UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA FAKULTAS TEKN

Pengambilan Keputusan Dan Pemecahan Masalah

“Chapter V”
Disusun Oleh :
Anisa Purnama Sari
Annisa Dyah Ayu Putri
Agit Suryaningtias
Meilindah Putri
Rina Andarini

5545151233
5545151625
5545150244
5545151802
5545151510

Dosen Pengampuh :
Dr.Uswatun Hasanah, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap
permasalahan yang dihadapi. Pendekatan tersebut menyangkut pengetahuan mengenai
esensi atas permasalahan yang dihadapi, pengumpulan fakta dan data yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi, analisis permasalahan dengan menggunakan fakta
dan data, mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga
ditemukan alternatif yang paling rasional dan penilaian atas keluaran yang dicapai.
Hasil dari aktivitas pemecahan masalah adalah solusi. Memikirkan masalah
sebagai sesuatu hal yang selalu buruk adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan,
karena kita jarang mengartikan frase mengambil keuntungan dari sebuah situasi sama
halnya dengan kita mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan
memperhitungkan peraihan kesempatan ke dalam pemecahan masalah dengan
mendefinisikan masalah (problem) sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan
atau memiliki potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang
menguntungkan atau memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses
pemecahan masalah, manajer akan terlibat dalam pengambilan keputusan, yaitu tindakan
memilih berbagai alternatif tindakan. Keputusan adalah tindakan tertentu yang dipilih.

Biasanya, pemecahan satu masalah akan membutuhkan beberapa keputusan.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif sebelum pilihan dijatuhkan. Sedangkan, pemecahan masalah
adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian
tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera. Apakah yang
dimaksud dengan keputusan yang baik? Bagaimana keputusan yang buruk harus
dihindari? Keputusan yang baik memenuhi beberapa kriteria kualitas, acceptence,
fleksibilitas, dan kejelasan. Pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh
banyak ahli, diantaranya adalah :
1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan
yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. Menurut
G. R. Terry ada beberapa hal yang menjadi dasar dalam pengembilan keputusan :
a. Intuisi
Pengembalian keputusan berdasarkan intuisi adalah pengembilan keputusan yang
berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan

berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan
relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik
karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.
b. Pengalaman
Pengambilan

keputusan

berdasarkan

pengalaman

memiliki

manfaat

bagi

pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka
dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan

baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
c. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada
orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam
jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat
menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering

melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan
kekaburan.
d. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan
keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap
pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan
yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
e. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan
bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil
atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati
kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara

rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.
2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu
masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan
tindakan.
Tujuan Pengambilan Keputusan :
1. Bersifat Tunggal
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak
ada kaitannya dengan masalah lain.
2. Bersifat Ganda
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu


sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang
bersifat tidak kontradiktif.
Dalam pengambilan keputusan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya :
1. Posisi atau kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi atau kedudukan seseorang dapat
dilihat dalam hal berikut :
a. Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision
maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
b. Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan,
organisasional, operasional, teknis.
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan,
yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau
dikehendaki dan harus diselesaikan.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama
lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa
yang hendak kita perbuat. Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai
berikut :
a. Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubahubah atau tetap keadaanya.

b. Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang
sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan
daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut
merupakan sumber daya-sumber daya.
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu atau telah ditentukan.
Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau
objektif.
Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsurunsur atau komponen-komponen pengambilan keputusan, yaitu :

1. Tujuan dari pengambilan keputusan
Mengetahui lebih dahulu apa tujuan dari pengambilan keputusan itu. Misalnya : Jika
anda akan membeli mobil baru, maka anda harus mengetahui lebih dahulu tujuannya.
2. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah
Mengadakan identifikasi alternatif yang akan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.
Untuk itu perlu kiranya membuat daftar macam-macam tindakan yg memungkinkan
untuk mengadakan pilihan.

3. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang dapat diketahui sebelumnya atau di luar
jangkauan manusia
Perhitungan mengenai faktor-faktor diluar jangkauan manusia. Keberhasilan setiap
alternatif keputusan dikaitkan dgn tujuan yg dikehendaki, ini sangat dikehendaki, ini
sangat tergantung pada keadaan yang mungkin berada di luar jangkauan manusia.
Peristiwa diluar jangkauan manusia adalah peristiwa yang dapat dibayangkan
sebelumnya, namun manusia tidak sanggup atau kurang berdaya untuk mengatasinya.
Keputusan untuk membeli mobil baru itu perlu dikaitkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan, misalnya : Biaya pembelian bensin karena hal ini akan berpengaruh
terhadap penghematan bagi pemakaian kendaraan tersebut. Anda dapat memprediksi
harga bensin nantinya sebagai peristiwa diluar jangkauan manusia.
4. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan
keputusan
Adanya sarana dan alat untuk mengevaluasi atau mengukur keberhasilan dari
pengambilan keputusan itu. Selanjutnya alternatif-alternatif keputusan dan peristiwa
diluar jangkauan manusia itu perlu dirinci dengan menggunakan sarana/alat untuk
mengukur pengeluaran yang perlu dilakukan dari setiap alternatif kombinasi
keputusan di luar jangkauan manusia tersebut.
Kualitas berarti bahwa keputusan memenuhi beberapa standar atau tujuan.
Penerimaan menandakan bahwa pemain kunci dalam keputusan tepi bahwa itu adalah

wajar dan bisa diterapkan. Keputusan tidak memenuhi beberapa standart atau tujuan atau
jika seseorang yang terlibat dalam keputusan tidak menerimanya maka keputusan mungkin
tidak efektif. Oleh karena itu, keluarga keputusan lebih mungkin untuk berhasil jika mereka
memiliki dukungan dari anggota keluarga dan dihubungkan ke disepakati standart atau
tujuan. Fleksibilitas berarti bahwa keputusan tidak hanya harus sesuai dengan situasi tetapi
harus dapat menyesuaikan jika situasi perubahan. Sebagai contoh, menjadi terlibat untuk

menikah mungkin tampak seperti keputusan yang baik di bawah kondisi tertentu, tetapi
ketika sikap atau keadaan perubahan (misalnya, kompatibilitas berkurang, harapan
perubahan, lain bunga cinta datang ke dalam gambar), pasangan dapat memilih untuk
memecahkan keterlibatan atau menunggu beberapa saat. Kejelasan mengacu pada
bagaimana menghapus keputusan. Samar-samar keputusan tidak bekerja karena kurangnya
definisi dan komitmen. Keputusan kesimpulan atau pertimbangan tentang beberapa
masalah atau peduli. Manajemen menekankan pengaruh dari nilai-nilai keputusan dan
peran gol dalam memberikan arah keputusan. Proses pengambilan keputusan itu sendiri
dimulai karena perubahan atau sesuatu yang diinginkan pengambilan keputusan, proses
membuat pilihan antara dua atau alternatif adalah bagian integral dari keseluruhan proses
manajemen. Dalam sistem terminologi, pengambilan keputusan adalah bagian dari proses
transformasi menggabungkan berbagai masukan dan memuncak di output. Kadang-kadang
proses melibatkan negosiasi atau tawar-menawar dengan orang lain sebelumnya pasal pada

nilai-nilai, sikap, tujuan, dan sumber daya telah meletakkan dasar untuk penuh diskusi dari
proses pengambilan keputusan. Bab ini dimulai dengan menjelaskan hubungan antara
pengambilan keputusan dan manajemen dan kemudian menjelaskan langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan.keputusan model dan aturan diperiksa, bersama dengan
aplikasi mereka untuk individu dan keluarga. Bab ini menjelaskan perbedaan antara
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dan membahas konsep risiko dan
ketidakpastian
2. Pengambilan Keputusan Sebagai Bagian Dari Manajemen
Karena pengambilan keputusan membutuhkan usaha, mengapa orang repot?
Jawabannya adalah orang ingin memiliki sesuatu yang tidak mereka miliki dan mereka harus
membuat keputusan dan rencana untuk menjembatani kesenjangan antara apa dan apa adanya.
Pengambilan keputusan sangat penting untuk menjaga dan memperbaiki kondisi kehidupan.
Nilai panduan keputusan. Seorang pengambil keputusan menghargai pembuat keputusan
karena menghabiskan waktu untuk memikirkan. Nilai juga mempengaruhi atau negatif mereka
menyadari bahwa pilihan yang mereka buat akan memiliki konsekuensi positif.
Keputusan sangat dalam intensitas dan kepentingan. Tujuan dan isi keputusan
terkait dengan asesmen lain dari proses manajemen seperti analisis perencanaan, pelaksanaan,

dan biaya atau manfaat. Sebagai contoh, masing-masing mengambil sejumlah biaya dalam
waktu dan energi dan uang. Pembuat keputusan mencoba untuk memininalkan biaya dan

memaksimalkan manfaat sebuah dekisin.
Keinginan untuk memaksimalkan hasil positif dan meminimalkan kesalahan
memotivasi individu untuk membuat keputusan terbaik yang mereka bisa. Anehnya, sebidang
banyak film, buku, dan acara televisi menampilkan individu yang melakukan hal yang
sebaliknya. Karakter ini membuat keputusan yang meminimalkan hasil positif dan
memaksimalkan kesalahan. Mengamati bagaimana orang lain membuat keputusan dan
memecahkan masalah di televisi, buku, dan kehidupan nyata dapat membantu mempertajam
individu dalam pengambilan keputusan dan keterampilan sendiri. Situasi keputusan
menyajikan masalah dan peluang. Dalam menganalisis situasi pengambilan keputusan,
individu menilai alternatif dan mengidentifikasi informasi dan sumber daya yang berguna.
Salah satu sumber penting adalah waktu. Individu atau keluarga dapat menghemat
waktu dengan menghilangkan alternatif yang tidak sesuai dengan nilai mereka. Mengapa
membuang waktu dengan mempertimbangkan alternatif yang secara moral atau etis tidak
dapat diterima? Ralph Keeney (1988) seorang ahli nilai, mengemukakan bahwa jika “Kita
mulai dengan nilai, kita mungkin bahkan tidak memikirkan situasi sebagai masalah keputusan,
melainkan sebagai pilihan keputusan. Secara berkala, kita dapat memeriksa prestasi
berdasarkan nilai-nilai kita dan tanyakan, bisakah kita berbuat lebih baik (halaman 466)”.
Karena berbasis nilai, pengambilan keputusan merupakan konsep yang sangat dipersonalisasi.
Setiap individu kepribadian dan cara berfikir dan akting yang biasa mempengaruhi cara dia
membuat keputusan. Pengambilan keputusan setiap orang juga cenderung mengikuti sebuah
pola, dengan keputusan sukses diulangi berulang kali. Cara yang khas bahwa keputusan
seseorang disebutnya atau gaya pengambilan keputusannya. Gaya pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh :
a) keunggulan pengetahuan individu,
b) kemampuan, dan
c) motivasi. (Beach, 1990).
Jenis keputusan yang dibuat, kecepatan pengambilan keputusan, dan jumlah
informasi yang dikumpulkan sebelum mengambil keputusan adalah bagian dari gaya
seseorang. Sebagai contoh, beberapa indi viduals adalah penentu cepat, yang lain lebih

disengaja. Perbedaan gaya juga terlihat pada tahap evaluasi pada akhir proses pengambilan
keputusan. Beberapa individu melihat ke belakang dan menderita karena setiap pikiran dan
tindakan sementara yang lain memikirkan keputusan masa lalu hanya selama beberapa menit
dan kemudian melanjutkan.
3.

Langkah Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang kompleks melibatkan serangkaian langkah yang
menjadi pilihan hasil sebuah alternatif. Prosesnya bisa panjang atau pendek. Lebih banyak
waktu akan dimasukkan ke dalam menentukan di mana membangun rumah baru daripada
memilih film mana yang akan dilihat. Bila prosesnya panjang dan rumit dan mencakup
urutan niat, itu merupakan rencana keputusan. Rencana keputusan bisa spesifik atau umum.
Misalnya, rencana Zak untuk membeli sampo dan krim cukur di toko obat sore ini adalah
rencana keputusan yang spesifik. Rencana Jennifer untuk membeli mobil tahun depan adalah
rencana keputusan umum karena dia tidak tahu mobil apa yang dia inginkan atau tepatnya
kapan dia akan membelinya. Karena pengambilan keputusan adalah proses transkripsi,
masukan, seperti berapa banyak uang dan waktu yang dimiliki Zak dan Jenifer, akan
mempengaruhi keputusan tersebut. Pengambil keputusan menggunakan strategi yang berbeda
untuk situasi yang berbeda. Strategi yang dipilih akan tergantung pada :
(1) keputusan yang terlibat
(2) karakteristik tugas keputusan
(3) gaya pengambilan keputusan dari penentu.
Pada umumnya, kebanyakan orang mengikuti enam langkah dalam mengambil
keputusan. Akronim DECIDE memberikan cara mudah untuk mengingat langkah-langkah ini
(diadaptasi dari Malhotra, 1991).

D
E
C

=

I
D
E

a. Tentukan keputusannya
b. Perkirakan sumber daya
c. Pertimbangkan alternatif
d. Bayangkan (memvisualisasikan) konsekuensi dari tindakan alternatif
e. Kembangkan rencana aksi dan implementasikan
f. Evaluasi keputusannya.
4. Langkah-Langkah Dibahas Secara Rinci Pada Paragraf Berikutnya
Langkah 1: Menentukan keputusan dalam menentukan keputusan, individu harus
mempertimbangkan tujuan perilaku yang dibutuhkan, informasi latar belakang yang
relevan, informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana penggunaannya dalam
pengambilan keputusan, Setelah keputusan tersebut ditetapkan, pengambil keputusan dapat
beralih ke langkah berikutnya
Langkah 2: Memperkirakan sumber daya yang dibutuhkan pembuat keputusan harus
memutuskan sumber daya apa yang dibutuhkan. Seperti yang telah dibahas di bab
sebelumnya, sumber daya mencakup waktu, energi, uang, informasi dan hal lain yang
berguna untuk keputusan dan perencanaan dan tindakan selanjutnya. Jumlah kemungkinan
alternatif dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki atau diantisipasi di masa depan. Liburan
di Utah tidak mungkin terjadi jika seseorang hanya memiliki uang seratus dolar.
Langkah 3: Pertimbangkan alternatif mengingat keterbatasan sumber daya mereka,
individu jarang mempertimbangkan semua alternatif. Misalnya, mengetes-mengendarai
setiap mobil di pasaran sebelum memilihnya akan menjadi tidak praktis. Sebagai gantinya,
calon pembeli akan menghilangkan banyak model karena biaya, fitur aksesibilitas, dan
noda atau karena tidak sesuai dengan selera dan preferensinya; Lalu, dia akan mengendarai
beberapa mobil saja. Mempersempit kemungkinan satu atau dua alternatif yang dapat
diterima merupakan bagian penting dari proses pengambilan keputusan.

Langkah 4: Bayangkan konsekuensi kursus tindakan alternatif membayangkan atau
memikirkan alternatif yang paling mungkin terjadi adalah langkah selanjutnya.
Membayangkan apa yang akan terjadi jika keputusan tertentu dibuat sangat menyenangkan
atau tidak menyenangkan sehingga beberapa orang terjebak dalam langkah ini. Misalnya,
dalam pengambilan keputusan konsumen, langkah ini disebut harapan pembelian awal,
yang merupakan keyakinan tentang kinerja produk atau jasa yang diantisipasi. Sebelum
membeli, seseorang mencoba membayangkan berapa banyak kesenangan atau rasa sakit
yang akan didapatnya dari pembelian.
Langkah 5: Mengembangkan rencana aksi dan menerapkannya sekali alternatif dipilih,
sebuah tindakan harus dikembangkan. Memasukkan keputusan ke dalam tindakan disebut
implementasi. Selama langkah ini, pengambil keputusan memantau kemajuan yang sedang
dibuat dan mengevaluasi seberapa baik pelaksanaannya berjalan. Apakah hal-hal berjalan
sesuai rencana? Sesuai jadwal? Apakah penyesuaian terhadap rencana itu perlu?
Langkah 6: Evaluasi keputusan setelah proses selesai, pengambil keputusan melihat
kembali untuk menilai seberapa sukses keputusan tersebut. "Apakah saya membuat
keputusan yang tepat?" "Apa aku harus melakukan yang lain?". Dalam pengambilan
keputusan konsumen, langkah ini disebut postpurchase disonance. Setelah pembelian besar
seperti mobil, pembeli cenderung mencari beberapa penguatan untuk keputusan tersebut
dengan berbicara kepada pemilik lain dari model yang sama atau membaca iklan atau berita
tentang mobil. Diyakinkan bahwa keputusan yang tepat dibuat membantu mengurangi
keraguan atau kecemasan.
MODEL, ATURAN, DAN UTILITAS
Meskipun perubahan merupakan bagian penting dari kehidupan, banyak individu enggan
untuk berubah saat menghadapi keputusan dan terus mengikuti rencana yang ada dan
mengupayakan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Mengikuti tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan dan rencana, strategi, dan taktik yang dirancang untuk mencapai tujuan tersebut
disebut "mempertahankan status quo". Menurut Silver dan Mitchell (1990), ketika dihadapkan
pada alternatif yang tidak pasti, kebanyakan orang cenderung bertahan dengan status. Tetapi jika
seseorang, keluarga, atau organisasi ingin mengubah atau memahami mekanisme pengambilan
keputusan, mereka mungkin menganggap model pengambilan keputusan bermanfaat. Model ini
mengasumsikan bahwa pengambil keputusan rasional akan mengevaluasi alternatif dan

kemudian membuat pilihan terbaik. Karena pengambilan keputusan adalah konsep abstrak,
model

pengambilan

keputusan

sangat

berguna

karena

menyediakan

cara

untuk

memvisualisasikan bagaimana elemen suatu keputusan berinteraksi. Bab ini membahas model
satelit dan rantai pusat dan pohon keputusan. Menunjukkan model Central Satellite and Chain,
dan Memberikan contoh model ini. Dalam Model Satelit Sentral, sebuah keputusan sentral
dikelilingi oleh keputusan yang merupakan cabang dari keputusan pusat. Dalam Model Rantai,
setiap keputusan dibangun di atas yang sebelumnya membentuk urutan keputusan, seperti
langkah-langkah yang terlibat dalam menyiapkan makanan. Umumnya, Model Rantai sesuai
untuk keputusan sistematis yang lebih kecil, sedangkan Model Satelit Sentral cocok untuk situasi
yang lebih besar dan lebih rumit. Bisnis seperti katering dan layanan perencanaan pernikahan
menggunakan kedua model untuk mengatur resepsi, perjamuan, dan acara. Seperti yang
diilustrasikan pada nilai-nilai terletak pada keputusan dasar. Dua konsep lain dalam manajemen,
sumber daya dan tujuan, juga memainkan peran penting. Pohon keputusan biasanya digunakan
dalam sesi strategi bisnis, namun pohon tersebut juga dapat digunakan oleh individu dalam
pengambilan keputusan pribadi dan profesional. Model ini menunjukkan bahwa orang memilih
altenatif berdasarkan pada tujuan dan persepsi mereka tentang sumber daya yang ada dan bahwa
nilai-nilai mendasari keputusan. Metode yang lebih biasa yang digunakan banyak orang dalam
memilih alternatif (yaitu, apakah pindah ke satu lokasi di atas lokasi lain, tawaran pekerjaan yang
harus dipilih) adalah membuat daftar pro dan kontra secara mental atau tertulis. Aturan
keputusan model beroperasi berdasarkan prinsip atau aturan logika tertentu. Aturan keputusan
adalah prinsip yang memandu pengambilan keputusan. Salah satu peraturan keputusannya adalah
bahwa dalam perbandingan belanja, pembelanja akan mencoba membeli produk terbaik dengan
harga paling sedikit. Aturan keputusan lain adalah bahwa seseorang akan mencoba menggunakan
waktunya untuk keuntungan terbaik, membuang sedikit mungkin .
Utilitas salah satu aturan keputusan yang paling penting adalah perlunya mengoptimalkan
utilitas atau kegunaan keputusan. Konsep utilitas mendasari sebagian besar studi ekonomi dan
sangat terkait dengan studi manajemen seperti yang dicatat dalam pembahasan sumber daya di
Bab 4. Di bidang ekonomi, pengambil keputusan rasional diasumsikan untuk mencari utilitas
maksimal (kepuasan) dari keputusan yang mereka buat konsep utilitas berfokus pada bagaimana
pilihan mafe dan bagaimana proses itu dapat ditingkatkan. Aturan keputusan terkait adalah
bahwa konsumen memiliki informasi yang terbatas; mereka mungkin tidak menyadari semua

alternatif yang ada. Bagian selanjutnya pada kelompok referensi memberikan satu penjelasan
mengapa individu mungkin hanya memiliki pengetahuan parsial.
KELOMPOK REFERENSI
Setiap keputusan memiliki sejarah. Misalnya, Alison memesan pizza pepperoni karena
dia tahu dari pengalaman masa lalu bahwa dia menyukainya. Selain pengalaman masa lalu,
hubungan masa lalu dan masa kini mempengaruhi pengambilan keputusan individu. Jika Alison
mulai berkencan dengan Trae dan dia lebih suka pizza dengan paprika hijau dan pepperoni,
mereka memiliki beberapa pilihan: salah satu dari mereka mungkin menerima preferensi orang
lain, mungkin secara bergiliran, mereka mungkin memesan pizza setengah pepperoni dan
setengah kombinasi. Situasi pengambilan keputusan bersama sederhana ini menggambarkan
berapa banyak pilihan yang ada dan bagaimana selera dan hubungan individu mempengaruhi
pilihan tersebut. Orang-orang yang mempengaruhi seseorang atau memberikan bimbingan atau
saran adalah anggota kelompok referensi orang tersebut. Trae Alison adalah anggota kelompok
referensi masing-masing. Diagram menggambarkan kelompok referensi mahasiswa yang khas.
Seseorang tidak harus hadir secara pribadi atau secara geografis dekat untuk menjadi anggota
kelompok referensi. Seseorang dianggap sebagai bagian dari kelompok referensi jika ingatan
akan nilai dan sikapnya mempengaruhi keputusan seseorang. Sebagai contoh, Rob, seorang
editor surat kabar, belum pernah melihat guru joumalisme SMA-nya selama bertahun-tahun,
namun dia masih anggota kelompok referensi Rob karena dia sering memikirkannya dan
mengingat apa yang dia ajarkan saat dia membuat keputusan tentang makalahnya.
Kelompok referensi dapat dibagi menjadi dua jenis, primer dan sekunder tergantung pada
jumlah kontak yang dimiliki individu dengan seseorang atau kelompok. Seseorang memiliki
kontak reguler dengan orang-orang dalam kelompok referensi utama. Keluarga dan teman dekat
termasuk dalam kategori ini. Kelompok referensi sekunder mencakup individu dan kelompok
dengan siapa kontak jarang terjadi, seperti kerabat, organisasi, dan asosiasi profesional yang
jauh.
Pengaruh kelompok referensi terhadap pengambilan keputusan dan perilaku tidak dapat
dinilai terlalu tinggi. Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan bahwa perilaku merokok
anggota keluarga mempengaruhi perilaku merokok siswa Studi ini membandingkan mahasiswa
Oregon pada tahun 1963-1964 dengan siswa pada tahun 1986-1987 (Gray & Donatelle, 1990).

Pada tahun 1963-1964, responden siswa mengatakan bahwa perilaku merokok mereka paling
dipengaruhi oleh apakah ayah, ibu, atau kakak perempuan mereka merokok. Pada tahun 19861987, siswa yang merokok paling mungkin mengatakan bahwa mereka telah dipengaruhi oleh
kakak laki-laki atau saudara laki-laki yang merokok. Para penulis berpendapat bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi tampaknya berubah seiring berjalannya waktu. Ketika siswa bertanya
mengapa mereka merokok, alasan utama yang mereka berikan adalah merokok sebaya dan stres.
* PEMBUATAN KEPUTUSAN PRIBADI
Meskipun semua keputusan dari mana mobil untuk membeli apakah merokok tersebut
dipengaruhi oleh orang lain, pada akhirnya individu tersebut bertanggung jawab atas
keputusannya sendiri. Individu mulai belajar bagaimana membuat keputusan sejak usia dini.
Selama proses sosialisasi, anak diberi kesempatan untuk membuat pilihan dan belajar dari situasi
pengambilan keputusan. Pada saat mereka menjadi dewasa, kebanyakan orang menganggap
mereka adalah pembuat keputusan yang kompeten.
Orang beranggapan bahwa mereka adalah pengambil keputusan yang kompeten. Namun,
pada kenyataannya, anggapan ini mungkin akan gagal jika ada perbedaan antara kualitas
keputusan yang sebenarnya dan yang sebenarnya. Keputusan kualitas sebenarnya mengacu pada
apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kualitas keputusan yang dirasakan mengacu pada apa yang
dipikirkan seseorang dalam proses pengambilan keputusan. Berpotensi, kemudian, seseorang
bisa menipu diri mereka sendiri dengan berpikir bahwa keputusan yang buruk itu bagus atau
setidaknya yang bisa diterima. Pengalaman dan peningkatan keterampilan membuat keputusan
bisa mempersempit kesenjangan antara yang dirasakan dan aktual.
Gaya pengambilan keputusan tidak hanya dipengaruhi oleh sosialisasi, pengetahuan,
kemampuan, dan motivasi individu, tapi juga oleh ciri kepribadiannya, daya pikat, keterbukaan,
inovasi, kepercayaan diri, dan keberanian. Faktor lain yang dapat mempengaruhi gaya
pengambilan keputusan adalah harga diri. Harga diri yang rendah sering berakibat tidak pasti. Di
lain kata-kata, seseorang yang tidak yakin akan dia atau kemampuannya untuk membuat
keputusan yang tepat sepertinya tidak pasti. Ketidakpastian bisa menjadi masalah besar untuk
diorganisir. Delaney diperuntukkan bagi individu, keluarga, dan (1982) mengidentifikasi
beberapa kemungkinan penyebab ketidaktegasan :
1. Takut yang tidak diketahui

2. Takut membuat keputusan atau kesalahan yang salah
3. Takut bertindak sendiri
4. Kurangnya penilaian yang baik-baik
5. Takut mengambil tanggung jawab atau berdiri sendiri dalam sebuah isu
Berikut faktor penentu pengambilan keputusan, yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.

1. Landasan waktu: Masa lalu;
Pengalaman dan peristiwa-2 masa lalu.
Keinginan-2 masa lalu yang belum terwujud;
Masalah dan tantangan yang timbul pada masa lalu dan belum diselesaikan;
Ketersediaan informasi masa lalu/sejarah;
2. Landasan waktu: Masa kini;
Perubahan factor lingkungan: politik, ekonomi, sosial-budaya;
Dorongan visi, misi, tujuan dan keinginan yang hendak diraih;
Masalah dan tantangan yang timbul sebagai hasil perubahan faktor lingkungan;
Adanya konsep kelangkaan dan keterbatasan;
Adanya konsep tentang tindakan atas dasar kesadaran untuk memilih salah satu

f.
g.

alternative atas masalah yang dihadapi dan tantangan yang akan timbul;
Keputusan-2 yang diambil oleh manajer di organisasi lain;
Ketersediaan “real-time/on time information”, informasi yang relevan dan berkualitas;

a.
b.
c.
d.

3. Landasan waktu: Masa depan;
Visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai;
Perubahan faktor lingkungan yang akan terjadi;
Ketidakpastian, peluang timbulnya risiko dan kelangkaan;
Ketersediaan “expected information” yang diharapkan membantu proses pengambilan

a.
b.
c.
d.

keputusan;

* KETIDAKPEDULIAN DAN PRINSIP PETER
Meskipun beberapa individu tampaknya selalu ragu-ragu, ada yang ragu-ragu hanya
dalam situasi tertentu. Lawrence J. Peter dan Raymond Hall (1969) mengajukan sebuah
penjelasan untuk perilaku ragu-ragu. Mereka menyarankan agar orang-orang bisa menunjukkan
pekerjaan mereka di tempat yang tidak dapat mereka selesaikan dengan sukses. Secara khusus,
mereka mengatakan bahwa orang cenderung dipromosikan sampai mereka mencapai tingkat di
luar kompetensi mereka suatu titik di mana mereka tidak dapat lagi membuat dan menerapkan
keputusan yang efektif. Yang disebut fenomena "prinsip petter" Meskipun Prinsip Peter meresap,
hal itu dapat dihindari oleh orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat dan dengan membuat

ekspektasi kinerja jelas sejak awal. Contoh prinsip ini dapat ditemukan di berbagai organisasi
dan setting termasuk rumah dan masyarakat.
Menghindari Keputusan
Menjadi ragu-ragu dikaitkan dengan fenomena pengambilan keputusan lainnyapenghindaran. Melewati pengambilan keputusan uang adalah salah satu cara individu
menghindari keputusan. Menurut Delaney (1982), penghindaran biasanya menghasilkan
pernyataan seperti berikut ini :
a. "Saya pikir Anda akan menyelesaikan ini.
b. "Itu bukan pekerjaan saya."
c. "Anda bosnya, jangan tanya saya apa yang saya pikirkan, katakan saja apa yang
harus dilakukan."
d. "Mengapa terserah saya?"
Kegagalan untuk menetapkan tanggung jawab yang jelas untuk tugas di rumah atau
kantor dapat menyebabkan beberapa ucapan ini. Bila tugas tidak diberikan dan piringnya tidak
dikerjakan atau sampah tidak dibawa keluar, anggota keluarga mungkin bisa mengatakannya.
Akomodasi, Konsensual, Dan De Facto
Ada tiga atau gaya pengambilan keputusan keluarga, akomodasi, konsensual, dan de
facto. Dalam akomodasi, keluarga mencapai kesepakatan dengan menerima sudut pandang orang
yang dominan. Kekuasaan merupakan faktor penting dalam akomodasi. Dalam pengambilan
keputusan secara konsensual, keluarga mencapai kesepakatan bersama yang sama-sama dapat
diterima oleh semua individu yang terlibat. Pengambilan keputusan de facto ditandai dengan
kurangnya perbedaan pendapat dan bukan dengan persetujuan aktif.Biasanya terjadi ketika tidak
ada yang benar-benar peduli dengan hasil keputusan tersebut. Misalnya, tidak ada seorang pun di
keluarga yang memiliki perasaan kuat tentang televisi mana yang harus ditonton.
Keluarga tempat suami dan istri saling berbagi dalam membuat sebagian besar keputusan
disinkronkan. Keluarga juga dapat menjadi otonom, yang berarti bahwa jumlah keputusan yang
sama dibuat oleh masing-masing pasangan. Jadi, dalam keluarga sinkratif keputusan tersebut
dibagi, sedangkan pada keluarga otonom, pasangan tersebut memiliki jumlah keputusan terpisah
yang sama.

ABCD : Situasi keputusan keluarga
X

: Anggota keluarga

Y

: Anggota keluarga

Z

: Lingkungan

RGx

: Kelompok rujukan untuk anggota X

RGy

: Kelompok referensi untuk anggota Y

XZ

: Alternatif yang dirasakan oleh X dan dapat diterima di lingkungan yang ada.

YZ

: Alternatif yang dirasakan oleh Y dan dapat diterima di lingkungan yang ada.

XY

: Alternatif yang dirasakan oleh X dan Y tapi tidak dapat diterima di lingkungan.

X1&Y1: Alternatif yang dirasakan oleh satu anggota namun tidak dapat diterima di lingkungan.
Z1&Z2 : Alternatif yang dapat diterima tidak dirasakan oleh anggota keluarga.
Solusi XYZ : Alternatif yang dirasakan oleh kedua anggota keluarga dan dapat diterima di
lingkungan.
Menurut sebuah studi klasik oleh Blood and wolfe (1960), pasangan yang menguasai
lebih banyak sumber daya material akan mencapai kekuatan yang lebih besar dalam pembuatan
keputusan pasangan. Studi yang lebih baru menunjukkan bahwa kekuatan pengambilan
keputusan pada pasangan juga terkait dengan saling ketergantungan emosional dan kemampuan
mereka untuk saling mengendalikan dan mempengaruhi tingkat konsensus tertinggi. Misalnya
Godwin dan Scanzoni (1989) berteori bahwa semakin modern peran gender preferensi istri,
semakin sedikit kontrol yang dimiliki suaminya. Studi mereka terhadap 188 pasangan suami istri
mengungkapkan bahwa faktor sosioemosional mempengaruhi kedua rasa koersif dan kontrol.
Secara khusus, ikatan emosional berkontribusi terhadap pengaruh satu sama lain dan juga apakah
mencapai konsensus. mencapai tingkat "Pasangan yang memiliki kerja sama yang penuh
semangat selama situasi konflik, sumber ekonomi yang lebih adil dari pasangan, istri yang gaya
komunikasinya kurang koersif dan pasangan yang mendemonstrasikan kontrol yang hebat".
Selanjutnya, suami yang berkomitmen terhadap hubungan perkawinan lebih cenderung
merespons muncul pada gagasan mereka, dan sejauh itu yang menjelaskan kekuatan
pengambilan keputusan (siapa yang menentukan apa dan terhadap apa yang di komples lebih
rumit daripada hanya melihat siapa yang memberi kontribusi lebih besar jumlah sumber daya).
Faktor penting lainnya termasuk seberapa dekat suami dan istri dan tingkat kooperatifitas dan
komunikasi di antara mereka.

Jenis pengambilan keputusan yang telah dibahas sejauh ini melibatkan keluarga-keluarga
yang berpusat pada pasangan di mana sebagian besar keputusannya dibuat.dibuat oleh pasangan.
Alternatif untuk ini adalah keluarga yang berpusat pada anak-anak di mana anak-anak membuat
atau mempengaruhi sebagian besar keputusan seluruh keluarga, termasuk pilihan acara televisi,
dan kegiatan. Sebenarnya, perbedaan antara pasangan terpusat dan keluarga tidak mutlak, karena
anak mempengaruhi keputusan di setiap keluarga. Meskipun demikian, anak-anak memiliki
pengaruh lebih pada beberapa keluarga daripada orang lain. Bagian selanjutnya akan membahas
pengambilan keputusan konsumen keluarga dan pasangan dan menunjukkan bagaimana anakanak mempengaruhi perilaku pembelian orang tua.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DI KELUARGA
Pengambilan keputusan di pasar memberikan gambaran bagus tentang pengambilan
keputusan keluarga. Bagaimana sebuah keluarga individu membelanjakan uang mungkin tidak
begitu penting, tapi jumlah pengeluaran keluarga secara kolektif mencapai miliaran dolar bila
dikalikan di semua keluarga. Untuk alasan ini, produsen dan pengiklan menghabiskan banyak
uang untuk riset konsumen untuk menentukan siapa yang memutuskan apa yang ada dalam
keluarga dan mengapa. Singkatnya, pengambilan keputusan konsumen adalah bisnis besar dan
kekuatan pendorong di balik kesejahteraan ekonomi nasional keluarga harus memutuskan.
1. apa yang harus dibeli,
2. tempat berbelanja,
3. berapa banyak yang harus dibayar,
4. kapan harus membeli, dan
5. siapa yang harus membeli.
Keputusan pertama adalah keluarga yang paling penting harus memutuskan apakah
mereka ingin membeli sesuatu. Keputusan ini mengarah keempat lainnya. Memutuskan untuk
membeli lebih banyak lagi ada puluhan merek yang perlu dipertimbangkan. Menurut Schiffman
dan Kanuk (1991), proses pengambilan keputusan keluarga melibatkan delapan peran berbeda.
Peran ini memberi cara untuk mengkonseptualisasikan bagaimana anggota keluarga membuat

keputusan yang dimiliki keluarga pengguna lain, influencer lain, dan sebagainya. Misalnya,
seorang ibu atau ayah membeli popok sekali pakai, bayi menggunakannya, dan orang tua yang
mengganti popoknya. Delapan peran dalam pengambilan keputusan keluarga yang melihat ini
memberikan wawasan lebih jauh tentang bagaimana anggota keluarga berinteraksi dalam
berbagai peran terkait konsumsi mereka :
1.

Influencer, anggota keluarga yang memberikan informasi kepada anggota lain
tentang suatu produk atau jasa.

2.

Gatekeeper, anggota keluarga yang mengendalikan arus informasi tentang suatu
produk pelayanan ke dalam keluarga.

3.

Anggap anggota keluarga dengan kekuatan untuk menentukan secara sepihak
atau bersama apakah membeli suatu produk atau layanan tertentu.

4.

Anggota keluarga pembeli yang melakukan pembelian produk atau layanan
tertentu.

5.

Susun anggota keluarga yang mengubah produk menjadi bentuk yang sesuai
untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga lainnya.

6.

Pengguna anggota keluarga yang menggunakan atau mengkonsumsi produk
atau layanan tertentu.

7.

Anggota keluarga pemelihara yang melayani atau mengulangi produk sehingga
akan memberikan satifaction lanjutan.

8.

Disposers anggota keluarga yang memulai atau membawa pembuangan atau
penghentian produk atau layanan tertentu.

Jumlah dan identitas anggota keluarga yang mengisi peran ini bervariasi dari pertanian ke
keluarga dan produk ke produk. Pembelian pembelian keputusan keluarga bisa melibatkan
konflik. Misalnya, pasangan mungkin berbeda dengan jumlah uang yang harus dikeluarkan,
merek atau jenis barang yang bisa dibeli, toko untuk berbelanja atau siapa yang harus melakukan
pembelian. Konflik akan menurun jika pasangan setuju pada tujuan mana yang diinginkan.
Keputusan pembelian mungkin dipengaruhi oleh sejumlah variabel termasuk kelompok referensi,
budaya, subkultur, kelas sosial, tahap dalam siklus hidup, mobilitas, lokasi geografis, dan anakanak (Loudon & Della Bitta, 1988). Misalnya, keluarga muda dengan anak-anak prasekolah
memiliki keputusan pembelian yang berbeda untuk dibuat daripada pasangan yang sudah
pensiun. Pengambilan keputusan bersama paling umum dilakukan di kalangan kelas menengah

sedangkan pengambilan keputusan otonom kemungkinan besar terjadi di kelas atas dan bawah
(Loudon Della 1988). Anak-anak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan
membeli orang tua mereka. Sebuah studi Infocus Environmental dari Princeton, New Jersey,
menemukan bahwa sepertiga orang tua mengubah kebiasaan berbelanja mereka karena informasi
lingkungan yang diberikan anak-anak mereka (Schlossberg, 1992). Ketika ditanya tentang
sumber informasi, anak-anak tersebut mengatakan bahwa mereka belajar tentang lingkungan di
sekolah. Dalam sebuah penelitian yang dilaporkan di Marketing News (Schlossberg, 1992),
anak-anak mempengaruhi kebiasaan membeli dan berbelanja orang tua dengan mendorong
mereka untuk membeli barang dalam kemasan daur ulang (24 persen) dan untuk menghindari
kontainer produk yang tidak dapat didaur ulang atau dapat diurai ulang (17 persen). Studi
tersebut menyimpulkan bahwa anak-anak lebih banyak memengaruhi makanan yang dibeli orang
tua mereka dan mereka memiliki dampak signifikan terhadap kesadaran lingkungan orang tua
mereka.
DEFINISI, ANALISIS, DAN RENCANA TINDAKAN
Biasanya orang tidak secara spontan menjadi sadar akan sebuah masalah dan kemudian
tiba-tiba memutuskan untuk mencari dan menganalisis informasi yang relevan (Fay & Weldon).
Sebaliknya, orang yang termotivasi oleh ketidakpuasan dengan keadaan sewa yang meriah.
Sebagai proses yang termotivasi, kesadaran dan analisis masalah adalah subjek sampai lima
tingkat pengaruh motivasi :
1. Kebutuhan, motif, dan tujuan pemecah masalah
2. Persepsi dan kepercayaan dari pemecah masalah
3. Nilai pemecah masalah
4. Sumber pemecah masalah
5. Belajar, latar belakang, dan pengalaman sebelumnya dari problem solver
Pengaruh ini mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan sebuah masalah dan
membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Definisi masalah
Pengenalan atau definisi masalah merupakan langkah awal dalam pemecahan masalah.
Orang tersebut harus mengenali masalahnya seperti sebelum melakukan perilaku yang disengaja
atau untuk mengatasi situasi tersebut. Definisi masalah adalah proses kreatif yang mengharuskan

individu melihat benang merah dan merasakan hubungan efek penting. Misalnya, orang perlu
mengungkap gejala yang mendasari yang menyebabkan masalah. Bagaimana seseorang
membahas hal ini? Menurut David Nylen, "masalah paling baik didefinisikan dalam bentuk
pertanyaan, sehingga memberikan arahan yang jelas untuk sisa proses. Tugas pembuat keputusan
menjadi salah satu solusi atau keputusan yang akan menjawab permasalahan. keputusan harus
memenuhi dan mencerminkan penyebab utama situasi" (1990, hlm. 51-52).
Masalahnya bisa sederhana atau rumit. Masalah yang rumit menuntut lebih banyak energi
dan perhatian karena karena alasan (atau penyebabnya) mungkin tersembunyi atau multi segi.
Setelah masalah beralih ke yang didefinisikan, maka individu dapat melakukan langkah
berikutnya dalam analisis masalah dalam memecahkan masalah beberapa bagian berikutnya akan
menunjukkan bagaimana Michelle terlibat dalam pemecahan masalah setelah atasannya
mengatakan kepadanya bahwa dia telah ditolak promosi karena dia tidak memiliki administrasi
pengalaman mengasyikkan.
Analisis masalah
Bergantung pada jenis masalah dan individu yang terlibat, masalah dapat dipandang
sebagai kekacauan atau sebagai pengalaman yang memerlukan respons logis dan masuk akal.
Misalnya, setelah ditolak promosi, Michelle bisa merespons atau bertindak dengan berbagai cara.
Dia tahu dia punya masalah (masalahnya jelas); Sekarang dia harus memutuskan apa yang akan
dia lakukan mengenai hal itu.
Tidak ada dua masalah yang sama karena masing-masing melibatkan waktu, individu,
dan keadaannya sendiri yang unik dan berasal dari situasi yang spesifik. Untuk mengatasi
masalah yang rumit, individu perlu secara sistematis mengikuti langkah-langkah dekripsi yang
telah dibahas di awal bab ini. Mengambil jalan pintas dalam proses pengambilan keputusan
hanya akan menghasilkan informasi yang tidak lengkap yang akan mempersulit masalah situasi
lebih lanjut karena banyak masalah yang kompleks melibatkan interaksi submasalah, satu
pendekatan adalah membagi masalah menjadi submasalah dan menganalisis masing-masing
secara terpisah.
Rencana aksi
Begitu fase pendefinisian dan analisis selesai, individu merancang sebuah rencana
tindakan. Perencanaan melibatkan menyusun kegiatan atau langkah yang harus diikuti. Tujuan

perencanaan adalah untuk menghasilkan sistem atau solusi yang dapat memberikan kepuasan
kepada pemecah masalah dan peserta lainnya dalam masalah.
Michelle memutuskan untuk mendapatkan pengalaman adminstarive yang sesuai
sehingga pada saat pembukaannya dia akan memenuhi syarat. Subproblems-nya meliputi apakah
tempat kerja curreton-nya bisa memberikan pengalaman yang diperlukan atau apakah dia harus
mendapatkan pengalaman di tempat lain. Mungkin atasannya bisa lebih eksplisit tentang
pengalaman kerja yang dia butuhkan. Michelle juga menunjuk rekan-rekannya, teman, dan
keluarganya untuk meminta nasihat. Setelah dia mempertimbangkan saran mereka dan persepsi
sendiri tentang masalah tersebut, dia membentuk sebuah rencana tindakan. Membentuk sebuah
rencana membuat dia merasa lebih mengendalikan hal-hal. Manajemen sumber daya sebagai
disiplin mendorong individu untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, secara obyektif
memeriksa masalah dan pilihan mereka, dan membentuk rencana tindakan yang akan membantu
mewujudkannya sesuai keinginan mereka.
Motivasi adalah bagian penting dari pemecahan masalah. Motivasi untuk memecahkan
masalah akan tergantung pada jumlah ketidaksesuaian antara yang diinginkan dan keadaan
sebenarnya dan pentingnya masalah. Kebanyakan orang tidak akan membuang banyak waktu
dalam keputusan sehari-hari seperti apa yang harus dipakai atau apa yang harus dimakan.
Keputusan rutin seperti ini jarang menimbulkan masalah.Namun, mereka bisa menjadi masalah,
jika orang tersebut mendefinisikannya sebagai masalah atau jika keputusan memiliki dampak
luas. Misalnya, apa yang harus dikenakan pada wawancara kerja atau apa yang harus disajikan
dalam perjamuan untuk 500 orang mungkin menjadi masalah utama yang melibatkan sejumlah
besar uang dan beragam pilihan dan konsekuensi altematif.
Bagian penting lainnya dari pemecahan masalah adalah pencarian informasi.Pencarian
mengarah pada pembentukan kursus tindakan dan evaluasi alternatif Melihat ke dalam diri untuk
mendapatkan informasi untuk keputusan disebut pencarian internal. Michelle melakukan ini
dulu. Setelah bosnya memberitahunya bahwa dia telah menolak promosi tersebut, dia kembali ke
kantornya, menutup pintu dan memikirkan masalahnya. Pencarian internal lebih mudah dan lebih
umum daripada kursi eksternal, yang melibatkan mencari informasi baru dari teman keluarga,
orang lain, dan media. Ketika Michelle meminta saran dari orang lain, dia melakukan pencarian
eksternal. Sebagai bagian dari pencarian eksternal, dia menonton sebuah laporan berita televisi
dan membaca artikel majalah tentang berapa banyak orang di seluruh negeri dipecat dari

pekerjaan mereka karena perampingan perusahaan. Informasi ini membantu michelle meletakkan
di sini kegagalan untuk menerima promosi dalam perspektif. Dia beralasan bahwa setidaknya dia
memiliki pekerjaan yang dia sukai, dan dia merasa yakin bahwa diberi waktu dan usaha dia akan
dipromosikan. Seperti dalam kasus michelle, pemecahan masalah yang kompleks biasanya
memerlukan pencarian internal dan eksternal.
UNCERTAINTY DAN RESIKO
Masalah yang terkait dengan kemajuan karir dan job hunting adalah contoh
ketidakpastian dan risiko yang baik. Dalam kedua kasus tersebut, individu mencari informasi
untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dan risiko. Semakin banyak seorang karyawan atau
pencari kerja mengetahui tentang perusahaan seperti kebijakan dan rekam jejaknya, semakin
yakin dia akan bekerja atau ikut campur. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan mengurangi
persepsi individu tentang ketidakpastian dan risiko.
Seperti yang akan Anda ingat, risiko dan ketidakpastian diperkenalkan di Bab 2 dalam
pembahasan teori risk aversion. Teori ini mengemukakan bahwa orang-orang rasional akan
mencoba mengurangi atau menghindari risiko dan risiko itu subjektif karena individu
menentukan tingkat risiko dan ketidakpastian yang dapat mereka tangani. Misalnya, tanggal
ablind adalah risiko. Untuk mengurangi jumlah risiko dan ketidakpastian, pasangan akan
mencoba untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang satu sama lain sebelum berkencan.
Ketidakpastian adalah keadaan atau perasaan ragu. Resiko adalah kemungkinan rasa
sakit, bahaya, atau kerugian dari sebuah keputusan. Resiko bersifat subjektif; Artinya, setiap
orang mendefinisikan risiko apa adanya. Seseorang yang menimbang ketidakpastian dan risiko
menilai kemungkinan, atau kemungkinan, hasil yang baik atau buruk. Belanja, khususnya
belanja antartet, melibatkan risiko dan pertimbangan kemungkinan hasil (Simpson & Lakner,
1993).
Persepsi seseorang terhadap ketidakpastian mengarah pada persepsi risiko. Misalnya,
John, lulusan perguruan tinggi baru-baru ini, mungkin tidak yakin apakah akan mengenakan
celana pendek dan kaos atau baju olah raga dan celana panjang untuk piknik perusahaan
pertamanya. Dia mungkin juga tidak yakin dengan cuaca hari piknik tersebut. Jika menurutnya
hujan, dia mungkin bisa mengurangi risikonya basah dengan mengambil topi dan jaket.
Meskipun memutuskan apa yang harus dipakainya untuk piknik bukanlah usaha berisiko tinggi,

John ingin berpakaian dengan tepat sehingga dia bisa menyesuaikan diri. Sebaliknya, Sam, salah
satu rekan kerja John, bahkan tidak memikirkan apa yang akan dia lakukan. Kenakan ke picnot
persepsinya tentang risiko dalam situasi masalah ini sangat minim, sebenarnya dia bahkan tidak
berpikir untuk berpiknik piknik sebagai situasi bermasalah. Saat piknik, Sam adalah satu-satunya
orang yang mengenakan celana pendek, dan untuk dua bulan berikutnya, dia harus menahan ikat
pinggangnya yang lembut tentang "lutut berlutut" dan celana pendek kotak-kotak. Risiko dapat
dianggap terjadi sebelum, selama, atau setelah keputusan.
Jenis resiko
Seperti dibahas di Bab 2, ada lima jenis risiko utama yang mempengaruhi pengambilan
keputusan: risiko fungsional atau kinerja, risiko keuangan, risiko fisik, risiko psikologis, risiko
sosial dan risiko waktu (foxall dan pandai emas). Dalam contoh terakhir, jhon berusaha
mengurangi risiko fisik, psikologis, keuangan dan sosial. Jika dia khawatir tentang waktu terbaik
untuk sampai pada piknik, maka dia akan menambah risiko waktu terhadap masalahnya. Untuk
mengurangi risiko, orang mencari informasi atau berperilaku dengan cara yang akan mengurangi
ketidakpastian mereka seperti meminta saran lain atau mengulangi perilaku yang telah berhasil
untuk mereka di masa lalu.

Problem Solving
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah
dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil
kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151). Problem solving yaitu suatu pendekatan
dengan cara problem identifikation untuk ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan
seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk
mendapatkan

solution

dalam

penyelesaian

masal