahi akal, fikiran, dan fisik untuk menunjang
kehidupannya sebagai seorang insan yang di tunjuk oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi
yang Allah Yang Maha Kuasa ciptakan. Oleh karena manusia adalah khalifah di bumi ini
sepatutnya seorang manusia haruslah mempunyai prilaku yang sesuai dengan yang Tuhan
inginkan untuk dipercayakan menjaga keutuhan bumi yang Allah ciptakan dengan segala
makhluk hidup didalamnya untuk manusia jaga kelestariannya.
Manusia yang menjadi seorang terpilih dan tinggi derajatnya di mata Tuhan, manusia haruslah
mempunyai kepercayaan, ilmu, dan menjalankan segala apa yang di perintahkan Allah dan
menjauhi yang di larang oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mempunyai akal dan fikiran
serta fisik manusia haruslah memanfaatkan anugrah yang di berikan oleh Allah itu dengan sebaik
– baiknya dan jangan menyalah gunakannya sebagai suatu yang Allah benci. Manusia haruslah
mempunyai budaya yang baik untuk menjadikannya seorang manusia yang memiliki derajat
tinggi di mata Allah SWT. Maka manusia harus menjadikan budaya yang baik sebagai bagian
dari dirinya tanpa mengabaikan apa yang menjadi kewajiban sebagai makhluk yang
berketuhanan.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menuntaskan tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
yang menjadi salah satu syarat kelulusan dalam proses pembelajaran di jenjang S1 Teknik
Informatika Universitas Gunadarma. Selain itu, di harapkan makalah ini menjadi tulisan yang
bermanfaat dan menjadi referensi bagi semua orang yang membacanya.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di jelaskan di awal tadi, maka saya mengambil pokok masalah
menjadi 3 rumusan yang akan di bahas di bab selanjutnya. Berikut adalah rumusan/pokok
masalah :
1. Pengertian dari Manusia,
2. Defini Budaya,

3. Manusia sebagai makhluk berbudaya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,

sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan,
manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari
satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial),
maupun kesejarahan.
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain,
manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan
lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia
jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan
di muka bumi.
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin
mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu
merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha
Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan
pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti

bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat
mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang
tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya, baik
dari sisi individu, sosial, susila, maupun religius. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat
menjadikan manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan
makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

B. Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari

budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya
seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan
“kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggotaanggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
C. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya
Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, norma-norma
yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan sesuai
dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak
menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan baik berupa
norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang berlaku.
Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia khususnya
bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya budaya yang
dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan manusia tersebut
sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu pasti juga manusia yang
berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang berpendidikan itu belum tentu dia manusia

yang berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang pintar atau berpendidikan yang
melakukan banyak tindak kejahatan atau menyimpang contohnya seperti korupsi. Itu semua

terjadi karena mereka tidak menjadi manusia yang berbudaya Dan akibatnya mereka tidak
memiliki moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab.
Karena itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka
masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam menjalani
kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia yang
berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang memiliki
jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
Manusia berbudaya yang seutuhnya adalah makhluk yang selalu aktual, yang terus-menerus
belajar dan menempuh pendidikan untuk mengembangkan kepribadiannya, mengembangkan
konsep tujuan hidupnya, melakukan pembaharuan sesuai kemajuan zaman, meningkatkan
keterampilan dan daya nalar, semakin jelas arah hidupnya untuk apa dan mau kemana.

BAB III
KESIMPULAN
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang di karuniai akal, fikiran, dan fisik harus menjadi
seorang yang berbudaya yang baik yang mengamalkan segala apa yang di perintahkan oleh Allah
sehingga derajat manusia itu tinggi di mata Allah SWT dan menjadi mulia di bandingkan

makhluk ciptaan Allah yang lain yang tidak di ciptakan mempunyai akal dan fikiran. Dari
penjabaran masalah di atas dapat di yakini bahwasanya manusia memang dari dahulu sudah
berbudaya. Berbudaya manusia itu bermacam – macam tetapi budaya yang baik adalah budaya
yang menjalan segala apa yang di perintahkan oleh Allah SWT.
Seorang manusia menjadi mulia jika memiliki iman dan ilmu yang di amalkan olehnya yang
dapat melampaui makhluk tertaat yang di ciptakan yaitu malaikat yang di ciptakan memang
untuk menyembah Allah SWT.
Semulia – muliannya manusia adalah manusia yang dapat melampaui ketaatan yang di lakukan
oleh para malaikat Allah.