BAB I PENDAHULUAN - Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal (Capital Market) adalah salah satu sektor investasi di Indonesia

  yang menarik minat banyak investor. Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

  

  berkaitan dengan Efek. Benda-benda yang diperdagangkan di Pasar Modal adalah efek atau surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan, kontrak investasi kolektif, kontrak

  

  berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Melalui benda-benda yang diperdagangkan tersebut, Pasar Modal (capital market) merupakan tempat atau sistem

  

  untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dana bagi modal suatu perusahaan. Oleh karena itu, Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan sekaligus sebagai wahana

  1 investasi tidak langsung (indirect investment) bagi masyarakat pemodal.

  Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di bidang Pasar Modal, Pemerintah harus memberikan payung hukum yang jelas dan landasan hukum yang 1 2 Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 13. 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 5.

  Paramita, 1991), hal.169. kokoh untuk lebih menjamin kepastian hukum bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal, serta sekaligus melindungi kepentingan investor dari praktek

  

  yang merugikan. Untuk merealisasikan maksud tersebut, pada tanggal 1 Januari 2006 Pemerintah Indonesia memberlakukan secara efektif Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, selanjutnya disingkat UUPM.

  Dalam rangka menciptakan Pasar Modal yang efisien, yaitu adil, teratur, terbuka dan melindungi kepentingan investor dan masyarakat, Pasal 101 ayat (1) UUPM memberikan kewenangan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) selaku otoritas Pasar Modal untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap pelanggaran yang mengakibatkan kerugian bagi kepentingan

   Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat. Hasil

  tindakan represif yang dilakukan Bapepam-LK ini ditindaklanjuti dengan pengenaan sanksi administratif, atau diserahkan kepada Pengadilan dalam rangka penegakan hukum dan penerapan sanksi terhadap pelaku Pasar Modal yang telah melakukan

   pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yuridis UUPM.

  Salah satu perangkat hukum yang perlu dianalisis dalam Hukum Pasar Modal adalah mengenai ketentuan fakta materil. Berdasarkan Pasal 1 angka 7 UUPM, yang dimaksud dengan fakta atau informasi materil adalah informasi atau fakta penting dan 4 Lihat, Penjelasan Umum UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Konsiderans bagian Menimbang huruf b dan huruf c. 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 101 ayat (1) secara lengkap

berbunyi: “Dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan

  

pelaksanaannya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 100 sampai dengan Pasal 101. relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang

   berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.

   Fakta materil merupakan inti dari prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal.

  Yang dimaksud prinsip keterbukaan adalah keharusan bagi setiap Emiten, Perusahaan Publik, dan pihak lain yang tunduk kepada UUPM untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi atau fakta materil mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap

   Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut. Prinsip keterbukaan tidak

  terpisahkan dari kepentingan berfungsinya arus informasi fakta materil dari emiten ke Pasar Modal sehingga tercipta informasi yang akurat. Jadi, keterbukaan fakta materil

   akan sangat menentukan setiap keputusan yang diambil oleh investor secara rasional .

  Hukum Pasar Modal di Indonesia dipandang oleh Bismar Nasution masih

   belum jelas dan belum lengkap mengatur persoalan mengenai fakta materil.

  Pengertian fakta materil di dalam Pasal 1 angka 7 UUPM hanya menggunakan pendekatan “sesuatu yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan investor”, tanpa membuat kualifikasi bobot investor dan unsur “kepercayaan

  

  investor” , seperti faktor kemungkinan akan terjadinya suatu peristiwa yang 7 8 Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 7.

  Bismar Nasution, (I), Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hal. 1. 9 10 Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25. 11 Bismar Nasution, (I), log.cit. 12 Ibid.

  Ibid. , hal.72. mempengaruhi perusahaan di masa mendatang, “penghilangan” informasi material tertentu yang dibutuhkan investor untuk melakukan pertimbangan yang matang, dan

   suatu fact-specific secara case-by-case.

  Ketidakjelasan dan ketidaklengkapan pengaturan mengenai ketentuan fakta materil jelas akan mempengaruhi penerapan prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal, dalam arti belum adanya ketegasan untuk mengimplementasikan prinsip keterbukaan

  

  tersebut. Kewajiban menyampaikan informasi (duty to disclosure) ditentukan oleh

  

  apakah suatu kejadian atau peristiwa terkualifikasi sebagai fakta materil atau tidak, sehingga tidak terperincinya standar penentuan fakta materil sangat berpotensi menyebabkan terjadinya pelanggaran prinsip keterbukaan yang merugikan investor. Wajar jika kemudian investor asing sering menuduh tingkat kualitas keterbukaan

  

  perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cukup rendah. Untuk mengatasi kelemahan ini, analisis terhadap ketentuan fakta materil sangat penting dilakukan guna menjamin dilaksanakannya prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal Indonesia dalam konteks perkembangan ekonomi global saat ini.

  Ketidakjelasan batasan atau standar penentuan mengenai fakta materil dalam hukum positif di bidang Pasar Modal juga akan menyebabkan tidak adanya persamaan persepsi atau penafsiran mengenai fakta materil itu sendiri. Apa yang dimaksud mengenai fakta materil dan bagaimana batasan atau standar penentuannya, serta ruang lingkup yang tercakup di dalamnya, dengan mudah dapat mengalami perbedaan 13 14 Ibid. , hal.66-71. 15 Ibid. , hal.273. 16 Ibid.

  Kompas, 25 Maret 1997, hal.2, kolom 4-6. penafsiran antara emiten, investor, Bapepam-LK dan bahkan para akademisi dan praktisi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa kepastian hukum mengenai ketentuan fakta materil sangat dibutuhkan dalam Hukum Pasar Modal.

  Ketidakjelasan dan ketidaklengkapan pengaturan mengenai ketentuan fakta materil juga akan mempengaruhi kualitas penegakan hukum (law enforcement) di bidang Pasar Modal, padahal kegiatan Pasar Modal rawan dengan pelanggaran dan kejahatan. Sebagaimana sering dikemukakan, kejahatan di bidang Pasar Modal adalah kejahatan kerah putih, dengan modus dan strategi yang sangat halus dan sulit dideteksi secara “hitam-putih” mengenai klasifikasi kejahatannya. Kondisi ini akan bertambah mengkhawatirkan jika kita bersandar kepada peringatan Kehoe, bahwa internasionalisasi Pasar Modal melahirkan konsekuensi meningkatnya jumlah

   kejahatan Pasar Modal yang melampaui batas-batas negara (cross-border).

  Kelemahan pengaturan ketentuan fakta materil mengakibatkan tidak semua informasi yang menyesatkan (misleading information) dan tindakan manipulasi pasar, penipuan dan perdagangan orang dalam (insider trading) dapat dengan mudah terdeteksi oleh hukum atau dibuktikan secara hukum. Tindakan yang pada mulanya dicurigai sebagai pelanggaran dan kejahatan Pasar Modal, pada akhirnya menjadi samar dan tidak dapat lagi secara jelas dikategorikan sebagai pelanggaran dan kejahatan Pasar Modal, sehingga penegakan hukumnya seringkali tidak dapat dilakukan secara tepat dan tuntas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis ketentuan fakta materil sebagai landasan dalam upaya penyidikan dan 17 Kehoe, dalam Bismar Nasution, (I), op.cit., hal. 3. pembuktian pelanggaran dan kejahatan di Pasar Modal, agar upaya penegakan hukumnya dapat dilaksanakan secara tegas oleh otoritas Pasar Modal, yaitu Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

  Berdasarkan pemikiran tersebut, penting melakukan penelitian terhadap ketentuan fakta materil di dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, baik konsepsinya, pengaturannya maupun penegakan hukumnya (law enforcement). Penelitian ini tidak hanya bermaksud melakukan analisis terhadap ketentuan fakta materil yang berlaku secara positif di dalam Hukum Pasar Modal Indonesia, tetapi juga berupaya menemukan suatu batasan atau standar penentuan fakta materil yang jelas, baik dalam perumusan hukumnya (law making) maupun dalam penegakan hukumnya (law enforcement ).

B. Rumusan Masalah

  Permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengapa keterbukaan mengenai fakta materil perlu diatur dalam bidang Hukum Pasar Modal di Indonesia?

  2. Bagaimana ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia?

  3. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui dan memahami perlunya prinsip keterbukaan mengenai fakta materil diatur dalam bidang hukum pasar modal di Indonesia

  2. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia.

  3. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia?

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, sebagai berikut:

  1. Dari sudut pandang teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan hukum mengenai Hukum Pasar Modal, khususnya yang berkaitan dengan fakta materil sebagai esensi prinsip keterbukaan Pasar Modal.

  2. Dari sudut pandang praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau tawaran yang berharga bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya Bapepam-LK, dalam menyelesaikan permasalahan fakta materil dalam kegiatan Pasar Modal yang terjadi di Indonesia.

  3. Dari sudut pandang kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan (policy maker) dalam memperbaharui atau menyempurnakan peraturan perundang-undangan mengenai Pasar Modal, khususnya yang menyangkut pengaturan fakta materil.

E. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah pernah dilaksanakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU), penelitian tesis berjudul “Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal” belum pernah dilakukan dalam topik dan masalah yang sama. Objek penelitian ini belum dibahas secara komprehensif dalam suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya, penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dan asli sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritik yang bersifat membangun terhadap topik dan permasalahan dalam penelitian ini.

  Ada beberapa penelitian tesis di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang membahas aspek-aspek hukum tertentu dari Hukum Pasar Modal dan prinsip keterbukaan di Pasar Modal, dan pembahasannya bukanlah mengulas pengaturan fakta materil sebagai fokus utama penelitian tesis. Beberapa penelitian tesis hanya membahas suatu perbuatan tertentu yang dilarang dalam kegiatan di pasar modal, dan beberapa tesis yang lain membahas aspek hukum pelaku pasar modal, dengan menjadikan fakta materil sebagai salah satu pisau bedah analisis. Beberapa penelitian tesis yang berhasil penulis periksa adalah sebagai berikut:

  1. Penelitian tesis berjudul “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Menyesatkan dalam Pernyataan Pendaftaran di Pasar Modal” oleh Murzal, diselesaikan pada tahun 2003. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa pengaturan mengenai larangan perbuatan menyesatkan dan sanksinya dalam UUPM masih sederhana dan belum memadai, khususnya mengenai elemen-elemen perbuatan menyesatkan untuk menentukan suatu perbuatan adalah misrepresentation dan omission, dan hal ini berbeda dengan praktek di pasar modal Amerika Serikat yang telah merinci elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Akuntan publik bertanggungjawab secara pidana, perdata dan administrasi atas laporan keuangan yang menyesatkan, meskipun pertanggungjawaban administrasi lebih dominan diterapkan oleh Bapepam.

  2. Penelitian tesis berjudul “Manipulasi Transaksi Saham oleh Perusahaan Publik dalam Pasar Modal” oleh R. Deddy Harryanto, diselesaikan pada tahun 2003.

  Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa batasan manipulasi pasar di Indonesia belum begitu jelas dan memadai, sehingga terjadi banyak lubang-lubang hukum (loop hole) yang dapat dipergunakan untuk melakukan perbuatan manipulasi pasar, sedangkan Bapepam belum pernah menyeret pelaku manipulasi pasar ke pengadilan.

  Tindakan manipulasi pasar harus dipertanggungjawabkan secara pidana, dengan tetap membuka peluang memajukan tuntutan ganti kerugian oleh pihak yang dirugikan, dengan salah satu saran seharusnya dianut strict liability dalam pertanggungjawaban perdata tindakan manipulasi pasar.

  3. Penelitian tesis berjudul “Penentuan Standar Penipuan dalam Pasar Modal Indonesia: Analisis Juridis terhadap Putusan Bapepam dan Perbandingannya dengan Putusan Pengadilan di Negara Common Law” oleh Abdurrahman, diselesaikan pada tahun 2005. Berdasarkan kesimpulan dan abstraknya, penelitian tesis ini menyatakan bahwa penentuan standar penipuan dalam UUPM yang dipakai oleh Bapepam diukur berdasarkan fakta materil, yaitu apabila terjadi penyimpangan terhadap fakta materil yang disajikan, dan hal ini mirip dengan standar penipuan menurut putusan pengadilan di negara Common Law yang juga ditentukan berdasarkan fakta materil, tetapi di negara Common Law sanksi yang dijatuhkan sangat tergantung pada sifat perkara, apakah penipuan itu sebagai tort atau criminal.

  4. Penelitian tesis berjudul “Analisis Hukum atas Pertanggungjawaban Perusahaan Publik terhadap Investor yang Dirugikan Akibat Kesalahan Prospektus” oleh Maswandi, diselesaikan pada tahun 2005. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa perusahaan publik wajib memuat prospektus dalam melakukan penawaran umum, yang di dalamnya harus memuat informasi yang sebenarnya dan tidak menyesatkan mengenai keadaan emiten sehingga menjadi dasar investor melakukan investasi. Bilamana prospektus memuat informasi yang tidak benar, hal ini merupakan pelanggaran prinsip keterbukaan, yaitu merupakan suatu penipuan, yang membawa dampak terhadap pasar modal dan pihak-pihak lain, yaitu ketidakpercayaan rakyat terhadap pasar modal dan sekaligus kerugian investor.

  Manakala hal ini terjadi, emiten harus bertanggungjawab terhadap kesalahan prospektus yang dilakukannya, baik pertanggungjawaban pidana, perdata maupun administrasi. Pihak-pihak yang membantu dan ikut menandatangani pernyataan pendaftaran dan prospektus juga ikut bertanggung jawab sepanjang tugas yang mereka lakukan tidak sesuai dengan pekerjaannya secara profesional.

  5. Penelitian tesis berjudul “Aspek Hukum Perlindungan Investor dalam Perdagangan Saham Bank Mandiri Menjelang Pasar Perdana” oleh Tama Ulinta Tarigan, diselesaikan pada tahun 2005. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa pengaturan prinsip keterbukaan dalam UUPM belum diatur secara jelas, khususnya terhadap perusahaan perbankan seperti Bank Mandiri, yaitu tidak ada ketentuan yang tegas yang menjadi pedoman mengenai informasi apa yang diperlukan dalam Pernyataan Pendaftaran di Bapepam, sehingga Prospektus Bank Mandiri belum menunjukkan keakuratan yang tinggi tentang informasi dari sebuah emiten yang besar. Go publicnya Bank Mandiri lebih didominasi oleh kepentingan politik keuangan negara yang menargetkan percepatan privatisasi BUMN, sehingga keterbukaan dalam go publicnya Bank Mandiri belum tersentuh secara substansial. Perlindungan investor belum terjamin dalam go publicnya Bank Mandiri ini, yaitu karena prospektus Bank Mandiri kurang akurat dalam mengungkap pernyataan utang, kecukupan modal, resiko usaha dan prospek usaha, tetapi Bapepam meloloskannya. Kesimpulan dalam penelitian tesis ini juga mengemukakan mengenai perbedaan masa tenang menjelang IPO antara Hukum Pasar Modal di Indonesia dengan di Amerika Serikat.

  6. Penelitian tesis berjudul “Prinsip Keterbukaan dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” oleh R.A. Dyna Ramadhani, diselesaikan pada tahun 2008.

  Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa keterbukaan berlaku bagi perusahaan penanaman modal dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk keterbukaan dalam laporan keuangan. Perlunya prinsip keterbukaan ini didasarkan kepada 6 (enam) pertimbangan mendasar. Laporan keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan asas keterbukaan di perusahaan penanaman modal.

  Laporan keuangan tidak saja merupakan informasi penting bagi pemegang saham (penanam modal) untuk mengukur kinerja pengurusan perusahaan, tetapi juga bagi pemerintah dalam pemenuhan kewajiban fiskal perusahaan penanaman modal tersebut dan untuk meningkatkan kepercayaan investor, dan juga penting bagi masyarakat untuk pertanggungjawaban sosial dan lingkungan yang berasal dari alokasi beban biaya perusahaan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

  Pasar Modal sebagai media investasi publik membutuhkan pengaturan yang mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat investor maupun masyarakat pada umumnya. Aliran dana yang demikian kompleks di Pasar Modal menuntut ketentuan-ketentuan yang komprehensif, termasuk tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang semakin kuat

  

  “Keterbukaan ini diharuskan karena pada dasarnya para calon investor (pemodal) mempunyai hak untuk mengetahui secara detail mengenai segala sesuatu tentang bisnis perusahaan, dimana mereka akan menempatkan uangnya, maka untuk itu harus dapat dimengerti pula bahwa hal tersebut juga merupakan suatu tahap dari peralihan dari perusahaan privat menjadi perusahaan publik, yang merupakan suatu hal yang sangat menantang bagi pemilik dan manajemennya.”

  Dikatakan oleh Asril Sitompul:

19 Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap potensi dana yang dimiliki

  masyarakat sangat penting artinya karena perusahaan yang bersangkutan akan memanfaatkan dana masyarakat yang relatif murah untuk kepentingannya sendiri.

  Pasal 78 ayat (1) UU Pasar Modal mengharuskan keterbukaan fakta materil telah dimulai sejak prospektus perusahaan diajukan kepada Bapepam-LK dalam rangka penawaran perdana (Initial Public Offering atau IPO) di Bursa Efek.

  

  18 Erman Rajagukguk, “Peranan Hukum dalam Pembangunan pada Era Globalisasi: Implikasinya

bagi Pendidikan Hukum di Indonesia,” disampaikan pada pengukuhan jabatan Guru Besar dalam bidang

hukum pada Fakultas Hukum UI, Jakarta, 4 Januari 1997, hal.14. 19 Asril Sitompul, (I), Pasar Modal, Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: PT.

  Citra Aditya Bakti, 2004), hal.56. 20 Penawaran umum akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pemilikan perusahaan. Ini

disebabkan porsi pemilikan suatu perusahaan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan modal yang

ditanamkan investor pada perusahaan tersebut. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar

Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab , (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal.5. Pendapat ini

senada dengan Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

oleh penanam modal.

  Setiap calon emiten (perusahaan publik) demi hukum secara institusional mempunyai tanggung jawab menyampaikan kebenaran informasi materil di dalam prospektus kepada publik sebelum adanya ijin melakukan penawaran umum oleh Bapepam-

21 LK. Ketentuan ini dapat diterima secara teoritis, sebab publik menilai kelayakan

  berinvestasi pada suatu perusahaan publik adalah berdasarkan prospektus yang diajukan perusahaan tersebut.

  Keharusan keterbukaan (disclosure) dalam Hukum Pasar Modal mengandung aspek yang cukup luas, sehingga Bapepam-LK mewajibkan pihak manajemen perusahaan untuk membuka seluruh informasi yang dibutuhkan publik. Keterbukaan mencakup pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan publik dan kemudian menyediakannya secara jelas, terbuka dan benar, guna meningkatkan minat investor. Prinsip keterbukaan ini salah satunya tampak dalam peraturan yang menegaskan bahwa setiap prospektus (dokumen penawaran) dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta materil (misrepresentation), atau tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta materil (omission), yang diperlukan agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan (misleading). Kewajiban ini bukan hanya dibebankan kepada direksi dan komisaris perusahaan, tetapi juga setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran yang diajukan kepada Bapepam-LK, termasuk penjamin emisi efek dan profesi penunjang Pasar Modal yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat

   dalam pernyataan pendaftaran.

  Dikatakan oleh Bismar Nasution, bahwa prinsip keterbukaan merupakan jiwa Pasar Modal, sedangkan fakta materil merupakan inti dari prinsip keterbukaan 21 22 Sri Redjeki Hartono, (I), Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung: Mandar Maju, 2000), Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, Pasal 78 dan Pasal 81 ayat (1).

  

  tersebut. Artinya, prinsip keterbukaan mengacu kepada analisis tuntas terhadap esensi dan batasan fakta materil.

   Ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal, yaitu: 1. Prinsip keterbukaan berfungsi memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.

  Keputusan investor untuk melakukan investasi terbentuk oleh penilaian dan pilihan terhadap kelengkapan, kejelasan dan kepastian informasi yang diberikan oleh emiten, sehingga kepercayaan investor terhadap mekanisme pasar ditentukan oleh adanya keterbukaan dalam Pasar Modal.

  2. Prinsip keterbukaan berfungsi utama menciptakan mekanisme pasar yang efisien, baik dalam penciptaan harga, pengalokasian modal maupun perlindungan investor. Berfungsinya keterbukaan menyebabkan pelaku pasar dapat melakukan

  market discipline , sebab terbukanya arus informasi berperan menciptakan

  informasi yang benar dan akurat. Harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia, sehingga manajemen perusahaan harus menjaga harga pasar dan peluang penjualan saham dengan mengemukakan informasi yang relevan.

  3. Prinsip keterbukaan berperan penting untuk mencegah penipuan (fraud), termasuk mencegah terjadinya penyesatan dan kekeliruan informasi yang 23 diperoleh investor.

  Dikatakan Bismar Nasution, prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di Pasar Modal,

sekaligus merupakan jiwa Pasar Modal itu sendiri. Lebih lanjut dikatakannya, karena prinsip

keterbukaan adalah jiwa Pasar Modal itu sendiri, maka perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang

bagaimana sesungguhnya pelaksanaan prinsip keterbukaan dan penentuan fakta materil di Indonesia.

24 Bismar Nasution, (I), op.cit., hal. 4-9.

  Perusahaan- perusahaan publik semakin banyak bergantung pada modal ekstern ( modal ekuitas dan pinjaman) guna pembiayaan aktifitas perusahaan, melakukan investasi dan menciptakan pertumbuhan. Untuk kepentingan pihak pemodal ekstern, perusahaan perlu meyakinkan mereka bahw a manajemen akan melakukan tindakan terbaik untuk kepentingan perusahaan dengan menggunakan dana- dana tersebut secara tepat dan efisien. Kepastian seperti ini diberikan oleh sistem “tata kelola perusahaan yang baik”, atau lebih dikenal dengan istilah “ Go o d Co r p o r at e Go v er n an ce

  ”, dan selanjutnya akan dipakai singkatan “GCG”, yang dapat diartikan sebagai: “sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham ( sh ar eh o ld er s v alu e

  ) serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan”.

   Pengertian ini menunjukkan bahw a GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, yaitu menyangkut seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus ( pengelola perusahaan) , pihak kreditor, pemerintah, karyaw an, serta para pemegang kepentingan intern 25 Governance , (Yogyakarta: Penerbit YPAPI, 2004), hal.85.

  dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak- hak dan kew ajiban

  

mereka.

  GCG mensyaratkan adanya struktur dan perangkat untuk mencapai tujuan dan pengaw asan atas kinerja. Penerapan GCG akan mampu memberikan insentif yang baik bagi manajemen untuk mencapai tujuan yang dikehendaki perusahaan dan pemegang saham, dan juga memfasilitasi pemonitoran yang efektif guna mendorong perusahaan menggunakan sumber daya secara

  

efisien.

  Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting GCG Or g an izat io n f or Eco n om ic Co r p o r at io n an d Dev elo p m en t ini, ( OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip- prinsip GCG yang dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi di masing- masing negara. Prinsip- prinsip yang dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup empat bidang utama, yaitu:

  Fair n ess a. ( Kew ajaran) .

  Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi 26 yang penting serta melarang pembagian untuk pihak Lihat, I Nyoman Tjager, et.al., Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi

  Komunitas Bisnis Indonesia 27 Eddi Wibowo, Tomo HS, dkk., log.cit.

  sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam in sid er t r ad in g ( ) .

b. Disclo su r e an d Tr an sp ar an cy ( Keterbukaan dan Transparansi) . Hak- hak para pemegang saham atas penerimaan informasi dengan benar dan tepat pada w aktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan- perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaaan.

  Acco u n t ab ilit y c. ( Akuntabilitas) .

  Tanggung jaw ab manajemen melalui pengaw asan yang b alan ce o f p o w er efektif berdasarkan ( keseimbangan kekuasaan) antara manajer, pemegang saham, Dew an Komisaris, dan auditor, merupakan bentuk pertanggungjaw aban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.

  Resp o n sib ilit y d. ( Pertanggungjaw aban) .

  Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, perusahaan yang

   sehat dalam aspek keuangannya.

  Prinsip- prinsip ini diharapkan menjadi rujukan bagi pemerintah dalam membangun ruang lingkup bagi penerapan GCG. Bagi pelaku usaha dan Pasar Modal, prinsip- prinsip ini dapat menjadi pedoman dalam menentukan tindakan terbaik untuk peningkatan nilai dan keberlangsungan perusahaan. Setiap perusahaan harus menyadari betapa pentingnya penerapan GCG karena manfaat GCG dapat dipetakan ke dalam 28 lima kelompok, yaitu: I Nyoman Tjager, et.al., op.cit., hal.50-52.

  a. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

  b. Mendapatkan co st o f cap it al yang lebih murah.

  c. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan. sh ar eh o ld er s

  d. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan st ak eh o ld er s dan terhadap perusahaan.

  e. Melindungi Direksi, Komisaris/ Dew an Pengurus dari

   tuntutan hukum.

  

Manfaat- manfaat yang akan diperoleh perusahaan dengan

menerapkan GCG ini tentunya akan meningkatkan nilai

perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik dan yang paling

utama adalah menghasilkan kemajuan bagi perusahaan.

2. Konsepsi Penulis akan mengemukakan beberapa konsepsi untuk

  

menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah- istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

secu r it ies

  

1. Modal adalah adalah efek atau sekuritas ( ) , yaitu setiap

surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, w aran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap

29 Bacelius Ruru, “Transformasi Budaya Perusahaan di BUMN melalui Pelaksanaan Good 2002, hal.2.

  

instrumen yang ditetapkan sebagai sekuritas atau efek oleh

   pihak yang berw enang di bidang Pasar Modal.

  2. Pasar Modal, atau sering pula disebut bursa efek, adalah “suatu

pasar yang terorganisir dimana berbagai jenis efek- efek

  

diperdagangkan”. Pasar Modal merupakan tempat bertemunya

investor dengan emiten untuk mengadakan transaksi jual beli

efek.

  

3. Emiten, yang sering pula disebut perusahaan publik, adalah

   Pihak yang melakukan Penaw aran Umum di Pasar Modal.

  4. I nvestor ( pemodal) adalah pihak yang membeli sekuritas yang

diterbitkan oleh emiten sebagai cara untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan emiten tersebut.

  

5. Saham adalah selembar catatan yang memuat nilai nominal

sebagaimana telah ditetapkan oleh emiten yang menunjukkan

jumlah batas hak dan tanggung jaw ab dari pemiliknya terhadap

perusahaan.

  6. Fakta materil adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiw a, kejadian atau fakta, yang dapat 30

mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek ( Pasar Modal) dan

31 Asril Sitompul, (I), op.cit., hal.3. 32 Ibid.

  Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 6.

  atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang

   berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.

  

7. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan

Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang- undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam w aktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari

34 Efek tersebut.

G. Metode Penelitian

  Rangkaian kegiatan penelitian ini, sejak pengumpulan data hingga analisis data, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah. Kaidah- kaidah metode penelitian ilmiah tersebut terdiri dari jenis penelitian, sifat penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.

1. Spesifikasi Penelitian

  Spesifikasi penelitian berfungsi menjelaskan jenis penelitian, pendekatan penelitian dan sifat penelitian. Ketiga aspek ini merupakan acuan dalam merumuskan aspek-aspek lain dari metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. 34 33 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25.

  Sesuai karakteristik rumusan permasalahan, penelitian ini tergolong ke dalam jenis “penelitian hukum normatif”. Yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif, atau disebut juga penelitian hukum doktrinal (doctrinal research), adalah suatu penelitian yang menganalisis permasalahan yang ada berdasarkan norma-norma hukum yang tertulis dalam berbagai literatur (law in written in book) maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law as it decided by the judge

  

through judicial process ). Oleh karena itu, penelitian ini menjadikan kaidah hukum

sebagai premis utama dan sebagai hasil penelitian.

  Berdasarkan jenis penelitian tersebut di atas, penelitian ini menggunakan “pendekatan yuridis normatif” dengan mengacu kepada norma-norma hukum yang berlaku dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia. Dalam penelitian ini, hukum dipandang sebagai kaidah atau norma yang bersifat otonom, bukan sebagai sebuah fenomena sosial. Penelitian mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan, yaitu mengumpulkan dan menganalisis kecukupan dan kejelasan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pasar Modal mengenai ketentuan fakta materil.

  Penelitian ini bersifat “deskriptif analitis”, artinya penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ketentuan-ketentuan dan permasalahan-permasalahan hukum mengenai pengaturan ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, dan sekaligus menganalisis ketentuan dan permasalahan tersebut guna menemukan 35 Ronald Dworlin, dalam Bismar Nasution, (VII) “Metode Penelitian Hukum Normatif dan

  Perbandingan Hukum Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Medan, tanggal 18 Pebruari 2003, hal.1. solusi yang dapat digunakan dalam penyempurnaan ketentuan yang ada. Spesifikasi ini menunjukkan bahwa penelitian ini membatasi kerangka studi pada suatu pemberian, suatu analisis atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk menguji

   hipotesa-hipotesa atau teori-teori.

2. Jenis dan Sumber Data

  Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari studi kepustakaan (library research). Oleh karena itu, data sekunder

   dalam penelitian ini berfungsi sebagai data utama atau data pokok penelitian.

  Data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan terdiri dari bahan hukum

  

  primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, sebagai berikut:

  a. bahan hukum primer, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Bapepam-LK, Keputusan Kepala Bapepam-LK, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan;

  36 Alvi Syahrin, (I), Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), hal. 17. 37 38 Bambang Sunggono, Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Ibid. b. bahan hukum sekunder, terdiri dari buku-buku karya para ahli hukum, jurnal dan artikel ilmiah, hasil penelitian, majalah, surat kabar, situs internet dan lain-lain; c. bahan huku m tertier, terdiri dari kamus-kamus hukum, ensiklopedi, dan lain-lain. Keseluruhan data sekunder yang diperoleh ditujukan untuk mendapatkan konsep- konsep, teori-teori dan informasi-informasi mengenai permasalahan yang akan dibahas.

  Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, dan tidak menggunakan data primer berdasarkan hasil wawancara terhadap para ahli hukum, ahli ekonomi dan praktisi Pasar Modal yang berkiprah di Bursa Efek Indonesia. Keberadaan penulis yang sejak 4 (empat) tahun terakhir ini berdomisili Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat menyebabkan peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan penelitian lapangan (field research) guna mendapatkan data primer yang relevan dan signifikan dalam menyempurnakan analisis penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Penelitian ini menggunakan studi pustaka (library research) sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh data sekunder. Studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data dilakukan terhadap bahan-bahan pustaka yang ada, termasuk peraturan perundang-undangan dan surfing di internet. Studi pustaka dilakukan dengan memperhatikan beberapa karakteristik, yaitu relevansi dengan penelitian, akurasi data dan aktualitas masalahnya.

  Bahan-bahan hukum yang dikumpulkan melalui studi pustaka adalah data-data yang bersifat teoritis ilmiah dan bahan-bahan hukum yang bersifat yuridis normatif sebagai perbandingan dan pedoman dalam menguraikan permasalahan yang dibahas. Semua data yang telah dikumpulkan selanjutnya diseleksi dan diolah.

4. Analisis Data

  Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif yang didukung logika berpikir deduktif. Pendekatan kualitatif dalam analisis data ini merupakan usaha menganalisis data secara mendalam dan integral (holistic), untuk kemudian dilakukan penafsiran. Sesuai spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif analitis, analisis data ditujukan untuk menggambarkan dan mengungkapkan permasalahan yang terjadi dan sekaligus memahaminya, dan selanjutnya diharapkan dapat memberikan solusi dalam penelitian ini.

  Metode analisis kualitatif digunakan karena berbagai pertimbangan, sebagai berikut:

  Pertama , analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamis

  antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan. Kedua, data yang dianalisis beraneka ragam serta memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral (holistic), yang menuntut tersedianya

   informasi yang mendalam (indepth information).

  Berdasarkan pertimbangan ini, penggunaan metode analisis kualitatif diharapkan dapat memberikan jawaban yang memuaskan atas permasalahan penelitian tesis ini. 39 Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal; Studi Kesiapan Indonesia

  dalam Perjanjian Investasi Multilateral 2005), hal.29.

5. Jalannya Penelitian

  Penelitian tesis ini dimulai dengan penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data sekunder. Seluruh data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan berdasarkan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data terhadap bahan pustaka yang ada. Studi pustaka terutama ditujukan untuk terlebih dahulu memahami berbagai teori, doktrin, peraturan perundang-undangan dan konsepsi-konsepsi yang relevan dengan masalah penelitian ini.

  Pengumpulan dan pengolahan data sekunder dimulai berdasarkan literatur dan peraturan perundang-undangan yang relevan, baik yang langsung mengenai masalah yang akan diteliti maupun yang dinilai berkaitan atau berhubungan. Pengumpulan dan pengolahan data ditujukan guna memperoleh bahan-bahan yang bersifat teoritis ilmiah dan bahan-bahan yang bersifat yuridis normatif sebagai pedoman dan perbandingan dalam memahami dan menguraikan permasalahan yang dibahas.

  Data sekunder yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, selanjutnya diseleksi, diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, dan kemudian diolah supaya dapat dihindarkan kesalahan dan kekurangan pada data-data tersebut. Dengan cara demikian, diharapkan data yang diperoleh adalah reliable dan valid.

  Data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan dengan tetap berada dalam lingkup permasalahan yang akan dijawab, yaitu dengan mengaplikasikan teori, konsep dan norma hukum yang relevan untuk menjelaskan dan menunjukkan hubungan atau komparasi terhadap data-data yang diperoleh di dalam penelitian. Data yang telah dianalisis secara kualitatif tersebut, selanjutnya akan dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, sehingga selain mampu menggambarkan dan mengungkapkan permasalahan yang terjadi, juga sekaligus diharapkan akan dapat menunjukkan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.

Dokumen yang terkait

Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan dan Pengawasan Biaya Operasional Pada Yayasan Kesehatan Telkom Area I Sumatera

0 0 12

BAB II SMP NEGERI 1 SEI RAMPAH A. Sejarah Ringkas SMP Negeri 1 Sei Rampah - Sistem Pengendalian Internal Kas Pada Smp Negeri 1 Sei Rampah

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gangguan Jiwa - Karakteristik Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014

0 0 26

BAB 1 PENDAHULUAN - Karakteristik Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Pengertian Tuberkulosis - Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Pekerjaan dengan Kejadian Tuberkuloso Paru di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2015

0 0 22

Case Processing Summary - Gambaran Identitas Etnis pada Remaja yang Memiliki Orang Tua Berbeda Etnis Batak-Minang di Kota Medan

0 1 84

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Gambaran Identitas Etnis pada Remaja yang Memiliki Orang Tua Berbeda Etnis Batak-Minang di Kota Medan

0 2 10

2.1. Routing Jaringan Komputer - Desain Routing Information Protocol pada Jaringan Kamputer dengan Pengalokasian Jumlah Host Per Jaringan Berdasarkan VLSM

0 0 11

Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia

0 0 8

BAB II PENTINGNYA KETERBUKAAN FAKTA MATERIL DALAM HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA A. Mekanisme Perdagangan Efek di Pasar Modal - Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia

0 0 34