Makalah studi islam perkembang islam diI

MAKALAH STUDI ISLAM
“ Perkembangan Studi Islam di Indonesia “
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Irfan Mufid, MA

DisusunOleh :
1. Nama: Anisa Andriani
Nim : 11160140000091
2. Nama : Muhammad Farhan
Nim : 11160140000074

Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
2016

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah yang bertemakan tentang “ Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia “

tepat waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, berserta keluarga dan sahabatnya .
Makalah ini di ambil dari beberapa buku terkenal dan penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan dalam tahap pembelajaran namun,
penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan buku ini kami
sampaikan ucapan terima kasih .semoga Allah SWT akan membalas segala amal
usaha kita dengan pahala yang berlipat ganda

Tangerang, Oktober 2016

( penulis )

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………...i
Daftar Isi …………………………………………………………………………..ii

Bab 1 PENDAHULUAN
A. Sejarah pendidika Islam di Indonesia

B. Awal masuknya islam di Indonesia
Bab 2 PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
A.
B.
C.
D.

Periode kekuasaan kerajaan Islam di Indonesia
Periode Penjajahan Belanda
Periode penjajahan Jepang
Periode kemerdekaan Indonesia
1. Perserikatan Muhammadiyah
2. Naddlatul Ulama
3. Persatuan Islam ( Persis )
4. Al-Washiliyah
5. Al-Irsyad
6. Nahdlatul Wathan
7. Daru Da’wah wal Irsyad (DDI)

Bab 3 LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

a.
b.
c.
d.
e.
Daftar Pusaka

Mesjid dan surau
Pondok pesantren
Madrasah
Sekolah dan perguruan islam
Majlis ta’lim

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang sejarah pendidikan Islam di Indonesia
Kegiatan “pendidikan Islam” di Indonesia yang lahir dan tumbuh serta
berkembang bersamaan dengan masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
sesunguhnya merupakan pengalaman dan pengetahuan yang penting bagi

kelangsungan perkembangan Islam dan umat Islam, baik kuantitas maupun kualitas.
Pendidikan Islam itu bahkan menjadi tolok ukur, bagaimana Islam dengan umatnya
telah memainkan perannya dalam berbagai aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Hal ini sekaligus membuktikan, bahwa kegiatan kependidikan Islam di Indonesia tidak
hanya mendasarkan pada makna pendidikan dalam arti sempit, melainkan dalam arti
yang sangat luas, yaitu pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai pembangunan umat
dan bangsa Indonesia dalam berbagai tata kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Kapan Islam pertama kali datang ke Indonesia ?
2. Bagaimana periode-periode masuknya Islam ke Indonesia ?
3. Bagaimanakah perkembangan pendidikan Islam pada periode-periode
masuknya Islam?
4. Apa saja kah Organisasi Islam yang ada pada zaman kemerdekaan Indonesia ?
5. Apa saja kah lembaga-lembaga Islam yang ada di Indonesia ?

C. Tujuan
Tujuan pembentukan makalah ini agar mahasiswa dan mahasisiwi menambah
pengetahuan tentang bagaimanakah periode-periode masuknya pendidikan islam di
Indonesia . lalu kapan islam pertama kali masuk ke Indonesia , dan untuk mengetahui
organisasi Islam pada zaman kemerdekaan dan lembaga-lembaga Islam yang ada di

Indonesia.

BAB 2
PENJELASAN
1. Awal masuknya Islam di Indonesia
Pertanyaan yang sering muncul dalam masyarakat adalah kapan agama Islam
pertama kali masuk ke Nusantara dan Masyarakat mana saja yang pertama kali
memeluk agama islam. Untuk menjawab pertanyaan, maka dengan bersandar pada
Risalah seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang diselenggarakan di Medan
tahun 1963, maka di tentukan bahwa daerah sekitar Langsa-Peureulak di Aceh di
anggap sebagai daerah awal masuknya Islam di Indonesia yaitu pada abad ke VIII
dengan alas an sebagai berikut :
a. Daerah Langsa-Peureulak terletak di tepi selat Malaka, yang tenang dan
terlindungi dari ganasnya ombak, sesuai dengan keadaan kapal waktu itu, dari
pada Barus yang terletak ditepi Samudra Indonesia yang berombak ganas,
sehingga para pembawa agama Islam pada waktu itu lebih aman memilih
pelayaran antar Bandar (system perdagangan berantai)
b. Daerah Langsa-Peureulak terletak pada ujung paling barat Kepulauan
Nusantara, menghadap laut yang telah ramai dilayari sejak zaman awal tarikh
Masehi, sehingga bagi orang-orang Arab atau orang Timur Tengah yang akan

memasuki nusantara, daerah inilah yang pertama mereka lihat dan mereka
kenal, sehingga tidak mustahil jika daerah ini merupakan tempat singgah utama
setelah mereka melakukan pelayaran yang jauh dari barat ke timur.
Salah satu pendekatan untuk mengetahui tentang masuknya agama Islam ke
Indonesia adalah dengan penelitian archeology, yaitu penelitian banda-benda kuno
yang memiliki identitas islam di tempat tersebut sering terdapat angka, tahun atau nama
raja, dan nama tokoh tertentu dalam bentuk ukiran (kaligrafi) yang indah seperti pada
batu leran di dekat gresik tau makam raja-raja Pasai di Aceh.
Leran adalah nama satu daerah di pantai Utara Jawa Timur bagian Barat,
termaksud daerah Gresik . yaitu daerah yang sejak lama menjadi pusat kegiatan
perdagangan dan penyebaran Islam di sana di temukan makam tertua bercirikan Islam
dari seorang wanita bernama Siti Fatimah binti Maimun yang meninggal tahun 1085 M.

nama dan angka tahun ini di ukirkan pada batu nisan makan tersebut. Dan adanya
penemuan arkeologis berupa batu nisan Malik al-Saleh yang meninggal pada 696H
(1297) di Sumatra . Data arkeologis tersebut dianggap sebagai batu nisan tertua yang
mencantumkan nama sultan pertama diwilayah tersebut .

 Kedatangan Islam pada abad ke-7
Menurut ahli W.P Groeneveldt, T.W Arnold, Syed Nagujid al-Attas, George Fadlo

Hourani, J.C van Leur, Hamka, dan Uka Tjandrassasmita. Berdasarkan pada salah satu
catatan cina dari dinasti tang, disebut bahwa “ Ta-Shih “ diidentifikasi sebagai “ Orangorang Arab “ yang menetap dipantai barat Sumatra

 Kedatangan Islam pada abad ke-13
Menurut ahli C.Snouck Hurgronje, J.P Mosquette, T.S Karen dan Haji Maafin
Salim. Didasari dari adanya penemuan arkeologis berupa batu nisan Malik al-Saleh
yang meninggal pada 696H (1297) . Data arkeologis tersebut dianggap sebagai batu
nisan tertua yang mencantumkan nama sultan pertama diwilayah tersebut. 1
2. Periode-Periode masuknya Islam di Indonesia
Dalam melacak sejarah pendidikan Islam di Indonesia baik segi pemikiran, isi
maupun pertumbuhan organisasi dan kelembagaannya, tidak mungkin dilepaskan dari
fase-fase yang dilaluinya. Fase-fase itu secara priodisasi dapat dibagi menjadi :
1)
2)
3)
4)

Periode kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam
Periode penjajahan Belanda
Periode penjajahan Jepang

Periode kemerdekaan

Perjalanan yang ditempuh dari periode ke periode berikutnya, baik dalam bentuk
informal maupun non formal, tampak adanya kesamaan dengan alur pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami atau ditempuh pada masa Nabi, Khulafaur Rasyidin dan
seterusnya. Hal ini dapat difahami, karena Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para
pedagang dari Timur Tengah, baik dari segi sistem, organisasi maupun
kelembagaanya.
Namun demikian tidak berarti, bahwa pendidikan Islam di Indonesia dalam arti
keseluruhan sama dengan yang ada di Timur Tengah. Lebih-lebih setelah merdeka,
maka sistem dan pola pendidikan Islam di Indonesia telah banyak mengalami
perubahan dan perkembangan yang sejalan dengan sistem dan pola pendidikan
1

nasional. Dengan perkataan lain bahwa sesudah Indonesia merdeka, pendidikan Islam
telah mengikuti alur kebijakan pendidikan nasional.
1) Periode kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam
a) Kerajaan Demak
Pada periode kerajaan Demak, sudah banyak masjid yang dibangun seperti masjid
Demak, Kudus, Ampel, Giri. Setiap wali atau tokoh-tokoh agama Islam pada zaman

dahulu selalu mendahulukan pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan
dan kemasyarakatan dengan demikian maka pendidikan agama “non formal” semakin
luas dan terarah.
Tujuan pendidikan agama pada masa kerajaan Demak dapat dirumuskan, minimal
sebagai berikut :
I.

II.

Pendidikan Agama bermaksud untuk mengajak manusia melakukan yang baik,
yaitu patuh mengamalkan ajaran agama secara sungguh-sungguh. Orang yang
benar dan sungguh-sungguh menjalankan suruhan dan menghentikan larangan
Allah berarti ia adalah orang yang baik. Pancaran kebaikan kepada Allah akan
menimbulkan pula sikap dan perbuatan yang baik kepada siapapun dan
dimanapun.
Tujuan pendidikan yang lain masa itu ialah untuk menjaga tradisi artinya sesuatu
yang dianggap penting dan diperlukan oleh keluarga dan masyarakat, harus
diturunkan dan diajarkan kepada anak cucu secara turun-menurun sebagai
generasi penerus.


b) Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang
didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang
kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah
(tahun 1444 M/ abad ke-15 H).
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada
zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan
bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih
berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana. Keterangan Ibnu
Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan
Pasai sebagai berikut:

1. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab
Syafi’I
2. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
3. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama
4. Biaya pendidikan bersumber dari Negara
Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta
kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di
Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi

dengan para alim pengetahuan agama, antara lain Amir Abdullah dari Delhi, dan
Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau
halaqah. Sistem halaqah yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru
duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap
guru.
c) Metode Pembelajaran dalam kerajaan islam
Beberapa cara pendekatan yang ditempuh oleh pada penyebar agama Islam yaitu
melalaui :
 Metode ceramah atau nasehat langsung : metode pendidikan dalam masjid atau
tempat berkumpul kaum muslimin digunakan ceramah atau nasehat langsung
 Uswatun Hasanah : penampilan pribadi yang anggun dan mengesankan dengan
penonjolan tingkah laku yang baik dan terpuji merupakan daya tarik yang amat
besar bagi para murid untuk di tiru dan diteladani, kemudian diamalkan.
 Metode kesenian : penggunaan kesenian wayang sebagai media dakwah
kepada masyarakat.
2) Periode Penjajahan Belanda
Pada periode penjajahan Belanda, Belanda mempelajari tentang sifat-sifat umat
muslim, keadaan umat Islam di Indonesia dengan segala aspeknya yang dipelajari Prof.
Snouck Hurgronje seorang sarjana sastra semit (Arab) yang telah lama belajar dan
berpengalaman di tanah arab dengan tujuan untuk menghadapi perlawanan umat Islam
yang dipelopori oleh raja dan ulama dan untuk menangani penyelesaian perang
Aceh.belanda mempelajarinya dan melaporkan hasil studinya itu kepada pemerintah
Belanda dan disertai saran-saran bagaimana harus berbuat dan menghadapi umat
Islam di Indonesia, agar penjelajahan Belanda bias lestari. Saran-saran berikut akhirnya
menjadi kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda terhadap Islam di Indonesia.
Saran-saran Hugronje sebagai berikut :

 Pemerintah hendaknya netral terhadap agama yaitu tidak campur tangan dan
tidak memihak kepada salah satu agama yang ada.
 Supaya Pemerintah Belanda membendung “pan Islamisme” yang sedang
berkembang di timur tengah, dengan jalan menghahalangi masuknya buku-buku
atau brosur lain dari luar Indonesia, mengawasi kontak-kontak langsung dan
tidak langsung tokoh-tokoh Islam Indonesia dengan tokoh luar, membatasi dan
mengawasi orang-orang yang pergi ke Mekah.
Semua saran Snouck Hurgronje ini merupakan pencegahan usaha masuknya
faham-faham pembaharuan yang radikal dari luar Indonesia. Dalam pelaksanaannya,
Pemerintah Belanda mengeluarkan berbagai peraturan untuk mempersempit ruang
gerak umat Islam, seperti Goroeordonantie dan Onderwijs Nerbod.
Praduga Pemerintah Belanda sesuai saran Snouck Hurgronje ternyata banyak
meleset. Banyak tokoh agama Islam yang mendapatkan brosur dan majalah terlarang
dari Timur Tengah atau bentuk pengaruh lain, jumlah jamaah Haji Indonesia tetap
melimpah, dan orang-orang Islam yang menjalankan pendidikan dibarat tidak
menghilangkan identitasnya sebagai muslim dan sebagai Bangsa Indonesia. Dan
banyak pesantren yang didirikan didesa terpencil dan jauh dari keramaian, meraka
menjauhkan diri dari belanda .
3) Periode Penjajahan Jepang
1
Penjajahan jepang atas Indonesia berlangsung sangat singkat yaitu kira-kira 3 2
tahun ( Maret 1942 – Agustus 1945 ).ditinjau dari kepentingan pendidikan masa
penjajahan jepang merupakan masa berlatih baik fisik maupun menta, yang akhirnya
menjadi modal dasar yang akan berkembang setelah Indonesia Merdeka. Misalnya
dasar-dasar kemiliteran yang diletakkan jepang sejak pembentukan PETA, HEIHO, dan
sebagainya, yang kemudian menjadi modal bagi pembentukan TNI ( Tentara Nasional
Indonesia). Bahkan pembinaan fisik dan olah raga (Taiso) juga diletakkan dasarnya
pada masa ini.
Pendidikan Islam agak terhambat akibat tekanan tentara Jepang, dibawah ancaman
bayonet tiap hari seluruh bangsa Indonesia, tidak terkecuali umat islam, harus
menundukan kepalanya dengan cara menundukan kepalanya dengan cara menghadap
Timur Laut untuk menghormati Tenno Heika sebagai putra dewa Amaterasu Umikami.
Banyak umat Islam yang menentang perlakuan jepang, namun tidak berhasil.
4) Periode Kemerdekaan

Kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan yang telah bertahun-tahun
lamanya terutama melalui berbagai organisasi pergerakan, baik social, agama, dan
politik. Oleh karena itu maka terwujudnya kemerdekaan adalah cerminan dari cita-cita
dan kehendak bangsa Indonesia tersebut. Dan dasar Negara “Pancasila” telah
disepakati. Pancasila dan UUD’45 inilah yang kemudian dijadikan pangkal otak
pengelolahan Negara dalam pembangunan bangsa Indonesia dan dijadikan asas
tunggal organisasi di Indonesia.
Untuk menangani masalah-masalah pendidikan dan kebudayaan, pemerintah
membuat departemen P dan K (kementerian pendidikan dan kebudayaan) begitu pula
untuk menangani masalah-masalah agama, telah dibentuk department agama. Dengan
demikian, maka pembinaan dan pengembangan bidang-bidang kehidupan dapat
dilakukan dengan lebih baik oleh kementerian yang bersangkutan. Sedangkan dipihakpihak lain yaitu organisasi-organisasi social, agama, politik dan sebagainya, harus
menyesuaikan programnya dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Demikianlah
bentuk kerja sama antara Pemerintah dan Masyarakat.
Tujuan agama dan tujuan pembangunan Nasional tidak berbeda atau tidak
bertentangan. Keduanya ingin mewujudkan kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Pembangunan Nasional dan agama menginginkan agar tiap warga dan tiap
pemeluknya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkembang potensi
manusiawinya secara seimbang, penuh dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi
oleh bangsa Indonesia. Tujuan tersebut tidak mungkin tercapai kecuali dengan
pendidikan dan pengajaran baik dari agama maupun umum. Agar arah kedua
pendidikan di Indonesia tidak menyimpang dari tujuan pembangunan Nasional, maka
semua bentuk pendidikan harus berasaskan filsafat bangsa Pancasila. System ini
kemudian dikenal dengan sistem pendidikan Nasional Indonesia. Dan dengan
sendirinya semua tujuan pendidikan di Indonesia, tidak boleh menyimpang dari
ketentuan dan tujuan pendidikan Nasional. Adapun tujuan pendidikan Nasional
dirumuskan dalam GBHN, sebagai berikut :
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
Pembangunan system Pendidikan Nasional ditangani oleh departemen P dan K,
sedangkan penanganan dibidang pendidikan Agama diserahkan kepada Departemen
Agama. Sejak itulah terjadi dualism pendidikan di Indonesia yaitu pendidikan Agama
dan pendidikan Umum. Satu pihak, Departrmen agama mengelola semua jenis

pendidikan baik disekolah agama maupun di sekolah umum, dan dipihak lain
Departemen P dan K mengelola pendidikan pada umumnya dan mendapatkan
kepercayaan untuk melaksanakan system pendidikan Nasional.
 Organisasi Islam pada Zaman Kemerdekaan
1. Muhammadiyah
Muhammadiyah (pengikut Muhammad) merupakan organisasi social dan
pendidikan, didirikan oleh Achmad Dahlan pada tahun 1912. Didirikan untuk menolak
status quo diantara masyarakat Islam di Kesultanan Yogyakarta di Hindia Belanda.
Achmad Dahlan menganggap masyarakat ini sebagai sinkretis dan akhlaknya merosot.
Karena itu ia meminta mereka kembali pada ajaran Qur’an dan sunah secara murni.
Muhammadiyah mengembangkan sistem pendidikan Islam untuk anak-anak dengan
mengajarkan baik mata pelajaran keagamaan maupun keduniaan dikelas-kelas secara
berjenjang. Karena menghindari keterlibatan langsung politik anti-pemerintah,
muhammadiyah mendapat subsidi pemerintah untuk sekolahnya. Muhammadiyah juga
giat menghimpun perkumpulan seperti, Aisyiyah (sesuai nama istri Nabi Muhammad
SAW) untuk wanita , Nasyi’atul Asyiyah untuk anak perempuan, dan Hizbul Wahtan
(Pembela Tanah Air) untuk pramuka, Muhammadiyah juga memiliki bidang
kesejahteraan social dengan sejumlah rumah sakit, klinik, dan Pati Asuhan dan melalui
lembaga ini muhamadiyah mempertinggi kesadaran beragama, pengetahuan praktis,
dan kecakapan berorganisasi bagi umat Islam setempat. Muhammadiyah mampu
menanamkan perasaan nasionalis yang kuat dan berhasil mengelola jaringannya
sampai akhir masa penjajahan Belanda.
Pada masa kini muhammadiyah menjadi salah satu organisasi pendidikan dan
social bernafaskan islam terbesar di Indonesia. Bertanggung jawab menyelenggarakan
lebih dari 12.000 lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai universitas
dan mempunyai sekolah swasta yang terbanyak di Indonesia dengan mutu yang
berwibawa.
2. Nahdlatul Ulama
Nahdatul Ulama (kebangkitan Ulama) merupakan sebuah organisasiyang didirikan
di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1344 H, sebagai reaksi
terhadap berdirinya gerakan reformasi dalam kalangan umat Islam Indonesia, dan
berusaha mempertahankan salah satu dari 4 madzab dalam masalah yang
berhubungan dengan fikh (hukum Islam), yaitu : madzab Hanafi, madzab Maliki,
madzab Syafii, dan madzab Hambali.NU memahami hakekat ahlus Sunnah Wal
Jama’ah sebagai ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh

Rasulullah bersama para sahabatnya. Motivasi utama berdirinya Nahdlatul Ulama
adalah untuk mengorganisasikan potensi dan peranan ulama pesantren yang sudah
ada, untuk ditingkatkan kembali. Bagian yang menangani pendidikan dan pengajaran
adalah Daruk Ma’arif.lembaga pendidikan yang diasuh oleh NU telah tersebar
keseluruh Indonesia. Berdasarkan hasil rapat kerja Ma’arif tahun 1978 dan program
kerja Ma’arif antara lain :
1. Pemantapan system pendidikan Ma’arif, yaitu :
a) Tujuan pendidikan Ma’arif
 Menumbuhkan jiwa pikiran dan gagasan yang dapat membentuk pandangan
hidup bagi anak didik sesuai dengan ajaran ahlus sunnah wal jama’ah.
 Menanamkan sikap terbuka, watak mandiri, kemampuan berkerja sama
dengan pihak lain untuk lebih bai, keterampilan menggunalkan ilmu dan
teknologi yang semuanya adalah pengapdian diri kepada Allah SWT.
 Menciptakan sikap hidup yang berorientasi kepada kehidupan duniawi dan
ukhrowi sebagai sebuah kesatuan
 Menanamkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai
ajaran dinamis

2.
3.
4.
5.

b) Penataan kembali organisasi Ma’arif
c) Mengkaitkan pelajaran agama disekolah Ma’arif dengan persoalan-persoalan
hukum lingkungan hidup solidaritas social, wiraswasta dan sebagainya
d) Secara makro membelikan porsi yang lebih besar terhadap pendidikan nonFormal
Peningkatan Organisasi Ma’arif
Penyediaan data dan informasi tentang sekolah-sekolah Ma’arif
Penerbitan
Peningkatan mutu guru Ma’arif

3. Persatuan Islam (persis)
Persatuan Islam atau Persis didirikan dibandung pada tanggal 17 september 1923
oleh K.H. Zamzam. Tujuan persisi ialah mengembalikan umat Islam kepada tuntunan
Al-Quran dan Al-Hadist. Usaha yang dilakukan adalah menyelenggarakan pendidikan
berupa madrasah, Pondok pesantren dan Tabligh baik secara lisan maupun tulis.
Majalah yang diterbitkan oleh Persis berjudul “Pembela Islam” adalah majalah yang
paling berpengaruh pada waktu itu.
4. Al Washliyah

Al’Washliyah didirikan pada tanggal 30 November 1930 di medan . Perkumpulan ini
bertujuan melaksanakan tuntutan agama Islam untuk kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Usaha yang dilakukan yaitu memperbanyak tabligh, tadzakir ,pengajian dan
mendirikan Perguruan.
5. Daru Da’wah Wal Irsyad (DDI)
Perkumpulan Daru Da’wah Wal Irsyad (DDI) didirikan di Watang Sopeng Sulawesi
pada tanggal 7 Febuari 1947. Kumpulan ini berdasarkan syariat Islamiyah dan
berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Tujuan didirikannya perkumulan ini adalah
untuk memajukan kecerdasan umum, menuntut umat melaksanakan ajaran Islam dan
memelihara persatuan kaum Muslimin serta perdamaian dalam Masyarakat.

BAB 3
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

A. Mesjid dan surau
Mesjid berasal dari bahasa arab, yang berarti “tempat sujud” atau “ setiap tempat
yang digunakan untuk beribadah “mesjid, juga berarti “ tempat shalat berjama’ah “ atau
“ tempat sholat untuk umum (orang banyak) “.
Surau atau langgar adalah semacam masjid dalam sekala lebih kecil dengan fungsi
yang terbatas. Surau merupakan tempat sholat dan sholat berjama’ah , dan tempat
mengaji bagi anak-anak.
Mesjid dan surau atau langgar merupakan sarana yang pokok dan mutlak bagi
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat islam. Oleh karena itu dapat diduga
bahwa semenjak terbentuknya komunitas-komunitas muslim yang tersebar diberbagai
daerah pantai dan di pusat-pusat perdagangan di Indonesia, mesjid dan surau telah
didirikan bersama dengan terbentuknya komunitas-komunitas tersebut, sebelum
berdirinya kerajaan-kerajaan islam.
Surau dan masjid merupakan lembaga pendidikan yang pertama dibentuk dalam
lingkungan masyarakat muslim.sebagai lembaga pendidikan surau dan masjid
berfungsi sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga. Agar selanjutnya anak
mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dalam masyarakat dan
lingkungannya.pendidikan disurau dan masjid sebagai pendidikan tingkat dasar disebut
juga sebagai pengajian al-quran

B. Pondok Pesantren
Pengerian dasar pesantren adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok
berarti rumah/tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bamboo. Kata pondok juga
berasal dari bahasa arab “Funduq” yang berarti hotel atau asrama. Dan kata santri yang
menjadi kata dasar pesantren, ada yang mengatakan berasal dari bahasa Tamil, yang
berarti guru mengaji.kelangsungan hidup suatu pesantren amat tergantung kepada
tokoh kyai atau guru yang memimpin, meneruskan dan mewariskan nya. Jika pewaris
menguasai sepenuhnya pengetahuaan keagamaan, keterampilan mengajar serta
kekayaan lainnya yang diperlukan maka umur pesantren akan lanjut. Sebaliknya
pesantren akan mundur dan mungkin hilang, jika pewaris kyai yang mewarisinya tidak
memenuhi persyaratan. Santri yang diakui telah tamat biasanya diberi izin oleh kyai
untuk membuka dan mendirikan pesantren baru disaerah asalnya. Dengan begitu
pesantren-pesantren berkembang diberbagai daerah, dan pesantren asal dianggap
sebagai pesantren induknya.
Ciri khas pesantren dan sekaligus menunjukan unsur-unsur pokoknya yang
membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu :
 Adanya pondok tempat tinggal kyai bersama para santrinya
 Adanya masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar
(pengajian)
 Adanya santri yang bertempat tinggal secara tetap dalam jangka waktu lama
 Adanya kyai yang menjadi tokoh sentral dalam pesantren yang memberikan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik (dalam pengertian merupakan kelanjutan
dari pengajian Al-Quran)
Santri yang merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, biasanya terdiri dari 2
kelompok, yaitu :
 Santri mukim, ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam pondok pesantren
 Santri kalong, ialah santri yang berasal dari desa-desa disekitar pesantren dan
biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah
masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.
Perbedaan antara pesantren besar dan kecil biasanya terletak pada komposisi atau
perbandingan antara kedua kelompok santri tersebut. Pesantren-pesantren besar
mempunyai jumlah santri mukim yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah santri
kalong. Sedangkan pondok pesantren kecil mempunyai lebih banyak santri kalong.

Pesantren memberikan arah dan merupakan jiwa dari pendidikan pesantren,
yaitu :
 Pendidikan di pesantren bukan semata-mata memperkaya pikiran santri dengan
berbagai macam pengetahuan dan informasi serta penjelasan-penjelasan dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan keagamaan, tetapi juga bertujuan untuk
mempertinggi moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai
spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan
bermoral, dan menyiapkan para santri untuk hidup sederhana dan bersih hati,
serta menerima etik agama diatas etik-etik lainnya
 Dalam hubungannya dengan kewajiban menuntut ilmu, ditekankan bahwa
belajar dipesantren tujuannya bukanlah untuk mengejar kekuasaan, uang, dan
keagungan duniawi tetapi ditanamkan kepada mereka, bahwa belajar adalah
semata-mata kewajiban agama dan ibadah kepada Allah
 Dalam hubungannya dengan kehidupan duniawi pesantren mengadakan
berbagai latihan untuk dapat hidup mandiri dan tidak menggantungkan diri
kepada orang lain, kecuali kepada Allah SWT

C. Madrasah
Madrasah dalam bahasa Arab, yang berarti tempat untuk belajar.padanan madrasah
dalam bahasa Indonesia adalah “sekolah”, dengan konotasi yang khusus, yaitu
sekolah-sekolah agama Islam.
Madrasah mulai didirikan dan berkembang didunia Islam sekitas abad ke 5 Hijriyah
atau abad ke 10 atau 11. Pada masa itu ajaran agama Islam telah berkembang secara
luas dalam berbagai macam aliran atau madzab dan pemikirannya. Pembidangan ilmu
pengetahuan tersebut, bukan saja meliputi ilmu-ilmu yang berhubungan dengan AlQuran dan Al-Hadist, namun mempelajari tentang ilmu filsafat, astronomi, kedokteran,
matematika dan berbagai bidang ilmu-ilmu alam dan kemasyarakatan.
Madrasah yang pertama kali didirikan di dunia Islam adalah Madrasah Nizhamiyah,
yang didirikan oleh Nisham al-mulk seorang pengusaha dari bani Saljuk. Madrasah ini
mula-mula didirikan di Badhdad, kemudian berkembang dengan pesatnya, dan hampir
disemua kota dalam wilayah kekuasaan Islam pada masa itu, berdiri madrasahmadrasah Nizhamiyah. Lalu berdirilah madrasah lainnya.
Madrasah yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah Madrasah Adabiyah di
Padang,Sumatra Barat. Yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909.
Nama resminya pada masa itu adalah Adabiyah School. Masa itu memang pengertian

madrasah dan sekolah sama saja, tetapi penggunaan istilah madrasah nampaknya
belum dikenal secara umum. Madrasah Adabiyah pada mulanya bercorak agama
semata-mata, tetapi pada tahun 1915 berubah coraknya menjadi H.I.S (Holand Inland
School) Adabiyah. HIS Adabiyah merupakan sekolah pertama yang memasukan
pelajaran agama kedalamnya
Banyak yang mengatakan bahwa abad ke 20 adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan madrasah diseluruh Indonesia, dengan nama dan tingkat yang
bervariasi.
Sejak pertumbuhannya madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mandiri,
tanpa bimbingan dan bantuan pemerintahan colonial belanda. Setelah Indonesia
merdeka, madrasah dan pesantren mulai mendapatkan perhatian dan pembinaan dari
pemerintahan republic Indonesia.
System pendidikan dan pengajaran yang digunakan dimadrasah adalah perpaduan
antara system pada pondok pesantren dengan system yang berlaku pada sekolahsekolah modern.proses perpaduan tersebut berlangsung secara berangsur-angsur,
mulai dan mengikuti system klasikal. System pengajian kitab, diganti dengan bilangbidang pembelajaran tertentu, walaupun masih menggunakan kitab lama.kurikulum
madrasah masih mempertahankan agama sebagai mata pembelajaran pokok,
walaupun dengan persentase yang berbeda. kriteria yang ditetapkan oleh Menteri
Agama untuk madrasah yang berada dalam wewenangnya adalah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit enam jam
seminggu.contoh kurikulum ini diambil dari rekapitulasi kurikulum madrasah yang
berlaku di Minangkabau, Sumatra Barat. Karena dari sanalah mulai tumbuh dan
berkembangnya madrasah-madrasah modern dikemudian hari. Struktur madrasah pada
masa itu (sekitar tahun 1930-1940), dapat dituturkan sebagai berikut :
1. Madrasah Awaliyah, setingkat dengan sekolah Desa, lama belajar 3 tahun, dan
menerima murid/anak-anak berumur enam tahun.
2. Madrasah Ibtidaiyah, setingkat dengan Schakel School, lama belajar 4 tahun,
setelah madrasah awaliyah
3. Madrasah Tsanawiyah, sejajar dengan sekolah Mulo, merupakan lanjuran dari
Madrasah Ibtidaiyah, dengan lama belajar 3 tahun
4. Madrasah Mu’alimin, seperti Normal School, atau guru Islam, dengan lama
belajar 3 atau 4 tahun setelah Madrasah Tsanawiyah
5. Madrasah Islam Tinggi Padang, didirikan tahun 1940.
Lalu sekitar tahun 1975, Pemerintah mendirikan madrasah Negri, secara lengkap dan
terperinci, baik dalam penjejangan maupun materi kurikulum serta system

penyelenggaraan.materi kurikulum pendidikan Agama ditetapkan secara terperinci,
dengan perbandingan 30% pembelajaran Agama dan 70% pelajaran pengetahuan
umum. Pihak-pihak penyelenggara madrasah diharapkan dapat mencontoh dan
memperdomani ketentuan-ketentuan penyelenggaraan madrasah, dan dengan
demikian diharapkan akan tercapai keseragaman mutu dan kualitas madrasah.
Penjenjangan Madrasah tersebut ditetapkan sebagai berikut :
1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), merupakan madrasah tingkat dasar, setingkat
dengan Sekolah Dasar Negri (SDN) dengan lama belajar 6 tahun.
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), merupakan madrasah menengah tingkat
pertama, yang setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dengan
lama belajar 3 tahun, sesudah MIN
3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN), merupakan madrasah Menengah Tingkat Atas,
setingkat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan lama belajar 3 tahun,
setelah MTsN

D. Sekolah dan Perguruan Islam
Sekolah dan perguruan tinggi cenderung menggunakan system pendidikan sekolah
umum yang memberikan pelajaran umum dalam porsi lebih besar disamping pelajaran
agama Islam.
Tumbuh dan perkembangnya sekolah dan perguruan Islam sejak masa sebelum
zaman penjelajahan Belanda lebih banyak didorong oleh jiwa Nasionalisme dan rasa
beranggung jawab yang besar terhadap agama dan bangsa disamping
mempertahankan eksistensinya dari tindasan penjajah, beberapa sekolah dan
perguruan Islam yang telah dan berkembang pada masa penjajahan Belanda, yaitu :
1. Sekolah Adabiyah
Sekolah Adabiyah pertama kalinya lahir dari lingkungan umat Islam Indonesia untuk
merombak system pendidikan tradisional di daerah Minangkabau. Ia didirikan pada
tahun 1909 dipadang. Pada saat didirikan jumlah muritnya sekitar 20 orang yang
kebanyakan berasal dari keluarga pedagang setempat. Disekolah Adabiyah pelajaran
agama Islam dan Al-Qur’an merupakan pembelajaran wajib.
Pada tahun 1915 sekolah ini mengganti namanya menjadi Hollandse Maleische
School Adabiyah menyusul penerimaan sebsidi dari pemerintah Belanda. Kepala
sekolahnya pada waktu itu adalah seorang Belanda, dan sejak saat itu pula
pembelajaran agama kurang diperhatikan

2. Perguruan
Perguruan Thawalib adalah perguruan Islam yang cukup berpengaruh di Daerah
Minangkabau. Sekolah ini bermula dari sebuah surau yang biasa disebut Surau
Jembatan Besi. Pelajaran agama utama yang diajarkan adalah Fiqih dan tafsir AlQur’an. Mulai tahun 1904 pelajarannya yang diberikan selain Fiqih dan tafsir Al-Qur’an
yaitu kemampuan Bahasa Arab dan Hadist.
3. Perguruan Diniyah
Perguruan Diniyah didirikan pada tahun 1915 atas inisiatif Zainudin labia, dengan
menggunakan system ko-edukasi yang dicontoh dari kebiasaan yang berlaku di
sekolah-sekolah Pemerintah.
4. Sekolah Dasar Jamiat Khair
Sekolah ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905 oleh Al-Jam’iyat alKhairiyah suatu organisasi Islam yang mayoritas anggotanya adalah orang Indonesia
keturunan Arab. Sekolah dasar Jamiat Khair bukan lembaga pendidikan yang sematamata bersifat agama, tetapi ia merupakan sekolah dasar biasa. Sekolah ini
mengajarkan pelajaran umum seperti : berhitung, sejarah Islam, dan ilmu bumi. Bahasa
pengntar adalah bahasa Indonesia (melayu) karena lingua franca dikalangan anak-anak
keturunan Arab di Indonesia adalah bahasa Melayu atau bahasa Daerah. Bahasa
Belanda tidak digunakan disekolah ini, dan diganti dengan bahasa Inggris sebagai mata
pelajaran wajib. Siswa disekolah ini ada dari kalangan keturuna Arab dan ada juga
anak-anak pribumi dari berbagai daerah.
5. Sekolah Muhammadiyah
Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah banyak mendirikan sekolah. Karena
banyak anggota Persyarikatan menyadari bahwa pendidikan yang diselenggarakan
pemerintahan colonial tidak memuaskan rakyat khususnya umat Islam.
Sampai saat ini tercatat puluhan ribu sekolah yang diselenggarakan oleh
Muhammadiyah dan tersebar diseluruh kawasan Nusantara mulai dari jenjang
Prasekolah (taman Kanak-kanak/Bursthanul Athfal), sampai Perguruan Tinggi (Institut
dan Universitas).
6. Sekolah Nahdlatul Ulama
Organisasi social keagamaan lain yang terkenal dengan berbagai lembaga
Pendidikannya adalah Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan pada tanggal 31 Januari
1926 diSurabaya Jawa Timur. Sekolah yang didirikan NU memasukkan pengetahuan

umum ke dalam Madrasahnya, seperti madrasah Salafiyah Dewasa ini terkenal dengan
nama Pondok Pesantren Tebuiring Jombang, mengajarkan pelajaran membaca dan
menulis huruf latin, bahasa Indonesia, ilmu Bumi, sejarah Indonesia, berhitung. Sekolah
ini mengunakan buku-buku yang dicetak dengan huruf latin, walaupun semula usaha ini
mendapat tantangan dan reaksi dari para ulama dan orang tua santri.
Namun akhirnya pembaruan system pendidikan sekolah dikalangan NU ini dapat
diterima oleh Jama’ah. Sekolah NU telah berkembang dan tersebar di seluruh
Indonesia mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan Tinggi, dan
berada dibawah kelolaan bagian pendidikan dan pengajaran NU (Al-Ma’arif)
7.Perguruan Al-Jami’iyatul Washliyah
Organisasi islam lain yang juga banyak bergerak dibidang pendidikan adalah
perkumpulan Al-Jami’iyatul Washliyah yang didirikan di Medan pada tanggal 30
November 1930. Perkumpulan ini bertujuan melaksanakan tuntutan agama Islam untuk
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Usaha yang dilakukan yaitu memperbanyak
tabligh, tadzakir ,pengajian dan mendirikan Perguruan.

E. Majlis Ta’lim
Bentuk pengajarannya berupaya untuk menyiarkan dan mengembangkan Islam
dengan bentuknya yang khas, banyak berkembang baik di Desa maupun kota-kota
besar. Majlis yang berarti tempat duduk, tempat siding, dewan dan ta’lim yang berarti
pengajaran.
Secara teoritis Majlis Ta’lim adalah pendidikan non-formal yang diteratur diluar
system formal dan dilakukan terpisah atau sebagai bagian yang penting dari kegiatan
yang lebih luas, untuk melayani peminat dan mencapai tujuan belajar tertentu. Melalui
sifat penyampaiannya terdapat 3 macam pendekatan, yaitu : paksaan (force), bujukan
atau ajakan (persuation), dan menimbulkan kesadaran atau pengertian
(stimulation).didalam usaha pembinaan mental spiritual, jalur paksaan kurang tepat
digunakan sebab keyakinan khususnya agama tidak dapat dipaksakan, dan akan
menimbulkan ekses yang kurang menguntungkan. Adapun 2 cara pendekatan yang lain
yaitu Persuation dan Stimulation baik untuk dipergunakan, sehingga diharapkan
tercapainya kontinuitas dan keabadian keyakinan. Melalui ajakan dari membangkitkan
pengertian serta kesadaran adalah cara yang baik dipergunakan dalam pembinaan
mental spiritual umat. Dalam hal ini majlis ta’lim dipandang efektif, karena ia dapat
mengumpulkan banyak orang dalam satu waktu. Pembicara dan pesertanya dapat
bertatap muka secara missal.

DAFTAR PUSAKA
1. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel, 1986
2. seni budaya & warisan Indonesia,
3. Agama dan Upacara, Indonesia Heritage vol 9
4. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Drs. Musthofa Kamal B.Ed. dkk , 1976
5. Tentang GBHN, Tap MPR No.II , 1983
6. Pertumbuhan dan perkembangan Nahdlatul Ulama,, penerbit Jatayu, solo, 1985
7. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Muhmud Yunus , 1982
8. Sejarah Pendidikan , Jumhur , 1959