Prospek Energi Panas Bumi di Indonesia

Prospek Energi Panas Bumi di Indonesia
( VIONY SYAFITRA – 1105113698 )

PENDAHULUAN
Saat ini sumber energi berbahan bakar fosil mulai berkurang ketersediannya
di alam, karena kita ketahui energi ini merupakan energi yang tidak dapat diperbarui
atau membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya menjadi sumber energi. Untuk
itu melihat kondisi ini, bukan saja yang dialami oleh Indonesia, tetapi dunia. Maka
dibutuhkan energi alternatif yang dapat mengganti energi berbahan bakar fosil
tersebut.
Energi alternatif yang tersedia di alam ini sebernarnya banyak jenisnya. Yaitu
kita dapat memanfaatkan energi angin, energi air, energi matahari, dan energi panas
bumi (geothermal) yang dimanfaatkan menggunakan teknologi sesuai dengan energi
yang dipergunakan. Pada tulisan saya kali ini saya hanya ingin membahas tentang
energi panas bumi.
Sesuai dengan katanya, yaitu panas bumi, berarti energi panas bumi
merupakan energi panas yang berasal dari bumi. Energi panas bumi biasanya tersedia
di sekitar kawasan gunung berapi. Yang membuat energi panas bumi lebih
menguntungkan dengan energi berbahan bakar fosil adalah dari tingkat karbon
dioksida (CO2) yang dihasilkan. Energi panas bumi bersifat ramah lingkungan bila
dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil

pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), sehingga bila dikembangkan akan
mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Presiden
RI dalam pernyataannya pada pertemuan G-20 baru-baru ini, telah menargetkan
pengurangan sebanyak 26% emisi CO2 menjelang tahun 2020.
Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses
pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan
hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak

dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi kebutuhan energi
domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif andalan
dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi
fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia.
Indonesia diketahui sebagai negara dengan potensial energi panas bumi
terbesar di dunia yaitu sekitar 40% potensi panas bumi dunia. Hal ini dikarenakan
indonesia terletak di daerah Cincin Api (Ring of Fire). Tetapi perlu digarisbawahi
bahwa pemanfaatan energi ini di Indonesia baru mencapai 4%, sangat ketinggalan
dengan negara-negara lain yang memiliki potensi lebih kecil dari Indonesia seperti
Amerika, Filipina, dan Selandia Baru. Padahal dengan potensial energi potensial yang
sangat besar tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Energi

Panas Bumi (PLTP) maka Indonesia tidak akan krisis energi listrik.
Hingga saat ini telah teridentifikasi 265 lokasi sumber energi panas bumi
Indonesia dengan potensi mencapai sekitar 28,1 GWe (Gambar 1) atau setara dengan
12 (duabelas) milyar barel minyak bumi untuk masa pengoperasian 30 tahun,
menempatkan sebagai salah satu negara terkaya akan potensi energi panas bumi.
Sebenarnya apa yang menyebabkan proses pengembangan energi panas bumi ini
jalan di tempat di Indonesia. Sebenarnya ini dikarenakan ketertinggalan teknologi
pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia dan kekurangan sumber daya yang
mempuni di bidangnya. Namun, saat ini pemerintah Indonesia sedang gencargencarnya melakukan proses pemercepatan pemanfaatan energi panas bumi.
Pemerintah menargetkat pemanfaatan hingga 9000 MW pada tahun 2025.
SEPERTI APA PERAN SUMBER ENERGI LAINNYA ?
Setidaknya ada beberapa syarat suatu sumber energi dapat dijadikan sebagai
energi masa depan, yaitu :
1.

Mudah diperoleh

2.

Efisiensi energi yang tinggi


3.

Ongkos produksi yang murah

4.

Ramah lingkungan
Ada banyak sumber energi di Indonesia yang dapat dijadikan alternatif energi

fosil. Selama ini nuklir menjadi salah satu primadona bagi negara-negara maju.
Namun pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi selalu mengundang kontroversi
dan tidak jarang beririsan dengan agenda politik. Stigma nuklir yang mudah meledak
dan menghancurkan seisi kota seperti bom nuklir di kota Hiroshima dan Nagasaki
masih

membayangi

rakyat


Indonesia

sehingga

LSM

berbondong-bondong

menyerukan pemboikotan nuklir. Belum lagi kejadian gempa di Jepang yang
mengakibatkan bocornya PLTN Fukushima Daichi memberikan fobia yang semakin
memperburuk stigma tersebut.
Mikrohidro, angin, dan sel surya adalah contoh-contoh energi baru terbarukan
yang dapat digunakan untuk menggantikan posisi minyak bumi dan gas. Masingmasing memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Rerata kesulitan adalah pada
pembangunan infrastruktur. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kardaya
Warnika, tidak adanya keberpihakan membuat target untuk pengembangan energi
baru terbarukan sulit dicapai. Menurut beliau, keberpihakan mengandung arti semua
energi baru dan terbarukan harus serentak didorong untuk menggantikan energi fosil.
Namun, saat ini justru energi fosil yang memperoleh subsidi.
Salah satu sumber energi terbarukan yang tidak kalah baik dan penting adalah

energi panas bumi. Energi ini sudah semakin dikembangkan oleh pemerintah dan
diproyeksikan dapat berperan aktif untuk mengganti peran energi fosil.

MENGAPA PANAS BUMI ?
Energi panas bumi atau energi geothermal adalah energi yang dihasilkan oleh
fluida, gas dan batuan yang terkandung di dalam perut bumi sehingga memerlukan
proses pertambangan untuk memperolehnya. Geotermal termasuk energi terbarukan
karena siklus produksinya memanfaatkan fluida untuk mengambil panas dari dalam
bumi ke permukaan dan fluida tersebut akan diinjeksikan kembali ke dalam tanah
untuk proses produksi berkelanjutan.

Dengan banyaknya gunung vulkanik, Indonesia seharusnya menjadi raksasa
dalam eksplorasi panas bumi sebagai sumber energi. Pencarian sumber energi panas
bumi sudah dilakukan sejak masa hindia belanda. Awal pekerjaan tersebut dilakukan
pada tahun 1918 di lapangan kamojang, Jawa Barat. Namun hingga saat ini
pemanfaatannya masih belum optimal. Potensi panas bumi Indonesia terletak di 256
lokasi dan hampir setengahnya berada di kawasan konservasi dengan potensi 28,1
GWe atau setara dengan 12 barel minyak bumi untuk pengoperasian selama 30 tahun.
Data dari Kementrian ESDM menunjukkan bahwa dari potensi 40% panas
bumi dunia, hanya 4% atau sekitar 1189 MWe saja yang dimanfaatkan di bumi

Indonesia. Daerah panas bumi yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik
baru 7 dari 256 lokasi atau sekitar 3% dengan kapasitas total terpasang 1189 MW.

Dalam aspek ekonomi, panas bumi adalah bentuk energi yang unik. Ia tidak
dapat disimpan dan tidak dapat ditransportasikan dalam jarak jauh. Kondisi ini
membuat panas bumi terlepas dari dinamika harga pasar. Selain itu panas bumi dapat
menjadi alternatif yang sangat baik bagi bahan bakar fosil terutama untuk
pemanfaatan pembangkit listrik sehinga dapat mengurangi subsidi energi.
Dalam aspek lingkungan, limbah yang dihasilkan hanya berupa air yang tidak
merusak atmosfer dan lingkungan. Limbah buangan air pembangkit panas bumi akan
diinjeksikan jauh ke dalam lapisan tanah (reservoir) dan tidak akan mempengaruhi
persediaan air tanah. Emisi CO2 nya pun hanya berkisar di angka 200 kg/MWh, jauh
lebih rendah bahkan kurang dari setengah emisi yang dihasilkan oleh gas alam,
minyak bumi, diesel ataupun batubara.
Energi panas bumi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sumber
energi terbarukan yang lain, di antaranya hemat ruang dan pengaruh dampak visual
yang minimal. Selain itu, energi panas bumi mampu berproduksi secara terus
menerus selama 24 jam, sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan energi.
Indonesia benar-benar dianugerahi dengan potensi alam yang luar biasa. Panas bumi
yang terkandung di dalam perut buminya merupakan bentuk energi hasil rekayasa

alam sehingga tidak diperlukan variasi rekayasa buatan untuk menggali potensi
energi tersebut. Investasi yang diperlukan pun jauh lebih murah jika dibandingkan
dengan negara lain. Dengan kisaran investasi yang sama, energi yang dihasilkan oleh
Panas bumi Indonesia 10 kali lebih besar jika dibandingan dengan panas bumi dari
negara lain.
Potensi geotermal Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Lapangan
geotermal kamojang menjadi salah satu sumur produksi panas bumi paling produktif.
Sumur ini masih dimanfaatkan hingga sekarang walau sudah beroperasi selama 27
tahun dan masih memiliki kapasitas panas bumi sebanyak 93%. Efisiensi energi yang
sangat baik diperlihatkan oleh panas bumi sebagai sumber energi.

Dalam grafik yang diperoleh dari salah satu sumber di atas, potensi produksi
sumur geothermal terus meningkat sejak pertama kali proses produksi dilakukan.
Pada tahun 2025 diproyeksikan geothermal Indonesia dapat menghasilkan panas
bumi sebesar 9500 MW atau setara dengan 400 ribu barel oil equivalen (boe) per
harinya. Sebuah potensi energi yang sangat besar.
Dengan segala potensi yang dimiliki, Indonesia seharusnya mampu
menjadikan panas bumi sebagai sumber energi utama dan menjadi acuan bagi negara
lainnnya. Selama ini kita masih berkiblat pada selandia baru dan islandia dalam upaya
pemanfaatan teknologi panas bumi.

PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI

Sumber daya energi panas bumi dapat digunakan secara langsung maupun
tidak langsung. Energi yang digunakan merupakan hasil konversi dalam bentuk uap
dan panas. Energi panas bumi yang digunakan secara langsung disebut direct use
sedangkan energi panas bumi yang berupa konversi dalam bentuk listrik merupakan
hasil konversi uap. Direct use memanfaatkan panas secara efisien dan pembiayaannya
jauh lebih kecil dibandingkan pembangkit listrik
Pemanfaatan panas bumi telah dilakukan sejak 1904 di Italy dimana dimasa
itu uap panas bumi dapat menyalakan lima buah lampu. Di Indonesia pembangkit
listrik tenaga panas bumi baru terlaksana pada tahun 1983 di Kamojang dengan
potensi sebesar 30 MW. Selanjutnya mulai didirikan PLTP lainnya seperti di G.Salak,
Sibayak, Darajat, Dieng, Wayang Windu dan Lahendong. Hingga saat ini baru 1189

Mw listrik yang telah diproduksi dari tujuh lapangan. Ketujuh lapangan panas bumi
tersebut adalah Sibayak (12 MW), G. Salak (375 MW), Kamojang (200 MW),
Darajat (255 MW), Wayang Windu (227 MW), Dieng (60 MW), dan Lahendong (60
MW).
Pemanfaatan energi panas bumi secara direct use dilakukan tanpa adanya
konversi energi ke dalam bentuk lain. Karena sifatnya yang mudah maka

pemanfaatannya bisa dilakukan dalam berbagai cara. Untuk mengefektifkan
penggunaannya pemanfaatan direct use dilakukan sesuai dengan kebutuhan
temperaturnya. Dibeberapa lokasi di Indonesia masyarakat setempat telah melakukan
pemanfaatan secara langsung seperti untuk sarana pariwisata, pemanasan hasil kebun
dan pembibitan jamur, pembuatan pupuk dan budidaya ikan. Namun secara umum
pemanfaatan langsung bagi kepentingan bahan bakar industri pertanian belum
berkembang.
KEN D A LA D AN S OLU S I U N TU K EN ER GI PA NA S BU MI DI
I ND ON ES IA
Pemanfaatan geothermal sebagai sumber energi juga tidak terlepas dari ragam
permasalahan. Menurut mantan Dirut PT Pertamina Geotermal Energi, Abadi
Poernomo, pengembangan energi panas bumi cukup rumit. Hal ini disebabkan oleh
investasi yang tidak sedikit untuk proses produksi dan juga beresiko tinggi. Resiko
yang mungkin timbul berkaitan dengan sumber daya seperti tidak ditemukannya
energi panas bumi di daerah yang sedang dieksplorasi, cadangan atau energi listrik
yang kurang komersial. Resiko lainnya adalah kemungkinan penurunan laju produksi
atau penurunan temperature lebih cepat dari estimasi semula (Sanyal&Koenig, 1995).
Selain itu konversi energi panas bumi menjadi energi listrik dianggap kurang
menguntungkan karena harga jual per KWH yang ditetapkan PLN terlalu murah dan
tidak sebanding dengan ongkos produksi. Harga jual yang rendah juga beririsan

dengan daya tarik investasi oleh para investor. Para investor juga kurang

tertarik untuk berinvestasi pada eksplorasi panas bumi di Indoneseia. Hal ini
disebabkan oleh belum adanya kepastian hukum atau masih adanya tarik ulur
kebijakan di kementrian terkait. Peraturan perundangan yang dibuat oleh kementrian
ESDM belum tentu sejalan dengan peraturan di kementrian lain.
Selain itu, lokasi sumur geothermal yang sebagian berada di kawasan
konservasi juga menjadi salah satu hambatan dalam proses produksi. Selain akan
berhadapan dengan LSM yang concern terhadap isu konservasi, pembebasan lahan
pun dinilai cukup mahal. Kendala ini diperparah dengan perizinan yang sulit didapat.
Hal ini seolah menjadi gambaran bahwa seolah tidak adanya koordinasi di pihak
pemerintah dalam menopang pembangunan dan pengembangan teknologi panas
bumi.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan komunikasi intensif
pemerintah yang terwakili oleh Kementrian ESDM dengan pihak-pihak terkait.
Rumuskan bersama peraturan perundangan yang memberikan kemudahan dan akses
agar para investor berminat untuk menanamkan investasinya pada energi panas bumi
di Indonesia. Lakukan kajian intensif terhadap perubahan pasar makro yang mungkin
berpengaruh pada harga jual.
Energi panas bumi tidak bisa dijadikan satu-satunya sumber energi.

Pemerintah tetap harus fokus pada upaya diversifikasi energi lainnya. Jika kita
mampu memanfaatkan setiap potensi sumber energi yang ada maka Indonesia bisa
mandiri secara energi dan tidak lagi bergantung pada negara lain. Memang
dibutuhkan waktu yang lama, energi yang ekstra, dan keuangan yang besar namun
demi energi masa depan yang lebih baik, maka harus direncanakan dari saat ini.
Karena apa yang kita investasikan sekarang akan bermanfaat di masa depan.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa prospek
pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia cukup menjanjikan. Apalagi kalau

diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber penyedia tenaga listrik
adalah termasuk teknologi yang tidak menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan, suatu hal yang dewasa ini sangat diperhatikan dalam setiap pembangunan
dan pemanfaatan teknologi, agar alam masih dapat memberikan daya dukungnya bagi
kehidupan umat manusia. Bila pemanfaatan energi panas bumi dapat berkembang
dengan baik, maka kota-kota di sekitar daerah sumber energi panas bumi yang pada
umumnya terletak di daerah pegunungan, kebutuhan tenaga listriknya dapat dipenuhi
dari pusat listrik tenaga panas bumi. Apabila masih terdapat sisa daya tenaga listrik
dari pemanfaatan energi panas bumi, dapat disalurkan ke daerah lain sehingga ikut
mengurangi beban yang harus dibangkitkan oleh pusat listrik tenaga uap, baik yang
dibangkitkan oleh batubara maupun oleh tenaga diesel yang keduanya menimbulkan
pencemaran udara.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Potensi Energi Terbaru di Indonesia.
http://www.esdm.go.id/berita/37-umum/1962-potensi-energi-baru-terbarukan-ebtindonesia.pdf. diakses pada tanggal 1 Juni 2014
Anonim. 2012. Geothermal Sebagai Alternatif Energi Terbarukan.
http://green.kompasiana.com/polusi/2012/07/14/geothermal-sebagai-alternatif-energiterbarukan/. Diakses tanggal 1 Juni 2014
Citrosiswo, Wahyudi.2009.Tenaga Listrik Panas Bumi.
http://www.dunialistrik.com. diakses pada tanggal 1 Juni 2014
Darisma, Dian. 2013. Potensi Energi Panas Bumi.
http://diandarisma.blogspot.com/2014/01/potensi-energi-panas-bumi-geothermaldi.html. diakses pada tanggal 1 Juni 2014
Kasbani. 2012. Sumber Daya Panas Bumi Indonesia: Status Penyelidikan,
Potensi Dan Tipe Sistem Panas Bumi. http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=841&Itemid=611. Diakses tanggal 1 Juni
2014