I. PENDAHULUAN - 131 139 PERBANKAN DI INDONESIA TAHUN 2009 2013
PERBANKAN DI INDONESIA TAHUN 2009-2013; STRUCTURE-
Rizky Yudaruddin
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman [email protected]
Abstrak - Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sejak tahun 2004 telah berdampak pada
meningkatnya konsenterasi bank. Peningkatan konsenterasi bank menimbulkan dua hipotesis yang berlawanan
yaitu stucture-performace hypothesis dan efficien hypothesis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan,
apakah perbankan di Indonesia tahun 2009-2013 mendukung stucture-performace hypothesis atau efficien
hypothesi? Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Menggunakan data
laporan keuangan bank yang bersumber dari Bank Indonesia yang dianalisis dengan regresi data panel dengan
bantuan program e-views 8 menemukan bahwa perbankan di Indonesia mendukung efficien hypothesis. Namun
efisiensi bank belum mampu mendorong tercipta praktek bunga rendah sehingga dapat menurunkan daya saing
perekonomian Indonesia dalam menghadapi MEA Tahun 2015.Kata Kunci : Arsitektur Perbankan Indonesia, stucture-performace hypothesis, dan efficien hypothesis.
I. PENDAHULUAN
Sejak krisis moneter pada tahun 1997, Indonesia terus melakukan pembenahan termasuk industri perbankan. Hal ini karena industri perbankan merupakan salah satu bagian yang terkena dampak krisis yang ditandai dengan banyaknya bank yang “koleps”. Kondisi ini menyebabkan Bank Indonesia menyusun kebijakan untuk mengantisipasi dan memperkuat sistem perbankan di Indonesia dengan mengeluarkan regulasi berupa Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Kebijakan API adalah kerangka dasar penyusunan kebijakan perbankankan Indonesia sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003. Mulyaningsih dan Daly (2011) mengungkapkan API telah mempengaruhi struktur dan tingkat kompetisi perbankan di Indonesia secara langsung melalui dua kebijakan Bank Indonesia yaitu jumlah modal minimum dan kebijakan kepemilikan tunggal. Kebijakan ini menyebabkan meningkatnya skala ekonomi bank sehingga bank-bank besar memiliki kekuatan monopolis dan pasar menjadi kurang kompetitif. Artinya adanya kebijakan API, berdampak meningkatnya tingkat konsenterasi bank dan menurunnya tingkat kompetisi bank sesuai dengan pendekatan SCP (structure, conduct,
performance ),
Pendekatan SCP merupakan pendekatan struktural. Pendekatan ini menilai bahwa tingkat profit yang diperoleh bank dipengaruhi oleh struktur pasar dan tingkat kompetisinya. Penurunan tingkat kompetisi dan peningkatan konsenterasi dalam suatu industri akan menyebabkan meningkatnya keuntungan yang diperoleh industri tersebut. Hal ini karena struktur pasar yang terkonsenterasi cenderung menimbulkan perilaku kolusif untuk tujuan memaksimumkan profit.
Hasil penelitian Naylah (2010) menemukan bahwa penurunan tingkat kompetisi perbankan di Indonesia mengakibatkan aktifitas bank menjadi lebih leluasa dalam melakukan tindakan kolusif yang dapat meningkatkan profitabilitasnya. Adanya dugaan praktik oligopoli kolusif pada industri perbankan di Indonesia yang terlihat dari sulit turunnya suku bunga kredit dan market share yang dikuasai beberapa bank besar. Bahkan, praktek ini dianggap lumrah.
1 Kondisi industri perbankan Indonesia saat ini
memiliki tingkat suku bunga perbankan Indonesia tertinggi dibandingkan di ASEAN. Praktik bunga tinggi digunakan untuk meraih marjin laba yang tinggi. Perbankan Indonesia memiliki NIM (net
interes margin ) tertinggi di ASEAN mencapai 4,89
persen, disusul Filipina yang mencapai 3,3 persen, Thailand sebesar 2,6 persen, Malaysia 2,3 persen, dan Singapura 1,5 persen. Tingginya NIM perbankan Indonesia dinilai sebagai strategi perbankan dalam memperbanyak modal untuk bersaing. Namun cara ini juga dapat melemahkan persaingan perbankan Indonesia karena bunga
2 tertahan tinggi. Namun hasil penelitian Sanuri (2011) menemukan hasil berbeda yaitu tidak terbukti meningkatnya konsenterasi pasar akan meningkatkan praktik tidak sehat dalam memperoleh profit. Justru peningkatan profitabilitas bank dipengaruhi dari adanya peningkatan efisiensi yang dilakukan oleh industri perbankan di Indonesia. Menurut Bank Indonesia, suku bunga yang ada saat ini sesuai dengan kondisi masing- masing bank dan kondisi pasar. Saat ini tingkat suku bunga telah mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Dari data Bank Indonesia, suku bunga kredit perbankan rata-rata hanya turun sebesar 3,33 persen dalam beberapa tahun terakhir. Rata-rata suku bunga kredit industri perbankan sebesar 15,39 persen pada akhir Desember 2008, turun menjadi 13,24 persen pada Desember 2010, dan kembali
Indonesia. Peningkatan profitabilitas bank karena efisiensi yang dilakukan bank, bukan karena tidakan kolusif melalui tingginya tingkat suku bunga kredit.
Dalam kaitannya dengan efisiensi, Smirlock (1985) menilai tidak ada hubungan antara tingkat konsenterasi dengan profit melainkan dengan pangsa pasar. Tingkat konsenterasi bukan sebagai kejadian acak tetapi sebagai hasil dari keunggulan efisiensi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga memperoleh pangsa pasar yang besar. Meskipun pangsa pasar dan profit berkolerasi tetapi ini tidak ada hubungannya antara tingkat konsenterasi dengan profit. Hal yang sama juga diungkapkan Al- Obaidan (2008) bahwa tingkat konsenterasi tidak dinilai sebagai tindakan antikompetisi, tetapi harus dianggap sebagai konsekuensi dari efisiensi bank.
Namun tingkat efisiensi industri perbankan di Indonesia termasuk yang paling rendah. Salah satu indikator efisiensi adalah rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Meskipun tren-nya menunjukan penurunan, tetapi industri perbankan di negara ASEAN, rasio BOPO- nya sudah berada pada kisaran 20-30%. Artinya, perbankan di Indonesia masih tidak efisien, yang akhirnya selalu bedrapak pada tingginya bunga kredit.
3 Jadi tidak ada kartel di industri perbankan di
4 Berdasarkan kondisi perbankan saat ini, maka
penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris, apakah peningkatan konsenterasi akan meningkatkan prilaku kolusif yang dapat meningkatkan profitabilitas bank atau justru sebaliknya, meningkatnya profitabilitas bank, diakibatkan efisiensi yang dilakukan oleh bank? Jadi penelitian ini akan bermuara pada pembuktian dua hipotesis yaitu apakah industri perbankan di Indonesia mendukung
stucture-performace hypothesis atau efficien hypothesis?
II. LANDASAN TEORI A.
Structure Performance Hypothesis
Structure Performance Hypothesis di dasarkan pada pendekatan SCP (structure, conduct,
performance ). Pendekatan ini menilai bahwa
tingkat profit yang diperoleh bank dipengaruhi oleh struktur pasar dan tingkat kompetisinya. Penurunan tingkat kompetisi dan peningkatan konsenterasi dalam suatu industri akan menyebabkan meningkatnya keuntungan yang diperoleh industri tersebut. Hal ini karena struktur pasar yang terkonsenterasi cenderung menimbulkan perilaku kolusif untuk tujuan memaksimumkan profit.
Amalisa dan Nasution (2007) mengungkapkan ada tiga pemikiran yang terkait tingkat konsenterasi dan pangsa pasar sebagai variabel dari struktur pasar, yaitu: pertama, tradisional hypothesis. Pemikiran ini menganggap tingkat konsenterasi sebagai proxi dari market power. Meningkatnya konsenterasi pasar menyebabkan biaya kolusi menjadi murah sehingga perusahaan mendapat laba supernormal. Jadi peningkatan konseterasi pasar akan meningkatkan profitabilitas. Variabel efisiensi (EF) digunakan untuk memberikan penegasan apakah industri perbankan
9 INF it
= 0 ; β
3
= 0. Mendukung efficiency hypothesis jika koefisien dari tingkat konsentrasi dan koefisien dari
market share , β
2
= 0 ; β
3
> 0 atau β
2
3 = 0.
2
Variabel kontrol dalam penelitian menggunakan variabel yang bersifat internal (dari dalam bank) dan bersifat eksternal (inflasi) dengan model adalah sebagai berikut: Z
it = β
3 EF it + β
4 LDR it + β
5 SIZE it + β
6 GDPK it
7 NPL it + β
8 BO it + β
> 0 ; β
konsentrasi dan koefisien dari market share, β
Kedua, differentiation hypothesis. Pemikiran ini menganggap pangsa pasar sebagai proxi dari hasil differensiasi produk. Melakukan diffrensiasi produk akan meningkatnya pangsa pasar dan kemudian peningkatan ini diikuti kembali dengan melakukan differensiasi produk dan seterusnya, sehingga perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih tinggi. Jadi profit yang tinggi tidak hanya karena biaya yang rendah tetapi juga karena harga yang tinggi. Peningkatan pangsa pasar meningkatkan profitabilitas. Ketiga, efficient
efficiency hypothesis (ES). Meskipun
structure
. Pemikiran ini mengangggap tingkat konsenterasi dan pangsa pasar bukan sebagai proxi kekuatan pasar tetapi efisiensi perusahaan. Perusahaan yang efisien akan mendapatkan pangsa pasar yang besar lalu struktur pasarnya akan terkonsenterasi (tidak identik dengan kolusi) sehingga dapat meningkatkan profit. Jadi
Beberapa hasil penelitian menunjukan peningkatan konsenterasi menurunkan tingkat kompetisi dan meningkatkan profitabilitas. Chirwa (2001) menemukan dalam jangka panjang ada hubungan antara struktur pasar dengan profitabilitas perbankan Malawi. Hipotesis kolusi didukung karena adanya hubungan positif signifikan antara profitabilitas bank komersial dengan tingkat konsenterasi. Sathye (2005) menemukan kebijakan merger empat bank besar di Australia menyebabkan penurunan kompetisi sistem perbankan Australia sehinga bank tidak dapat menjadi efisien. Berger dan Hannan (1989), Naylah (2010), Bhatti dan Hussain (2010), dan Gajurel dan Pradhan (2011) menemukan bahwa peningkatan konsenterasi pasar menurunkan kompetisi dan meningkatkan profit.
B.
Efficiency Hypothesis
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Farrell (1957) menjelaskan efisiensi dari perusahaan terdiri dibagi menjadi dua yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis digambarkan sebagai bentuk kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output dengan sejumlah outuput yang tersedia. Sedangkan efisiensi alokatif adalah kemampuan perusahaan dalam menoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi produksinya. Jika kedua efisiensi ini digabungkan maka akan menjadi efisiensi ekonomi.
Peningkatan efisiensi akan meningkatkan kinerja perusahaan. Smirlock (1985) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat konsenterasi dengan profit melainkan dengan pangsa pasar. Tingkat konsenterasi bukan sebagai kejadian acak tetapi sebagai hasil dari keunggulan efisiensi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga memperoleh pangsa pasar yang besar. Artinya perusahaan yang lebih efisien akan mampu mendapatkan pangsa pasar yang besar, sehingga industri tersebut juga akan cenderung lebih terkonsentrasi. Meskipun pangsa pasar dan profit berkolerasi tetapi ini tidak ada hubungannya antara tingkat konsenterasi dengan profit. Hal yang sama juga diungkapkan Al-Obaidan (2008) bahwa tingkat konsenterasi tidak dinilai sebagai tindakan antikompetisi, tetapi harus dianggap sebagai konsekuensi dari efisiensi bank.
Hasil penelitian lainnya Evanoff dan Fortier (1988), Goldberg dan Rai (1996), Maudos (1998), Sathye dan Sathye (2004), Fatheldin (2005), Abbasoglu et al (2007), Samad (2008), Mensi dan Zouari (2010), Rettab, Kashani, Obay, dan Rao (2010), Sanuri (2011), dan Tajgardoon, Behname, dan Noormohamadi (2012) menemukan bahwa peningkatan profit bank terjadi karena efisiensi yang dimiliki bank. Berger (1995) mengungkapkan pangsa pasar dengan cara merger tetapi pada situasi tertentu. Berger dan Hannan (1997) mendukung hipotesis SCP dari pada relative market power (RMP) dan
datanya tidak sepenuhnya konsisten dengan teori yang ada. Selain itu, ditemukan juga hasil ini mendukung hipotesis Hick ’s quite-life, yang menyatakan bahwa perusahaan dengan pangsa pasar kecil dapat memaksimalkan efisiensi.
hypothesis didukung jika koefisien dari tingkat
III.METODE PENELITIAN
Model dalam penelitian ini mengadaptasi pada penelitian Smirlock (1985), Samad (2008), Naylah (2010), Berger dan Hannan (1997), Sanuri (2012), Bhatti dan Hussain (2010) dan Amalisa dan Nasution (2007), di mana pada table I, diberikan informasi mengenai operasional variabel secara lebih detail terkait definsi dan proxi yang digunakan dalam variable sehingga dapat disusun model sebagai berikut: π it = β
1 + β
2 C it + β
3 MS it + β 3 ∑Z it
Untuk mengetahui apakah industri perbankan di Indonesia mendukung stucture-performace
hypothesis atau efficiency hypothesis dapat
ditentukan sebagai berikut: Stucture-performace
- β
hypothesis atau melibatkan variabel SCP dan variabel efisiensi
efficiency hypothesis. Hal ini karenavariabel konseterasi (C) dan market share (MS) secara parsial maupun gabungan. Tujuannya untuk merupakan variabel SCP sehingga digunakan mengetahui konsistensi pengaruh setiap variabel variabel kontrol utama yaitu variabel efisiensi. Ada independen. dua variabel efisiensi yang dijadikan sebagai prosi dari efisiensi bank yaitu BOPO dan Efisiensi Teknis dengan menggunakan pendekatan non parametrik yaitu DEA/Data Envelopment Analysis (Cooper et al; 2006).
Tabel I. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Dependen Deskripsi
Kinerja/Profit ROA Rasio laba sebelum pajak dengan total aset bank i pada bulan t (π) it
Variabel Independen
Tingkat CR5DPK it ; Tingkat konsenterasi 5 bank besar (Bank Mandiri, BCA, BRI, BNI Konsenterasi (C) CR5ASSET dan Danamon) bank i pada bulan t yang dihitung dengan rumus:
i
5 t
=
CR x100%
DPK ℎ
=
CR x100%
ASSET ℎ
HHIDPK it ; Indeks Hirschman-Herfindahl (HHI) bank i pada bulan t yang HHIASSET dihitung dengan rumus:
it N
2
MSiHHI = dimana MS = Market Share
=1 Market Share (MS) MSDPK ; Market Share atau Pangsa Pasar bank i pada bulan t yang dihitung it
MSASSET dengan rumus:
it Total DPK bank x 100%
MS = ;
DPK Total DPK seluruh bank Total ASSET bank x 100%
MS T=
ASSE Total ASSET seluruh bank
DPK = Dana Pihak Ketiga
Variabel Kontrol (Z)
Tingkat Efisiensi EFBOPO Tingkat efisiensi (1) EFBOPO diukur dari BOPO yaitu Rasio biaya
it ; it
EFDEA operasional terhadap pendapatan operasional bank i pada bulan t (2)
it
EFDEA diukur dari Input dan Output yang diolah dengan metode
it
DEA (Data Envelopment Analysis) dengan bantuan program Banxia
Frontier Analysis Software . Input terdiri dari DPK, Total Asset dan
Biaya Operasional, sedangkan Output terdiri dari Kredit dan Pendapatan Operasional bank i pada bulan t
Tingkat likuiditas LDR Rasio kredit dengan total DPK bank i pada bulan t
it
Total Asset SIZE Log Natura Total Asset bank i pada bulan t-1
it
Pertumbuhan DPK GDPK (DPK bank i pada bulan t dikurang DPK bank i pada bulan t-1) dibagi
it
DPK bank i pada bulan t-1 Resiko Kredit NPL it Kredit Bermasalah dibagi total kredit/pembiayaan bank i pada bulan t-1 Biaya Operasional BO Biaya operasional bank i pada bulan t-1
it
Inflasi
INF Tingkat inflasi pada bulan t
t
2 β
- Koefisien regresi β
9 Nilai residual (error)
ε it Metode pengambilan sampel yang digunakan Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Negara Tbk, PT adalah . Kriteria yang Bank Arta Graha Internasional Tbk, Citibank N.A,
purposive sampling
digunakan adalah bank memiliki total asset dan PT Bank Mega Tbk, The Hongkong & Shanghai
market share terbesar yang jika di jumlahkan Banking Corp, dan PT Bank UOB Indonesia. Hal
penguasaannya lebih dari 75 persen yaitu PT Bank ini karena prilaku kolusi umumnya dilakukan Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT perusahaan besar (Amalisa dan Nasution: 2007). Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Perusahan besar yang dominan, perilakunya Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank menjadi contoh untuk diikuti dalam pemimpin Danamon Indonesia Tbk, PT Pan Indonesia Bank harga (Hasibuan: 1996). Bain (1856) dalam perusahaan yang menguasai sekitar 38 persen (sebanyak 4 perusahan) atau 8 perusahaan terbesar menguasai sekitar 45 persen.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan bulan bank mulai periode Januari 2009 hingga Desember 2013, yang dipublikasikan pada website Bank Indonesia Sedangkan data makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inflasi setiap bulan yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS).
DEA
DPK
Level -4.53809 0.0000** MS
ASSET
Level -6.28048 0.0000** EF
BOPO
Level -12.3358 0.0000** EF
Level -13.4044 0.0000** LDR Level -7.14711 0.0000** SIZE First Difference -30.4053 0.0000** GDPK Level -27.9586 0.0000** NPL Level -3.75626 0.0000** BO Level -1.95796 0.0001**
ASSET
INF Level -26.7426 0.0251* Keterangan: ** Signifikan pada α = 1% ; *Signifikan pada α = 10%
Hasil uji FTest, LM-Test dan Hausman Test pada data menunjukan pendekatan yang tepat untuk dapat digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel adalah Random Effect dan Fixed Effect pada seluruh model yang dirangkum pada tabel III sebagai berikut:
Tabel III. Hasil Uji Chow dan Hausman
Variabel Prob. Uji Chow
Prob. Uji Hausman
Pendekatan Cross section F
Level -5.73994 0.0000** MS
Level -4.00319 0.0000** HHI
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Damodar dan Dawn (2010) menjelaskan dalam pengolahan data panel terdapat 3 (tiga) pendekatan, yang dapat digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel, yaitu Common Effect , Fixed Effect dan Random Effect. Untuk memiliki ketiga model pendekatan yang Tiga uji yang sering digunakan untuk menentukan pendekatan model yang tepat adalah FTest (uji signifikansi fixed effect), LM-Test (uji signifikansi
unit root test yang berbasis data individual (time seris ). Pada penelitian uji satsioneritas
random effect ) dan Hausman Test (uji signifikansi fixed effect
atau random effect). Namun sebelum dilakukan analisis akan dilakukan uji stasioner karena data panel mengandung data time series sehingga informasi stasioner data menjadi informasi yang penting. Uji stastioner menggunakan uji Levin, Lin & Chu. Uji ini digunakan untuk pengolahan data panel berdasarkan uji akar unit memiliki kekuatan yang besar bila dibandingkan dengan uji akar unit berdasarkan data time series individu (Levin, Lin dan Chu. 2002).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan analisis regresi data panel maka perlu dilakukan pengujian stationer data. Pengujian stasioneritas data dimaksudkan untuk menghidari regresi yang lancung (spurious
regression ). Unit root test dengan basis data
berbentuk panel lebih baik dibandingkan dengan
dibantu program aplikasi E-Views 8. Hasil uji stationitas menunjukan output stastioner, di mana variabel SIZE stastioner pada drajad integrasi First Difference sebagaimana pada tabel II sebagai berikut:
DPK
Tabel II. Hasil Uji Stasioner
Variabel Drajad Integrasi Levin, Lin & Chu Statistic Prob.
ROA Level -5.29915 0.0000** CR5
DPK
Level -4.07881 0.0000** CR5
ASSET
Level -8.79141 0.0000** HHI
Cross section Chi- square Hasil Pengujian Variabel SCP dan Efisiensi Secara Parsial Model 1 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 2 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 3 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 4 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 5 0,00000 0,00000 0,0010 Fixed Effect Model 6 0,00000 0,00000 0,0001 Fixed Effect Hasil Pengujian Variabel SCP dan Efisiensi Secara Gabungan Model 1 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 2 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 3 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 4 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 5 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 6 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 7 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect Model 8 0,00000 0,00000 1,0000 Random Effect
Keterangan: Signifikan jika p-value < 5% Hasil analisis regresi data panel pada tabel IV dan V (Lampiran) menunjukan bahwa industri perbankan di Indonesia mendukung efficiency
hypothesis. Ini terlihat dari koefisien tingkat
konsentrasi dan market share yang berpengaruh penelitian Evanoff dan Fortier (1988), Goldberg dan Rai (1996), Maudos (1998), Sathye dan Sathye (2004), Fatheldin (2005), Aysan dan Abbasoglu (2007), Samad (2008), Al-Obaidan (2008) , Mensi dan Zouari (2010), Rettab, Kashani, Obay, dan Rao (2010), Sanuri (2011), dan Tajgardoon, Behname, dan Noormohamadi (2012) yang menemukan bahwa peningkatan profit bank terjadi karena efisiensi yang dimiliki bank, bukan karena meningkatnya konsenterasi. Hal ini juga mendukung penelitian, Berger (1995) yang menemukan bahwa profit bank dapat ditingkatkan dengan efisiensi dan pangsa pasar dengan cara merger/konsolidasi.
Ini berarti kebijakan API yang mempengaruhi struktur dan tingkat kompetisi perbankan di Indonesia yang menyebabkan meningkatnya konsenterasi bank mendorong bank untuk menjadi lebih efisien. Di tambah lagi, BI kembali membuat kebijakan untuk memperkuat struktur bank dengan menerapkan aturan lisensi berjenjang (multiple
license ) pada November 2012. Jika bank modalnya
kecil maka akan dibatasi kegiatan bisnisnya karena bermodal inti 5 triliun rupiah. Jadi adanya “paksa” bank untuk marger atau akuisisi dalam rangka memperkuat struktur bank menciptakan efisiensi bank.
Hasil ini juga diperkuat dengan hasil analisis pada variabel efisiensi yang menunjukan hasil pengaruh signifikan terhadap kinerja (BOPO yang berpengaruh negatif signifikan dan efisiensi teknis yang berpengaruh positif signifikan) sehingga memperkuat hasil bahwa peningkatan efisiensi akan meningkatkan kinerja bank. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, bank-bank di Indonesia terus meningkat efisiensinya. Kondisi ini terlihat dari terus menurunya BOPO bank di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2009-2013. Namun tidak hanya efisiensi bank yang terus meningkat, kinerja bank yang diukur dengan ROA juga mengalami peningkatan sebagaimana gambar 1.1. dibawah ini:
Gambar 1.1 Tingkat BOPO dan ROA Seluruh Bank Di Indonesia Januari 2009 – Desember 201360 180 160 140 120 80 100 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2009 2010 2011 2012 2013 BOPO_PERSERO BOPO_BUSNDEVISA BOPO_BUSNNONDEVISA BOPO_BPD BOPO_CAMPURAN BOPO_ASING BOPO_ALLBANK 1 2 3 4 5 6 7 I II III
IV
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2009 2010 2011 2012 2013 ROA_ALLBANK ROA_ASING ROA_BPD ROA_BUSNDEVISA ROA_BUSNNONDEVISA ROA_CAMPURAN ROA_PERSEROSumber: Statistik Perbankan Indonesia Bulan Januari 2009 – Desember 2013, diolah.
Efisiensi bank di Indonesia yang diukur oleh BOPO terus menujukan penurunan dari 101 persen dengan rata-rata 83,93 persen. Meskipun pada bulan Januari 2010 terjadi peningkatan BOPO yang persero. Kinerja bank yang diukur dengan ROA mengikuti BI Rate tetapi jika kita melihat selisih mengalami peningkatan dari 2,69 persen anuari antara BI Rate dengan suku bunga kredit maka 2009 menjadi 3,08 persen Desember 2013 dengan suku bunga kredit tidak mengikuti penurunan BI rata-rata 2,97 persen. Peningkatan signifikan terjadi Rate sebagaimana gambar 1.2. dibawah ini: pada bulan Januari 2011 sebesar 3,70 persen akibat kontribusi kinerja Bank Asing yang mencapai 5,70 persen.
Namun efisiensi bank di Indonesia jika dibandingkan dengan industri perbankan di ASEAN maka bank-bank di Indonesia masih lebih rendah. Efisiensi perbankan ditingkat ASEAN antara 20-40 persen sedangkan di bank di Indonesia rata-rata 83,93 persen. Artinya jika dibandingkan dengan bank-bank di ASEAN maka bank di Indonesia tingkat efisiensinya termasuk sangat rendah. Rendahnya efisiensi yang dimiliki oleh bank di Indonesia mengakibatkan masih tingginya tingkat suku bunga kredit. Meskipun Bank penurunan ini tidak diikuti dengan penurunan suku bunga kredit. Memang terlihat dalam lima tahun terakhir suku bunga kredit menunjuka penurunan
- –
Gambar 1.2 Perbandingan BI Rate dan Suku Bunga Kredit Seluruh Bank Di Indonesia Januari 2009
18 14 16 Desember 2013 10 9 10 12 8 6 7 - – Mar 2O04. 1-11 Smirlock, M. 1985. Evidence on the (Non)
8 6 4 I II 2009 2010 2011 2012 2013 III IV I BI_RATE SBK_INVESTASI BI_RATE S_KONSUMSI II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 4
5 I II 2009 2010 2011 2012 2013 III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV SBK_KONSUMSI SBK_MODAL_KERJA S_INVESTASI S_MODAL_KERJA
Keterangan: SBK = Suku Bunga Kredit; S = Selisih antara Suku Bunga Kredit dengan BI Rate Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Bulan Januari 2009 – Desember 2013, diolah.
Tingginya suku bunga kredit berdampak positif rata-rata perbankan di Indonesia mencapai 5,58 bagi bank di Indonesia. Net Interes Margin (NIM) persen. Bandingakan dengan Filipina sebesar 3,3 bank di Indonesia tertinggi di kawasan ASEAN. persen, Thailand sebesar 2,6 persen Malaysia 2,3 Kondisinya yang terjadi menjadi bank di Indonesia persen dan Singapura 1,5 persen. Kondisi ini jelas paling rendah efisiensinya namun paling tinggi menggambarkan perbankan di Indonesia NIM-nya di kawasan ASEAN. Dalam kurun waktu menerapkan praktik bunga tinggi untuk meraih 5 tahun terakhir, NIM bank di Indonesia tidak marjin laba yg signifikan. Kondisi yang berbahaya mengalami perubahan, meskipun BOPO dan BI bagi penciptaan daya saing Indonesia menghadapi Rate menunjukan penurunan (Gambar 1.3). NIM MEA Tahun 2015.
Gambar 1.3 Perbandingan NIM, Selisih Suku Bunga Kerdit, BI Rate, BOPO dan ROA Seluruh Bank Di Indonesia Januari 2009 – Desember 201310 8 9 12 10 8 5 6
7 4 6
4 I II 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 III IV I II NIM S_INVESTASI BI_RATE NIM
S_KONSUMSI S_MODAL_KERJA BOPO ROA
III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV
2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Keterangan: S = Selisih antara Suku Bunga Kredit dengan BI Rate Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Bulan Januari 2009 – Desember 2013, diolah.Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa implementasi API belum memberikan dampak yang positif bagi penciptaan efisiensi bank yang mampu berdampak pada penciptaan daya saing bagi perekonomian di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Kebijakan API hanya memberikan dampak positif pada bank dengan laba fantastisnya termasuk di kawasan ASEAN bahkan di dunia. Laba fantastis dengan bunga tinggi telah dipraktekan oleh bank-bank di Indonesia termasuk bank-bank BUMN seperti BRI, Bank Mandiri dan BNI sebagai bank terbesar di Indonesia.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Society , 120, 253-81 Fatheldin, Ibrahim Al-Karasnehand Ayten M.
Envelopment Analysis and Its Uses with DEA-Solver Software and References .
Springer Science and Business Media, Inc. New York. USA. Damodar N. Gujarati dan Dawn C. Porter. 2010.
Dasar-Dasar Ekonometrika . Edisi 5 Buku 2.
Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta. Evanoff, D.D and D.L. Fortier. 1988. Reevaluation of the Stucture-Conduct-Performance
Paradigmin Banking ”. Journal of Financial
Services Research , 1,pp,277-294
Farrell, M.J. 1957. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of The Royal Statistical
2005. Market Structure and Performance in the GCC Banking Sector: Evidence from Kuwait, Saudi Arabia, and UAE
”. AERC Research Paper 108. African Economic Research Consortium . Nairobi.
”. AMF
Economic Papers, Number 11. Arab
Monetary Fund., Abu Dhabi, United Arab Emirates
Gajurel, Dinesh Prasad and Pradhan, Radhe Shyam. 2011. Structure-Performance Relation in Nepalese Banking Industri”.
IPEDR vol.2. IAC S IT Press, Manila, Philippine . p. 25-31
Goldberg, L.G. and Rai, A. 1996. The Structure- Performance Relationship for European Banking”. Journal of Banking and Finance, Vol. 20, , pp. 617-645 Hasibuan, Nurimansjah. Ekonomi Industri. LP3ES.
Jakarta. 1993.
Cooper. William w., Seiford. Lawrence N., and Tone. Kaoru. 2006. Introduction to Data
Liberalization And Performance In The Malawian Banking Industri
Berdasarkan hasil analisis pada 15 bank terbesar di Indonesia tahun 2009 -2013 dapat disimpulkan sebagai berikut:
3. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) serta BI perlu melakukan revisi ulang terhadap kebijakan API agar mendorong terciptanya efisiensi bank dan praktek bunga rendah.
International Journal of Business and Management Vol. 5, No. 9; September
Evidence on Structure Conduct Performance Hypothesis in Pakistani Commercial Banks.
Bhatti, Ghulam Ali and Hussain,. Haroon. 2010.
Money, Credit and Banking , Vol.27,No.2, 1995. pp.404-431.
Berger, Allen N. 1995. The Profit-Structure Relationship - Test of Market-Power and Efficent-Structure Hypotheses. Journal of
291-99 Berger, Allen N and Hannan, Timothy H. 1997. Using Efficiency Measures To Distinguish Among Alternative Explanations Of The Structure-Performance Relationship In Banking. Managerial Finance; Vol. 23, No. 1; pp 6-31
Review of Economics & Statistics , 71: 2. pp.
1. Kebijakan API telah menyebabkan meningkatnya konsentrasi bank. Namun peningkatan konsenterasi ini tidak dinilai sebagai bentuk antikompetisi sehingga bukan tingkat konsenterasi bank yang menyebabkan meningkatnya profitabilitas bank tetapi efisiensi yang dilakukan oleh bank. Jadi hasil penelitian mendukung efisiensi hipotesis.
2010. Chirwa, Ephraim W. T.. 2001 Market Structure,
2. Kebijakan API hanya memberikan dampak positif bagi bank tetapi tidak bagi daya saing perekonomian Indonesia. Efisiensi bank belum mampu menurunkan praktek bunga tinggi yang dilakukan oleh bank.
DAFTAR PUSTAKA
Perbandingan Profitabilitas Industri Perbankan Syariah dan Industri Perbankan Konvensional Menggunakan Metode Struktur Kinerja Dan Perilaku. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia .
No.12 pp. 104-114 Amalisa, Fitri. dan Nasution, Mustafa Edwin. 2007
Al-Obaidan, A.M.. 2008 Market Structure, Concentration and Performance in the Commercial Banking Industry of Emerging Markets. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, .
Vol. VII No 02, Januari 2007, 31-51. Abbasoglu, Osman Furkan and Ahmet Faruk
Aysan and Ali Gunes. 2007 Concentration, Competition, Efficiency and Profitability of the Turkish Banking Sector in the Post- Crises Period
Berger, Allan N. and T. Hannan. 1989. The Price- Concentration Relationship in Banking.
”. Munich Personal RePEc Archive . ISS/EC-2007-20.
Credit and Banking , Vol. 17, No.1, pp.69-83
Asian Economics , Vol.19, 181-193
Relationship Between Concentration and Profitability in Banking. Journal of Money,
No. l. Jan
Indian School of Political Economy . Vol. 16
Structure, Conduct and Performance Relationship in Indian Banking. Journal of
Sathye, Suneeta and Sathye., Milind. 2004.
Review of Accounting and Finance , Vol. 4, No 2, pp.107-122.
Performance in Australian Banking”,
Universitas Indonesia. Tesis Tidak Dipublikasikan. Sathye, M.. 2005. Market Structure and
Sanuri. 2011. Pembuktian Paradigma Structure- Conduct-Performace atau Hipotesis Efficient-Structure Dalam Industri Perbankan Indonesia”.
Samad, A. 2008. Market Structure, Conduct and Performance: Evidence From the Bangladesh Banking Industry.Journal of
Levin, A., C.F. Lin, and C.S.J. Chu. 2002. Unit root tests in panel data: Asymptotic and finite- sample properties. Journal of Econometrics. 108: 1 –24. Maudos, Joaquin. 1998. Market Structure And
of Finance and Economics. EuroJournals Publishing, Inc . - Issue 50 2010.190-203.
Banks in the Gulf Cooperation Council Countries. International Research Journal
Naylah, Maal. 2010. Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia”. Universitas Dipenogoro. Tesis Tidak Dipublikasikan Rettab, Belaid. Kashani, Hossein. Obay, Lamia. and Rao. Ananth. 2010. Impact of Market Power and Efficiency on Performance of
. Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan, Oktober 2011, 151-185
Indonesia
p 151-166 Mulyaningsih, Tri dan Daly. Anne. 2011. Competitive Conditions In Banking Industri: An Empirical Analysis Of The Consolidation, Competition And Concentration In The Indonesia Banking Industri Between 2001 And 2009. Bank
Canadian Center of Science and Education .
Efficient Structure versus Market Power: Theories and Empirical Evidence”. International Journal of Economics and Finance. Vol. 2, No. 4; November 2010.
Applied Financial Economics , 8, 191- 200 Mensi, Sami and Zouari., Abderrazak. 2010.
Performance In Spanish Banking Using A Direct Measure Of Efficiency”. Routledge.