mandiri Psikolinguistik adalah penggabungan antar

Psikolinguistik adalah penggabungan antara dua kata 'psikologi' dan 'linguistik'. Psikolinguistik
mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan,
menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena
masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu
psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan
biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.

Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan
benar secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses
yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainya. Psikolinguistik
perkembangan mempelajari kemampuan bayi dan anak-anak dalam mempelajari bahasa, biasanya
dengan metoda eksperimental dan kuantitatif (berbeda dengan pengamatan naturalistik seperti yang
dilakukan Jean Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan anak).
BAB III: BAGAIMAN MANUSIA MEMAHAMI UJARAN
1. Struktur Batin dan Struktur lahir
Perbedaan antara struktur lahir dan batin ini sangat penting untuk pemahaman kalimat karena
proses mental yang dilalui oleh manusia dalam menanggapi kalimat-kalimat seperti ini berbeda
dengan kalimat-kalimat yang tidak ambigu. Meskipun konsep struktur batin dan lahir ini sudah tidak
diikuti lagi oleh penggagasannya (Chomsky 1996), dalam kaitannya dengan komprehensi ujaran
kedua konsep ini rasanya masih sangat bermamfaat.


2. Proposisi
Unit-unit makna pada kalimat dinamakan proposisi (Clark dan Clark 1977:11). Lobner
memdefinisikannya sebagai a set of the referents of all referring element and how they are linked
(Lobner, 2002:23-29 dan 99-120). Proposisi terdiri dari dua bagian (a) argument, yakni ihwal atau
ihwal- ihwal yang dibicarakan, dan (b) predikasi, yakni pernyataan yang dibuat mengenai argument.

3. Konstituen Sebagai Realita Psikologis
Konstituen bukankah hanya sekedar potongan kalimat yang sifatnya arbitrer saja. Pemotongan
kalimat menjadi konstituen mempunyai landasan psikologis maupun sintatik yang kuat. Pertama,
konstituen merupakan satu kesatuan yang utuh secara konseptual. Kedua, pemotongan kelompok
kata di luar konstituen akan mengganggu komprehensi kita. Ketiga, yang kita simpan dalam memori
kita bukanlah kata-kata yang lepas dari konstituennya, tetapi kesatuan makna dari masing-masing
konstituen.

4. Strategi Dalam Memehami Ujaran
Dalam memahami suatu ujaran, ada tiga faktor yang ikut membatu kita. Pertama adalah faktor yang
berkaitan dengan pengetahuan dunia. Tidak jarang pula pengetahuan dunia ini merupakan satusatunya faktor yang membantu kita memahami isi suatu ujaran. Pengetahuan tentang dunia yang
sifatnya tidak universal adalah pengetahuan yang spesifik terdapat pada budaya atau masyarakat
tertentu.
Di samping pengetahuan tentang dunia, memahami tentang ujaran kita juga dibantu oleh faktorfaktor sintatik. Dengan kata lain, kita memakai strategi-strategi sintatik untuk membantu kita

memahami suatu ujaran. Strategi itu antara lain:
a) Setelah kita mengidentifikasi kata pertama dari suatu konstituen yang kita dengar, proses mental
kita akan mencari kata lain yang selaras dengan kata pertama dalam konstuen tersebut.
b) Setelah mendnegar kata yang pertama dalam konstituen, perhatikan apakah kata berikutnya
mengakhiri konstruksi itu.
c) Setelah kita mendengar suatu verba, carilah macam serta argumen yang selaras dengan verba
tersebut.
d) Tempelkanlah tiap kata baru pada kata yang baru saja mendahuluinya. Strategi ini berkaitan
dengan kenyataan bahwa wujud kalimat memang dalam bentuk linier sehingga kata yang
mengikutinya biasanya menjelaskan kata yang mendahuluinya.
e) Pakailah kata pertama atau konstituen dari suatu klausa untuk mengidentifikasi fungsi dari klausa
tersebut.
f) Pada bahasa tertentu seperti bahasa inggris, afiks juga memberikan bantuan dalam pemahaman.
Di samping strategi sintatik, orang juga memakai strategi semantik dalam memahami ujaran. Berikut
ini beberapa strategi semantik yang kita pakai ialah:
a) Pakailah nalar dalam memahami ujaran.
b) Carilah konstituen yang memahami syarat-syarat semantk tertentu.
c) Apabila ada urutan kata N V N, maka N yang pertama adalah pelaku perbuatan, kecuali ada tandatanda lain yang mengingkarinya.
d) Bila dalam wacana kita temukan pronominal seperti dia, mereka, atau kami, carilah antesiden
untuk pronominal ini.

e) Informasi lama biasanya mendahului informasi baru.
Dari gambaran di atas tampak bahwa strategi sintatik dan strategi semantik dipelukan untuk
memahami ujaran.

5. Ambiguitas
Dalam beberapa hal kadang kita menemukan kalimat yang bermakna lebih dari satu yang umumnya
disebut sebagai kalimat yang ambigu atau raksa.

5.1 Macam Ambiguitas
Dilihat dari segi unsur leksikal dan struktur kalimatnya, ambiguitas dapat dibagi menjadi dua macam:
(a) ambiguitas leksikal, dan (b) ambiguitas gramatikal. Sesuai dengan namanya, ambiguitas leksikal
adalah macam ambiguitas yang penyebabnya adalah bentuk leksikal yang dipakai.
Ambiguitas gramatikal adalah macam ambiguitas yang penyebabnya adalah bentuk struktur kalimat
yang dipakai. Ambiguitas gramatikal dapat dibagi menjadi dua macam yaitu ambiguitas sementara
(local ambiguity), dan ambiguitas abadi (standing ambiguity) (Gleason dan Ratner 1998).

5.2 Teori Pemrosesan Kalimat Ambigu
Pada dasarnya ada dua macam teori ambigu mengenai pemrosesan kalimat yang bermakna ganda.
Teori pertama dinamakna Garden Path Theory (GPT). Menurut teori Fraizer tahun 1987 ini, orang
membangun makna berdasarkan pengetahun sintatik. Ada dua principle dalam teori ini: (1) Minimal

Attachment Principle (MAP), dan Late Closure Principle (LCP).

5.3 Pemrosesan Kalimat Non-harfiah
Sebagian teori menyatakan bahwa ada tiga tahap dalam pemrosesannya. Pertama, kita berikan
tanggapan secara harfiah untuk tiap kata yang msuk terlebih dahulu. Kedua kita berikan makna
harfiah terhadap kata-kata yang kita dengar itu. Dan ketiga mencari makna lain di luar makan harfiah
yang mustahil itu.
5.4 Pemrosesan Secara Sintatik atau Semantik
Seperti dinyatakan sebelumnya, ada dua macam pendekatan yang membantu kita mempersepsi dan
memahami ujaran, dan kedua pendekatan ini seolah-olah merupakan dua kelompok yang berdiri
sendiri-sendiri. Dalam kenyataannya kedua kelompok ini saling membantu.
Kompetensi kita sebagai penutur asli tentang sintaksis bahasa kita tentu merupakan bekal intuitif
yang membimbing kita untuk menerima, menolak, meragukan, dan mendeteksi ambiguitas suatu
kalimat. Sebagai penutur asli, kita juga memiliki intuisi semantik, baik yang bersifat universal maupun
yang lokal.

6. Penyimpanan Kata
6.1 Faktor Yang Mempengaruhi Akses Terhadap Kata

Pada dasarnya retrival kata dipegaruhi oleh pelbagai faktor yaitu, Frekuensi kata, Ketergambaran,

Keterkaitan semantik, kategori gramatikal, dan fonologi.

6.2 Teori Tentang Makna
Ada dua teori untuk memahami makna yaitu teori fitur dan teori berdasarkan pengetahuan. Teori
fitur pada dasarnya menyatakan bahwa kata memiliki seperangkat fitur, atau ciri yang menjadi bagian
integral dari kata itu. Manusia dapat memahami ujaran karena mereka dapat mengenali kata-kata
yang mereka dengar secara intuitif yang sebenarnya berdasarkan peda pengetahuan yang mereka
miliki tentang bahasa dan budaya mereka.
Proses produksi ujaran bermula dari proses mental (tahap-tahap ketika orang mau berujar;
intangible) dan berakhir pada tindakan motorik (tangible). Jelaskan dengan rinci
Tahap ketika orang mau berujar (intangible) / perencanaan, ada 3 macam dalam proses
intangible:
a.
Wacana (perencanaan ini mengenai topik yang akan diujarkan), topik atau tema yang akan
diujarkan masih berupa konsep yang masih ada didalam pikiran.
b.

Kalimat (Perencanaan produksi kalimat) ada tiga kategori yaitu:

1) Menentukan proposisi apa yang ingin dinyatakan (muatan proposional) dengan pemilahan

peristiwa atau keadaan menjadi ihwal yang seolah-olah terpisah-pisah.
Contohnya: jika kita melihat seseorang wanita cantik yang memakai gaun bagus.
Pemilahanya berupa;
Ada seseorang wanita. Wanita itu cantik. Ada gaun. Gaun yang bagus.
2) Muatan ilokusioner / makna yang akan disampaikan itu akan diwujudkan dalam kalimat seperti
apa, apakah dengan kalimat representatif atau kalimat direktif. Jadi pada tahap ini seseorang ingin
membuat kalimat/ujaran yang sesuai keinginan penutur dan mempunyai maksud menyampaikan
pesan tertentu terhadap mitra tutur.
Contohnya: “Hari ini film yang diputar di cinema 21 bagus nggak beb?”
Kalimat diatas terproses didalam kategorisasi pembentukan kalimat yang diharapkan sesuai dengan
apa yang diinginkan penutur. Meskipun contoh diatas menggunakan kalimat tanya, penutur
sebenarnya ingin mengajak / diajak pacar untuk menonton film di cinema 21.
3) Struktur tematik / menentukan berbagai unsur dalam kaitanya dengan fungsi gramatikal atau
sematik dalam kalimat. Misalnya penutur cenderung ingin mengungkapkan sesuatu dalam kalimat
aktif atau pasif.
Contohnya: Penutur ingin mengujarkan suatu kejadian
“kereta api menabrak pengendara sepeda motor” (kal. Aktif)

Atau
“Pengendara sepeda motor tertabrak kereta api” (kal. Pasif)

Penutur secara umum mungkin lebih memilih kalimat Pasif dari contoh diatas karena lebih berterima
daripada contoh yang menggunakan kalimat aktif.
c.

Konstituen (perencanaan produksi konstituen yang membentuk kalimat)

Tahapan ini si penutur ingin memilih konstituen / unsur pokok / pilihan kata yang maknanya sesuai
dengan apa yang diinginkan penutur.
Contoh dalam bahasa jawa:
- jika bertemu / reuni dengan kawan lama yang sangat akrab
“Woi ndes, iseh urip to awakmu?”
- jika bertemu / reuni dengan kawan lama yang tidak akrab / biasa saja
“Woi mas bro, pie kabarmu, waras to?”
Perencanaan konstituen / tahap memilih kata dengan makna yang sangat tepat dapat dilihat seperti
contoh diatas meskipun terkadang secara struktur hierarkis sangat berbalik antara makna kalimat
dengan makna ujaran.
-

Tahap tangible (tindakan motorik) / Pelaksanaan (Artikulasi)


Setelah kalimat yang ingin diujarkan sudah dipersiapkan melalui tahap intangible, maka bagian otak
yang disebut ‘broca’ memerintahkan ‘korteks motor’ untuk berkerja. Korteks motor meliputi jalur
diotak yang mengendalikan lidah, rahang gigi, pita suara, dan perangkat wicara lainya.
Contoh singkat ketika mau mengujarkan kata ‘roti’. Maka yang terjadi adalah korteks motor
memerintahkan;
(-) pita suara untuk bersiap-siap bergetar untuk menghasilkan bunyi
(-) menempelkan ujung lidah kedaerah alveolar dan digetarkan berkali
(-) pita suara bergetar bersamaan dengan lidah yang bergetar didaerah alveolar
(-) uvula menempel pada tenggorokan agar udara tidak keluar lewat hidung
Proses diatas adalah untuk menghasilkan bunyi rhotic [r], dan juga seterusnya untuk menghasilkan
bunyi [o], [t], dan [i], korteks motor memerintahkan organ wicara terkait yang berfungsi untuk
menghasilkan bunyi tersebut. Tentunya proses ini terjadi dengan cepat sehingga laju ujaran yang
keluar menjadi terasa normal.

MAKALAH ISBD "PERKEMBANGAN BUDAYA INDONESIA"

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya.
“Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang majemuk dan sangat
kaya ragamnya. Perbedaan yang terjadi dalam kebudayaan Indonesia dikarekan proses pertumbuhan
yang berbeda dan pengaruh dari budaya lain yang ikut bercampur di dalamnya”. (Kong Fu Tse, 1970).
Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Seiring dengan masuknya era
globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Negara Indonesia mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya. Setiap butir
norma memiliki peranan masing-masing dalam mengatur hidup manusia (Soekamto, 1984). Norma
merupakan suatu ketetapan yang ditetapkan oleh manusia dan wajib dipatuhi oleh masyarakat dan
memiliki manfaat positif bagi kelangsungan hidup khalayak.
Pada kondisi saat ini, kebudayaan mulai ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu
akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya
keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya.
Generasi muda termasuk mahasiswa di dalamnya, baik disadari atau tidak memegang amanah dalam
menjaga kelestarian keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam menjaga
kelestarian budaya Indonesia tersebut banyak cara yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan
dan batasan-batasan yang ada.
B.

Rumusan Masalah


Bagaimana dampak kebudayaan yang ada di Indonesia baik secara negatif maupun positifnya serta
bagaimana perkembangan kebudayaan di Indonesia.
C.

Tujuan Penulisan

1.

Untuk mengetahui Perkembangan Budaya Indonesia

2.

Untuk Mengatahui Perbedaan antara Kebudayaan dan Peradaban

3.

Konsep nilai dan sistem nilai budaya

4.


Dampak Positif dan Negatif Dalam Kebudayaan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan budaya Indonesia
Perkembangan budaya indonesia saat ini sudah mulai terkikis perlahan-perlahan seiring dengan
perkembangan zaman yang lebih maju dan modern, saat ini banyak masyarakat secara perlahan
meninggalkan budaya local atau tradisional dan lebih memilih budaya yang lebih modern. Ini terjadi
karena adanya proses perubahan social seperti Akultursi dan Asimilasi. Akulturasi adalah proses
masuknya kebudayaan baru yang secara lambat laun dapat diterima dan diolah dengan kebudayaan
sendiri, tanpa menghilangkan kebudayaan yang ada.
Asimilasi adalah proses masuknya kebudayaan baru yang berbeda setelah mereka bergaul secara
intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan itu masing-masing berubah menjadi unsurunsur kebudayaan campuran.
Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya indonesia, batik tersebut belakangan ini termasuk
bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini dikarenakan batik telah
diresmikan bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO pada hari jumat tanggal 02 oktober
2009 sebagai warisan budaya indonesia, dan hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional.
B.

Perbedaan antara kebudayaan dan peradaban

1.

Kebudayaan

Kebudayaan dan peradaban memang merupakan aspek-aspek kehidupan sosial manusia yang
memiliki sedikit perbedaan tapi dari perbedaan tersebut dapat diambil jalan tengah yaitu peradaban
dan kebudayaan adalah dua aspek dalam kehidupan manusia, ada hubungan timbal balik antara
keduanya. Sebagaimana hubungan antara aspek spiritual, mental dan material dalam diri manusia.
Kebudayaan ataupun peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan
suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat
(kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu dapat diartikan “ hal-hal yang bersangkutan dengan
budi dan akal”. Ada pendirian lain mengenai asal dari kata kebudayaan itu, ialah bahwa kata itu
adalah suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, artinya daya dan budi, kekuatan dari akal.
Adapun istilah inggrisnya berasal dari kata Latin colereyang berarti “mengolah, mengerjakan”,
terutama mengolah tanah atau bertani . Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan
usaha manusia untuk merubah alam.

2.

Peradaban

Adapun istilah peradaban dapat kita sejajarkan dengan kata asing civilization . Istilah itu biasanya
dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti :
kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan-santun dan sistem pergaulan komplex dalam suatu
masyarakat dengan struktur yang komplex. Sering juga istilah peradaban dipakai untuk menyebut
suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan
dan ilmu pengetahuan yang maju dan komplex.

C.

Konsep nilai dan sistem nilai budaya

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan
(believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya
sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai
budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai
acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :
Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam
bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya merupakan tingkatan tingkat
yang paling tinggi dan abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu
merupakan konsep – konsep mngenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari dari
warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai , berharga, dan penting dalam
hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada
kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.
Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka nilai – nilai budaya dalam suatu
kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat. Dalam

masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain berkaitan satu sama lain sehingga
merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai suatu pedoman dari konsep –konsep ideal dalam
kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.

D. Dampak Positif dan Negatif Dalam Kebudayaan
1.

Secara garis besar kebudayaan Indonesia

Dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan
Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan
kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh
kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Sebagai layaknya seorang pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensidimensi yang ada dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang
dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang
kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.
Seorang pengamat memberikan argumennya tentang kebudayaan Indonesia modern. Dia
mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia modern dimulai ketika bangsa Indonesia merdeka. Bentuk
dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam kekangan dan tekanan. Dari sini bangsa
Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna.
Kebudayaan Indonesia yang multikultur seperti itu, ketika dikaji dari sisi dimensi waktu, dapat dibagi
pula pengertiannya :
a) Pertama, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk. Definisi ini
mengarah kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan pengetahuan yang
tersosialisasi/internalisasi dari generasi-generasi sebelumnya, yang kemudian digunakan oleh
umumnya masyarakat Indonesia sebagai pedoman hidup. Jika dilacak, kebudayaan ini
terdokumentasi dalam artefak/atau teks. Melihat kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak
kepada apa yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik bahkan paripurna.
Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang adiluhung, merupakan contoh
terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan adalah dokumen teks (Jawa termasuk sastra-sastra
lisan) yang harus dijadikan pedoman kalau kita tidak ingin kehilangan ke-jawa-annya. Ungkapan: “ora
Jawa” atau “durung Jawa” adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah bergeser
dari teks tersebut.
b) Kedua, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi kedua
ini menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah ada masyarakat manapun di
dunia ini yang tidak bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan
Indonesia atau kebudayaan Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua ini,
yaitu bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir berbagai elemen
kebudayaan asing yang cenderung bersifat kapitalisme? Pada saat yang sama, kebudayaan global
yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung-relung kehidupan masyarakat “tanpa” bisa

dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah: membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai
positif yang ditawarkan.
c) Ketiga, adalah kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang direncanakan untuk dibentuk. Ini
adalah definisi yang futuristik, yang perlu hadir dan dihadirkan oleh warga bangsa yang
menginginkan Indonesia ke depan harus lebih baik. Inilah yang seharusnya menjadi fokus kajian
serius bagi pemerhati Indonesia, khususnya para mahasiswa dan pemerhati budaya.
2.

Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :

a) Bahasa, sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak
jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat populer dalam penggunaan seharihari, hanya pada saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi dengan bahasa Inggris sekedar
untuk menyampaikan kepada audien kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.
b) Sistem teknologi, perkembangan yang sangat mencolok adalah teknologi informatika. Dengan
perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya
di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam
bidang informatika.
c) Sistem mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dalam
situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru.
Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang
jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.
d) Organisasi Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI,
Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
e) Sistem Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan
perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.
f) Religi. Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum
bertentangan dengan agama aslinya. Misalnya : aliran Ahmadiyah, aliran yang berkembang di
Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.
g) Kesenian. Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari
yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang
berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati
setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser
dengan model Extravaganza. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya.
h) Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran budaya. Hal ini mungkin dapat dipahami
mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidakmampuan
kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita. Kebudayaan
Indonesia adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh masyarakatmasyarakat Indonesia (yang multi etnis) itu sebagai pedoman bertingkah laku dan menghasilkan
produk-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-

masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan, baik karena faktor internal maupun
eksternal.
3. Berikut dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat, antara lain, pengaruh positif dapat
berupa :
a)

Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.

b)

Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki

c) Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala
global.
d) Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung
pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
e)

Tidak berseberangan dengan desentralisasi.

f)

Bukan penyebab krisis ekonomi.

4.

Pengaruh Negatif berupa :

a) Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif
komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk
terkenal).
b) Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif.
Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting
(romantisme tradisi). Dan kelompok kedua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya
layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi tradisi / disconnecting of
culture).
c) Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah
posisi negara melainkan juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.
d) Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per
unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang
secara tajam.
e) Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta
kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.
f)
Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan
fundamentalis. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak
pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga dirinya
diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini merupakan
atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme, nasionalisme dan
fundamentalisme.

g) Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing yang berada di
wilayah Indonesia.
5.

Beberapa contoh perkembangan budaya

a)

Cara Berpakaian

Sekarang ini masyarakat Indonesia lebih menyukai berpakaian yang lebih terbuka seperti bangsa
barat yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat ketimuran bangsa Indonesia yang dianggap
berpakaian lebih sopan dan tertutup.
b)

Alat Musik

Perkembangan alat musik saat ini juga dibanjiri dengan masuknya budaya asing, kita dapat
mengambil contoh dari kebudayaan asli betawi di Jakarta, pada saat ini sudah tidak ada lagi
terdengar alat musik Tanjidor musik khas dari tanah Betawi, saat ini yang sering kita dengar adalah
alat-alat musik modern yang biasanya menggunakan tenaga listrik.
c) Permainan Tradisional
Bahkan masuknya budaya asing juga mempengaruhi permainan tradisional, seperti permainan
gangsing atau mobil-mobilan yang terbuat dari kayu, pada saat ini sudah jarang kita temukan, yang
saat ini kita temukan adalah produk-produk permainan yang berasal dari Cina, seperti mainan mobil
remote control yang berbahan baku besi atau plastic.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada kondisi saat ini, kebudayaan mulai ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu
akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya
keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya
luar. Generasi muda termasuk mahasiswa di dalamnya harus menjaga kelestarian keanekaragaman
budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Jangan sampai di saat budaya kita diambil bangsa lain, baru kita
menyadari betapa bagusnya nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kita itu sendiri. Perkembangan
zaman dan teknologi yang semakin lama semakin canggih serta perdagangan bebas yang telah terjadi
di dunia khususnya Indonesia telah meracuni bangsa Indonesia terhadap moral akhlak dan tatakrama
pergaulan anak remaja, adat budaya Indonesia yang dulu katanya Indonesia kaya akan budayanya
kini terhapus semua oleh yang namanya kemajuan zaman.
Pada kondisi saat ini, kebudayaan mulai ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu
akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya
keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya
luar dan karakter mayarakat Indonesia yang suka meniru. Generasi muda termasuk mahasiswa di

dalamnya, baik disadari atau tidak memegang amanah dalam menjaga kelestarian keanekaragaman
budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia tersebut banyak
cara yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan batasan-batasan yang ada.
Jangan sampai di saat budaya kita diambil bangsa lain, baru kita menyadari betapa bagusnya nilainilai yang terkandung dalam budaya kita itu sendiri. Perkembangan zaman dan teknologi yang
semakin lama semakin canggih serta perdagangan bebas yang telah terjadi di dunia khususnya
Indonesia telah meracuni bangsa Indonesia terhadap moral akhlak dan tatakrama pergaulan anak
remaja, adat budaya Indonesia yang dulu katanya Indonesia kaya akan budayanya kini terhapus
semua oleh yang namanya kemajuan zaman
B.

Saran

Setelah diamati dampak dari masuknya unsur-unsur budaya asing ke Indonesia, penulis memberikan
saran kepada para pembaca karya tulis ini umumnya dan para generasi penerus bangsa indonesia
khususnya, agar mengantisipasi terhadap budaya asing yang yang masuk ke indonesia karena budaya
tersebut tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan kita dan akan berdampak sangat buruk
terhadap eksistensi budaya ini.
Karena budaya asing banyak terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh segelintir masyarakat
Indonesia khususnya, kaum para pemuda-pemudi yang mengadopsi cara hidup mereka dari berbagai
budaya asing yang masuk ke Indonesia, seperti pergaulan bebas, live style, sex bebas, dan lainnya.
Dan saran ini ditujukan kepada pemerintah agar lebih teliti lagi menyaring budaya asing yang masuk
karena akan mempengaruhi generasi yang akan datang.