artikel Islam peran iman dalam kehidupan

A. Peran Iman dalam kehidupan anak
Seorang anak tumbuh di lingkungan akan percaya kepada orang dekat, seperti ortu,
kakak, kakek dan gurunya. Anak akan tumbuh shat bahagia bila ortu dan guru
memiliki dedikasi penuh terhadap anak/muridnya. Namun bila lingkungan keluarga
taka ada dedikasi, maka tak ada saling percaya dan saling menghormati antara
anak, dan ortu dan akan menjadi factor utama dalam penderitaan anak, anak akan
kacau pikiran dan tidak memiliki rasa percaya diri.
Secara teori iman (rasa percaya) penuh anak terutama merupakan rasa cinta
dan percaya yang diperlihatkan ortu kepadanya dan diperlihatkan masing-masing.
Bila guru memiliki rasa percaya penuh serta dengan kesabaran dan ketelatenan
dalam memberikan pendidikan, maka efeknya pasti positif bagi muridnya
khususnya di tahun-tahun pertama pendidikan muridnya.
Seiring berjalannya waktu anak akan mengalami gangguan rasa percayanya
kepada seseorang atau sesuatu (ragu). Namun dalam periode ini rasa percaya
(iman) yang satu menggantikan rasa percaya yang pertama. Hal ini mempengaruhi
perkembangan jiwa anak seiring ia remaja. Dampak yang lebih buruk anak akan
menjadi skeptis dan tidak mempercayai hampir segalanya.
B. Ragu Yang positif
Rasa heran, takjub dan ragu merupakan factor yang bermanfaat bagi
perkembangan manusia, asal disertai semangat yang kuat untuk melakukan
penyelidikan dan pencarian. Oleh karena itu anak harus diberikan hal yang positif

untuk diajarkan hal-hal yang baik. Dengan demikian upaya untuk menemukan
kembali pentingnya rasa percaya diri dalam masa remaja indah lagi fantastis akan
tercapai. Dalam Al-Quran Allah berfirman yang artinya: “Apakah manusia mengira
bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan bahwa kami telah beriman, sedang
mereka tidak diuji” (Q.S: Al-Ankabut: 2)
C. Memandang Dunia
Tujuan dan arah hidup seseorang ada kaitanya langsung dengan pandanganya
tentang dunia dan peran manusia di dunia. Mengingat pandangan tentang dunia ini
mendapat dorongan dan merupakan infrastruktur dari ideology, maka kita mesti
hati-hati dalam memilih ideology. Dalam hal ini kita tidak boleh ngotot merasa
benar sendiri, dan kita dituntut untuk memiliki pengetahuan yang dalam tentang
ideology yang kita pilih.