HUBUNGAN VENEZUELA DAN KOLOMBIA DITINJAU

HUBUNGAN VENEZUELA DAN KOLOMBIA
DITINJAU DARI NEOLIBERALISME DAN
SOSIALISME

Pengertian Hubungan Internasional Secara Umum
Hubungan Internasional dapat diartikan sebagai hubungan antar bangsa, yang
menyangkut hubungan di segala bidang yaitu di bidang politik, bidang ekonomi,
bidang sosial dan bidang budaya. Hubungan internasional melibatkan dua negara atau
lebih yang berinteraksi satu sama lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan
tersebut mencakup aksi dan interaksi. Aksi merupakan pokok perhatian dalam politik
luar negeri, yang menerangkan tindakan suatu negara dengan cara bagaimana para
pembuat kebijakan menganalisis situasi, memilih saran, menentukan serta
melaksanakan suatu kebijakan luar negeri. Sedangkan interaksi menjadi perhatian
dalam politik internasional, karena menerangkan hubungan antar bangsa yang saling
mempengaruhi demi tercapainya tujuan, pencapaian kepentingan masing-masing
negara secara maksimal.
Hubungan internasional mencakup interaksi antar bangsa yang melintasi batasbatas negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun warga negara. Dalam
prakteknya hubungan internasional dilakukan oleh negara-negara yang berdaulat
melalui tindakan-tindakan yang diwakili oleh elit pemerintahannya yang menyangkut
kepentingan-kepentingan suatu negara yang ingin dicapai dan dipertahankan itu di
luar batas wilayah negaranya. Apabila bertentangan dengan kepentingan atau


melanggar kedaulatan negara lain akan menimbulkan suatu pertentangan yang
mengarah kepada konflik. Studi hubungan internasional tidak saja membahas
interaksi positif antar negara-negara tapi hubungan internasional juga merupakan
suatu studi tentang diplomasi, strategi dan konflik.
Hubungan antar negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi
hubungan internasional dimana, hubungan internasional telah memunculkan aktoraktor baru selain negara dalam interaksi internasional. Perkembangan ini berakibat
pada lahirnya paradigma atau paham baru oleh para penstudi HI dalam mengkaji
fenomena-fenomena internasional yang terjadi. Paham tersebut antara lain paham
realism, pluralism, strukturalisme, dan globalisme.
Dominasi aktor negara pada awal perkembangan HI menurut kaum realis
digugat oleh kaum pluralis dan menganggap bahwa aktor dalam HI tidak hanya di
dominasi oleh negara tetapi juga di lakukan oleh MNC, individu, NGO, serta
kelompok teroris. Sementara pendekatan strukturalisme lebih memandang interaksi
hubungan internasional sebagai ketergantungan negara kecil terhadap negara besar
dan dominasi negara kuat terhadap negara lemah. Adanya faktor tunggal dalam HI
pada awal perkembangannya membuat tata hubungan internasional pada saat itu
hanya diwarnai oleh interaksi antar negara saja. Dominasi peran antar negara tersebut
kemudian menjadikannya sebagai aktor utama dalam HI dan tatanan internasional
terbentuknya sesuai dengan keinginan negara, khususnya negara besar.

Sifat-sifat penguasa di negara-negara tertentu yang represif dan cenderung
otoriter, melahirkan rasa kekecewaan bagi rakyatnya karena keinginan untuk turut
berpartisipasi dalam bidang politik tidak dapat tersalurkan bahkan cenderung di

kekang. Ketika jalur-jalur penyampaian aspirasi politik tidak berjalan baik, maka
partisipasi tersebut kemudian diwujudkan melalui gerakan-gerakan radikal yang pada
akhirnya akan melahirkan kekerasan-kekerasan sipil.
Pasca perang dunia II, kekerasan sipil merupakan gejala yang sangat menarik
perhatian. Dibanding perang sebenarnya yaitu perang antarnegara, kekerasan sipil
jauh lebih banyak jumlahnya. Surat kabar New York Times mencatat selama kurun
waktu 1946-1959 saja, telah terjadi 1.200 kekerasan sipil yang meliputi perang
saudara, aksi-aksi gerilya, huru-hara, kekacauan-kekacauan luas, terorisme,
pemberontakan dan kudeta. Peristiwa-peristiwa kekerasan itu terutama sangat
mencuat dalam dasawarsa 1960-an yang terjadi tidak saja di negara berkembang,
melainkan juga di negara-negara maju. Kekerasan sipil mencakup suatu spektrum
yang sangat luas, mulai dari unjuk rasa, atau protes dengan menggunakan kekerasan,
pemberontakan spontan, pemberontakan berencana dan berlanjut, kudeta bahkan
sampai ke revolusi. Perang Saudara termasuk kekerasan politik sementara perang
antar negara tidak.
Sejarah Singkat Venezuela, Kolombia dan Relasi Bilateral

Venezuela, Kolombia dan negara-negara Amerika Latin lainnya berkaitan erat
dengan kemerdekaan atas bangsa Portugis dan Spanyol. Sejak dijajah oleh kaum
conquistador dari Spanyol sekitar tahun 1500, benua yang kaya ini telah menjadi
tempat penjarahan berbagai bangsa Eropa, terutama bangsa Spanyol, dengan
membunuhi secara besar-besaran penduduk asli suku Indian di banyak wilayah.
Kekuasaan secara despotik ini berlangsung lama sekali, sampai kira-kira 300 tahun,
ketika pecah perang pembebasan dari penjajahan Spanyol. Tokoh besar dalam

perjuangan untuk pembebasan dari penjajahan Spanyol ini adalah Simon Bolivar,
yang juga dikenal dengan julukan “el libertador” (pembebas). Simon Bolivar ini
memimpin perang di wilayah yang sekarang dinamakan Venezuela, dan juga
membebaskan Ekuador, Peru dan Bolivia. Perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin
utara dimulai pada tahun 1806. Bolívar memerangi Spanyol di Venezuela, Ekuador
dan Kolombia selama beberapa tahun. Pada tahun 1822, akhirnya negara-negara
bebas, dan Bolívar mengatur strateginya untuk kemerdekaan Peru. Perjuangan
revolusioner untuk pembebasan ini berlangsung kira-kira selama 10 tahun. Cita-cita
Simon Bolivar pada wakltu itu adalah membangun United States of Latin America,
yang meliputi wialayah dari sungai Rio Grande sampai Tierra del Fuego di dekat
kutub Selatan. United States of Latin America ini bertujuan untuk melawan
kolonialisme dan memberikan persamaan hak bagi semua orang, termasuk orangorang Indian yang kulit berwarna dan kaum budak yang berkulit hitam. Kemerdekaan

atas Spanyol inilah salah satu langkah yang sangat baik bagi Venezuela dan Kolombia
untuk menjadi negara yang berdaulat dan memajukan perekonomian negaranya untuk
mensejahterakan rakyatnya.
I. Negara Kolombia
A. Sejarah Singkat
Kolombia berasal dari nama Christopher Columbus yang menemukan benua
Amerika. Pada tahun 1538, kota Santa Fe de Bogota didirikan oleh Gonzalo
Jimenez de Quesada, dan secara resmi pada tahun 1717 menjadi ibukota dari
“the Spanish Vice-Royalty of New Granada” yang wilayahnya meliputi
Kolombia

sekarang,

serta

Venezuela,

Ekuador

dan


Panama.

Pada tanggal 20 Juli 1810 Kolombia menyatakan kemerdekaannya dan pada
tahun 1819 berubah nama menjadi Gran Colombia (dengan wilayah
Venezuela, Kolombia dan Ekuador) walaupun faktanya Venezuela dan
Ekuador masih dalam jajahan Spanyol. Setelah Venezuela dan Ekuador
menyatakan kemerdekaannya, Kolombia (dengan wilayah seperti saat ini)
merevisis penamaan negaranya pada tahun 1830 menjadi Republica de Nueva
Granada, lalu pada tahun 1857 menjadi Confederacion Granadia, dan pada
tahun 1863 menjadi Estados Unidos de Kolombia hingga akhirnya pada tahun
1886

sampai

sekarang

menjadi

Republica


de

Kolombia.

Sejak memperoleh kemerdekaannya, Kolombia merupakan negara yang tidak
stabil dan sering terjadi pergolakan politik dan militer. Masing-masing
kelompok militer maupun politik berusaha untuk mendapatkan kursi
kekuasaan untuk memimpin Kolombia. Untuk mengatasi situasi buruk
tersebut, pada 4 Agustus 1886 dibentuk sebuah konstitusi. Namun peristiwa
dua kali perang saudara yang menimbulkan banyak korban, yaitu Perang
Seribu Hari (1899 1902) dan "La Violencia" (1948 1958) merupakan bukti
bahwa konstitusi tersebut tidak menjamin kestabilan dalam negeri Kolombia.
Keadaan ini mendorong pimpinan dua partai besar, yaitu Partai Liberal
(Alberto Lleras Camargo) dan Partai Konservatif (Laureano Gomez) pada
bulan Juni 1957 mengeluarkan suatu pernyataan yang terkenal dengan nama
"Pact of Siege" yang antara lain menyetujui sistem bipartisan dalam suatu
"Pemerintahan Front Nasional" dimana kedua partai sepakat untuk bergantian

memegang jabatan presiden selama 12 tahun. Sejak tahun 1974 kedua partai

bersaing secara langsung memperebutkan jabatan presiden.
B. Sistem Politik dan Pemerintahan
Kolombia merupakan negara kesatuan berbentuk Republik yang demokratis.
Konstitusi baru yang merupakan hasil pembahasan Mejelis Konstituante yang
dirumuskan pada Desember 1990-Juli 1991 mengatur berbagai tugas dan
fungsi pemerinah Pusat dan Daerah, lembaga-lembaga negara beserta hak dan
kewajiban masing-masing lembaga. Untuk kepemimpinan di kolombia, sejak
tahun 1974 dipimpin oleh seorang presiden yang didampingi oleh wakil
presiden. Presiden dipilih untuk masa jabatan 4 tahun berdasarkan
pemungutan suara rakyat secara langsung dan rahasia. Terhitung sejak tahun
2005, Presiden dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya. Wakil
presiden dipilih berdasarkan pemungutan suara rakyat pada waktu dan cara
yang sama dengan Pemilu Presiden dan dipilih untuk masa jabatan 4 tahun.
II. Negara Venezuela
A. Sejarah Singkat
Republik Bolivar Venezuela (República Bolivariana de Venezuela) adalah
sebuah negara di ujung utara Amerika Selatan. Negara ini berbatasan dengan
Laut Karibia dan Samudra Atlantik di sebelah utara, Guyana di timur, Brasil
di selatan, dan Kolombia di barat. Di lepas pantai Venezuela juga terdapat
negara-negara Karibia, yaitu Aruba, Antillen dan Trinidad dan Tobago.

Republik Federal Venezuela membawahi 23 negara bagian, satu distrik
ibukota (Caracas) dan satu federal dependency yang terdiri dari 11 grup

kepulauan yang dikontrol secara federal. Secara totalitas, 11 grup kepulauan
ini terdiri dari 72 buah pulau individual.
Wilayah Venezuela saat ini pada awalnya dihuni oleh para penduduk asli yang
pemukimannya masih bisa ditemukan di beberapa daerah. Suku Ya̧nomamö
atau Yanomamɨ adalah sekelompok suku asli yang menempati wilayah hutan
hujan Amerika Selatan. Mereka tinggal di wilayah hutan hujan Amazon (di
sepanjang dataran rendah Sungai Orinoco hingga Sungai Guyana), diantara
perbatasan Brazil dan Venezuela. Karena wilayah tempat tinggal mereka
sangat terpencil dan tak terjangkau, mereka sedikit diketahui oleh dunia luar
sebelum datangya bangsa Eropa. Sedangkan Ya̧nomamö sendiri berarti
manusia dalam bahasa Yanomamo.
Venezuela diduduki oleh Spanyol pada tahun 1500–1810. Perjuangan
pergerakan kemerdekaan dimulai tahun 1797 yang dipimpin antara lain oleh
Simon Bolivar dan Francisco de Miranda. Tanggal 5 Juli 1811, Francisco de
Miranda memproklamasikan kemerdekaan Venezuela. Namun secara de facto
kemerdekaan baru dicapai pada tahun 1823 setelah Spanyol resmi
meninggalkan Venezuela. Pada era kekuasaan Simon Bolivar, tahun 1819–

1830, Venezuela tergabung dalam Gran Colombia bersama Kolombia,
Ekuador, Peru dan Bolivia. Tahun 1830, dibawah pimpinan Jenderal Jose
Antonio Paez, Venezuela memisahkan diri dari Gran Colombia dan menjadi
republik. Pada saat Gran Colombia berakhir, Venezuela memasuki periode
negara merdeka baru dengan nama resmi State of Venezuela dan kemudian
Republik Venezuela hingga tahun 1863 menjadi United States of Venezuela.

Sesuai dengan Konstitusi tahun 1953 berubah menjadi Republik Venezuela.
Dalam 40 tahun pertama, Venezuela mengalami destabilisasi politik dan
terjebak dalam sistem pemerintahan diktator mulai tahun 1870 sampai dengan
jatuhnya diktator terakhir Jenderal Perez Girmenez pada tanggal 23 Januari
1958. Sejak saat itu Venezuela menikmati sistem demokrasi sampai dengan
saat ini.
Venezuela adalah negeri yang memiliki kandungan minyak bumi sangat besar
dan menjadi pengekspor minyak terbesar di Amerika Selatan. Bahkan
diprediksi cadangan minyak yang terdapat di Venezuela adalah cadangan
minyak terbesar di dunia yang belum diekplorasi. Hampir 90% pendapatan
pemerintah berasal dari penjualan minyak. Venezuela mengalami kejayaan
pada tahun 1976 dengan menasionalisasi industri minyak. Industri minyak
dikembangkan oleh Juan Vicente Gomez sejak 1908-1935 setelah cadangan

minyak dalam jumlah besar ditemukan di Maracaibo tahun 1917. Pada waktu
itu pendapatan nasional melambung karena harga minyak yang tinggi. Akan
tetapi pada tahun 1980 ekonomi nasional mulai merosot karena jatuhnya harga
minyak.
Secara umum, luas wilayah Venezuela mencapai 912 ribu Km2. Namun,
negara yang berbatasan dengan Brasil, Kolombia, dan Guyana ini memiliki
jumlah penduduk sekitar 30 juta jiwa (data KBRI;2010). Dari total populasi
itu, mayoritas warganya menganut agama Katolik Roma. Jumlahnya mencapai
96 persen atau sekitar 24,7 juta jiwa. Sementara itu, pemeluk Kristen
Protestan berkisar sekitar 400 ribu jiwa. Kemudian, agama lainnya, seperti
Islam, Hindu, Buddha, dan Yahudi, sebanyak 2% persen. Pemeluk agama

Islam tercatat sebanyak 0,5% dari seluruh penduduk Venezuela atau sekitar
127 ribu jiwa.
B. Sistem Pemerintahan Venezuela
Selama hampir setengah abad 20, Venezuela dipimpin orang kuat dari
kelompok militer yang mengandalkan industri perminyakan dan menerima
sedikit reformasi sosial. Pemerintahan pertama yang terpilih secara
demokratis terjadi pada 1959. Barulah di abad ke-20 Venezuela memasuki
ranah demokrasi borjuis dan pergerakan demokratik mulai memuncak di

sekitar tahun 1950-an. Semangat demokrasi borjuis sudah menyebar di
Venezuela saat itu, namun tetap saja korupsi, birokratisasi, dan pelanggaran
HAM sulit untuk dihilangkan. Hal ini tentu saja berimbas buruk terhadap
massa rakyat Venezuela.
Venezuela menganut sistem pemerintahan demokrasi liberal multi partai.
Partai-partai besar di Venezuela antara lain: Partai Sosialis Bersatu Venezuela
(Partido Socialista Unida de Venezuela), Partai Un Nuevo Tiempo (UNT),
Partai Accion Democratica (AD), Partai Sosial Demokrat Kristen (Copei),
Partai Patria Para Todos (PPT) dan Partai Movimiento al Socialismo (MAS).
Presiden dipilih langsung oleh rakyat setiap 6 tahun . Presiden dapat dipilih
kembali secara berturut-turut.
Kebijakan Politik Luar Negeri Venezuela dan Kolombia
Di bidang politik luar negeri, Venezuela mendasarkan pada prinsip-prinsip
kemerdekaan, kesetaraan, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain,
mengutamakan penyelesaian konflik secara damai dan penghormatan hak-hak asasi
manusia. Sementara sasaran hubungan luar negeri Venezuela adalah terciptanya suatu

integrasi kawasan Amerika Latin dan Karibia demi terbentuknya suatu masyarakat
bangsa sekawasan yang mampu mempertahankan kepentingan-kepentingan politik,
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup di kawasan tersebut.
Dalam kerjasamanya dengan negara-negara berkembang lainnya, Venezuela
telah menunjukkan peran aktifnya sebagai penyelenggara KTT OPEC tahun 2000. Di
kawasan Amerika Latin dan Karibia, Venezuela memanfaatkan organisasi subregional seperti masyarakat ALBA dan UNASUR sebagai penggerak utama.
Venezuela juga terlihat ingin memainkan perannya dalam percaturan internasional,
hal ini dapat dilihat dari berbagai gagasan Presiden Chavez untuk mendukung
integrasi total (politik, ekonomi dan sosial budaya) di kawasan Amerika Latin dan
Karibia, serta keinginan untuk membentuk kerjasama pertahanan dan keamanan
model NATO untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia.
Pemerintahan Chavez selalu menentang “neo-liberalisme” dan secara politik
banyak menentang kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat. Pemerintahan
Chavez juga menentang diterapkannya Free Trade Area of the Americas (FTAA) pada
tahun 2005 yang dipandang hanya menguntungkan negara-negara maju di utara.
Chavez melihat bahwa rencana itu tidak memperhatikan kesiapan negara-negara di
sekitar kawasan Amerika Latin. Sebagai respon terhadap FTAA, Pemerintah
Venezuela menawarkan suatu bentuk kerjasama regional yang disebut dengan ALBA
(the Bolivarian Alternative for the Americas). ALBA merupakan suatu bentuk
kerjasama untuk menentang hegemoni kapitalis yang bertujuan menyediakan
penghidupan yang lebih layak bagi warga Amerika.

Pada sisi lain, hubungan luar negeri Kolombia sebagian besar dilakukan guna
mendapat dukungan untuk memerangi perdagangan obat-obatan olegal, terorisme,
meningkatkan profil Kolombia di komunitas Internasional, mengekspansi pasar
internasional untuk produk Kolombia. Kolombia menerima dukungan bantuan khusus
militer, kerjasama komersial dan dukungan dalam usahanya untuk memerangi
kelompok bersenjata internal dari AS, yang sebagian besar melalui kerangka kerja
Plan Colombia. Uni Eropa juga turut memberikan bantuan finansial khusus dalam hal
ini.

Konflik Venezuela dan Kolombia dan kaitannya dengan perspektif
Neoliberalisme dan Sosialisme
Venezuela – Kolombia telah menjalin hubungan bilateral sejak kedua Negara
ini merdeka di tahun 1890. Hubungan kedua Negara ini diwarnai oleh baik kerjasama
maupun konflik. Setidaknya ada beberapa poin penting yang berefek pada hubungan
kedua negara tersebut baik secara regional di Amerika maupun cakupan global.
Poin pertama adalah konflik etnis dan ideologi di .Etnis di Amerika Latin
memiliki sifat yang cukup homogen. Adapun kelompok-kelompok masyarakat yang
terbentuk di sana lebih banyak karena latar belakang pergerakan dan kepentingan
yang sama. Bila mengutip James Petraz, ada tiga gelombang gerakan sosial yang
saling tumpang tindih dan berkaitan dalam 25 tahun belakangan ini. Gelombang yang
pertama, muncul pada akhir 1970an hingga pertengahan 1980an. Pada umumnya,
gerakan ini yang kemudian dikenal sebagai “gerakan sosial baru” (the new social
movements), terdiri dari aliansi kekuatan sosial seperti kalangan aktivis hak asasi

manusia, lingkungan, feminis, etnis dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat (NGOs).
Gelombang kedua, yang berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan,
berawal dari pertengahan 1980an hingga saat ini. Sebagian besar gerakan ini
dipimpin dan terdiri dari petani dan buruh tani, di mana organisasi massanya terlibat
dalam aksi-aksi langsung, dalam upayanya mempromosikan dan melindungi
kepentingan-kepentingan ekonomi dari pendukungnya. Yang paling menonjol dari
gerakan ini gerakan Zapatista (Ejércite Zapatista de Liberación Nacional – ZLN) di
Meksiko, Gerakan Pekerja Pedesaan Tak Bertanah (Movimento dos Trabalhadores
Rurais Sem Terra – MST), gerakan petani koka masyarakat Indian (Cocaleros) di
Bolivia, Federasi Petani Nasional (National Peasant Federation) di Paraguay,
Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Revolutionary Armed Forces of
Colombia – FARC) di Kolombia, dan gerakan petani Indian yang tergabung dalam
Konfederasi Kebangsaan Masyarakat Adat Ekuador (CONAIE) di Ekuador. Gerakan
ketiga, yang merupakan gelombang gerakan sosial yang lebih baru, berpusat wilayahwilayah urban. Di sini, termasuk gerakan massa pekerja pengangguran berbasis barrio
(komunitas) di Argentina, kalangan pegangguran dan kaum miskin di Republik
Dominika, dan penduduk yang bermukim di rumah-rumah gubuk yang menaruh
harapannya di belakang bendera populis yang diusung oleh Hugo Chavez, presiden
Venezulea. Lain daripada itu, ada gerakan urban yang tampilannya adalah new multisectorial movements (gerakan multisektoral baru) yang melibatkan perjuangan massa
yang mengintegrasikan buruh tani dan petani bertanah menengah dan kecil yang
berkembang di Kolombia, Meksiko, Brazil, and Paraguay.

Poin kedua yaitu konflik perbatasan yang telah lama sering terjadi pada
negara-negara bekas jajahan pada umumnya, dalam kasus ini klaim Venezuela dan
Kolombia saat kedua negara masih menjadi provinsi Gran Colombia. Kemudian,
sejak abad ke-20 hubungan bilateral kedua Negara telah berkembang dengan pasang
surut terutama mengenai sengketa wilayah maritim Kolombia-Venezuela di Teluk
Venezuela. Salah satu isu utama yang kemudian menghantam hubungan kedua
Negara adalah gelombang besar warga Kolombia yang bermigrasi ke Venezuela pada
tahun 1970-an dan 1980-an, yang mencari kerja di Venezuela terutama di sektor
pekerjaan dengan upah murah dan kemudian dipenjarakan oleh pemerintah
Venezuela.
Poin penting ketiga yang perlu dibahas pada hubungan regional kedua negara
tersebut adalah renggangnya Hubungan Diplomatik Venezuela atas Kolombia
terutama pada masa pemerintahan Alvaro Uribe (Kolombia) dan Hugo Chavez
(Venezuela). Seakan-akan belum cukup konflik di wilayah kedaulatan negara darat
dan laut, pada 2005 Kolombia menduga bahwa Venezuela menyembunyikan FARC
dan ELN serta menjadi tuan rumah beberapa kamp-kamp pelatihan teroris di dekat
wilayah perbatasan yang membagi kedua wilayah negara tersebut. Isu tersebut
memanas setelah Venezuela menyerang balik tuduhan tersebut dengan mengatakan
Kolombia sengaja memberikan pos-pos mereka kepada tentara AS untuk menekan
Venezuela; dan membantah isu tersebut dengan sementara memutuskan Hubungan
diplomatic pada Juli 2010, meski akhirnya ada kesepakatan memperbaiki hubungan
kedua negara setelah Juan Manuel Santos dilantik sebagai presiden Kolombia pada
Agustus 2010.

Poin keempat adalah adanya Gerakan Kiri Baru (New Left Wing Movement)
yang cenderung ditentang Amerika Serikat karena melawan neoliberalisme, digagas
sejak pemerintahan Hugo Chavez. Sejak tahun 1930-an sampai pertengahan 1970-an,
imperialisme Amerika Serikat di Amerika Latin senantiasa ditantang oleh rezimrezim gerakan-gerakan nasionalis, populis, dan sosialis demokratik. Secara umum,
tantangan-tantangan ini bersifat reformis daripada revolusioner, dimana mereka
mempertanyakan elemen-elemen proyek imperialis, dan bukannya sistem secara
keseluruhan. Gerakan perlawanan terhadap neoliberalisme di kawasan Amerika Latin
bukan tanpa sebab. Akar sejarah ekonomi-politik negara-negara Amerika Latin yang
mengalami ketergantungan terhadap penetrasi kekuatan kapitalisme global,
sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan kondisi negara dunia ketiga lainnya. Proses
globalisasi yang di “back-up” proyek neoliberalisme (Washington Consensus)
ternyata justru melahirkan berbagai persoalan sosial-politik dan ekonomi yang
semakin parah di Amerika Latin. Menjadikan masyarakat di benua itu semakin
miskin, terutama kelompok indegeneous-nya. Venezuela merupakan salah satu negara
yang mengadopsi gerakan ini, terutama pada masa pemerintahan Hugo Chavez yang
berkarakter “close minded populist”. Karakternya yang otoritarian dan hirau pada
kekuasaan, pada umumnya sangat peduli pada rakyat miskin. Membangun struktur
korporatis dalam memformulasikan relasi antara negara dan masyarakat, serta
memiliki kecenderungan gandrung dengan proyek nasionalisasi perusahaan besar dan
multinasional. Gerakan seperti ini cenderung disukai di masyarakat negara-negara
Amerika Latin dan mendemokratiskan demokrasi (radically democracitizing
democracy) melalui politik elektoral dan demokrasi substansial yang melibatkan

masyarakat. Bila melihat bagaimana dekatnya Kolombia dengan Amerika Serikat
yang Liberal, bahkan dibilang sebagai perpanjangan tangan untuk Amerika,
merupakan hal yang wajar bahwa Kolombia cenderung antipati terhadap Venezuela.
Kesimpulan
Melalui penjabaran di atas, dapat diringkas bahwa isu konflik terjadi
berdasarkan kepentingan (interest-based), karena terdapat unsur kepentingan yang
kental pada masing-masing negara tersebut. Di sisi Kolombia, terdapat kepentingan
untuk menekan kelompok perlawanan yang mengancam kedaulatan Kolombia baik
dari dalam maupun luar. Sedangkan dari pihak Venezuela, adalah menghindari
provokasi yang dapat menimbulkan ketidakstabilan dalam negerinya sendiri.
Kemudian aliansi Kolombia yang cenderung bersama Amerika Serikat dan Venezuela
bersama BRIC (Brazil, Rusia, India dan Cina) mengakibatkan pula clash of
ideologies (Neoliberalism dan New Left Wing Movement). Selain itu, konflik regional
seperti perbatasan wilayah, ekonomi dan lain-lain turut menyumbang peranan dalam
hubungan Venezuela dan Kolombia di Amerika Latin.

Daftar Pustaka
Baylis, John and Smith, Steve. (2001). The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations, New York: Oxford University Press.
Bailey, Norman A (1976) La Violencia in Colombia, Bogota: Journal of Interamerican
Studies
Petras, James & Henry Veltmeyer (2002) Imperialisme Abad 21, Yogyakarta: Kreasi Wacana
Petras, James and Henry Veltmeyer (2009) What’s Left in Latin America? Regime Change in
New Times. Ashgate
Mas´oed, Mohtar (1994) Ilmu Hubungan Internasional; Disiplin dan Metodologi, Jakarta:
LP3ES
Sandner, Gerhard (2007). "El conflicto fronterizo en el Golfo de Venezuela". La Biblioteca
Luis

Ángel

Arango

del

Banco

de

la

República

[http://www.lablaa.org/blaavirtual/geografia/ctemc/ctemc09b.htm] Diakses 18 Maret
2012 (dengan Google terjemahan).
Wikipedia, Colombia [http://en.wikipedia.org/wiki/Colombia] Diakses 17 Maret 2012
Wikipedia, Venezuela [http://en.wikipedia.org/wiki/Venezuela] Diakses 17 Maret 2012