EFEKTIFITAS PEMBERIAN DOSIS BIOURINE TER

EFEKTIFITAS PEMBERIAN DOSIS BIOURINE
TERHADAP TANAMAN KANGKUNG (Ipomea reptans
Poir)

Usulan Penelitian
Oleh :
Kelompok III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Putu Candra Lindari
Moh Saifulloh
Feronika
Lutfi Suryawan
Dewa Gede Suarjaya
I Gusti Ayu Devi Valenia Sari

Rizky Delli Z

1305105014
1305105018
1305105019
1305105020
1305105028
1305105067
1305105039

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
I
1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN

Sayur-sayuran merupakan salah satu pangan penting manusia. Di dalam sayur

tidak hanya terkandung vitamin melainkan terkandung pula mineral yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kangkung merupakan salah satu jenis sayur-sayuran
yang banyak diminati oleh masyarakat luas. Tanaman kangkung memiliki ciri-ciri
daun berwarna hijau terang dengan ujung daun meruncing. Kangkung merupakan
tanaman yang berumur pendek yang dapat dipanen berulang kali dan ada pula yang
dipanen sekali. Terdapat dua jenis tanaman kangkung yaitu kangkung darat dan
kangkung air.

Kangkung darat lebih mudah ditemui dipasaran karena proses

budidayanya lebih gampang jika dibandingkan dengan kangkung air.

Bagian

tanaman kangkung yang dimanfaatkan sebagai sayur adalah batang dan daun
tanaman.
Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat menyebabkan kebutuhan akan
pangan juga meningkat. Disisi lain lahan pertanian di Indonesia semakin menyempit
dan produktivitas tanaman menurun. Hal ini yang mendorong Indonesia selalu
mengimport pangan dari luar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Pemikiran manusia tentang kesehatan juga semakin berkembang. Saat ini masyarakat
lebih berpaling ke produk-produk organik.Dalam menanggulangi permasalah tersebut
maka sangat diperlukan teknologi budidaya yang mampu meningkatkan produktivitas
dan kualitas tanaman.
Selama ini masih jarang penggunakan urine sapi sebagai pupuk padahal urine
sapi memiliki prospek yang bagus untuk diolah menjadi pupuk cair karena
mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap
seperti N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik. Urine sapi yang
paling baik untuk diolah menjadi pupuk cair adalah urine sapi murni segar (kurang
dari 24 jam) yang belum bercampur dengan cemaran lain yang ada dalam kandang.
Dalam pembuatan pupuk urine, setiap 200 liter urine sapi segar membutuhkan bakteri
pengurai yang berupa produk EM4 atau biotani sebanyak 0,5 % dan molases atau
larutan gula sebagai energi bakteri sebanyak 1 liter.

Biourin merupakan salah satu alternatif guna meningkatkan produktivitas
tanaman.Selain itu Biourine bersifat organik, karena berasal dari urine hewan ternak.
Hewan ternak yang biasanya diambil urinenya yaitu sapi dan kambing.Urine dari
hewan ternak tersebut kemudian difermentasi.Kandungan Biourine terdiri dari unsur
hara Nitrogen (N), Fospor (P), dan Kalium (K).Biourine merupakan salah satu pupuk
cair yang diaplikasikan dengan disiram langsung pada tanaman.Konsentrasi Biourine

yang diaplikasikan kepada tanaman mampu menyokong pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.Biourin juga memegang peranan penting dalam menjaga
kelestarian tanah baik dari segi fisik, kimia maupun biologi tanah.

1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa banyak dosis yang tepat dalam pemberian Biourine terhadap
tanaman kangkung ?
2. Bagaimana pengaruh yang diberikan Biourine terhadap hasil produksi
tanaman kangkung ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari usulan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui berapa banyak dosis yang tepat dalam pemberian
Biourine terhadap tanaman kangkung.
2. Untuk mengetahui pengaruhyang diberikan Biourine terhadap hasil
produksi tanaman kangkung.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi masyarakat memberikan sumbangan pengetahuan menggenai
penggunaan dosis Biourine yang tepat dalam pemupukan tanaman
kangkung (Ipomea reptans Poir) untuk meningkatkan hasil produksi
serta mekanisme dan penggunaan Biourine terhadap tanaman

kangkung
b. Bagi penulis memberikan sumbangan referensi mengenai potensi
Biourine dalam peningkatanhasil produksi tanaman kangkung serta

mekanisme dan penggunaan Biourine terhadap tanaman kangkung
(Ipomea reptans Poir).

1.5 Hipotesis
1. Dosis yang paling tepat dalam penggunaan bio urine terhadap pemupukan
tanaman kangkung adalah pada konsentrasi 30 ml
2. Perlakukan jumlah dosis bio urine ternyata berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembngan tanaman kangkung.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik Cair (Biourine) Sapi
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam
dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami.Dapat dikatakan
bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya
memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang

dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia
sehingga aman dikonsumsi.
Biourin merupakan istilah yang populer dikalangan para pengembang
pertanian organik.

Biourin merupakan urin yang diambil dari ternak, terutama

rumansia yang terlebih dahulu di fermentasi sebelum digunakan.Biourin diperoleh
dari fermentasi anaerobik dari urine dengan nutrisi tambahan menggunakan mikroba

pengikat nitrogen dan mikroba dekomposer lainnya. Dengan demikian kandungan
unsur nitrogen dalam biourin akan lebih tinggi dibandingkan dengan pada urine
(Sasak, 2011).
Urine /kencing ternak sapi, kambing, domba kini mulai dimanfaatkan petani
sebagai pupuk organic cair (bio urine) untuk menyiram tanaman. Keunggulan
penggunaan bio urine yaitu volume penggunaan lebih hemat dibandingkan pupuk
organik padat serta aplikasinya lebih mudah karena dapat diberikan dengan
penyemprotan atau penyiraman, serta dengan proses akan dapat ditingkatkan
kandungan haranya (unsur Nitrogen).
Bio urine merupakan istilah yang populer dikalangan para pengembang

pertanian organik.Bio urine merupakan urin yang diambil dari ternak, terutama
ruminansia yang terlebih dahulu di fermentasi sebelum digunakan.Bio urine diperoleh
dari fermentasi anaerobik dari urine dengan nutrisi tambahan menggunakan mikroba
pengikat nitrogen dan mikroba dekomposer lainnya. Dengan demikian kandungan
unsur nitrogen dalam bio urine akan lebih tinggi dibandingkan dengan pada urine.
a. Kelebihan Pupuk Organik Cair (Bio Urine)
1. Mempunyai jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak
jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat.
2. Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur
tumbuh.
3. Mempunyai bau khas urine ternak yang dapat mencegah datangnya berbagai
hama tanaman.
b. Kandungan Zat Hara pada beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair
Ternak dan Jenis Kotoran
Sapi
Padat
Cair
Kerbau
Padat


N (%)
0,55
1,40
0,60

P (%)
0,30
0,03
0,30

K (%)
0,40
1,60
0,34

Air (%)
75
90
85


Cair
Padat
Cair
Kambing
Padat
Cair
Domba
Padat
Cair
Sumber: Lingga (1991)
Kuda

1,00
0,40
1,00
0.60
1,50
0,75
1,35


0,15
0,20
0,50
0,30
0,13
0,50
0,05

1,50
0,10
1,50
0,17
1,80
0,45
2,10

92
85
92
60

85
60
8

c. Manfaat Pupuk Cair (Bio Urine) Sapi
Pupuk organik ramah lingkungan dari limbah ternak itu bisa memutus ketergantungan
petani terhadap pupuk urea atau pupuk kimia lainnya yang justru mencemari
lingkungan. Dengan demikian, para petani tak perlu repot memikirkan dan membeli
pupuk urea, cukup tanaman dipupuk dengan menggunakan pupuk organik yang
berasal dari limbah urine sapi. Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang
baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan
selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga
pupuk organik ini dapat digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan. Manfaat
lain yaitu:
1)
2)
3)

Zat perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit
Sebagai Pupuk daun organik
Dengan dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting akibat
serangan thrip.

Kita ketahui bahwa banyak peternak yang kurang memanfaatkan urine untuk
keperluan pemupukan, padahal kotoran dan urine ini memiliki kelebihan dapat
menjaga unsur hara yang terdapat pada tanah yang tidak dimiliki oleh pupuk kimia.
Selain itu pupuk yang terbuat dari bahan organik tentunya akan lebih aman dan tidak
berdampak pada kelestarian lingkungan sangat jauh berbeda dengan pupuk yang
banyak mengandung bahan kimia yang justru kebanyakan dapat merusak ekosistem
lingkungan karena unsur kimia yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian

dalam penelitian ini akan diuji keefektifitasan penggunaan dosis yang tepat terhadap
pertumbuhan tanaman kangkung darat.

2.2

Pupuk

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan kepada
tanaman dengan maksud agar supaya zat makanan untuk tanaman itu bertambah.
Pupuk biasanya diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau
batang sebagai larutan. Karbondiokasida yang diberikan ke udara dalam rumah kaca
dapat pula dipandang sebagai pupuk (Suhardi, 1983).
Pupuk yang memberikan N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk
merupakan persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor
(dinyatakan sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O). fosfor dan kalium
biasanya tidak dinyatakan sebagai unsur-unsurnya, karena telah menjadi kebiasaan.
Pada akhir-akhir ini mulai terdapat kebiasaan menyatakan analisis pupuk dalam
unsurnya , tapi masih terbatas di kalangan ilmuwan (Harjadi, 1988).
2.3 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak,
limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Pupuk Organik juga merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri dari bahan organic yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai
bahan organik.
Pupuk organic mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1.

Dengan penggunaan pupuk organic atau pengembalian bahan organik ke dalam tanah

akan berpengaruh pada kesuburan tanah sehingga :
a. Peningkatan Produksi Hasil Pertanian
b. Efisiensi Penggunaan Pupuk
c. Menjaga kelestarian Lingkungan Hidup
2. Memperbaiki tekstur tanah
3. Memperkaya unsur hara makro dan mikro
Bahan organik yaitu bahan yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau
produk sampingan seperti pupuk kandang atau unggas . Atau dengan kata lain
merupakan merupakan hasil dari pelapukan sisa – sisa tanaman dan binatang yang
bercampur dengan bahan mineral tanah pada lapisan atas tanah.Pada umumnya bahan
organik mempunyai C/N rasio tinggi (lebih besar dari 30), sehinga bila digunakan
langsung pada lahan pertanian akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena
terjadi proses fermentasi dalam tanah.
Pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah akan menghasilkan humus. Humus
yang terbentuk bersama-sama dengan liat membentuk agregat tanah yang stabil
(Stevenson, 1981). Terbentuknya agregat tanah tersebut menyebabkan sifat fisik
tanah lainnya seperti bobot isi, ruang pori total, dan permeabilitas tanah menjadi lebih
baik yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
lebih baik pula. Pupuk organik juga akan memberikan sumbangan unsur hara ke
dalam tanah. Semakin tinggi kandungan unsur hara dalam pupuk organik, akan
mempertinggi ketersediaan unsur hara tanah apabila diberikan ke dalam tanah
sehingga hasil tanaman dapat meningkat (Thamrin, 2000).
Pemberian pupuk kandang 20 t/ha menjadikan tanah seimbang secara fisik,
kimia maupun biologi. Secara fisik, pupuk kandang membentuk agregat tanah yang
mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap porositas dan aerasi persediaan air
dalam tanah, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman. Secara
kimia, pupuk kandang sebagai bahan organik dapat menyerap bahan yang bersifat
racun seperti aluminium (Al), besi (Fe), dan mangan (Mn) serta dapat meningkatkan
pH tanah. Secara biologi, pemberian pupuk kandang ke dalam tanah akan
memperkaya jasad organisme dalam tanah. Organisme tersebut sangat membantu

dalam penguraian bahan organik sehingga tanah lebih cepat matang (Muslihat, Lili.,
2003).

2.4 Botani Tanaman Kankung Darat
Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantea ( tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan
biji )
Divisio

: Magnoliophyta ( berbunga )

Kelas

: Magnoliapsida ( berkeping

dua / dikotil )
Sub kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanales

Familia

: Convolvulaceae ( suku kankung – kangkungan )

Genus

: Ipomea

Spesies

: Ipomea reptans Poir

2.4.1 Morfologi Tanaman Kangkung
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar
menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100
cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air(Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar.Memiliki percabangan
yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akanmenjalar(Djuariah, 2007).

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnyaruncing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.Selama
fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji
terutama jenis kangkung darat.Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk
“terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung(Maria,
2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir
biji.Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya.Warna buah hitam jika
sudah tua dan hijau ketika muda.Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan
umur buah kangkung tidak lama.Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak
bulat.Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua.Pada
jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman
secara generatif (Maria, 2009).
2.4.2 Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun.Kangkung darat
(Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim
dingin.Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara
500-5000 mm/tahun.Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat
cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian,
kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat
tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun(Aditya,2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan
tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi

panas terik dan kemarau yang panjang.Apabila ditanam di tempat yang agak
terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen.Suhu
udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka
temperatur udara turun 1°C(Aditya,2009).
2. Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur
banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman
kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah
membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang
air.Tanaman

kangkung

(Ipomea

reptans)

membutuhkan

tanah

datar

bagi

pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik(Haryoto, 2009).
3. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl.Baik kangkung darat maupun
kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetapsama asal jangan dicampur
aduk(Anggara, 2009).
2.4.3 Peningkatan Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir).
Peningkatan produktivitas dengan kualitas yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan volume pemasaran bagi produk pertanian khususnya komoditi sayuran
sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Untuk meningkatkan produktivitas
tanaman sayuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah
pemberian pupuk dangan jenis, dosis dan cara yang tepat. Pupuk organik merupakan
pupuk yang berasal dari bahan organik sisa-sisa tumbuhan, hewan dan kompos
(Sutanto, 2002).Salikin(2006) menyatakan bahwa selain sebagai sumber hara dan
sumber energi bagi aktifitas mikroba dalam tanah, pupuk organik memiliki kelebihan,

yaitu dapat memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah.Terdapatbeberapa
jenis pupuk organik diantaranya adalah pupuk kandang dan pupuk cair. Menurut
Maria (2009), pupuk kotoran ayam lebih cepat dalam penyediaan unsur hara karena
mengandung bahan organik yang lebih tinggi, kadar air dan nisbah C/N lebih rendah
daripada pupuk kandang lainnya. Selainpupuk kandang ayam terdapat jenis pupuk
lain yang digunakan dalam budidaya sayuran yaitu pupuk organik cair.

BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 9 oktober 2015
pukul 08.30 bertempat di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, Jln. Pulau Moyo Denpasar Selatan.
3.2 Bahan dan Alat
1. Bahan :

Biourine
Tanah subur
Benih kangkung
2. Alat :
Gelas ukur
Polibag
Cetok
3.3 Metode Penelitian, Rancangan, Variabel dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 5
ulangan, pada setiap satuan percobaan terdiri dari 1 tanaman dan semua
tanaman dijadikan sampel, sehingga diperoleh jumlah keseluruhan 25 satuan
percobaan.
Sebagai perlakuan yang diberikan adalah Biourine yang terdiri dari 5
perlakuan :
P0

= Tanpa pemberian Biourine

P1

= Pemberian Biourine dengan dosis 10 ml

P2

= Pemberian Biourine dengan dosis 20 ml

P3

= Pemberian Biourine dengan dosis 30 ml

P4

= Pemberian Biourine dengan dosis 40 ml
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis

ragam dengan model linear sebagai berikut :
Yij = µ + ƫi + ɛij
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke -i pada ulangan ke -j
µ = Pengaruh nilai tengah

ƫi = Pengaruh Biourine pada perlakuan ke -i
ɛij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke -i pada ulangan ke –j
Hasil data yang diperoleh setelah dianalisis secara statistik
menggunakan analisis ragam dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple
Range Test (DNMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie,1994).
Adapun variabel yang diamati pada eksperimen ini sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman seminggu setelah muncul di atas tanah.
2. Luas daun (P x L x K = 0,75) untuk tanaman kangkung.
3. Jumlah dan berat kering tanaman kangkung.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan yaitu teknik observasi
(metode pengamatan) yaitu melakukan pengamatan untuk memperoleh data
secara langsung ke objek penelitian sehingga dapat melihat dari dekat tentang
hal-hal yang menjadi tujuan pengamatan. Metode pengamatan yang dilakukan
mengenai pengaruh dosis yang diberikan Biourine terhadap pertumbuhan
tanaman kangkung terhadap tinggi tanaman, luas daun, berat basah dan berat
kering tanaman kangkung.
3.4 Biaya Penelitian
3.5 Jadwal Pelaksanaan

DAFTAR PUSTAKA
Steel, R.G.D., dan Torrie,J.H. 1994. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

“PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS JUS JERUK MANIS (Citrus sinensis) TERHADAP KADAR GSH (Glutation sulfhidril) HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK”

1 35 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

UJI EFEKTIFITAS BERBAGAI DOSIS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

3 39 1

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) VARIETAS DERING 1 PASCASIMPAN TIGA BULAN

4 56 53