Fenomena Lintas Budaya dalam Khazanah Ku

FENOMENA LINTAS BUDAYA
DALAM KHAZANAH KULINER NUSANTARA
THE CROSS CULTURE PHENOMENON
IN INDONESIAN CULINARY
Setyoningsih Subroto
Prodi S1 Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro, Semarang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Sejak ratusan tahun yang lalu, Indonesia kerap didatangi oleh orang-orang asing dari
berbagai negara. Orang-orang tersebut datang dengan berbagai tujuan, mulai dari
berdagang hingga melakukan penjajahan. Ketika datang dan hidup di Indonesia selama
beberapa waktu, tentu orang-orang tersebut membawa kebudayaan dari negara mereka
masing-masing. Tak pelak, kondisi tersebut memunculkan fenomena lintas budaya dalam
berbagai aspek, salah satunya adalah kuliner. Perkembangan ragam kuliner nusantara
tentu tak dapat dipisahkan dari kehadiran orang-orang asing yang pernah menetap di
Indonesia. Fenomena lintas budaya yang terjadi menciptakan suatu keunikan tersendiri
dalam kuliner Indonesia.
Kata kunci: lintas budaya, orang asing, kuliner

ABSTRACT

From many years ago, Indonesia has always visited by foreigners from many
countries. They came with several purposes, such as selling and also colonizing.
When they came and live in Indonesia for several times, off course they also bring
their cultures. That condition bring out a cross culture phenomenon in many
sides, and one of them is culinary. The growth of Indonesian culinary can’t be
separated from foreigners who had been lived in Indonesia. The cross culture

1

phenomenon which happen

already created a uniqueness inside Indonesian

culinary.
Keyword: cross culture, foreigner, culinary
I. PENDAHULUAN
Sejarah mencatat bahwa Indonesia

mereka


yang

kemudian

menikah

kerap kali didatangi oleh bangsa asing

dengan pribumi. Banyak hal yang harus

sejak zaman kerajaan. Bangsa-bangsa

mereka

asing tersebut umumnya datang dari

berdampingan

benua


Spanyol,

setempat. Mulai dari gaya hidup, cara

Belanda, dan Inggris) serta Asia (India,

berkomunikasi, hingga urusan yang

Cina, Arab, dan Jepang). Kekayaan

sangat manusiawi, yakni makanan.

alam serta keramahan pribumi menjadi

Mereka tentu tidak langsung bisa

daya tarik bagi bangsa-bangsa asing

menyantap makanan Indonesia. Hal


tersebut untuk datang ke Indonesia.

tersebut seperti yang ditulis Rosihan

Sudah menjadi pengetahuan umum jika

Anwar dalam bukunya:

Portugis

”Walraven

Eropa

(Portugis,

terkesan

akan


kekayaan

selaraskan

ketika

dengan

tidak

doyan

hidup

masyarakat

makanan

rempah-rempah di bumi khatulistiwa.


Indonesia. Dia tidak mau makan nasi,

Dan siapa pula yang tak tahu jika

harus makan roti, keju, worst, kentang,

selama 3,5 abad Indonesia berada di

dan makanan Eropa lain, barulah dia

bawah

merasa puas1”

penjajahan

Belanda.

Lain


halnya dengan India dan Cina yang

Butuh waktu bagi bangsa-bangsa

datang untuk berdagang dan juga Arab
yang

datang

untuk

asing tersebut untuk bisa beradaptasi

menyebarkan

dengan

agama.
Bangsa-bangsa


asing

Ketika

itu

tentu

yang

ada

di

Indonesia. Karena tentu tidak setiap

tersebut

hari mereka bisa menyantap menu dari


menetap di Indonesia selama beberapa
waktu.

makanan

negara mereka akibat perbedaan bahan

mereka

makanan yang ada.

berinteraksi, beradaptasi, dan membaur
dengan kebiasaan hidup masyarakat

1

Rosihan Anwar. Sejarah Kecil “Petit
Histoire” Indonesia, Volume 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas. 2004. Hal. 149


setempat. Bahkan banyak di antara

2

Seiring berjalannya waktu, akhirnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

bangsa-bangsa asing tersebut ada yang

III.1

Pengaruh Belanda

bisa menyantap menu-menu Indonesia.

Dalam kuliner Indonesia, pengaruh

Namun banyak juga di antara mereka


Belanda paling terlihat dalam masakan

yang akhirnya sedikit memodifikasi

Jawa. Pulau Jawa merupakan teritori

menu dari negara mereka masing-

yang paling diperhatikan oleh Belanda,

masing agar tetap sesuai dengan selera

maka dari itu banyak dari mereka yang

dan

menjadikan Pulau Jawa sebagai tempat

menyesuaikan

dengan

bahan

makanan yang ada di Indonesia.
Tulisan

untuk

pertemuan antara pribumi (Jawa) dan

mengulas ragam kuliner nusantara yang

Belanda menghasilkan suatu kehidupan

banyak dipengaruhi oleh budaya dari

sosial

bangsa-bangsa

Berakhirnya kekuasaan VOC pada

Belanda

ini

bemukim. Tidak heran jika akhirnya

dan

bertujuan

asing
Cina)

(khususnya

yang

berbeda.

pernah

1799 menjadi fase penting dalam

menetap. Fenomena lintas budaya yang

menciptakan perubahan sosial budaya

terjadi membuat Indonesia kaya akan

seiring munculnya kekuasaan politik

macam kuliner. Baik kuliner khas asli

Hindia Belanda (Pax Neerlandica)

Indonesia

pada awal abad ke-192.

maupun

yang

budaya

yang

sudah

mendapat pengaruh dari bangsa-bangsa

Banyak pria-pria Belanda yang

asing yang pernah menetap.

tinggal bersama dengan perempuan
pribumi (Jawa) atau biasa disebut Nyai.

II. METODOLOGI

Di antara para Nyai tersebut ada yang

Tulisan ini menggunakan metode
kualitatif

dengan

pendekatan

secara

non-

resmi

Belanda,

ada

dinikahi
juga

oleh
yang

pria
hanya

interaktif, yakni analisis sejarah. Data

dipekerjakan

yang digunakan adalah data sekunder,

pembantu. Ketika tinggal bersama Nyai

yakni

itulah

Analisis

buku,

sejarah

mengetahui
kuliner

jurnal,

digunakan

sejarah

Indonesia

serta

artikel.

para

sebagai
pria

pelayan
Belanda

atau
mulai

untuk

membiasakan diri dengan nuansa hidup

perkembangan

Jawa. Sudah menjadi kodrat bagi pria

yang

banyak

untuk dilayani, pun begitu dengan para

dipengaruhi oleh bangsa-bangsa asing,
2

Fadly Rahman. Rijsttafel: Budaya Kuliner di
Indonesia Masa Kolonial 1870-1942. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2011. Hal. 16

khususnya Belanda dan Cina.

3

pria Belanda yang membutuhkan Nyai

menu tersebut. Bahan utama dari Sup

untuk

Sohun Belanda tentunya adalah mie

mengurus

segala

keperluan,

tentunya yang paling utama adalah

sohun

urusan makan. Kehidupan bersama

pendamping

Nyai

Eropa

merah, daun bawang, dan susu. Dari

(Belanda) terbiasa dengan makanan

bahan-bahan tersebut, yang memberi

dan masakan pribumi (Jawa) meski

cita rasa Belanda adalah campuran

tentunya mereka membutuhkan waktu

kuning telur dan susu. Pada menu

untuk menyesuaikan dengan lidah dan

Hollandsche

cita rasa makanan dan masakan Jawa3.

Kacang Polong Belanda) lagi-lagi

membuat

para

pria

Ada banyak makanan Indonesia

atau

mendapat

bihun,
telur

dengan
ayam,

Erwtensoep

pengaruh

Cina,

bahan
bawang

(Sup
dengan

yang sebenarnya mendapat pengaruh

adanya kaki babi (Varkenspoot) pada

Belanda, namun dalam tulisan ini

komposisinya. Penggunaan daging babi

hanya akan dibatasi pada sup dan bistik

alih-alih daging sapi merupakan ciri

saja. Pada mulanya sup diperkenalkan

khas kuliner Cina. Bahan makanan lain

oleh orang Belanda pada abad ke-19

adalah kacang polong (bahan utama),

dalam jamuan makan. Merujuk pada

bawang,

suatu sumber referensi, terdapat 2 (dua)

(Erwtensoep).

resep sup yang mendapat pengaruh
Belanda,

yaitu

seledri,

dan

kapri

Bistik, jika di Barat umumnya

Hollandsche

disebut steak. Kata bistik sendiri

Vermicellisoep (Sup Sohun Belanda)

sebenarnya merupakan saduran dari

dan Hollandsche Erwtensoep (Sup

bahasa Belanda yakni biefstuk. Bistik,

Kacang Polong Belanda).

seperti

laiknya

steak,

merupakan

Pada menu pertama dapat dilihat

olahan daging (umumnya sapi) dengan

bahwa ada pengaruh dari negara lain

pendamping berupa kacang polong,

selain Belanda. Penggunaan bahan

wortel, dan kentang. Berikut ini ada 2

makanan sohun atau bihun sudah jelas

(dua) menu bistik yang mendapat

menggambarkan pengaruh Cina pada

pengaruh Belanda, yakni Biefstuktjes
(Bistik) dan Bistik Djawa.

3

Anik Susanti dan Sri Mastuti Purwaningsih.
“Akulturasi Budaya Belanda dan Jawa (Kajian
Historis pada Kasus Kuliner Sup dan Bistik
Jawa Tahun 1900-1942)”. AVATARA, eJournal Pendidikan Sejarah. Oktober 2013.
Hal. 454

Orang Jawa tentunya mengerti
perihal

bistik

dari

orang-orang

Belanda. Zaman dahulu, bistik dikenal

4

sebagai

makanan

yang

memiliki

Jawa adalah cita rasa manis, yang

tampilan lain dari yang lain (tidak

terdapat dalam saus bistik tersebut.

biasa) oleh orang Jawa. Pada masa

Rasa manis dari kuah semur ini

kolonial, cara masak bistik diadopsi

merupakan bentuk akulturasi dari resep

oleh pribumi (Jawa) yang bekerja

masakan bistik orang Belanda4.

sebagai pelayan di rumah orang-orang

3.2 Pengaruh Cina

Belanda. Sejatinya cara memasak bistik
Belanda sangatlah sederhana, yakni

Masyarakat Indonesia tentu sudah

cukup diberi bumbu, dipanggang, baru

akrab dengan berbagai masakan seperti

kemudian disajikan di piring dengan

mi, bakso, hingga cap cay. Masakan-

berbagai hiasannya. Pribumi (Jawa)

masakan tersebut dapat dijumpai dalam

yang

kemudian

keseharian masyarakat Indonesia, baik

memodifikasi cara masak tersebut.

di warung kaki lima, pujasera, restoran

Daging bukan dipanggang, namun

mewah, atau dimasak sendiri di rumah.

digoreng. Pun dengan perpaduan bahan

Sejatinya, masakan-masakan tersebut

masak, yakni adanya pala, merica,

berasal dari daratan Tirai Bambu dan

hingga kecap manis yang mencitrakan

masuk ke Indonesia sejak ratusan tahun

selera lidah orang Jawa. Sehingga

yang lalu. Seperti halnya masakan

pengaruh Jawa dapat dilihat dari cara

Belanda yang dimodifikasi sedemikian

pengolahan dan juga bahan masaknya.

rupa agar sesuai dengan selera orang

mengadopsi bistik

Indonesia, hal tersebut juga berlaku

Pada Bistik Djawa, pengaruh

untuk masakan-masakan dari Cina.

Jawa begitu kental terasa, mulai dari
cara pengolahan hingga penyajian.

Mi merupakan makanan asli dari

Daging digiling terlebih dahulu baru

Cina dan sangat populer di kawasan

kemudian

Asia.

dihaluskan,

sangat

Bersamaan

dengan

misi

menunjukkan cara orang Jawa dalam

penyebaran agama dan perdagangan,

mengolah masakan daging. Pada saat

bangsa

penyajian,

para

hingga ke wilayah Nusantara5. Di

pendampingnya (kentang, wortel, dan

Indonesia, terdapat banyak varian mi

sayuran) ditata di atas piring baru

4

daging

beserta

Cina

memperkenalkan

mi

Anik Susanti dan Sri Mastuti Purwaningsih.
Op Cit. Hal. 459
5
Intisari. Wisata Jajan Bandung Favorit
Keluarga. Jakarta: Kompas Gramedia. 2010.
Hal. 122

kemudian disiram dengan kuah semur
manis sebagai saus. Ciri khas masakan

5

yang menunjukkan fenomena lintas

“Bak” artinya daging babi dan “so”

budaya Cina dan Indonesia. Uniknya,

artinya mi dan sup6. Memang pada

tiap

memiliki

dasarnya bakso menggunakan daging

varian mi sendiri, seperti; Mi Aceh, Mi

babi, seperti umunya hidangan khas

Ayam, Bakmi Jawa, Mi Jakarta, dan

Cina. Namun di Indonesia daging babi

masih banyak lagi. Sehingga tidak

diganti dengan daging sapi, bahkan saat

salah jika menyebut mi dianggap

ini sudah terdapat banyak varian bakso

sebagai salah satu makanan pokok oleh

dari berbagai bahan. Contohnya saja

orang Indonesia.

daging ayam, ikan tenggiri, hingga

daerah

seakan-akan

Berbagai

varian

mi

tersebut

udang.

menunjukkan perpaduan antara bahan

Seperti halnya mi, bakso juga

masakan utama (mi) yang berasal dari

dapat dengan mudah ditemui di mana

Cina dan bahan-bahan masakan asli

saja.

Indonesia.

teksturnya

Cara

memasak

dan

Rasanya

yang

yang

nikmat

unik

dan

membuat

menyantap hidangan pun mengadopsi

siapapun jatuh hati pada kelezatannya.

dari Cina. Contohnya saja di beberapa

Di Indonesia, ketika menyantap bakso

restoran

yang

umumnya ditemani dengan berbagai

menyediakan chinese food, umumnya

pelengkap seperti kecap manis, saus

koki atau juru masak saat sebelum

tomat,

memasak akan menyiapkan bahan-

Penggunaan

bahan makanan yang dijadikan satu

tersebut menunjukkan cara menyantap

dalam suatu piring sesuai menu yang

orang

dipesan. Setelah piring yang berisi

menambahkan

bahan-bahan makanan tersebut siap,

hidangannya.

barulah

atau

warung

dimasukkan

dalam

Untuk

cara

hingga

berbagai

Indonesia

kerupuk.
pelengkap

yang
sesuatu

gemar
dalam

IV. PENUTUP

penggorengan atau piranti memasak
lainnya.

sambal,

1. Kesimpulan

menyantap

Kehadiran orang-orang asing sejak

hidangan, sudah umum jika menemui

ratusan tahun yang lalu membawa

sumpit sebagai alat makan di berbagai

berbagai dampak, baik negatif maupun

warung mi atau resto chinese food.

positif.

Bakso, sesungguhnya merupakan

Dampak

positifnya

yakni

kehadiran orang-orang asing tersebut

kata yang berasal dari bahasa Cina.

6

6

Ibid. Hal. 119

mampu memberi keragaman dalam

terlalu

varian kuliner nusantara, khususnya

negara-negara

dari Belanda dan Cina. Berbagai hal

zaman

seperti

bahan

kebanggaan akan kearifan lokal. Kini

makanan, hingga cara menyantap pun

saatnya bagi generasi muda untuk

banyak yang mendapat pengaruh dari

menumbuhkan jiwa nasionalisme dan

kedua negara tersebut. Mulai dari

tidak terlalu terpengaruh dengan gaya

jajanan hingga makanan besar banyak

hidup negara lain, khususnya dari

yang menunjukkan perpaduan antara

Barat. Jika kearifan lokal yang sudah

Indonesia dengan Belanda dan Cina.

memudar bisa terpupuk lagi dengan

teknik

memasak,

Penggunaan bahan-bahan masakan

menuju

bentuk

mampu

orang

sudah

pengaruh

lain.

dari

Perkembangan

sedikit

mengikis

baik, niscaya Indonesia akan berjalan

lokal sebagai pengganti merupakan
adaptasi

melibatkan

Indonesia

cahaya

kebanggaan

bersaing

yang

di

kancah

dengan

tetap

terhadap menu-menu dari Belanda dan

internasional,

Cina. Seperti kekayaan alam berupa

mempertahankan nilai-nilai yang ada.

rempah-rempah
sebagai

yang

bumbu

mengolah
merupakan
moyang

memasak.

Cara

makanan

yang

warisan

nenek

digunakan

untuk

bahan
tradisi
tetap

digunakan

menyajikan menu-menu adaptasi dari
kedua negara tersebut. Bahkan hingga
cara menyantap seperti penggunaan
sumpit (pada masakan Cina) dan
pelengkap
orang

rasa

Indonesia

menunjukkan
dalam

cara

menyikapi

hidangan sehari-hari.
2. Saran
Kekayaan kuliner yang sudah ada di
Indonesia patut dipertahankan. Namun
alangkah baiknya jika generasi muda
lebih

mengembangkan

lagi

tanpa

7

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. 2004. Sejarah Kecil “Petit Histoire” Indonesia, Volume 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Rahman, Fadly. 2011. Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial
1870-1942. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Intisari. 2010. Wisata Jajan Bandung Favorit Keluarga. Jakarta: Kompas
Gramedia.
Susanti, Anik dan Sri Mastuti Purwaningsih. (2013). “Akulturasi Budaya Belanda
dan Jawa (Kajian Historis pada Kasus Kuliner Sup dan Bistik Jawa Tahun
1900-1942)”. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah. 1 (3): 450-460.

8