Antropologi Pendidikan Hubungan Timbal

Antropologi Pendidikan
Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan

DISUSUN OLEH:
Indrawan
Muhammad Reza Nursaid
Rizky Fajrina O. F.
Yonanda Priatama

REG TP 2011
UNIVERSITAS NEGRI JAKARTA
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T dengan izin-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan”
untuk mata kuliah Antropologi Pendidikan.
Makalah ini berisikan tentang latar belakang atau kebudayaan manusia beserta
pendidikannya atau yang lebih khususnya membahas tentang hubungan timbal balik antara
kebudayaan dan pendidikan. Semoga makalah menambah informasi dan ilmu pengetahuan
bagi pembaca khususnya mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penulis

Sabtu, 13 Oktober 2012

2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................

1
2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................

4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 5
1.4 Sistematika Pembahasan .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan ....................................................................................................... 6
2.2 Pendidikan ......................................................................................................... 7
2.3 Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan ....................................... 8
2.4 Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan rasional berdasarkan kebutuhan.. 9

2.5 Pengaruh masyarakat terhadap keluarga dan sekolah....................................... 10

2.6 Pengaruh

Masyarakat

dalam


orientasi

dan

tujuan

pendidikan

maupun

proses

pendidikan......................................................................................................... 10
2.7

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSAKA ..................................................................................................................` 13


3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh
para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan
perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian
pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan
menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan
dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui
lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan
keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu
keseluruhan. Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak
diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri.
Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti,
sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk
mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana

keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan
bersifat konservatif yang bertujuan mengumpulkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang
dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian
yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk
melakukan perubahan terhadap kebudayaan.

4

1.2 Rumusan Masalah
Dalam penuisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya, yakni:
1) Kebudayaan
2) Pendidikan
3) Hubungan timbal balik pendidikan dan kebudayaan
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi kebudayaan
2. Mengetahui definisi pendidikan
3. Mengetahui hubungan timbal balik pendidikan dan kebudayaan
1.4 Sistematika Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab inimembahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II

PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang definisi pendidikan dan kebudayaan
serta hubungan timbal balik pendidikan dan kebudayaan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan makalah.

BAB II
5

PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan : “halhal yang bersangkutan dengan akal. Menurut Edward B. Taylor kebudayaan merupakan

keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh
seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara kebudayaan berarti
buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni
zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Menurut ilmu antropologi,
“kebudayaan” adalah : keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan merupakan tiga wujud dari sebuah kehidupan manusia berkelompok
menyangkut ide, produk, pola hidup dari bangun hingga tidur. Kebudayaan berarti semua
cara hidup yang telah diperkembangkan oleh anggota-anggota suatu masyarakat. Dengan
kebudayaan tertentu dimaksudkan totalitas cara hidup yang dihayati oleh suatu masyarakat
tertentu yang terdiri dari cara berpikir, cara bertindak, dan cara merasa yang
dimanifestasikan seperti agama, hukum, bahasa, seni dan kebiasaan-kebiasaan. Secara
sederhana kebudayan berarti semua cara hidup (ways of life) yang telah dikembangkan oleh
anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai
perilaku yang dipelajari dan dialami bersama (pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu
masyarakat tertentu termasuk artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku
tersebut disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan

dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau
beberapa kelompok dalam suatu masyarakat.
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas,
gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat
6

diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai
kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan
tersebut. Menurut R. Linton, kebudayaan dapat diklasifikasikan atas:
1.

Universals: pemikiran-pemikiran, perbuatan, perasaan dan artefak yang dikenal bagi

semua orang dewasa dalam suatu masyarakat. Ex, bahasa, hubungan kekerabatan, pakaian
dan kepercayaan.
2.

Specialisties: gejala yang dihayati hanya oleh anggota kelompok sosial tertentu. Ex,

kelompok golongan profesi.

3.

Alternatives: gejala yang dihayati oleh sejumlah individu tertentu seperti pendeta,

ulama, pelukis dan filosof.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun
secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap
kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari
masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana
koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya. Kebudayaan dapat
bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut
dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila
terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
2.2 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat
diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Pengertian pendidikan menurut M.J.
Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang

terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan
dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 - 1959), pengertian pendidikan merupakan daya upaya

7

untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani
anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam
rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam
lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam
bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan.

2.3 Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat
orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang
menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi
pula pendidikan atau cara mendidiknya.

Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan
manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang
dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu
kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah
dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan
dengan proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan
dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang
memasukkan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya.
Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan
bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.

8

Terdapat empat macam pengaruh pendidikan sekolah terhadap perkembangan masyarakat,
yaitu:

1. Mencerdaskan kehidupan masyarakat
2. Membawa pengaruh pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
3. Mencetak warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan
masyarakat
4. Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta
integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat

2.4 Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan rasional berdasarkan kebutuhan.
Adapun gambaran hubungan rasional diantara keduanya:

a.

Sekolah sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan di masyarakat
yang membawa konsekuensi-konsekuensi dan konseptual serta teknis yang
bersesuaian antar fungsi pendidikan yang diperankan sekolah dengan yang
dibutuhkan masyarakat. Untuk menjalankan tujuan pendidikan yang rasional dan
ideal, maka sekolah memerlukan mekanisme informasi timbal balik yang rasional,
objektif dan realitas dengan masyarakat.

b. Sasaran pendidikan yang ditangani lembaga sekolah, ditentukan oleh kejelasan
formulasi kerjasama antara sekolah dengan masyarakat. Diperlukan pendekatan
komprehensif (luas dan lengkap) di dalam pengembangan program dan kurikulum
untuk masing-masing jenis dan jenjang sekolahan.

9

c. Pelaksanaan fungsi sekolah dalam melayani masyarakat yang dipengaruhi oleh
ikatan-ikatan objektif diantara keduanya. Ikatan objektif tersebut berupa perhatian,
penghargaan dan dana, fasilitas dan jaminan-jaminan objektif lainnya.
2.5 Pengaruh masyarakat terhadap keluarga dan sekolah
a. Masyarakat yang dimaksud adalah orang tua atau wali peserta didik, anggota
keluarga yang lain atau semua orang yang tinggal di sekitar lingkungan
sekolah. Dalam konteks menyeluruh masyarakat merupakan tempat anak
hidup dan belajar kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam keluarga maupun di sekolah.
b. Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah,
mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan
batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta
berjenis-jenis budayanya.
c. Setiap masyarakat mamiliki karekteristik tersendiri dan memiliki normanorma.

Dimana

norma-norma

tersebut

sangat

berpengaruh

dalam

pembentukan kepribadian warga dalam bertindak dan bersikap. Identitas dan
perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap sekolah.

2.6 Pengaruh Masyarakat dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses
pendidikan
a. Pengaruh masyarakat terhadap orientasi dan tujuan pendidikan
Identitas suatu masyarakat dan dinamikanya senantiasa membawa pengaruh terhadap
orientasi dan tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan institusi yang
dilahirkan dari, oleh dan untuk masyarakat. Program pendidikan disekolah biasanya
tercermin di dalam kurikulum, yang dimana kurikulum ini selalu berubah-berubah sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Pengaruh identitas suatu masyarakat terhadap program10

program pendidikan, biasanya dibuktikan dengan berbedanya orientasi dan tujuan
pendidikan. Hal ini desebabkan setiap masyarakat memiliki ciri khas dalam orientasi dan
tujuan pendidikan tersendiri.

b. Pengaruh masyarakat terhadap terhadap proses pendidikan

Berlangsungnya proses pendidikan disekolah tidak lepas dari pengruh masyarakat,
pengaruh masyarakat yang dimaksud adalah pengaruh sosial budaya dan pertisipasinya.
Pengaruh sosial budaya biasanya tercermin dalam proses belajar baik yang berkaitan dengan
pola aktifitas pendidikan maupun anak didik di dalam proses pendidikan. Nilai sosial budaya
masyarakat bisa menjadi penghambat dan pendukung terhadap proses pendidikan. Oleh
karena itu usaha pembaharuan terhapat proses pendidikan di sekolah, mesti
memperhitungkan pengaruh sosial budaya dari masyarakat lingkungannya.

11

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu proses sengaja yang dilakukan secara sadar dan terencana
untuk merubah tingkah laku dan pola pikir peserta didik. Kebudayaan merupakan suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan karena pada
dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas, gagasan/ide
dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami.Kebudayaan dapat dimilik manusia dari
hasil belajar. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila
pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

12

DAFTAR PUSTAKA
afand.abatasa.com. (2009).definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli
Koentjaraningrat. (2009). PENGANTAR Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
tepenr06.wordpress.com.(2012).antropologi-pendidikan

13