72473322 Dampak Globalisasi Terhadap an Pertanian

Makalah

Tugas Mata Kuliah: Manajemen Perusahaan Pertanian
Dosen : Muhammad Arsyad, S.P., M.Si., Ph.D.

STB : P1000210018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2011

ABSTRAK
Rahmawaty. Tantangan Perusahaan Pertanian di Era Globalisasi.
Makalah. 2011
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan dampak
dan tantangan globalisasi terhadap perusahaan pertanian di Indonesia,
serta strategi dan hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengantisipasi
dampak dan tantangan globalisasi tersebut. Globalisasi membawa
konsekuensi berupa terjadinya peningkatan tantangan dan semakin
meningkatnya persaingan. Dampak yang tidak diinginkan juga muncul jika

produk-produk uang diperdagangkan pada posisi lemah dan tidak memiliki
daya saing. Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya mengalami
berbagai hal yang merugikan akibat globalisasi, seperti misalnya
merosotnya pembangunan perdesaan, melambungkan total anggaran
penyediaan pangan, tidak berkurangnya jumlah orang miskin,
melemahnya ketahanan pangan, beralihnya negara dari negara
pengekspor menjadi negara pengimpor, merosotnya harga hampir semua
komoditas pertanian, khususnya pangan, dan tidak membaiknya kondisi
persaingan negara tersebut di pasar internasional. Untuk mengahadapi
arus globalisasi tersebut, maka perlindungan terhadap kepentingan
domestik mesti diberikan kepada para pelaku usaha pertanian dalam
berbagai bentuk, antara lain: subsidi produksi, kemudahan kredit,
dukungan pengembangan teknologi, subsidi harga, pembelian pemerintah
untuk stok, dan sebagainya. Utamnya bagi perusahaan pertanian, dapat
menerapkan beberapa strategi dalam mengahadapi tantangan globalisasi,
yaitu: (1) Aliansi Strategik Global dengan Lini yang Luas; (2) Strategi
Korporasi; (3) Analisis Lingkungan Eksternal; (4) Analisis Lingkungan
Internal; (5) Strategi Tingkat Bisnis; (6) Strategi Fokus; (7) Strategi
Internasional; (8) Strategi Multidomestik; (9) Restructuring strategy; dan
(10) Strategi Akuisi. Selain beberapa strategi yang perlu dikembangkan,

perusahaan pertanian juga perlu megantisipasi beberap hal, yaitu: (1)
Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi; (2) Meningkatnya jumlah
key players di sektor pertanian; (3) Meningkatnya perubahan preferensi
konsumen pada produk-produk pertanian; (4) Perubahan harga yang
cepat karena munculnya key players baru di perdagangan produk-produk
pertanian; (5) Menyempitnya lahan pertanian; (6) Meningkatnya
kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk pertanian;
(7) Perubahan iklim/cuaca yang kini mulai sulit diprediksi; dan (8)
Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya
tinggi.

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta junjungan
Nabi Muhammad SAW atas limpahan rahmat, kesehatan dan kesempatan
yang diberikan sehingga makalah ‘’Tantangan Perusahaan Pertanian di
Era Globalisasi‘’ Makalah ini membahas mengenai dampak dan tantangan
globalisasi terhadap perusahaan pertanian,serta strategi yang harus di
perhatikan dalam mengantisipasi era globalisasi tersebut, sehingga

menjadi bahan yang menarik untuk dipaparkan karena melihat pentingnya
pertanian khususnya perusahaan pertanian dalam menghadapi
globalisasi.
Makalah “Tantangan Perusahaan Pertanian di Era Globalisasi” ini
ditulis sebagai tugas individu yang dapat menjadi bahan untuk menambah
informasi. Penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan dalam
menyusun berbagai hal tentang perencanaan perusahaan, sehingga
penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik guna
menyempurnakan makalah. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam memperkaya dan
melengkapi pengetahuan penulis.

Makassar, Oktober 2011

Penulis

2

DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...............................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
A. Globalisasi.........................................................................................6
1.

Pengertian Globalisasi.........................................................................6

2.

Ciri-ciri Globalisasi..............................................................................10

3.

Sejarah Globalisasi.............................................................................11

4.


Teori Globalisasi..................................................................................12

5.

Reaksi Terhadap Globalisasi............................................................13

6.

Globalisasi Ekonomi...........................................................................15

7.

Globalisasi Kebudayaan....................................................................19

8.

Globalisasi Pertanian.........................................................................21

B. Perusahaan Pertanian.....................................................................25

1.

Pengertian Perusahaan Pertanian...................................................25

2.

Ciri-ciri perusahaan pertanian...........................................................25

3.

Manajemen Perusahaan Pertanian.................................................26

4.

Aspek Produksi Pertanian.................................................................31

5.

Aspek Pengolahan Hasil Pertanian.................................................37


6.

Aspek Pemasaran Hasil Pertanian..................................................41

3

7.

Pengembangan Agribisnis dalam Perspektif Pembangunan
Pertanian yang Berkelanjutan...........................................................56

III. PEMBAHASAN....................................................................................66
A. Dampak Globalisasi........................................................................66
B. Tantangan di Era Globalisasi...........................................................67
C. Strategi Perusahaan Pertanian Menghadapi Globalisasi...............87
D. Antisipasi terhadap Globalisasi.......................................................90
E. Pertanian Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Global..........97
IV. PENUTUP..........................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................ii


4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menghangatnya kembali diskursus globalisasi cukup tepat untuk
direspon, karena sejatinya struktur dan kultur bangsa ini masih patut
dipertanyakan kelayakan dan kesiapannya dalam menghadapi globalisasi.
Adalah suatu hal yang memprihatinkan karena negeri kita yang telah
menyatakan keterlibatannya dalam globalisasi ini masih tetap tampak
santai dan tidak responsif atas manuver negara pesaing pra-globalisasi.
Kelemahan bangsa yang masih kentara disana sini, baik pada human
capital, supporting institution, maupun natural resources sepertinya belum
mendapatkan perhatian dari para pelaku kebijakan.
Anehnya lagi, diskursus globalisasi di Indonesia pada
kenyataannya hanya marak pada tataran wacananya, sementara pasca
legalisasi, entitas ekonomi ini “sepi” seperti tidak mengerti atas substansi
dan implikasi globalisasi. Mungkinkah bangsa ini terlalu percaya diri
dengan kekayaan alamnya. Para ekonom berpendapat bahwa
sesungguhnya globalisasi memberikan peluang yang sama kepada

semua negara (kaya-miskin, utara-selatan, timur-barat, dsb) untuk
menjadi kuat dan kaya. Tetapi harus ingat kata para sosiolog, bahwa
globalisasi yang berpijak di atas kapitalisme juga berpeluang bagi
meningkatnya kesenjangan dalam relasi dualisme tersebut.
Indonesia adalah negara kaya raya, untuk itu wajar jika
eksistensinya akan selalu menjadi pusat perhatian dan perburuan negara
maju yang miskin sumberdaya alam. Indonesia diprediksi mampu menjadi
negara terkaya ke-5 di dunia, jika mampu menggali secara optimal dan
mengatur pengeluarannya. Optimisme tersebut jauh sebelumnya pun
diketahui semua negara maju, untuk itu mereka yang merasa terancam
akan senantiasa menciptakan kondisi dan situasi yang tidak mendukung

1

ke arah itu. Instabilitas politik dan eksploitasi sumberdaya dalam
mendorong kelangkaan akan semakin menggejala di era globalisasi.
Indonesia adalah ladang investasi yang potensial. Oleh karena itu
neokolonialisme akan senantiasa mencengkram. Jika strateginya tidak
bisa seperti Spanyol yang membabat habis Suku Indian, atau Inggris atas
Suku Aborigin, maka mereka akan mengandalkan kaum borjuis puritan

untuk menguasai Indonesia. Agar kita tidak menjadi budak, buruh, atau
kulidi negeri sendiri, maka sumberdaya lokal harus didorong untuk
mengglobal. Untuk itu, kita harus memahami secara pasti arus pemikiran
globalisasi yang sesungguhnya, termasuk implikasi jangka pendek dan
jangka panjangnya.
Globalisasi merupakan skenario idiologi dan mode kapitalisme
liberal yang embrionya telah lama dicetuskan oleh Adam Smith. Efisiensi
(profit maxization) adalah ruhnya, revolusi industri motornya, teknologi dan
lembaga keuangan internasional (GATT, WTO, IMF) adalah medianya,
dan imperialisme/kolonialisme awal perwujudannya. Pelaku utamanya
adalah kaum borjuis (the big bourgeoisie), yakni Trans National
Corporation (Althusser). Tujuannya adalah melanggengkan dominasi
dengan menghindari modus fisik melalui hegemoni, yakni dominasi
(kolonialisme) perspektif dan ideologi yang berbasis produksi ilmu,
pengetahuan, dan teknologi. Pada perkembangannya, hegemoni
berkembang dari Merkantisilme ke berbagai aspek neo-kolonialisme
(ekonomi, sosial, politik, dan budaya).
Secara teoritis globalisasi merupakan episode dari teori evolusi
yang meyakini bahwa masyarakat akan berkembang dari primitive ke
modern, modernisasi seluruh bangsa, rekayasa sosial (social

engineering), pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi
global, pembiasan batas-batas sosial, ekonomi, idiologi, politik, dan
budaya suatu negara atau bangsa, penghapusan peta dunia,
development aid, percepatan kapitalisme pasca krisis kapitalis di tahun
1930-an, dan basic need strategy.

2

Globalisasi mencakup lima unsur penting, yaitu: 1) globalisasi
dalam perdagangan, yaitu dengan adanya AFTA, APEC, dan WTO; 2)
globalisasi investasi, dimana modal akan mengalir ke tempat yang
memberi banyak keuntungan; 3) globalisasi industri, dimana suatu barang
tidak hanya diproduksi pada suatu tempat akan tetapi dibanyak tempat; 4)
globalisasi teknologi, terutama teknologi di bidang informasi,
telekomunikasi, transportasi, dan sebagainya; dan 5) globalisasi
konsumsi, dimana terjadi peralihan dari pemenuhan kebutuhan (needs)
kepada pemenuhan permintaan (wants). Dengan demikian terjadi reduksi
kedaulatan ekonomi suatu negara oleh konvensi internasional.
Imperialisme dan kolonialisme sebagai embrio Globalisasi lahir
dan dibesarkan oleh kaum borjuis dengan berbagai modus, sedangkan
Globalisasi dibesarkan oleh perusahaan-perusahaan raksasa (Trans
Nasional Corporations) yang secara riil merupakan reinkarnasi kaum
borjuis yang paling diuntungkan oleh metode ekonomi tersebut. Adapun
modusnya adalah ekspansi produksi, ekspansi pasar, dan ekspansi
investasi, yang didesakkan lewat skema perdagangan bebas dan
pertumbuhan ekonomi.
Pendiriannya adalah kebijakan free market yang mendorong
swasta dan pilihan konsumen, penghargaan atas tanggungjawab personal
dan inisiatif kewiraswastaan, dan menyingkirkan birokrasi (parasit).
Karena konstruksinya menjalar dalam iklim kapitalisme, maka wajar jika
dalam dua dasawarsa (1970-1990) perusahaan TNCs meningkat secara
menakjubkan dari 7000 menjadi 37000, dan menguasai 67%
perdagangan dunia antar TNCs, 34,1% total perdagangan global, dan
menguasai 75% total investasi global. Secara kelembagaan, patron-nya
adalah WTO dan IMF (Word Bank), serta institusiinstitusi ekonomi di
tingkat regional dan nasional, dan secara politik dipayungi oleh negaranegara maju (eks penjajah).
Gobalisasi pada hakekatnya bertumpu di atas paham ekonomi
neo-liberal. Para penganut ini percaya bahwa pertumbuhan ekonomi akan

3

dicapai dengan “kompetisi bebas”. Kompetisi yang agresif merupakan
implikasi dari trash bahwa “free market” adalah cara yang efisien dan
tepat untuk mengalokasikan sumberdaya alam yang langka untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Harga yang berlaku merupakan indikator
apakah sumberdaya yang ada masih berlimpah atau sudah langka. Harga
yang tinggi berarti sinyal positif bagi investasi. Implikasinya, mereka
berusaha keras untuk menciptakan berbagai kelangkaan sumberdaya di
negara dunia ketiga. Prosesnya dilakukan melalui invisible hand dan
keluar dari cengkraman kebijakan pemerintah. Oleh karena itu mereka
memandang proteksi, subsidi, dumping, paham keadilan sosial,
kesejahteraan bagi rakyat, kearifan lokal dan sebagainya sebagai
ancaman bagi ekonomi neo-liberal. Untuk itu mereka akan berusaha
secara langsung maupun tidak langsung menghapus berbagai kebijakan
suatu negara yang dapat merintanginya.
Secara historis empiris, globalisasi lahir dari konsensus para
pembela ekonomi private terutama wakil-wakil dari perusahaan raksasa
yang menguasai dan mengontrol pasar dan ekonomi internasional serta
memiliki kekuasaan untuk mendominasi informasi (media massa) dalam
membentuk opini publik. Pokok-pokok globalisasi meliputi: Pertama,
bebaskan perusahaan swasta dari campur tangan pemerintah
(perburuhan, upah, investasi, harga), biarkan mereka mempunyai otoritas;
Kedua, hentikan subsidi, longgarkan dan hilangkan kebijakan proteksi,
lakukan privatisasi atas BUMN; Ketiga, hapuskan kearifan lokal, pemilikan
komunal, kesejahteraan bersama, serahkan pengelolaan pada ahlinya
(privatisasi) jangan oleh masyarakat adat (lokal) karena tidak efisien.
Internasionalisasi produksi dan penguasaan ruang dalam
distribusi sebagai gejala globalisasi diprakarsai lewat perubahan kebijakan
pembangunan nasional kearah integrasi dengan kebijakan internasional.
Pertanian (pangan) dan pertambangan (bahan bakar) merupakan dua
sektor yang menjadi fokus utama dari integrasi internasional, dan karena
keduanya merupakan determinan lahirnya globalisasi. Adapun idiologi dan

4

politik, tidak lebih hanya sekedar pembungkus dari keinginan yang
sesungguhnya bertumpu pada natural resources. Inti dari globalisasi
sesungguhnya tidak berbeda dengan imperialisme atau kolonialisme, yaitu
penguasaan bahan baku. Menurut Adam Smith, Singer, Arndt, dan Becker,
jalan menuju globalisasi adalah human capital.
Sektor pertanian juga tidak terlepas dari berbagai kerangka
perjanjian dan kesepakatan bilateral dan multilateral. Misalnya,
kesepakatan yang diikuti oleh hampir semua negara di dunia yaitu
GATT/WTO, kesepakatan multilateral di antara negara-negara ASEAN
yaitu AFTA, NAFTA untuk negara-negara di Amerika, EEC/MEE untuk
negara-negara Eropa, dan APEC untuk negara-negara di kawasan Asia
Pasifik. Hal ini menuntut perubahan kebijakan ekonomi dan perdagangan
negara-negara yang selama ini lebih protektif menjadi lebih terbuka.
Berbagai deregulasi perdagangan dan investasi terus dilakukan untuk
mempercepat terciptanya globalisasi ini.
Namun yang sering menjadi pertanyaan, telah siapkah
perusahaan pertanian Indonesia bersaing di era globalisasi ini?
Bagaimana tantangan dan startegi dalam menghadapi era globalisasi?
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan dampak
dan tantangan globalisasi terhadap perusahaan pertanian di Indonesia,
serta strategi dan hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengantisipasi
dampak dan tantangan globalisasi tersebut.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Globalisasi
1. Pengertian Globalisasi
Globalisasi atau penyejagatan adalah sebuah istilah yang memiliki
hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar
bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan,
investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang
lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar
kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik
yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering
dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi
yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas
negara.
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global,
yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar
definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana
orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial,
atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh
bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan
satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

6

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek
yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang
ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar
terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidangbidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan
orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun
1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan
orang dengan globalisasi:


Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya
hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain.



Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan
batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas
devisa, maupun migrasi.



Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin
tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia.
Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh
dunia.



Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari
universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari
barat sehingga mengglobal.



Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda
dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama,
masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya.

7

Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi
sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
Seorang ahli sosiologi, Selo Soemardjan mendefinisikan
globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar
masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah
yang sama.
Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk
menyatu dengan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan media komunikasi massa. Selain itu, para cendekiawan Barat
mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses kehidupan yang
serba luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan,
seperti politik, sosial, dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh umat
manusia di dunia. Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan
melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Mengingat bahwa
dunia ditandai oleh kemajemukan (pluralitas) budaya maka globalisasi
sebagai proses juga ditandai sebagai suatu peristiwa yang terjadi di
seluruh dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses
saling memengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu tidak selalu
berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga
sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya. Misalnya
pengaruh budaya Barat lebih kuat terhadap budaya di negara Timur.
Hal ini seperti yang dikatakan seorang ahli bernama R. Robertson
bahwa globalisasi adalah proses mengecilnya dunia dan meningkatnya
kesadaran akan dunia sebagai satu kesatuan, saling ketergantungan dan
kesadaran global akan dunia yang menyatu. Ahli lain bernama Martin
Albrow mengatakan globalisasi menyangkut seluruh proses di mana
penduduk dunia terhubung kedalam komunitas dunia yang tunggal,
komunitas global.

8

Pendapat lain tentang globalisasi.
a. A. G. McGrew
Globalisasi mengacu pada keserbaragaman hubungan dan saling
keterkaitan antar masyarakat yang membentuk sistem dunia modern.
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan
kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi
penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.
b. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial di mana halanganhalangan bersifat geografis pada tatanan sosial dan budaya semakin
menyusut dan setiap orang kian sadar bahwa mereka semakin dekat satu
sama lain.
c. Emmanuel Richter
Jaringan kerja globalisasi yang secara bersamaan manyatukan
masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi dalam
planet ini ke dalam ketergantungan dan persatuan dunia.
d. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi
teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi
adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
e. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling
ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal
perdagangan dan keuangan.
f.

Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi

namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi demokratis,
pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan pergerakan wanita

9

g. Bank Dunia
Globalisasi berarti kebebasan dan kemampuan individu dan
perusahaan untuk memprakarsai transaksi ekonomi dengan orang-orang
dari negara lain.
2. Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.


Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet
menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya,
sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.



Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan
dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).



Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa
(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi
beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.



Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan
hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah

membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru
bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari
kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah
dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera
dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta

10

kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker
menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
3. Sejarah Globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena
di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi
internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar
bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri,
benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal
perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para
pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik
melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk
berdagang.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum
muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan
perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam,
Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah,
Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum
pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama,
abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besarbesaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda
adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan
terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa
dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar
perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat
itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh
besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan
baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di
dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-

11

perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport
dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum
dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti
ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya
ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya
komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan
terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara
negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini
didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan
transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.
4. Teori Globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan
globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
1) Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan
yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan
lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negaranegara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan
ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis
tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses
tersebut.


Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik
perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi
akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab.



Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah
sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah
bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang
memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen
dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa
12

dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang
globalisasi (antiglobalisasi).
2) Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi.
Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos
semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka
merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena
internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat
ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi
dan perdagangan kapital.
3) Para transformasionalis berada di antara para globalis dan
tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat
dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat
bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini.
Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami
sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni
melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara
langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik,
terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat
dikendalikan.
5. Reaksi Terhadap Globalisasi
a. Pro-globalisasi
Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan proglobalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka
berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David
Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain
saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya,
dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi.
Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan

13

keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki
keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak
lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki
keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang
dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktorfaktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu
menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari
Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah
adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu
negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat melindungi produksi dalam negeri,
namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor
sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para pro-globalisme
tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka
menginginkan dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga
harga barang-barang dapat ditekan, akibatnya permintaan akan
meningkat. Karena permintaan meningkat, kemakmuran akan meningkat
dan begitu seterusnya.
Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia
dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya
mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada
suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang
mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang kemudian
menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut sebagaimana
mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara, dan
sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat
kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa
mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor,
sehingga laju globalisasi akan terhambat dan menurut mereka
mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.

14

b. Anti-globalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk
memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang
perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur
perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Anti-globalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan
sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum
yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun
juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap
ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka
mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia
ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Namun, orang-orang yang dicap "anti-globalisasi" sering menolak
istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan
Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah
lainnya.
6. Globalisasi Ekonomi
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan
ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia
menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa
rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian
mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan
menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian
di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke
pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang
masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

15

Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi
antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:


Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai
negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah.
Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea
masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim
usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi
manufaktur global.



Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk
memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk
portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai
contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon,
atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah
memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operatetransfer) bersama mitrausaha dari manca negara.



Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu
memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya,
seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang
telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa
diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human
movement akan semakin mudah dan bebas.



Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan
mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia
karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak
dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu
meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama.
Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda
pasar dimana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang
berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global.



Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan
dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan
16

nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan
menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini
telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan
perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian
nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai
dengan adanya kekuatan pasar dunia.
Kebaikan globalisasi ekonomi


Produksi global dapat ditingkatkan
Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari
David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor
produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efesien, output dunia
bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari
spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang
meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan
tabungan.



Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari
berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal
ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih
banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih
baik dengan harga yang lebih rendah.



Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap
negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam
negeri.



Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh
negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan
17

tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan
dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja
dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui
investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik.
Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau
pasar saham. dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju
yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat
membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
Keburukan globalisasi ekonomi


Menghambat pertumbuhan sektor industri
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem
perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini
menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi
menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada
industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian,
perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan
kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri
domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industriindustri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.



Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya,
apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak
berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca
pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca
pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari
luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang
bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan
(pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak
18

berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca
pembayaran.


Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi
(modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi
partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham
sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca
pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik.
Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana
dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran
cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik
merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan
efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.



Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara,
maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak
stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan
mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan
kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin
memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek
buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu
negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah
sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.

7. Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di
masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat
diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
19

kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspekaspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah
laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan
budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau
world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran
budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa
Barat ke berbagai tempat di dunia ini.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif
terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi.
Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi
antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin
cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan:


Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.



Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan
kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar
kebudayaannya.



Berkembangnya turisme dan pariwisata.



Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.



Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan
lain lain.



Bertambah banyaknya event-event berskala global



Persaingan bebas dalam bidang ekonomi



Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan
media massa.

20

8. Globalisasi Pertanian
Globalisasi pertanian secara kausalistik muncul sebagai respon
atas tesis Malthus (1766-1834). Ini merupakan perwujudan dari idiologi
kapitalistik yang berkarakter efisiensi (profit maxization), competition for
gain, freedom, un-security, dan un-sustainability (sementara) yang eksis
dalam naungan prudence atau the invisible hand (Adam Smith). Unsecurity inilah yang mendorong revolusi industri, pencarian dan
penaklukkan, imperialisme atau kolonialisme di dunia, dan penemuan
lewat rekayasa genetik. Pada dasarnya, un-security-lah yang melandasi
semangat evolusi, dan social darwinisme.
Pada perkembangannya, tesis Malthus bersimbiosis dengan
keyakinan dan mitos efficiency sebagai satu-satunya prinsip dasar yang
harus dipergunakan dalam pengelolaan lingkungan alam, ekonomi, dan
berbangsa. Mitos tersebut kemudian berlanjut pada mitos lain, bahwa
hanya Trans National Corporations (TNC) yang memiliki jaringan
pemasaran internasional yang sudah mapan-lah yang paling efisien, dan
oleh karenanya TNC lah yang dipercaya dan diyakini sebagai pihak yang
paling berhak sebagai penyedia pangan dunia.
Meningkatnya ketakutan akan kelangkaan pangan dan bahan
baku mendorong Rockefeller dan Ford Foundations terjun ke sektor
pertanian. Melalui US Agency for International Development (USAID),
pada tahun 1960-an memunculkan konsep pembangunan pertanian yang
kelak menjadi hantu bagi para petani, yaitu Green Revolution). Setelah itu
muncul International Rice Research Institute (IRRI), Center for Maize and
Wheat Improvement (CYMMIT), hingga Putaran Uruguay, GATT, WTO,
IMF, APEC, dan sebagainya. Secara substansial, klaim kekuasaan atas
bio diversity dan berbagai inovasi dituangkan dalam lembaga Hak Paten
dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Klaim kekuasaan pasar
dilembagakan dalam bentuk Kartel, Standar Internasional, bahkan
Undang-Undang Bio-terorisme.

21

Semakin kuatnyanya TNC, maka semakin memonopoli inovasi
dan pasar. Berbagai macam sarana produksi, mulai dari benih, alat mesin
pertanian, pestisida, modal, dan kriteria pasar dimonopoli oleh TNC
melalui undang-undang Hak Paten. Ini merupakan skenario pemusnahan
kearifan dan sumberdaya lokal. Negara-negara dunia ketiga harus tunduk
pada mekanisme TNC, jika ingin menembus pasar internasional. Sangat
sadis, karena segalanya menjadi ketergantungan atas input luar, inilah
yang disebut dengan “Total Konsumen”. Sekalipun ada penyerahan
proses produksi, namun tidak lantas mendudukkan petani di negara dunia
ketiga menjadi produsen, karena sifatnya hanya melakukan perintah,
yang posisi tawarnya serba lemah dalam segala hal.
Globalisasi secara teoretis penuh dengan tuntutan atas negaranegara yang ingin (dipaksa harus) terlibat, seperti mengendurkan bea
masuk, mengendurkan proteksi, mengurangi subsidi, memangkas regulasi
eksporimpor, perburuhan, investasi, dan harga, serta melakukan
privatisasi atas perusahaan milik negara. Kondisi tersebut tidak akan
banyak membawa produk-produk lokal ke pasar internasional. Sekalipun
perusahaan-perusahaan TNC dibebani tanggungjawab sosial, namun
fenomenanya tidak akan jauh berbeda dengan pola kemitraan atau
contrac farming yang pada hakekatnya bermodus eksploitasi. Syaratsyarat yang ditetapkan sesungguhnya merupakan perangkap yang sulit
ditembus oleh negara dunia ketiga. Kecenderungannya akan
mempercepat proses penurunan daya saing produk lokal. Pada
perkembangnnya, segala sesuatu yang berbau lokal akan melemah dan
hilang.
Hasil penelitian FAO atas negara-negara yang
mengimplementasikan kesepakatan putaran uruguay di 16 negara
menunjukkan telah terjadinya trend konsentrasi pertanian yang jelas
berakibat pada marginalisasi petani kecil, meningkatnya pengangguran
dan angka kemiskinan.

22

Impor berbagai produk dan bahan baku pertanian kian hari kian
meningkat. Meskipun jumlah produk pertanian yang diekspor dan
dipasarkan di pasar domestik jauh lebih tinggi daripada impor, namun
selisih nilainya hanya 2 persen. Nilai 2 persen sesungguhnya tidak berarti,
karena jika dianalisis, nilai transaksi berjalan produk pertanian Indonesia
itu sesungguhnya devisit. Betapa tidak, produk pertanian yang diekspor
oleh Indonesia sesungguhnya adalah produk yang padat dengan input
luar (impor). Keunggulan produk tersebut jelas sangat bersifat kompetitif
semu (shadow competitivenes). TNCs sebagai pihak yang paling tahu
akan efisiensi memandang bahwa proses produksi usahatani (on-farm)
sangat rentan terhadap risiko dan ketidakpastian, untuk itu ia menerapkan
strategi kemitraan atau contarc farming. Memang petani Indonesia masih
merasakan keuntungan. Namun keuntungan tersebut jauh lebih rendah
dibandingkan dengan biaya dan kerugian yang harus ditanggung, seperti
gangguan kesehatan, pencemaran lingkungan, serta risiko dan
ketidakpastian lainnya.
Pemikiran efisiensi yang diadopsi secara mentah-mentah telah
menyebabkan bangsa yang kaya akan sumberdaya ini jatuh pada budaya
instan dan malas. Produk-produk yang senyatanya dapat diproduksi di
dalam negeri didatangkan dari luar hanya karena alasan murah. Para
pelaku importir yang sesungguhnya merupakan perpanjangan tangan dari
TNC dapat dengan mudah mendatangkan produk-produk dari luar karena
longgarnya regulasi ekspor-impor. Dampak budayanya adalah
melemahnya penghargaan atas produk-produk lokal, sebagai akibat dari
berkembangnya budaya konsumerisme yang kebarat-baratan.
Dampak lainnya adalah tidak berperannya kelembagaankelembagaan pendukung pertanian lokal. Hal ini terjadi karena TNCs
selaku pihak yang kuasa, telah memasok segala kebutuhan petani (buruh)
secara langsung. Ini pun merupakan rangkaian dari upaya untuk
mengurangi campur tangan pemerintah. Pada kondisi seperti ini,

23

kreativitas dan keinovatifan kelembagaan pendukung pertanian
pemerintah malah menjadi mandul.
Globalisasi telah berdampak luas pada pertanian di negaranegara dunia ketiga. Ketimpangan, kemiskinan, dan ketergantungan pada
berbagai input luar adalah bukti konkritnya. Pencabutan subsidi,
privatisasi sumberdaya dan institusi pemerintah, longgarnya kran impor
sebagai prasyarat untuk ekspor, lenyapnya berbagai sumberdaya dan
budaya lokal, membiasnya pemberdayaan, dan mandegnya inovasi
merupakan dampak langsung dari globalisasi. Lemahnya kondisi internal
dan kuatnya cengkraman internasional merupakan sinergi penghancuran
kearifan lokal di negara dunia ketiga.
Jika mencari perimbangan dampak positif Globalisasi bagi negaranegara dunia ketiga, jelas sangat kecil dibandingkan dengan dampak
negatifnya. Sama seperti halnya dengan mekanisme kolonilasime,
dampak positifnya paling banter politik etis (pembangunan fisik). Kalaupun
dilakukan melalui peningkatan sumberdaya manusia tidak lebih sekedar
untuk melanggengkan dominasi power dan mengeksploitasi budaya.
Tetapi yang pasti memberi peluang yang besar untuk memunculkan
tandingan atau komparasinya, yaitu lokalisasi (localism). Menurut Hines
dalam Setiawan (2010), globalisasi dapat diralat ke arah teologi baru
globalisasi dengan lebih memberi tempat kepada pahan localism yang
melindungi dan membangun kembali ekonomi lokal. Gagasan Hines yang
mengetengahkan Protect the Local Globally atau pendekatan berbasis
lokalita memang lebih memberdayakan. Namun itu saja tidak cukup,
karena untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di
pasar domestik maupun internasional seperti sekarang ini, perlu disertai
dengan inovasi pada sistem pembangunan pertanian secara keseluruhan.

24

C. Perusahaan Pertanian
1. Pengertian Perusahaan Pertanian
Menurut Kepmentan No.940.Kpts.OT.210.10.97, 7. Perusahaan
pertanian adalah perusahaan yang dapat izin dari aparatur sektor
pertanian, dan perusahaan Bidang Pertanian adalah perusahaan yang
berkaitan dengan pertanian dan mendapat izin dari aparatur diluar
aparatur pertanian.
Perusahaan pertanian dapat juga didefinisikan perusahaan yang
memproduksi hasil tertentu dengan sistem pertanian seragam di bawah
sistem manajemen yang terpusat (centralized) dengan menggunakan
berbagai meetode ilmiah dan teknik pengolahan yang efisien, untuk
memperoleh laba yang sebesar-besar

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157